You are on page 1of 207

METODELOGI KEPERAWATAN - TATAP MUKA - I

BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN


RAHAJU NINGTYAS, SKp.,M.Kep.

1
PENDAHULUAN

• Berpikir kritis merupakan sebuah komponen


esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir
seperti : percaya diri, perspektif kontekstual,
kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas
intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan
refleksi.

2
DEFINISI

• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor,
1994 dalam Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan,
menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
3
• Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini
memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan
mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.

• mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap


4
alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly &
Obermann, 2002)
KOMPONEN BERPIKIR KRITIS

• Dasar pengetahuan khusus


Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi
dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan yang diperlukan
untuk memikirkan masalah keperawatan. 5
PENGALAMAN

6
Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu
sarana laboratorium untuk menguji
• Pelajaran terbaik yang harus
dipelajari oleh peserta didik
pengetahuan keperawatan.
keperawatan yang baru adalah
Benner (1984) menuliskan bahwa mengambil semua yang dialami klien.
perawat yang ahli memahami konteks
dari situasi klinis, mengenali isyarat, Menggunakan salah satunya sebagai
dan menginterpretasikannya sebagai batu loncatan untuk membangun dan
relevan atau tidak relevan. mendapatkan pengetahuan baru,
Tingkat kompetensi ini datang dari membuat perbandingan dan kontras, dan
pengalaman. merangsang pikiran inovatif.

7
KOMPETENSI

8
kompetensi

Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang


digunakan perawat untuk membuat penilaian
keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan
9
SIKAP

10
Sikap

Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan


keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus
menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis
dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini
digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap
untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat, berpikir mandiri,
mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan
kreativitas.
11
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

• Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat


menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan,
dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994)

12
• perawat mampu belajar dan untuk
secara positif mempengaruhi praktik
keperawatan. Kedewasaan seorang
perawat diukur dengan kemampuannya
untuk menggunakan pengetahuan baru
dan terlibat dalam proses penemuan
yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan. 13
TAHAP BERPIKIR KRITIS

• Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)


• Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
• knowledge)
• Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
• Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
• Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
14
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS

• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.

15
• Keyakinan diri/motivasi
• Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari,
2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif
atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi
merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk
melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.

16
• Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika
terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls
untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang
mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &Scheffer
(2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir
kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis
adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru.
17
• Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit
dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.

18
• Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :
sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang
harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat
mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan
sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang
pemula menjadi seorang ahli.

19
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

20
PENDAHULUAN

• Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti
: percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas
intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi.

21
DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
22
• Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan
kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu
alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.

• mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap


alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly &
Obermann, 2002)
23
KOMPONEN BERPIKIR KRITIS

• Dasar pengetahuan khusus


Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan
alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah
keperawatan.

24
PENGALAMAN

25
Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu sarana
laboratorium untuk menguji pengetahuan • Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh
keperawatan. peserta didik keperawatan yang baru adalah
mengambil semua yang dialami klien.
Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang Menggunakan salah satunya sebagai batu
ahli memahami konteks dari situasi klinis, loncatan untuk membangun dan mendapatkan
mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya pengetahuan baru, membuat perbandingan dan
sebagai relevan atau tidak relevan. kontras, dan merangsang pikiran inovatif.
Tingkat kompetensi ini datang dari pengalaman.

26
KOMPETENSI

27
kompetensi

Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan

28
SIKAP

29
Sikap

Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara
kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil
dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat,
berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan
kreativitas.

30
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

• Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat


menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan,
dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994)

31
• perawat mampu belajar dan untuk secara positif
mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan
seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam
proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan.
32
TAHAP BERPIKIR KRITIS

• Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)


• Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
• knowledge)
• Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
• Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
• Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
33
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS

• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.

34
• Keyakinan diri/motivasi
• Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian
tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu
tujuan yang telah ditetapkannya.

35
• Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika terjadi ketegangan,
hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme
simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut
Rubenfeld &Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan
berpikir kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak
dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang
tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.
36
• Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan
waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
37
• Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih,
lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus
mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi
pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang
memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula
menjadi seorang ahli.
38
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Rahaju Ningtyas, SKp.,M.Kep.

39
Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan

Konsep proses keperawatan:


Pengertian proses keperawatan
Tahapan proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan
Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah
keperawatan
Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai
penyelesaian masalah 40
Pendahuluan

Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral


pelayanan kesehatan

Kontak 24 jam dengan pasien

Kualitas asuhan keperawatan dinilai


dari dokumentasi yang ditulis

Kepuasan pasien tergantung dari


asuhan keperawatan yang diberikan

41
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara


langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.

42
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan


dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
• Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
43
METODE ASKEP

44
ASKEP

45
asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkaitan
dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara
derajat kesehatan yang optimal. 46
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN

• Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga


keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
• Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan
efisien.
• Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang kesehatan.

47
• TUJUAN ASKEP ; Umum
Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam
memelihara kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.

Peningkatan Kualitas 48
TUJUAN ASKEP ; khusus

• Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya


klien.
• Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
• Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan.
• Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
• Diketahuinya perkembangan klien.
• Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan.
49
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya
diri melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua
perencanaan disusun dengan baik berdasarkan kepada diagnosa
keperawatan yang ditunjang oleh data-data yang tepat dan
akurat. 50
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan


peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas
asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien
mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kepuasan kerja. 51
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan


kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang
optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kepuasan kerja.
52
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu


pengembangan profesionalisme Anda sendiri khususnya dan
keperawatan pada umumnya.

Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan


memudahkan bagi staf Anda dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. 53
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN

Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan
meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang


berkesinambungan.

Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan

Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima.


54
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS

Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi


pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas dimana Anda
bekerja.

55
Sifat Proses Keperawatan Terbuka dan Fleksibel

Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi


perubahan respon klien maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa,
rencana dan tindakan yang akan Anda diberikan.

Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus
dilaksanakan seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan
kondisi klien.
56
Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual

Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda


harus mampu membina hubungan saling percaya dengan
klien.

57
Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.

Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep


keilmuan dan profesionalisme anda sebagai seorang perawat.
Penanganan Masalah Terencana
58
Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah & Tujuan

Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan


yang akan dicapai dalam batasan waktu tertentu.
59
Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan

Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-


pisahkan.

60
Sifat Proses Keperawatan Terdapat Validasi

Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan.


Data yang dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data
yang diperoleh dari alat yang terukur dan diperoleh oleh Anda
sebagai perawat yang terampil dan ahli.
61
Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik

Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi


keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik
bagi Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru.

62
TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN

63

Di Dokumentasikan
Gambaran yang akurat, apa yang terjadi & kapan (CRNBC,
2012)Bentuk profesionalisme, tanggung jawab & tanggung
gugat
64
Tujuan Dokumentasi

Komunikasi dan keberlanjutan proses perawatan


Pendidikan/edukasi
Meningkatkan pelayanan keperawatan yang baikRisetStandar legal
praktikTagihan keuangan(CRNBC, 2012; Delaune & Ladner, 2011; Potter &
Perry, 2010; CARNA, 2006; Tornvall, Wahren, Wilhelmsson, 2007)
65
PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Rykkje (2009)alat untuk mengukur indikator kualitas asuhan keperawatan


atau menilai bentuk asuhan keperawatanWang, Hailey danYu (2011)jaminan
kualitas, legalitas, rencana kesehatan, dan juga untuk keperluan
risetHafernick (2007)keberlanjutan proses perawatanFarrell (2007)bukti legal
bagi perawat dalam menjalankan profesinya 66
Hasil riset dokumentasi keperawatan

Penulisan pendokumentasian keperawatan memerlukan bahasa dan istilah


yang terstandarisasiAprisunadi, 2011Rutherford, 2008
implementasi NANDA, NIC dan NOC (NNN) meningkatkan kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatanMuller-Staub, Needham, Odenbreit,
Lavin dan Achterberg (2007)Pereira (2005)bahwa informasi berperan dalam
menjaga keberlangsungan proses perawatanDokumentasi dibuat sesuai
standar, efektif, benar, continuity of care sehingga dapat memberikan
informasi yang benar (Hafernick, 2007)
67
Ketidaklengkapan Dokumentasi

pendokumentasian asuhan keperawatan yang buruk akan berpotensial


menimbulkan efek negatif pada perawatan pasien, pertanggungjawaban
profesional dan organisasi (Blair dan Smith, 2012)
Ketidaklengkapan dokumentasi keperawatanPengembangan sistem
informasi yang berkualitas sangat diperlukan dalam menunjang dan
mendukung praktik keperawatan professional (PAHO, 2001) 68
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Rahaju Ningtyas, SKp.,M.Kep.

69
Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan

Konsep proses keperawatan:


Pengertian proses keperawatan
Tahapan proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan
Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah keperawatan
Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai penyelesaian masalah 70
Pendahuluan

Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral


pelayanan kesehatan

Kontak 24 jam dengan pasien

Kualitas asuhan keperawatan dinilai


dari dokumentasi yang ditulis

Kepuasan pasien tergantung dari


asuhan keperawatan yang diberikan

71
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara


langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.

72
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan


dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
• Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
73
METODE ASKEP

74
ASKEP

75
asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari
pengkajian hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
76
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN

• Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga


keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
• Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif
dan efisien.
• Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang
kesehatan.
77
TUJUAN ASKEP ; Umum
• Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara
kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Peningkatan Kualitas 78
TUJUAN ASKEP ; khusus

• Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya


klien.
• Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
• Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan.
• Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
• Diketahuinya perkembangan klien.
• Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan.
79
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya diri
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua perencanaan disusun
dengan baik berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data-
data yang tepat dan akurat.
80
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas


asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka
semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja.81
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami
kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah kepuasan kerja.
82
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT

Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu pengembangan


profesionalisme Anda sendiri khususnya dan keperawatan pada umumnya.

Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan memudahkan bagi


staf Anda dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
83
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN

Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan


akan meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan 84
Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima.
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS

Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi


pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas pelayanan
Kesehatan dimana Anda bekerja. 85
Sifat Proses Keperawatan Terbuka dan Fleksibel

Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan respon klien
maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa, rencana dan tindakan yang akan Anda
diberikan.

Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus dilaksanakan
seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan kondisi klien. 86
Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual

Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda


harus mampu membina hubungan saling percaya dengan klien.
87
Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.

Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep keilmuan dan


profesionalisme anda sebagai seorang perawat. Penanganan Masalah Terencana
88
Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah & Tujuan

Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai
dalam batasan waktu tertentu. 89
Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan

Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-


pisahkan.
90
Sifat Proses Keperawatan Terdapat Validasi

Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan. Data yang
dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data yang diperoleh dari alat yang
terukur dan diperoleh oleh Anda sebagai perawat yang terampil dan ahli.

91
Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik

Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi


keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik bagi
Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru.

92
TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN

93
Di Dokumentasikan
Proses Keperawatan
Tahap Pengkajian
Keperawatan
Data Subyektif
Data Obyektif

PENGKAJIA DATA
N
WAWANCARA
ANALISA DATA OBSERVASI
PEMERIKSAAN
FISIK
Inspeksi
PENENTUAN Palpasi
MASALAH Perkusi
95

Auskultasi
TahapPengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yg
bertujuan untuk mengumpulkan informasi/ data ttng klien,
agar dpt mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien. Baik fisik, mental, sosial,
dan lingkungan.

Tahap ini mencakup tiga kegiatan


yaitu: Pengumpulan Data, Analisis
Data, dan Penentuan Masalah
Macam Macam Data Keperawatan
•Data dasar adalah •Data fokus adalah
informasi tentang status
seluruh informasi tentang
kesehatan klien yang
status kesehatan klien,
menyimpang dari
data dasar ini meliputi
keadaan normal . Data
data umum, data
focus dapat berupa
demografi, riwayat
ungkapan klien maupun
keperawatan, pola fungsi
hasil pemeriksaan
kesehatan dan
langsung Anda sebagai
pemeriksaan.
seorang perawat .
97
1. Pengump ulan
D ata
Tujuan: diperoleh data & informasi mengenai masalah
kesehatan yg ada pd klien sehingga dpt ditentukan
tindakan yg hrs diambil utk mengatasi masalah tsb yg
menyangkut masalah fisik, mental, sosial, & spiritual serta
faktor lingkungan yg mempengaruhinya. Data tsb harus
akurat dan mudah dianalisis.

