Professional Documents
Culture Documents
Makalah - Pengujian Subtansive Atas Hutang Usaha
Makalah - Pengujian Subtansive Atas Hutang Usaha
AUDITING 2
Dosen Pengampu :
KELOMPOK 5
Disusun Oleh:
DEWANTARA
JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang
berjudul “Pengujian Subtantif terhadap utang usaha” dalam rangka untuk memenuhi
tugas mata kuliah Auditing 2.
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah lebih lanjut.
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak.
Semoga makalah yang jauh dari kata sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
2.1.3 Perbedaan pengujian substantif antara utang lancar dengan aktiva lancar..............3
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................18
3.2 Saran.........................................................................................................................18
Daftar pustaka......................................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hutang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Hutang lancar meliputi
semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun
atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan).
Seperti halnya dengan piutang usaha, hutang usaha biasanya juga dipengaruhi
oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji.
Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang
usaha lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau
kejadian. Alasannya adalah bahwa jika manajemen termotivasi untuk
memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar
dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya
material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan
harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
2
2.1.2 Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar
3
e. Di lain pihak pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk
menemukan adanya utang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada
tanggal neraca.
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi
masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat
direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak, dalam
pengujian substantif terhadap utang lancar auditor menghadapi kewajiban
perusahaan yang terjadi di masa lalu yang dalam jangka pendek harus
dilunasi.
Dalam pembahasan ini, akan difokuskan pada hutang yang timbul dari
transaksi siklus pengeluaran. Hutang lainnya, seperti upah dan pajak penggajian
serta berbagai kewajiban tidak lancar akan diuraikan dalam pembahasan
selanjutnya.
4
berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor menggunakan
metodologi untuk menghubungkan penilaian risko pengendalian yang tepat atas
asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk
asersi-asersi saldo akun hutang usaha. Metodologi tersebut meliputi matriks risiko
deteksi yang dapat diterima pada tahap pengujian rincian. Penerapan proses ini
untuk hutang usaha diikhtisarkan pada Gambar 15-9. Tingkat risiko spesifik
dalam matriks ini hanya bersifat ilustratif dan akan, karenanya bervariasi menurut
situasi yang dihadapi klien.
Eksistensi Penilaian
atau Hak dan atau Penyajian dan
Komponen Risiko Kejadian Kelengkapan Kewajiban Alokasi Pengungkapan
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko Inheren Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Risiko Prosedur Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Analitis
Risiko Pengendalian- Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Transaksi Pembelian
Risiko Pengendalian-
Transaksi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
Pengeluaran Kas
Risiko Pengendalian Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Gabungan
Risiko Pengujian Sedang Sangat Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah
Rincian yang Dapat
Diterima
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dan pengujian
5
rincian. Kerangka kerja umum untuk mengembangkan program audit atas
pengujian substantif dapat digunakan dalam merencanakan pengujian substantif
untuk hutang usaha. Daftar pengujian substantif yang mungkin, dimasukkan
dalam program audit yang dikembangkan atas dasar ini disajikan pada Gambar
15-10. Pengujian dalam gambar tersebut diarahkan pada satu atau lebih tujuan
audit atas saldo akun spesifik untuk hutang usaha. Juga perlu diperhatikan bahwa
pengujian berganda diarahkan ke setiap tujuan audit atas saldo akun.
6
tampak tidak biasa dari segi
jumlah atau sumbernya.
c. Mendapatkan daftar hutang usaha
pada tanggal neraca dan
menentukan bahwa hal tersebut
mencerminkan secara akurat
catatan akuntansi yang
mendasarinya dengan cara:
i. Menjumlahkan daftar dan
menentukan kesesuaiannya
dengan (1) total file voucher
yang belum dibayar, buku
pembantu, atau file induk
hutang usaha, dan (2) saldo
akun pengendali buku besar.
ii. Menguji kecocokan pemasok
dan saldo dalam daftar dengan
yang terdapat dalam catatan
akuntansi yang mendasarinya.
