Professional Documents
Culture Documents
Berpikir Kritis Dalam Keperawatan - Tatap Muka I
Berpikir Kritis Dalam Keperawatan - Tatap Muka I
1
PENDAHULUAN
2
DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor,
1994 dalam Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan,
menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
3
• Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini
memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan
mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.
6
Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu
sarana laboratorium untuk menguji
• Pelajaran terbaik yang harus
dipelajari oleh peserta didik
pengetahuan keperawatan.
keperawatan yang baru adalah
Benner (1984) menuliskan bahwa mengambil semua yang dialami klien.
perawat yang ahli memahami konteks
dari situasi klinis, mengenali isyarat, Menggunakan salah satunya sebagai
dan menginterpretasikannya sebagai batu loncatan untuk membangun dan
relevan atau tidak relevan. mendapatkan pengetahuan baru,
Tingkat kompetensi ini datang dari membuat perbandingan dan kontras, dan
pengalaman. merangsang pikiran inovatif.
7
KOMPETENSI
8
kompetensi
10
Sikap
12
• perawat mampu belajar dan untuk
secara positif mempengaruhi praktik
keperawatan. Kedewasaan seorang
perawat diukur dengan kemampuannya
untuk menggunakan pengetahuan baru
dan terlibat dalam proses penemuan
yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan. 13
TAHAP BERPIKIR KRITIS
• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
15
• Keyakinan diri/motivasi
• Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari,
2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif
atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi
merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk
melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.
16
• Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika
terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls
untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang
mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &Scheffer
(2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir
kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis
adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru.
17
• Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit
dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
18
• Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :
sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang
harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat
mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan
sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang
pemula menjadi seorang ahli.
19
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
20
PENDAHULUAN
• Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti
: percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas
intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi.
21
DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
22
• Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan
kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu
alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.
24
PENGALAMAN
25
Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu sarana
laboratorium untuk menguji pengetahuan • Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh
keperawatan. peserta didik keperawatan yang baru adalah
mengambil semua yang dialami klien.
Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang Menggunakan salah satunya sebagai batu
ahli memahami konteks dari situasi klinis, loncatan untuk membangun dan mendapatkan
mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya pengetahuan baru, membuat perbandingan dan
sebagai relevan atau tidak relevan. kontras, dan merangsang pikiran inovatif.
Tingkat kompetensi ini datang dari pengalaman.
26
KOMPETENSI
27
kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan
28
SIKAP
29
Sikap
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara
kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil
dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat,
berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan
kreativitas.
30
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
31
• perawat mampu belajar dan untuk secara positif
mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan
seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam
proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan.
32
TAHAP BERPIKIR KRITIS
• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
34
• Keyakinan diri/motivasi
• Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian
tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu
tujuan yang telah ditetapkannya.
35
• Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika terjadi ketegangan,
hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme
simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut
Rubenfeld &Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan
berpikir kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak
dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang
tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.
36
• Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan
waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
37
• Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih,
lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus
mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi
pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang
memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula
menjadi seorang ahli.
38
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
39
Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan
41
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
42
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
44
ASKEP
45
asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkaitan
dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara
derajat kesehatan yang optimal. 46
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
47
• TUJUAN ASKEP ; Umum
Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam
memelihara kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
Peningkatan Kualitas 48
TUJUAN ASKEP ; khusus
Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya
diri melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua
perencanaan disusun dengan baik berdasarkan kepada diagnosa
keperawatan yang ditunjang oleh data-data yang tepat dan
akurat. 50
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan
meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
55
Sifat Proses Keperawatan Terbuka dan Fleksibel
Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus
dilaksanakan seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan
kondisi klien.
56
Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual
57
Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.
60
Sifat Proses Keperawatan Terdapat Validasi
62
TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN
63
Di Dokumentasikan
Gambaran yang akurat, apa yang terjadi & kapan (CRNBC,
2012)Bentuk profesionalisme, tanggung jawab & tanggung
gugat
64
Tujuan Dokumentasi
69
Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan
71
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
72
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
74
ASKEP
75
asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari
pengkajian hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
76
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
Peningkatan Kualitas 78
TUJUAN ASKEP ; khusus
Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya diri
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua perencanaan disusun
dengan baik berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data-
data yang tepat dan akurat.