Data Subjektif: data ungkapan /keluhan klien


secara langsung maupun tidak langsung.
Jenis Data Keperawatan
Data Objektif: data yg diperoleh secara langsung
melalui observasi & pemeriksaan pd klien.
Sumber Data
Keperawatan

Sumber data Primer: data yg dikumpulkan dari klien,


yg dpt memberikan informasi yg lengkap tentang
masalah kesehatan & keperawatan yg dihadapi klien.

Sumber data Sekunder: data yg dikumpulkan dari


orang terdekat klien (keluarga), orangtua, saudara /
pihak lain yg dekat dg klien.

Sumber data lainnya: rekam medis klien yg


merupakan riwayat penyakit klien dan perawatan
klien di masa lalu.
Teknik Pengumulan Data
Keperawatan

1. Anamenesis/ Wawancara
Kegiatan tanya-jawab yg berhubungan dg masalah yg dihadapi
klien.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
•Anamnesis adalah suatu
proses tanya jawab atau
komunikasi untuk
mengajak klien &
keluarga bertukar fikiran
& perasaan, mencakup
keterampilan secara
verbal & non
verbal,empati & rasa
kepedulian yg tinggi.
101
Unsur- unsur penting yang harus
dicermati dalam mendengar secara
aktif
1) Memperhatikan pesan yg disampaikan & hubungannya dengan
fikiran
2) Mengurangi hambatanhambatan
3) Posisi duduk Anda yg sesuai
4) Menghindari interupsi
5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien
6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien

102
Tujuan komunikasi
pengkajian data keperawatan
1) Mendapatkan informasi yang Anda perlukan dalam
mengidentifikasi & merencanakan tindakan
keperawatan
2) Meningkatkan hubungan Anda dengan klien dalam
komunikasi
3) Membantu klien memperoleh informasi &
berpartisipasi dalam identifikasi masalah & tujuan
4) Membantu Anda untuk menentukan investigasi lebih
lanjut selama tahap pengkajian.(Iyer et.al.,1996).
103
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
•Tahap kedua pada pengumpulan data yang Anda lakukan adalah
Observasi,
•yaitu: pengamatan prilaku & keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan & keperawatan klien.

104
OBSERVASI

•Inspeksi, yaitu: teknik yang


dapat Anda lakukan dengan
proses observasi yang
dilaksanakan secara
sistematik.

105
OBSERVASI

•Palpasi,
•yaitu: suatu teknik yang
dapat Anda lakukan dengan
menggunakan indera peraba.

106
OBSERVASI
•Perkusi, adalah: pemeriksaan yang
dapat Anda lakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk
membandingkan kirikanan pada
setiap daerah permukaan tubuh
dengan menghasilkan suara.
•Perkusi bertujuan untuk:
mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk & konsistensi jaringan.
Contoh suara-suara yg dihasilkan:
Sonor, Redup, Pekak,
Hipersonor/timpani. 107
OBSERVASI

•Auskultasi, merupakan
pemeriksaan yang dapat Anda
lakukan dengan
mendengarkan suara yg
dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.

108
2. Analisis
Data
Merupakan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran. Diperlukan kemampuan mengaitkan data &
menghubungkan data g konsep, teori dan prinsip yg relevan
untuk membuat kesimpulan dlm menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.

3. Penentuan Masalah
Daftar masalah yg ditemukan kemudian di prioritaskan. Karena
tidak mungkin semua masalah diatasi sekaligus jadi harus
diputuskan masalah mana yg dpt diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow mjd
rujukan perawat. Kebutuhan utama adl kebutuhan fisiologis,
psikososial ( rasa aman-nyaman), cinta- memiliki, harga diri,
dan aktualisasi diri.
TUGAS KELOMPOK 3

• Anda seorang perawat yang telah selesai melaksanakan proses


pengkajian dan akan segera melaksanakan proses penentuan
diagnosa keperawatan.
• Bahaslah dalam kelompok anda terakait hal tersebut diatas.
• Bahaslah dengan memperhatikan aspek 5W1H.
T E R I MA KAS I H
PENGKAJIAN PADA PASIEN
GG KEBUTUHAN OKSIGENASI
RAHAJU NINGTYAS, SKp.,M.Kep.
Pengkajian pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigen
• Riwayat perawatan
• pemeriksaan fisik
• pemeriksaan penunjang.
RIWAYAT PERAWATAN

• Keletihan (Fatigue) : Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien diminta untuk menilai
keletihan dengan skala 1 – 10.

• Dispnea : Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas, yaitu
pernapasan sulit dan tidak nyaman. Tanda klinis dispnea, seperti usaha napas berlebihan,
penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi dan
kedalaman pernapasan, napas pendek

• Batuk : Batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk
melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi batuk, Sputum (jenis,
jumlah, mengandung darah/hemoptisis.