Prosedur 3. Melaksanakan prosedur analitis: 3.4
Analitis a. Mengembangkan akspektasi atau
hutang usaha dengan perusahaan,
termin perdagangan normal dan
sejarah perputaran hutang usaha.
b. Menghitung rasio-rasio:
i. Perputaran hutang usaha
(pembelian + hutang usaha)
ii. Hutang usaha terhadap total
kewajiban lancar.
c. Menganalisis hasil rasio
dibandingkan dengan ekspektasi
berdasarkan data tahun
sebelumnya, data industri, jumlah
yang dianggarkan, dan data
7
lainnya.
d. Membandingkan saldo beban
dengan tahun sebelumnya atau
jumlah yang dianggarkan untuk
menyelidiki kemungkinan kurang
saji yang berkaitan dengan hutang
yang tidak dicatat.
Pengujian 4. Menelusuri sampel catatan transaksi 3 3,4
Rincian hutang usaha ke dokumentasi
Transaksi pendukungnya.
a. Menelusuri kredit ke voucher
pendukung faktur penjual laporan
penerimaan, pesanan pembelian,
serta invormasi pendukung
lainnya.
b. Menelusuri debet ke pengeluaran
kas atau memo retur pembelian
5. Melaksanakan pengujian pisah batas
pembelian.
a. Memilih sampel transaksi
pembelian yang dicatat dalam
beberapa hari sebelum dan
sesudah akhir tahun serta
memeriksa voucher pendukung
faktur penjual dan laporan
penerimaan untuk menentukan
bahwa pembelian telah dicatat
pada periode yang tepat.
b. Mengobservasi nomor laporan
penerimaan terakhir yang
diterbitkan pada hari terakhir
bisnis selama periode audit dan
menelusuri sampel laporan
penerimaan bernomor lebih kecil
8
dan lebih besar ke dokumen
pembelian terkait serta
menentukan bahwa transaksi telah
dicatat pada periode yang tepat.
6. Melaksanakan pengujian pisah batas
pengeluaran kas.
a. Mengobservasi nomor acak
terakhir yang diterbitkan dan
dikirimkan pada hari terakhir
periode audit dan menelusuri ke
catatan akuntansi untuk
memverifikasi kekurangan pisah
batas, atau
b. Menelusuri tanggal pembayaran
cek yang dikembalikan dengan
laporan pisah batas bank akhir
tahun ke tanggal yang telah
dicatat.
7. Melaksanakan pencarian kewajiban
yang belum tercatat.
a. Memeriksa pembayaran
berikutnya antara tanggal neraca
dan akhir pekerjaan lapangan,
serta apabila dokumen yang
bersangkutan menunjukkan bahwa
pembayaran dilakukan untuk
kewajiban yang ada pada tanggal
neraca, maka telusurilah ke daftar
hutang usaha.
b. Memeriksa dokumentasi hutang
yang dicatat pada akhir tahun yang
masih belum dibayar sampai akhir
pekerjaan lapangan.
c. Menyelidiki pesanan pembelian,
9
laporan penerimaan, faktur
penjual yang tidak sesuai pada
akhir tahun.
d. Melakukan tanya jawab dengan
personil bagian akuntansi dan
pembelian mengenai hutang yang
belum dicatat.
e. Mereview anggaran modal,
perintah kerja, dan kontrak
konstruksi sebagai bukti atas
hutang yang belum dicatat.
Pengujian 8. Mengkonfirmasi hutang usaha 3,45
3,45
10
secara tepat menurut jenis serta
periode pembayaran yang
diperkirakan.
b. Menentukan apakah ada saldo
debet yang signifikan secara
keseluruhan sehingga harus
diidentifikasi.
c. Menentukan ketetapan
pengungkapan yang berkaitan
dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa atau hutang
yang dijamin.
d. Mengajukan pembayaran kepada
manajemen tentang ekstensi
komitmen yang belum
diungkapkan atau kewajiban
kontinjensi.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah
menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan
perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk
melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar
jumlah yang terutang pada tanggal neraca.