80
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami
kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah kepuasan kerja.
82
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan respon klien
maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa, rencana dan tindakan yang akan Anda
diberikan.
Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus dilaksanakan
seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan kondisi klien. 86
Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual
Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai
dalam batasan waktu tertentu. 89
Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan
Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan. Data yang
dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data yang diperoleh dari alat yang
terukur dan diperoleh oleh Anda sebagai perawat yang terampil dan ahli.
91
Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik
92
TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN
93
Di Dokumentasikan
Proses Keperawatan
Tahap Pengkajian
Keperawatan
Data Subyektif
Data Obyektif
PENGKAJIA DATA
N
WAWANCARA
ANALISA DATA OBSERVASI
PEMERIKSAAN
FISIK
Inspeksi
PENENTUAN Palpasi
MASALAH Perkusi
95
Auskultasi
TahapPengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yg
bertujuan untuk mengumpulkan informasi/ data ttng klien,
agar dpt mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien. Baik fisik, mental, sosial,
dan lingkungan.
1. Anamenesis/ Wawancara
Kegiatan tanya-jawab yg berhubungan dg masalah yg dihadapi
klien.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
•Anamnesis adalah suatu
proses tanya jawab atau
komunikasi untuk
mengajak klien &
keluarga bertukar fikiran
& perasaan, mencakup
keterampilan secara
verbal & non
verbal,empati & rasa
kepedulian yg tinggi.
101
Unsur- unsur penting yang harus
dicermati dalam mendengar secara
aktif
1) Memperhatikan pesan yg disampaikan & hubungannya dengan
fikiran
2) Mengurangi hambatanhambatan
3) Posisi duduk Anda yg sesuai
4) Menghindari interupsi
5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien
6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien
102
Tujuan komunikasi
pengkajian data keperawatan
1) Mendapatkan informasi yang Anda perlukan dalam
mengidentifikasi & merencanakan tindakan
keperawatan
2) Meningkatkan hubungan Anda dengan klien dalam
komunikasi
3) Membantu klien memperoleh informasi &
berpartisipasi dalam identifikasi masalah & tujuan
4) Membantu Anda untuk menentukan investigasi lebih
lanjut selama tahap pengkajian.(Iyer et.al.,1996).
103
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
•Tahap kedua pada pengumpulan data yang Anda lakukan adalah
Observasi,
•yaitu: pengamatan prilaku & keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan & keperawatan klien.
104
OBSERVASI
105
OBSERVASI
•Palpasi,
•yaitu: suatu teknik yang
dapat Anda lakukan dengan
menggunakan indera peraba.
106
OBSERVASI
•Perkusi, adalah: pemeriksaan yang
dapat Anda lakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk
membandingkan kirikanan pada
setiap daerah permukaan tubuh
dengan menghasilkan suara.
•Perkusi bertujuan untuk:
mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk & konsistensi jaringan.
Contoh suara-suara yg dihasilkan:
Sonor, Redup, Pekak,
Hipersonor/timpani. 107
OBSERVASI
•Auskultasi, merupakan
pemeriksaan yang dapat Anda
lakukan dengan
mendengarkan suara yg
dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
108
2. Analisis
Data
Merupakan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran. Diperlukan kemampuan mengaitkan data &
menghubungkan data g konsep, teori dan prinsip yg relevan
untuk membuat kesimpulan dlm menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.
3. Penentuan Masalah
Daftar masalah yg ditemukan kemudian di prioritaskan. Karena
tidak mungkin semua masalah diatasi sekaligus jadi harus
diputuskan masalah mana yg dpt diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow mjd
rujukan perawat. Kebutuhan utama adl kebutuhan fisiologis,
psikososial ( rasa aman-nyaman), cinta- memiliki, harga diri,
dan aktualisasi diri.