• Mengi/wheezing : Wheezing ditandai dengan bunyi tinggi akibat Gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yang sempit. Wheezing
dapat terjadi saat inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
• Nyeri : Nyeri dada perlu dievaluasi dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi, dan
frekuensi nyeri. Nyeri dapat timbul setelah latihan fisik, rauma iga, dan rangkaian batuk yang
berlangsung lama. RIWAYAT PERAWATAN
• Pemaparan geografi atau Lingkungan : Pemaparan lingkungan didapat dari asap
rokok(pasif/aktif), karbon monooksida ( asap perapian/cerobong) dan randon (radioaktif).
Riwayat pekerjaan berhubungan dengan asbestosis, batubara, serat kapas atau inhalasi kimia.
• Infeksi Pernapasan : Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi dan durasi infeksi saluran
pernapasan.
• Faktor Resiko : Riwayat keluarga dengan tbc, ca paru, penyakit cardiovascular merupakan
factor resiko bagi klien.
• Obat-obatan
Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat yang dibeli secara bebas,
dan obat yang tidak legal. Obat tersebut mungkin memiliki efek yang
merugikan akibat kerja obat itu sendiri atau karena interaksi dengan obat lain.
Obat ini mungkin mempunyai efek racun dan dapat merusak fungsi
kardiopulmoner.
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa (pucat,
sianosis), penampilan umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan,
dan gerakan dinding dada.
• Palpasi : Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan, taktil
fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal, adanya massa di
aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhikardia), suhu
kulit, warna, dan pengisian kapiler.
• Perkusi : Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima nada perkusi
adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, timpani.
• Auskultasi : Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi, radiasi,
intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di
sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar jika paru
mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.
menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang dilakukan mencakup
volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas residual fungsional (FRC),
kapasitas vital (VC), kapasitas paru total (TLC).
PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
• Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR) :
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan
titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi
besar.
• Pemeriksaan Gas Darah Arteri : Pengukuran gas darah untuk menentukan
konsentrasi hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida
(PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
• Oksimetri : Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
(SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
• Hitung Darah Lengkap : Darah vena untuk mengetahui jumlah darah
lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan
sel darah merah dan sel darah putih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan Sinar X Dada : Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan
(pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal (TBC).
• Bronkoskopi Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum dan
untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.
• Ct Scan : CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi, tetapi tidak dapat
mengidentifikasi tipe jaringan.
• Kultur Tenggorok : Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas terhadap
antibiotik.
• Specimen Sputum : Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam
sputum, resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
• Skin Test : Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru viral, dan tuberkulosis.
• Torasentesis : Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan jarum untuk
mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk
biopsi.
ILUSTRASI KASUS
• Identitas : Tn. A, No MR: 187609, berusia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
seorang buruh, alamat di Jalan Banuaran Blok F No: 08.
• Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama : Tn.A dibawa keluarganya ke Rumah Sakit
Reksodiwiryo Padang melalui IGD Pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 05.27 WIB, dengan
keluhan batuk yang disertai dengan dahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan
kadang-kadang juga disertai dengan bercak darah, sesak nafas, nyeri dada saat batuk seperti
ditusuktusuk, dengan skala nyeri 5, badan terasa lemas, mual, dan nafsu makan tidak ada.
• Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2017 pukul 11.00
WIB, pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum
saat batuk, pasien mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk,
terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung. TTV: tekanan darah:
130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit,. Saat ditanya
mengenai penyakit TB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan.
ILUSTRASI KASUS
• Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit seperti saat ini, pasien mengatakan ia mempunyai
kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun sampai sekarang dengan jumlah rokok yang
dikosumsi 2 bungkus perhari.
• Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti pasien, dan tidak ada anggota
keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus , dll
• Pola Aktifitas Sehari-hari : Nutrisi : Pasien mengatakan pada saat sehat pasien
makan 3x/hari . Pada saat sakit pasien diberi diit ML TKTP dengan frekuensi 3x/hari .
Pasien mengatakan jarang menghabiskan makanannya. Sebelum dirawat di rumah
sakit pasien mengatakan minum air putih ±8 gelas perhari, namun semenjak dirawat
di rumah sakit klien hanya minum ±5 gelas/hari.
ILUSTRASI KASUS
• Pola Istirahat dan tidur : Pada saat sehat, pasien mengatakan bangun pada jam
05.00 Subuh, jarang tidur siang, pasien tidur dimalam hari pukul 22.00 WIB.
Sedangkan waktu sakit pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering terbangun
dimalam hari karena nyeri pada dadanya.
• Pola Eliminasi : Pada saat sehat pasien BAB frekuensinya 1x dalam sehari dengan
konsistensi sedang, berwarna kuning, sedangkan pada saat dirawat dirumah sakit
pasien mengatakan sudah 8 hari tidak BAB. BAK pada saat sehat, pasien
mengatakan BAK 4 sampai 5 kali dalam sehari, sedangkan pada waktu sakit pasien
hanya BAK 3 kali dalam sehari.
• Pola Aktifitas dan Istirahat : Saat sehat : aktivitas sehari-hari pasien adalah seorang
buruh bangunan, sedangkan saat sakit pasien hanya tidur dirumah sakit dan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
ILUSTRASI KASUS
• Pemeriksaan Fisik : Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 11.00 WIB,
keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, hasil pengukuran tekanan
darah 130/80 mmHg (normal sistol 120-139 dan diastolik normal 80-89), suhu 36,9oC (Normal
36,5oC sampai 37,5oC), nadi 89x/menit (normal 60- 100 kali permenit), pernafasan 26x/menit
(normal 16-24 kali permenit). Kepala : tidak ada keluhan, mata : konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, penglihatan kurang baik, reflek pupil baik, mulut : kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa
bibir sedikit kering, bibir simetris kiri dan kanan, hidung : simetris kiri dan kanan, terdapat
pernafasan cuping hidung, telinga : tidak ada keluhan, leher : tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan paru-paru, inspeksi : tampak adanya retraksi dinding dada, dan penggunaan otot
bantu nafas, pada palpasi: terdapat pergerakan nafas dinding dada simetris kiri dan kanan, pada
perkusi : terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama (sonor), sedangkan pada
asukultasi : terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan jantung, inspeksi: iktus cordis tidak terlihat,
palpasi: iktus cordis teraba satu jari medial lateral midclavicula sinistra RIC V, pada perkusi:
terdengar suara pekak, sedangkan pada asukultasi: terdengar suara bunyi jantung I dan bunyi
jantung II reguler (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :
tidak ditemukan keluhan Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada keluhan.
ILUSTRASI KASUS
• Data Psikologis : Pasien tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya, pasien
mengatakan penyakit itu merupakan cobaan dari Allah SWT, dan harus sabar dalam
menghadapinya serta dapat menerima keadaan yang dihadapinya sekarang.
• Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien
adalah rontgen thorax. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, tanggal 29
Mei 2017 adalah hemoglobin 10,0 g/dl (nilai normal P:14-18, W:12-16 g/dl), leukosit
7510 mm3 (nilai normal: 5000- 10.000 mm3 ), trombosit 206.000 (nilai normal 150-
400 ribu mm3 ), hematokrit 31,1 (nilai normal : P:40-48, W:38-48%).
• Terapi Pengobatan : Pasien mendapatkan terapi dari dokter seperti IVFD RL 20 tetes
per menit, injeksi cefriaxone 2x dalam sehari, ranitidin 2x dalam sehari,
ondansentron diberikan 3x dalam sehari, sedangkan obat oral yang diberikan seperti
ambroxol diminum 3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari, paracetamol,
neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari, Sucralfat sirup 3x dalam sehari
ANALISA DATA
PROBLEM ETIOLOGI SIGN SYMTOM
Bersihan jalan nafas Obstruksi / benda asing DO :
tidak efektif dalam Jalan Nafas • terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping
hidung.
• tampak adanya retraksi dinding dada
• terdengar bunyi ronchi
• TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi:
89x/menit, pernafasan: 26x/menit
• batuk berdahak
• ambroxol diminum 3x dalam sehari
• injeksi cefriaxone 2x dalam sehari
DS :
• pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang
terdapat darah dalam sputum saat batuk, pasien mengeluh
dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk
• kebiasaan merokok dengan jumlah rokok yang dikosumsi 2
bungkus perhari.
PROBLEM ETIOLOGI SIGN SYMTOM
Pola Nafas tidak Hambatan upaya DO :
efektif nafas • terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping
hidung. TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi:
89x/menit, pernafasan: 26x/menit
• terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama
(sonor),
• paracetamol, neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari,
Sucralfat sirup 3x dalam sehari
Ds : Ps mengatakan nyeri dada saat batuk, skala nyeri 5