11
Biasanya klien mempunyai daftar file voucher yang belum dibayar, buku
pembantu hutang usaha, atau file induk dalam bentuk elektronik. Auditor juga
dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan
ketetapan matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total dan
dengan memverifikasi bahwa jumlahnya telah sesuai dengan akun saldo buku
besar.
12
konfirmasi kepada debitor dan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi
penyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.
Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke
dokumentasi pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjualan,
laporan penerimaan, dan pesanan pembelian.
13
sesudah tanggal neraca. Buku yang diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan
asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.
Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah
sangat penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal
neraca. Bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas (cash disbursement
cutoff test) dapat diperoleh melalui observasi langsung dan review atas
dokumentasi internal.
Apabila auditor dapat menyajikan pada tanggal neraca, maka ia secara langsung
dapat menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien. Penelusuran
selanjutnya atas bukti ini ke catatan akuntansi akan dapat memverifikasi
keakuratan pisah batas. Selain itu, auditor juga dapat menelusuri cek-cek yang
dibayar dalam periode beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca ke
tanggal cek tersebut dicatat.
Bukti yang diperoleh dari pengujian ini juga berkaitan dengan asersi eksistensi
atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.
14
Pencarian hutang usaha yang belum tercatat (search for unrecorded
accountans payable) terdiri dari prosedur terdiri dari prosedur-prosedur yang
dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan yang belum
dicacat pada tanggal neraca. Dengan demikian, prosedur ini berkaitan dengan
asersi kelengkapan untuk hutang usaha.
15
hutang yang belum dicacat meliputi: (1) menginvestigasi pesanan pembelian,
laporan penerimaan, dan faktur penjualan yang tidak sesuai pada akhir tahun, (2)
mengajukan pertanyaan kepada personil akuntansi dan pembelian tentang hutang
yang belum dicatat, serta (3) mereview anggaran modal, perintah kerja, dan
kontrak konstruksi untuk mencari bukti adanya hutang yang belum dicatat.
Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) konfirmasi
hutang usaha, dan (2) rekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan
laporan bulanan yang diterima oleh klien dari penjual atau pemasok.
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat
mengenai konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat oposional karena (1)
konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat
ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual
harus tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha
direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual
dengan saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajibannya. Seperti dalam kasus konfirmasi piutang usaha, auditor
harus mengendalikan pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta
harus meminta jawaban langsung dari respondensi.
Apabila konfirmasi akan dilakukan, maka akun dengan saldo nol atau
kecil harus ada di antara pilihan untuk konfirmasi karena saldo yang mungkin
ditetapkan terlalu rendah daripada akun dengan saldo yang besar.
Selain itu, konfirmasi juga harus dikirimkan kepada pemasok utama yang
(1) telah digunakan pada tahun sebelumnya, tetapi tidak dalam tahun berjalan, dan
(2) tidak mengirimkan laporan bulanan. Dapat diobservasi bahwa konfirmasi tidak
menyebutkan jumlah hutang yang harus dibayar. Dalam mengkonfirmasi hutang
usaha, auditor menghendaki agar kreditor menyebutkan jumlah yang terutang
16
karena jumlah itu akan direkonsiliasi dengan catatn klien. Perhatikan bahwa
informasi juga diminta mengenai komitmen pembelian dari klien dan setiap
jaminan atas hutang tersebut.
Pengujian ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi hutang usaha.
Akan tetapi, bukti yang tersedia untuk asersi kelengkapan bersifat dan mengirim
permintaan konfirmasi kepada pemasok yang tidak mencatat kewajiban klien.
Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang
sama seperti konfirmasi, tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok
telah dikirimkan kepada klien, dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu,
laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok tertentu.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20