TUGAS KELOMPOK 3
• Keletihan (Fatigue) : Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien diminta untuk menilai
keletihan dengan skala 1 – 10.
• Dispnea : Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas, yaitu
pernapasan sulit dan tidak nyaman. Tanda klinis dispnea, seperti usaha napas berlebihan,
penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi dan
kedalaman pernapasan, napas pendek
• Batuk : Batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk
melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi batuk, Sputum (jenis,
jumlah, mengandung darah/hemoptisis.
• Mengi/wheezing : Wheezing ditandai dengan bunyi tinggi akibat Gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yang sempit. Wheezing
dapat terjadi saat inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
• Nyeri : Nyeri dada perlu dievaluasi dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi, dan
frekuensi nyeri. Nyeri dapat timbul setelah latihan fisik, rauma iga, dan rangkaian batuk yang
berlangsung lama. RIWAYAT PERAWATAN
• Pemaparan geografi atau Lingkungan : Pemaparan lingkungan didapat dari asap
rokok(pasif/aktif), karbon monooksida ( asap perapian/cerobong) dan randon (radioaktif).
Riwayat pekerjaan berhubungan dengan asbestosis, batubara, serat kapas atau inhalasi kimia.
• Infeksi Pernapasan : Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi dan durasi infeksi saluran
pernapasan.
• Faktor Resiko : Riwayat keluarga dengan tbc, ca paru, penyakit cardiovascular merupakan
factor resiko bagi klien.
• Obat-obatan
Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat yang dibeli secara bebas,
dan obat yang tidak legal. Obat tersebut mungkin memiliki efek yang
merugikan akibat kerja obat itu sendiri atau karena interaksi dengan obat lain.
Obat ini mungkin mempunyai efek racun dan dapat merusak fungsi
kardiopulmoner.
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa (pucat,
sianosis), penampilan umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan,
dan gerakan dinding dada.
• Palpasi : Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan, taktil
fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal, adanya massa di
aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhikardia), suhu
kulit, warna, dan pengisian kapiler.
• Perkusi : Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima nada perkusi
adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, timpani.
• Auskultasi : Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi, radiasi,
intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di
sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar jika paru
mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.
menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang dilakukan mencakup
volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas residual fungsional (FRC),
kapasitas vital (VC), kapasitas paru total (TLC).
PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
• Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR) :
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan
titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi
besar.
• Pemeriksaan Gas Darah Arteri : Pengukuran gas darah untuk menentukan
konsentrasi hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida
(PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
• Oksimetri : Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
(SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
• Hitung Darah Lengkap : Darah vena untuk mengetahui jumlah darah
lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan
sel darah merah dan sel darah putih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan Sinar X Dada : Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan
(pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal (TBC).
• Bronkoskopi Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum dan
untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.
• Ct Scan : CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi, tetapi tidak dapat
mengidentifikasi tipe jaringan.
• Kultur Tenggorok : Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas terhadap
antibiotik.
• Specimen Sputum : Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam
sputum, resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
• Skin Test : Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru viral, dan tuberkulosis.
• Torasentesis : Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan jarum untuk
mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk
biopsi.
ILUSTRASI KASUS
• Identitas : Tn. A, No MR: 187609, berusia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
seorang buruh, alamat di Jalan Banuaran Blok F No: 08.
• Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama : Tn.A dibawa keluarganya ke Rumah Sakit
Reksodiwiryo Padang melalui IGD Pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 05.27 WIB, dengan
keluhan batuk yang disertai dengan dahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan
kadang-kadang juga disertai dengan bercak darah, sesak nafas, nyeri dada saat batuk seperti
ditusuktusuk, dengan skala nyeri 5, badan terasa lemas, mual, dan nafsu makan tidak ada.
• Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2017 pukul 11.00
WIB, pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum
saat batuk, pasien mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk,
terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung. TTV: tekanan darah:
130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit,. Saat ditanya
mengenai penyakit TB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan.