Konstipasi Ketidakcukupan Ds : pasien mengatakan sudah 8 hari tidak BAB, jarang


diet menghabiskan makanannya

Do : minum ±5 gelas/hari
PROBLEM ETIOLOGI SIGN SYMTOM
Defisit Pengetahuan Kurang terpapar informasi DO : Saat ditanya mengenai penyakit TB Paru pasien tampak bingung
tentang tbc dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.

Gg Pola Tidur Dispnea Ds : pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering
terbangun dimalam hari karena nyeri pada dadanya.

Defisit Nutrisi Peningkatan kebutuhan Ds : Ps mengatakan badan terasa lemas, mual, dan
metabolisme nafsu makan tidak ada.
Do :
• hemoglobin 10,0 g/dl , hematokrit 31,1
• jarang menghabiskan makanannya
• ranitidin 2x dalam sehari, ondansentron diberikan
3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari
MASALAH
DAFTAR MASALAH PRIORITAS MASLAAH
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif. 1.Bersihan Jalan Nafas.
2.Pola nafas tidak efektif. 2.Pola nafas tidak efektif
3.Konstipasi. 3.Defisit Nutrisi
4.Defisit pengetahuan tentang tbc.
5.Gangguan Pola Tidur. 4.Konstipasi
6.Defisit nutrisi 5.Gangguan Pola Tidur
6.Defisit pengetahuan tentang tbc
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi / benda asing dalam Jalan Nafas ditandai
dengan
DO :
• terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung.
• tampak adanya retraksi dinding dada
• terdengar bunyi ronchi
• TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit
• batuk berdahak
• ambroxol diminum 3x dalam sehari
• injeksi cefriaxone 2x dalam sehari
DS :
• pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum saat batuk, pasien
mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk
• kebiasaan merokok dengan jumlah rokok yang dikosumsi 2 bungkus perhari.
STANDAR DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
INDONESIA
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
LINGKUP BAHASAN

Latar Belakang dan Landasan Hukum SDKI


Tujuan Standarisasi Diagnosis Proses

Penyusunan SDKI Penegakan Diagnosis

dengan SDKI

Penerapan SDKI
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis
Standar Asuhan
-Kekhususan: Medikal
Bedah, Gadar, Kamar Bedah, Keperawatan
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll. - Diagnosis
- Intervensi
- Luaran (outcome)

SK
Undang Undang Kep.
No. 38 Tahun 2014

P
Standar
Profesi
P
N SKP
I SAK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
LATAR BELAKANG (Lanjutan …)

UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS Pasal 13


Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati
hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien

UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 1

Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban


untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan profesi, dan
standar prosedur operasional

UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 2


Standar profesi dan standar pelayanan profesi untuk masing-masing
jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh Organisasi profesi bidang
kesehatan dan disahkan oleh menteri.
•UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Pasal 28

•Praktik keperawatan harus didasarkan pada


kode etik, standar pelayanan, standar profesi,
dan standar prosedur operasional.

•UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan


Pasal 30

•Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi


asuhan keperawatan, perawat berwenang
untuk menegakkan diagnosis keperawatan.