ILUSTRASI KASUS
• Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit seperti saat ini, pasien mengatakan ia mempunyai
kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun sampai sekarang dengan jumlah rokok yang
dikosumsi 2 bungkus perhari.
• Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti pasien, dan tidak ada anggota
keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus , dll
• Pola Aktifitas Sehari-hari : Nutrisi : Pasien mengatakan pada saat sehat pasien
makan 3x/hari . Pada saat sakit pasien diberi diit ML TKTP dengan frekuensi 3x/hari .
Pasien mengatakan jarang menghabiskan makanannya. Sebelum dirawat di rumah
sakit pasien mengatakan minum air putih ±8 gelas perhari, namun semenjak dirawat
di rumah sakit klien hanya minum ±5 gelas/hari.
ILUSTRASI KASUS
• Pola Istirahat dan tidur : Pada saat sehat, pasien mengatakan bangun pada jam
05.00 Subuh, jarang tidur siang, pasien tidur dimalam hari pukul 22.00 WIB.
Sedangkan waktu sakit pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering terbangun
dimalam hari karena nyeri pada dadanya.
• Pola Eliminasi : Pada saat sehat pasien BAB frekuensinya 1x dalam sehari dengan
konsistensi sedang, berwarna kuning, sedangkan pada saat dirawat dirumah sakit
pasien mengatakan sudah 8 hari tidak BAB. BAK pada saat sehat, pasien
mengatakan BAK 4 sampai 5 kali dalam sehari, sedangkan pada waktu sakit pasien
hanya BAK 3 kali dalam sehari.
• Pola Aktifitas dan Istirahat : Saat sehat : aktivitas sehari-hari pasien adalah seorang
buruh bangunan, sedangkan saat sakit pasien hanya tidur dirumah sakit dan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
ILUSTRASI KASUS
• Pemeriksaan Fisik : Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 11.00 WIB,
keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, hasil pengukuran tekanan
darah 130/80 mmHg (normal sistol 120-139 dan diastolik normal 80-89), suhu 36,9oC (Normal
36,5oC sampai 37,5oC), nadi 89x/menit (normal 60- 100 kali permenit), pernafasan 26x/menit
(normal 16-24 kali permenit). Kepala : tidak ada keluhan, mata : konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, penglihatan kurang baik, reflek pupil baik, mulut : kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa
bibir sedikit kering, bibir simetris kiri dan kanan, hidung : simetris kiri dan kanan, terdapat
pernafasan cuping hidung, telinga : tidak ada keluhan, leher : tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan paru-paru, inspeksi : tampak adanya retraksi dinding dada, dan penggunaan otot
bantu nafas, pada palpasi: terdapat pergerakan nafas dinding dada simetris kiri dan kanan, pada
perkusi : terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama (sonor), sedangkan pada
asukultasi : terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan jantung, inspeksi: iktus cordis tidak terlihat,
palpasi: iktus cordis teraba satu jari medial lateral midclavicula sinistra RIC V, pada perkusi:
terdengar suara pekak, sedangkan pada asukultasi: terdengar suara bunyi jantung I dan bunyi
jantung II reguler (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :
tidak ditemukan keluhan Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada keluhan.
ILUSTRASI KASUS
• Data Psikologis : Pasien tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya, pasien
mengatakan penyakit itu merupakan cobaan dari Allah SWT, dan harus sabar dalam
menghadapinya serta dapat menerima keadaan yang dihadapinya sekarang.
• Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien
adalah rontgen thorax. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, tanggal 29
Mei 2017 adalah hemoglobin 10,0 g/dl (nilai normal P:14-18, W:12-16 g/dl), leukosit
7510 mm3 (nilai normal: 5000- 10.000 mm3 ), trombosit 206.000 (nilai normal 150-
400 ribu mm3 ), hematokrit 31,1 (nilai normal : P:40-48, W:38-48%).
• Terapi Pengobatan : Pasien mendapatkan terapi dari dokter seperti IVFD RL 20 tetes
per menit, injeksi cefriaxone 2x dalam sehari, ranitidin 2x dalam sehari,
ondansentron diberikan 3x dalam sehari, sedangkan obat oral yang diberikan seperti
ambroxol diminum 3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari, paracetamol,
neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari, Sucralfat sirup 3x dalam sehari
ANALISA DATA
PROBLEM ETIOLOGI SIGN SYMTOM
Bersihan jalan nafas Obstruksi / benda asing DO :
tidak efektif dalam Jalan Nafas • terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping
hidung.
• tampak adanya retraksi dinding dada
• terdengar bunyi ronchi
• TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi:
89x/menit, pernafasan: 26x/menit
• batuk berdahak
• ambroxol diminum 3x dalam sehari
• injeksi cefriaxone 2x dalam sehari
DS :
• pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang
terdapat darah dalam sputum saat batuk, pasien mengeluh
dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk
• kebiasaan merokok dengan jumlah rokok yang dikosumsi 2
bungkus perhari.
PROBLEM ETIOLOGI SIGN SYMTOM
Pola Nafas tidak Hambatan upaya DO :
efektif nafas • terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping
hidung. TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi:
89x/menit, pernafasan: 26x/menit
• terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama
(sonor),
• paracetamol, neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari,
Sucralfat sirup 3x dalam sehari
Ds : Ps mengatakan nyeri dada saat batuk, skala nyeri 5
Do : minum ±5 gelas/hari
PROBLEM ETIOLOGI SIGN SYMTOM
Defisit Pengetahuan Kurang terpapar informasi DO : Saat ditanya mengenai penyakit TB Paru pasien tampak bingung
tentang tbc dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.
Gg Pola Tidur Dispnea Ds : pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering
terbangun dimalam hari karena nyeri pada dadanya.
Defisit Nutrisi Peningkatan kebutuhan Ds : Ps mengatakan badan terasa lemas, mual, dan
metabolisme nafsu makan tidak ada.
Do :
• hemoglobin 10,0 g/dl , hematokrit 31,1
• jarang menghabiskan makanannya
• ranitidin 2x dalam sehari, ondansentron diberikan
3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari
MASALAH
DAFTAR MASALAH PRIORITAS MASLAAH
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif. 1.Bersihan Jalan Nafas.
2.Pola nafas tidak efektif. 2.Pola nafas tidak efektif
3.Konstipasi. 3.Defisit Nutrisi
4.Defisit pengetahuan tentang tbc.
5.Gangguan Pola Tidur. 4.Konstipasi
6.Defisit nutrisi 5.Gangguan Pola Tidur
6.Defisit pengetahuan tentang tbc
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi / benda asing dalam Jalan Nafas ditandai
dengan
DO :
• terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung.
• tampak adanya retraksi dinding dada
• terdengar bunyi ronchi
• TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit
• batuk berdahak
• ambroxol diminum 3x dalam sehari
• injeksi cefriaxone 2x dalam sehari
DS :
• pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum saat batuk, pasien
mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk
• kebiasaan merokok dengan jumlah rokok yang dikosumsi 2 bungkus perhari.
STANDAR DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
INDONESIA
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
LINGKUP BAHASAN
dengan SDKI
Penerapan SDKI
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis
Standar Asuhan
-Kekhususan: Medikal
Bedah, Gadar, Kamar Bedah, Keperawatan
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll. - Diagnosis
- Intervensi
- Luaran (outcome)
SK
Undang Undang Kep.
No. 38 Tahun 2014
P
Standar
Profesi
P
N SKP
I SAK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
LATAR BELAKANG (Lanjutan …)
•Perawat merupakan
•‘Penegak Diagnosis’ (Diagnostician)
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
Bagi Penelitian
Keperawatan
• Memperluas area penelitian keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
Fenomena Keperawatan yang dapat menjadi fokus
penelitian
• Dapat dikembangkan penelitian:
• Penelitian epidemiologis
• Uji validitas dan uji sensitivitas/spesifitas
• Penelitian eksprimental
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)
Bagi Pendidikan
Keperawatan
• Mengarahkan dan menguatkan proses pembelajaran
pada pendidikan keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
konsep inti dalam praktik keperawatan yang
dapat menjadi fokus pembelajaran
• Diagnosis keperawatan mengarahkan peserta didik
dan pendidik keperawatan dalam mempelajari
konsep-konsep dasar untuk dapat memahami
konsep inti.