•Perawat merupakan
•‘Penegak Diagnosis’ (Diagnostician)
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI

Bagi Pelayanan Keperawatan


• Menjadi acuan penegakan diagnosis keperawatan
• Meningkatkan otonomi perawat
• Memudahkan komunikasi intraprofesional
• Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
• Mengukur beban kerja dan reward perawat
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)

Bagi Penelitian
Keperawatan
• Memperluas area penelitian keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
Fenomena Keperawatan yang dapat menjadi fokus
penelitian
• Dapat dikembangkan penelitian:
• Penelitian epidemiologis
• Uji validitas dan uji sensitivitas/spesifitas
• Penelitian eksprimental
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)

Bagi Pendidikan
Keperawatan
• Mengarahkan dan menguatkan proses pembelajaran
pada pendidikan keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
konsep inti dalam praktik keperawatan yang
dapat menjadi fokus pembelajaran
• Diagnosis keperawatan mengarahkan peserta didik
dan pendidik keperawatan dalam mempelajari
konsep-konsep dasar untuk dapat memahami
konsep inti.
Pengka-
jian
ASUHAN
KEPERAWATAN

Evaluasi
Diag- Inter-
nosis vensi

Diagnosis Keperawatan
merupakan bagian vital dalam
Implemen-
menentukan asuhan tasi
keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal
Nursing Diagnosis International Classification for Nursing
Practice – Diagnosis Classification

Terminologies Clinical Care


Classification
ICNP-DC
Nursing Diagnostic
System of the Centre for Omaha CCC
System North American
Nursing Development Nursing Diagnosis
and Research Association

ZEFP
Nursing NANDA
Diagnosis

Home Health
Care
ICF HHCC Classification
International
Classification of SNOMED
Functioning, Disability CT
and Health
Systematized Nomenclature of
Medicine Clinical Terms
PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN

Pengkajian

Evaluasi Diagnosis SDKI

SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP
PPNI
Tanda & Gejala
Kriteria Hasil
Faktor Risiko

Diagnosis Luaran
(SDKI) (SLKI)

Intervensi
(SIKI)

3S
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi SDKI-SLKI-SIKI
149 Diagnosis
• Memuat
Keperawatan yang
disusun dari berbagai sumber
rujukan berupa textbook, standar
diagnosis dari lembaga/Negara lain
dan jurnal-jurnal ilmiah dan telah
ditelaah oleh para praktisi dan
akademisi keperawatan.
• Struktur Buku SDKI:
• Sambutan-sambutan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Ketentuan Umum
• Bab III Ketentuan Khusus
• Bab IV Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia
• Proses Penyusunan SDKI
BUKU SDKI • Tim Penyusun dan Tim Kontributor
• Daftar Pustaka
JENIS DIAGNOSIS

Tanda/Gejala
Aktual Mayor dan Minor
Negatif
Diagnosis Risiko Faktor Risiko
Keperawatan
Promosi Tanda/Gejala
Positif
Kesehatan Mayor dan Minor

Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of
Nursing Practice – Diagnosis Classification (ICNP, 2015)
PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)

1 Analisis Data
• Bandingkan data dengan nilai normal
• Kelompokkan data

2 Identifikasi • Masalah Aktual, Risiko, Promkes


Masalah

3 Perumusan • Three part (Aktual)


Diagnosis • Two part (Risiko dan Promkes)

Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017);
Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)

Data dikelompokkan berdasarkan kategori/subkategori

Diagnosis Keperawatan

Fisiologis Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan


Respirasi Interaksi Sosial Keamanan &
Nyeri dan Kebersihan Diri Proteksi
Kenyamanan
Sirkulasi
Penyuluhan &
Integritas Ego Pembelajaran
Nutrisi dan
Cairan
Pertumbuhan &
Eliminasi Perkembangan

Aktivitas dan
Istirahat Diadaptasi dari:
Neurosensori Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Reproduksi dan Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
Seksualitas (Doenges et al, 2013).
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)

Pengkajian Diagnosis Medis

1
Analisis Data

2 Identifikasi
Masalah

3 Perumusan
Diagnosis
INDIKATOR
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

DIAGNOSTIK
Pada diagnosis aktual
dan promkes

Pada diagnosis risiko


Pada diagnosis aktual
Tanda/Gejala
(Sign/Symptom)
Faktor Risiko
Penyebab (Risk Factor)
(Etiology)

1) Bio-fisio-psikologis
2) Efek terapi/Tindakan
3) Situasional
4) Maturasional Indikator
Diagnostik
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INDIKATOR DIAGNOSTIK

TANDA DAN GEJALA

• Ditemukan sebanyak
Mayor 80-100% untuk
validasi diagnosis

• Tidak harus ditemukan


• Jika ditemukan dapat
Minor mendukung penegakan
diagnosis
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

MASALAH / LABEL DIAGNOSIS


Fokus Diagnosis

Gangguan Pertukaran Gas


Penurunan Curah Jantung
Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan

Deskriptor

Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan


PERUMUSAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Penulisan Two Part


• Diagnosis Risiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

• Diagnosis Promosi Kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
CONTOH
DIAGNOSIS
AKTUAL
Nomor Kode

Label/Masalah

Definisi

Peyebab

Tanda dan Gejala

Bersihan jalan napas tidak


efektif b.d. spasme jalan napas
d.d. batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dispnea, gelisah
CONTOH
DIAGNOSIS
RISIKO
Nomor Kode

Label/Masalah

Definisi

Faktor Risiko

Kondisi Klinis Terkait

Risiko aspirasi dibuktikan dengan


tingkat kesadaran menurun
CONTOH
DIAGNOSIS PROMKES

Nomor Kode

Label/Masalah

Definisi

Tanda dan Gejala

Kesiapan peningkatan eliminasi urin


dibuktikan dengan pasien ingin
meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan
karakteristik urin normal
KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SDKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SDKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
Tim Pokja SDKI PPNI sangat
terbuka atas saran dan
masukan. Silakan dikirimkan
ke: dpp@ppni-inna.org
STANDAR INTERVENSI
KEPERAWATAN INDONESIA
LINGKUP BAHASAN

Latar Belakang dan Landasan Hukum SIKI

Standarisasi Intervensi Keperawatan

Komponen-Komponen SIKI

Tautan (Linkage) SDKI - SIKI Proses

Penyusunan SIKI
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis Standar Asuhan
-Kekhususan: Medikal Keperawatan
Bedah, Gadar, Kamar Bedah,
-Diagnosis
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll.
-Intervensi
-Luaran (outcome)
SK
Undang Undang Kep.
No. 38 Tahun 2014

P
Standar
Profesi
P
N SKP
I SAK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN

Pengkajian

Evaluasi Diagnosis SDKI

SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP PPNI
Tanda & Gejala
Kriteria Hasil
Faktor Risiko

Diagnosis Luaran
(SDKI) (SLKI)

Intervensi
(SIKI)

3S
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi SDKI-SLKI-SIKI
MENGAPA PERLU DISTANDARISASI?

• Panduan penyusunan intervensi keperawatan


• Penyeragaman istilah / penyebutan intervensi keperawatan
• Perluasan (ekspansi) ilmu keperawatan
• Pengembangan sistem informasi
• Pembelajaran decision making bagi peserta didik keperawatan
• Penentuan biaya pelayanan kepada perawat
• Pengkomunikasian keperawatan intraprofesi dan interprofesi
kesehatan
KEUNGGULAN YANG HARUS DIMILIKI STANDAR
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Komprehensif
• Area generalis dan spesialis
• Fisiologis dan psikososial
• Kuratif, preventif dan promotif
• Individu, keluarga, komunitas
• Direct care dan indirect care
• Independent dan collaborative
• Berbasis riset
• Mudah digunakan (easy to use)
• Menggunakan istilah klinis yang jelas
• Dapat dikaitkan dengan diagnosis & outcome keperawatan
RENTANG
Direct INTERVENSI
KEPERAWATAN

Nurse-
initiated Intervensi Indirect

Healthcare
-initiated
RENTANG INTERVENSI KEPERAWATAN
(LANJUTAN)

•Direct care intervention


• Intervensi yang dilaksanakan dengan berinteraksi langsung
dengan pasien
• ‘Laying on of hands’
•Indirect care intervention
• Intervensi yang dilaksanakan tanpa berinteraksi langsung
dengan pasien namun dilaksanakan demi pasien
•Nurse-initiated intervention
• Intervensi yang diinisiasi oleh perawat untuk mengatasi
diagnosis keperawatan
•Healthprovider-initiated intervention
• Intervensi yang diinisiasi oleh tenaga kesehatan lain, namun
diberikan oleh perawat
Klasifikasi SIKI

TIM POKJA SIKI DPP. PPNI


SISTEM KLASIFIKASI
• Klasifikasi atau taksonomi merupakan
pengelompokan berdasarkan hierarki dari yang
bersifat lebih umum/tinggi ke lebih khusus/rendah.
• SIKI diklasifikasikan sama dengan klasifikasi SDKI
• Kelompok klasifikasi (takson) SIKI terdiri atas:
• 5 KATEGORI
• 14 SUBKATEGORI
• 590 INTERVENSI KEPERAWATAN
SISTEM KLASIFIKASI
INTERVENSI KEPERAWATAN

• Mengikuti klasifikasi diagnosis keperawatan


• International Classification of Nursing Practice –
Diagnosis Classification (Wake, 1994)
• Doenges& Moorhouse’s Diagnostic Division of
Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013)
Intervensi Keperawatan

Fisiologis Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan


Respirasi Interaksi Sosial Keamanan &
Nyeri dan Kebersihan Diri Proteksi
Kenyamanan
Sirkulasi
Penyuluhan &
Integritas Ego Pembelajaran
Nutrisi dan
Cairan
Pertumbuhan &
Eliminasi Perkembangan

Aktivitas dan
Istirahat Diadaptasi dari:
Neurosensori Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Reproduksi dan Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
Seksualitas (Doenges et al, 2013).
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

MENGAPA PERLU DIKLASIFIKASI?

1. Memudahkan penelusuran intervensi keperawatan


2. Memudahkan untuk memahami beraneka ragam intervensi
keperawatan yang sesuai dengan area praktik dan/atau
cabang disiplin ilmu.
3. Memudahkan pengkodean (coding) untuk penggunaan
berbasis komputer (computer-based)
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

5 KATEGORI
1. Fisiologis
•Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi
homeostatik
2.Psikologis
• Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi mental, proses
mental dan perilaku.
3.Perilaku
• Intervensi Keperawatan untuk mendukung perubahan perilaku atau
gaya hidup
4.Relasional
•Intervensi keperawatan untuk mendukung hubungan interpersonal
atau interaksi sosial
5.Lingkungan
• Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan
menurunkan risiko gangguan kesehatan
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

14 SUBKATEGORI
1. Respirasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi

2. Sirkulasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah

3.Nutrisi dan Cairan


• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan
regulasi cairan/elektrolit
4.Eliminasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria

5.Aktivitas dan Istirahat


• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi
serta istirahat/tidur
6.Neurosensori
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi otak dan saraf

7. Reproduksi dan Seksualitas


•Kelompok intervensi yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

14 SUBKATEGORI (LANJUTAN)
8. Nyeri dan Kenyamanan
•Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan kenyamanan

9.Integritas Ego
• Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengan diri sendiri secara
emosional
10.Pertumbuhan dan Perkembangan
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan

11.Kebersihan Diri
• Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri

12.Penyuluhan dan Pembelajaran


• Kelompok intervensi yang memulihkan peningkatan pengetahuan dan perubahan
perilaku
13.Interaksi Sosial
• Kelompok intervensi yang memulihkan hubungan antarindividu dan individu
dengan kelompok
14.Keamanan dan Proteksi
• Kelompok intervensi yang memulihkan keamanan dan menurunkan risiko cedera
akibat ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal
Komponen SIKI

TIM POKJA SIKI DPP. PPNI


INTERVENSI DAN TINDAKAN?