Pengka-
jian
ASUHAN
KEPERAWATAN
Evaluasi
Diag- Inter-
nosis vensi
Diagnosis Keperawatan
merupakan bagian vital dalam
Implemen-
menentukan asuhan tasi
keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal
Nursing Diagnosis International Classification for Nursing
Practice – Diagnosis Classification
ZEFP
Nursing NANDA
Diagnosis
Home Health
Care
ICF HHCC Classification
International
Classification of SNOMED
Functioning, Disability CT
and Health
Systematized Nomenclature of
Medicine Clinical Terms
PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP
PPNI
Tanda & Gejala
Kriteria Hasil
Faktor Risiko
Diagnosis Luaran
(SDKI) (SLKI)
Intervensi
(SIKI)
3S
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi SDKI-SLKI-SIKI
149 Diagnosis
• Memuat
Keperawatan yang
disusun dari berbagai sumber
rujukan berupa textbook, standar
diagnosis dari lembaga/Negara lain
dan jurnal-jurnal ilmiah dan telah
ditelaah oleh para praktisi dan
akademisi keperawatan.
• Struktur Buku SDKI:
• Sambutan-sambutan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Ketentuan Umum
• Bab III Ketentuan Khusus
• Bab IV Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia
• Proses Penyusunan SDKI
BUKU SDKI • Tim Penyusun dan Tim Kontributor
• Daftar Pustaka
JENIS DIAGNOSIS
Tanda/Gejala
Aktual Mayor dan Minor
Negatif
Diagnosis Risiko Faktor Risiko
Keperawatan
Promosi Tanda/Gejala
Positif
Kesehatan Mayor dan Minor
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of
Nursing Practice – Diagnosis Classification (ICNP, 2015)
PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)
1 Analisis Data
• Bandingkan data dengan nilai normal
• Kelompokkan data
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017);
Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)
Diagnosis Keperawatan
Aktivitas dan
Istirahat Diadaptasi dari:
Neurosensori Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Reproduksi dan Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
Seksualitas (Doenges et al, 2013).
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)
1
Analisis Data
2 Identifikasi
Masalah
3 Perumusan
Diagnosis
INDIKATOR
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSTIK
Pada diagnosis aktual
dan promkes
1) Bio-fisio-psikologis
2) Efek terapi/Tindakan
3) Situasional
4) Maturasional Indikator
Diagnostik
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INDIKATOR DIAGNOSTIK
• Ditemukan sebanyak
Mayor 80-100% untuk
validasi diagnosis
Deskriptor
Label/Masalah
Definisi
Peyebab
Label/Masalah
Definisi
Faktor Risiko
Nomor Kode
Label/Masalah
Definisi
Komponen-Komponen SIKI
Penyusunan SIKI
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis Standar Asuhan
-Kekhususan: Medikal Keperawatan
Bedah, Gadar, Kamar Bedah,
-Diagnosis
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll.
-Intervensi
-Luaran (outcome)
SK
Undang Undang Kep.
No. 38 Tahun 2014
P
Standar
Profesi
P
N SKP
I SAK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP PPNI
Tanda & Gejala
Kriteria Hasil
Faktor Risiko
Diagnosis Luaran
(SDKI) (SLKI)
Intervensi
(SIKI)
3S
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi SDKI-SLKI-SIKI
MENGAPA PERLU DISTANDARISASI?
Nurse-
initiated Intervensi Indirect
Healthcare
-initiated
RENTANG INTERVENSI KEPERAWATAN
(LANJUTAN)
Aktivitas dan
Istirahat Diadaptasi dari:
Neurosensori Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Reproduksi dan Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
Seksualitas (Doenges et al, 2013).
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
5 KATEGORI
1. Fisiologis
•Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi
homeostatik
2.Psikologis
• Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi mental, proses
mental dan perilaku.
3.Perilaku
• Intervensi Keperawatan untuk mendukung perubahan perilaku atau
gaya hidup
4.Relasional
•Intervensi keperawatan untuk mendukung hubungan interpersonal
atau interaksi sosial
5.Lingkungan
• Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan
menurunkan risiko gangguan kesehatan
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
14 SUBKATEGORI
1. Respirasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi
2. Sirkulasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah
14 SUBKATEGORI (LANJUTAN)
8. Nyeri dan Kenyamanan
•Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan kenyamanan
9.Integritas Ego
• Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengan diri sendiri secara
emosional
10.Pertumbuhan dan Perkembangan
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan
11.Kebersihan Diri
• Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri
INTERVENSI KEPERAWATAN
•Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome)
TINDAKAN KEPERAWATAN
•Perilaku spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi
KOMPONEN INTERVENSI KEPERAWATAN
Label
•Nama dari intervensi yang merupakan kata kunci
untuk memperoleh informasi tentang intervensi
tersebut
Definisi
•Makna dari label intervensi berupa perilaku yang
dilakukan oleh perawat
Tindakan
•Rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
Label Intervensi
Definisi Intervensi
Tindakan (Activity)
Referensi
Tautan (Linkage)
SDKI-SIKI
TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
TAUTAN (LINKAGE)
• Tautan (linkage) merupakan suatu hubungan antara dua
elemen/konsep, yakni SDKI dan SIKI
• Membantu menentukan intervensi keperawatan setelah
menegakkan diagnosis keperawatan
• Tautan ini bukan untuk menggantikan clinical
judgement perawat
• Pemilihan intervensi keperawatan tetap didasarkan pada
clinical judgement dengan mempertimbangkan
kekhasan kondisi pasien, keluarga, kelompok atau
komunitas
KARAKTERISTIK TAUTAN
• Level Satu
1 • Intervensi Utama
• Level Dua
2 • Intervensi Pendukung
LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)
•Level 1 (Intervensi
Utama)
• Merupakan intervensi prioritas (the intervention of
choice) karena bersifat resolutif
• Memiliki kesesuaian terbaik dengan
diagnosis/etiologi diagnosis keperawatan
• Memiliki banyak tindakan2 yang dapat mengatasi
masalah
• Dapat digunakan pada berbagai setting
• Efektivitas intervensi banyak diungkapkan dalam
riset/referensi/praktik klinis
LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)
•Level 2 (Intervensi
Pendukung)
• Bukan merupakan intervensi prioritas
• Tidak bersifat resolutif namun dapat menunjang
resolusi masalah
• Hanya dapat mengatasi etiologi diagnosis tertentu
saja
• Hanya dapat digunakan pada setting tertentu saja
• Efektivitas intervensi tidak/belum banyak
diungkapkan dalam riset/referensi/praktik klinis
PERTIMBANGA
N PEMILIHAN
INTERVENSI
• Pemilihan intervensi keperawatan sesuai kondisi pasien merupakan
bagian dari clinical judgement perawat.
• Aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan intervensi:
1.Karakteristik diagnosis keperawatan
2.Kriteria hasil pasien yang diharapkan
3.Kemampulaksanaan intervensi
4.Kemampuan perawat
5.Penerimaan pasien
6.Penelitian yang mendasari intervensi tersebut
7.Kewenangan klinis (Clinical priviledge)
PERTIMBANGAN PEMILIHAN INTERVENSI
CONTOH TAUTAN SDKI- SIKI
KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SIKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SIKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
TERIMA KASIH
Aplikasi Proses Keperawatan
dan Sistem Pendokumentasian
3S (SDKI – SLKI - SIKI)
Pendahuluan
Tujuan Penerapan 3 S (SIKI, SLKI, SIKI)
Proses Keperawatan
Proses Penerapan SDKI-SLKI-SIKI
Di lakukan di salah
satu RS Swasta
International
Lanjutan
SIKI (Tahun 2018)