INTERVENSI KEPERAWATAN
•Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome)

TINDAKAN KEPERAWATAN
•Perilaku spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi
KOMPONEN INTERVENSI KEPERAWATAN
Label
•Nama dari intervensi yang merupakan kata kunci
untuk memperoleh informasi tentang intervensi
tersebut

Definisi
•Makna dari label intervensi berupa perilaku yang
dilakukan oleh perawat

Tindakan
•Rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
Label Intervensi

Definisi Intervensi

Tindakan (Activity)

Referensi
Tautan (Linkage)
SDKI-SIKI
TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
TAUTAN (LINKAGE)
• Tautan (linkage) merupakan suatu hubungan antara dua
elemen/konsep, yakni SDKI dan SIKI
• Membantu menentukan intervensi keperawatan setelah
menegakkan diagnosis keperawatan
• Tautan ini bukan untuk menggantikan clinical
judgement perawat
• Pemilihan intervensi keperawatan tetap didasarkan pada
clinical judgement dengan mempertimbangkan
kekhasan kondisi pasien, keluarga, kelompok atau
komunitas
KARAKTERISTIK TAUTAN

• Bersifat komprehensif, satu diagnosis keperawatan


bertaut dengan multi-intervensi.
• Tidak bersifat preskriptif, namun lebih bersifat
rekomendasi
• Tautan ini memberikan gambaran tentang kemungkinan-
kemungkinan intervensi yang dapat dijalankan untuk
mengatasi diagnosis keperawatan.
• Memiliki tingkatan (level) yang berbeda dalam mengatasi
suatu diagnosis, intervensi utama dan intervensi
penunjang
• Tautan dapat dilakukan 3 hal (addition, deletation,
modification) berdasarkan kondisi pasien
LEVEL INTERVENSI

• Level Satu

1 • Intervensi Utama

• Level Dua
2 • Intervensi Pendukung
LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)

•Level 1 (Intervensi
Utama)
• Merupakan intervensi prioritas (the intervention of
choice) karena bersifat resolutif
• Memiliki kesesuaian terbaik dengan
diagnosis/etiologi diagnosis keperawatan
• Memiliki banyak tindakan2 yang dapat mengatasi
masalah
• Dapat digunakan pada berbagai setting
• Efektivitas intervensi banyak diungkapkan dalam
riset/referensi/praktik klinis
LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)

•Level 2 (Intervensi
Pendukung)
• Bukan merupakan intervensi prioritas
• Tidak bersifat resolutif namun dapat menunjang
resolusi masalah
• Hanya dapat mengatasi etiologi diagnosis tertentu
saja
• Hanya dapat digunakan pada setting tertentu saja
• Efektivitas intervensi tidak/belum banyak
diungkapkan dalam riset/referensi/praktik klinis
PERTIMBANGA
N PEMILIHAN
INTERVENSI
• Pemilihan intervensi keperawatan sesuai kondisi pasien merupakan
bagian dari clinical judgement perawat.
• Aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan intervensi:
1.Karakteristik diagnosis keperawatan
2.Kriteria hasil pasien yang diharapkan
3.Kemampulaksanaan intervensi
4.Kemampuan perawat
5.Penerimaan pasien
6.Penelitian yang mendasari intervensi tersebut
7.Kewenangan klinis (Clinical priviledge)
PERTIMBANGAN PEMILIHAN INTERVENSI
CONTOH TAUTAN SDKI- SIKI
KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SIKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SIKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
TERIMA KASIH
Aplikasi Proses Keperawatan
dan Sistem Pendokumentasian
3S (SDKI – SLKI - SIKI)
Pendahuluan
Tujuan Penerapan 3 S (SIKI, SLKI, SIKI)
Proses Keperawatan
Proses Penerapan SDKI-SLKI-SIKI

• 2016 (Keluar Buku SDKI), dimana SLKI dan SIKI


belum ada

Di lakukan di salah
satu RS Swasta
International
Lanjutan


SIKI (Tahun 2018)

 Buku Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI)


Definisi dan kriteria hasil keperawatan. edisi 2.
cetakan 1thn 2018. cetakan 2 thn 2019. persatuan
perawat nasional indonesia
Contoh Tautan SDKI-SIKI
Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Intervensi
Penerapan SDKI-SLKI-SIKI (Lengkap
tahun 2018)
Dirujuk Menggunakan Hospitals
Informasi Sistem (HIS)SLKI
Untuk
menentukan nilai
harus mengetahui
Patofisologi dulu,
tentukan angka
nilai kapan
dikatakan 1,
2,3,4,5
SLKI
Keriteria Hasil Keriteria Hasil 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 Palpitasi
Tekanan Darah
2 Lelah menurun
Ejection Fraction
3 Dispnea
Nadi Perifer meningkat
4 PND menurun
5 Batuk menurun
6 Nadi normal
Keterangan: 7 Cappillary refil
1. Tidak Pernah time
2. Jarang
3. Kadang-kadang 8 Distensi vena
4. Sering jugularis
5. Selalu membaik
(Sesuai dengan rentang yang 9 Oliguria menurun
diharapkan)
10 Warna kulit
normal
Contoh Tracer JCI/KARS untuk SLKI
Masukan
NOC SLKI OPERASIONAL ke Tim
Pain Level Ekspektasi : Menurun Setelah dilakukan Tindakan POKJA
Pain Control keperawatan
Comport Level Kriteria Hasil: selama……………………………..x24 jam,
Nyeri menurun/berkurang/hilang
……………………
Keriteria Hasil: Menurun (1) Keriteria hasil:
1.Mampu mengontrol nyeri Cukup menurun (2) 1. Nyeri Berkurang/ hilang
(tahu penyebab nyeri, Sedang menurun (3) Hari 1 Skala nyeri :………………..
mampu menggunakan non Cukup meningkat (4) Hari 2 Skala nyeri :………………. Hari
farmakologi, mencari Meningkat (5) 3 Skala nyeri :……………….
bantuan) Hari…..Skala nyeri :………………..
2.Melaporkan bahwa nyeri Meningkat (1) 2. Pasien tenang dan dapat
istirahat
berkurang dengan Cukup Meningkat (2)
3. Ekspresi wajah tidak tegang
menggunakan managemen Sedang (3) 4. Tanda-tanda vital dalam batas
nyeri Cukup menurun (4) normal
3.Mampu mengenali nyeri Menurun (5) TD:……………………………….mmHg
(skala, intensitas, , HR:……………………….....X/menit
frekwensi, dan tanda nyeri Memburuk (1) RR:…………………………….X/menit
4.Menyatakan rasa nyaman Cukup memburuk (2) 5. Pasien dapat mendemonstrasikan
setelah nyeri berkurang Sedang (3) Teknik relaksasi
6………………………………………….
Cukup membaik (4)
TERIMA KASIH
TETAP SEMANGAT

You might also like