You are on page 1of 22
183 KevITA DASAR Analitik & Organik Dr. Walter Balansa, S.IK, M.Sc Dr. Wendy A. Tanad, S.Kel, M.Si Frets J. Riewwpassa, S.Pi, M.Si Jaka F.P. Palawe, STP, M.Si ISBN 978-623-94155-2-5 Editor: Prof. Dr. Ir. Frans G. ljong, M.Sc Desain Cover ; Jaka, F. P. Palawe, STP, M.Si Penerbit: Politeknik Negeri Nusa Utara Redaksi: Jl. Kesehatan No. 1 Kelurahan Sawang Bendar Tahuna 95812 Email: pppm.poinustar@ gmail.com Distribusi tunggal: ‘Toko Girsa Jl, Wolter Monginsidi No. 49 Sario Tumpaan, KEc, Sario, Kota Manado, Sulawesi Utara 95115 Cetak Pertama Agustus 2021 Hak Cipta Dilingdungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. pln an Camscaner Kimia Dasar: Analitik & Organik BAB 6. KLASIFIKASI MOLEKUL-MOLEKUL ORGANIK Hingga sekarang, para ahli kimia telah mengindentifikasi sebanyak 37 juta senyawa organik, jumlah yang sangat mengintimidasi jika bukan sangat menakutkan untuk dipelajari, Tetapi melalui pengalaman selama bertahun-tahun, para ahli kimia mampu mengelompokan senyawa-senyawa organik ke dalam beberapa kelompok saja. Pengelompokkan ini menjadikan pembelajaran molekul organik menjadi sangat jauh lebih sederhana dan mudah dipahami. Jadi, bukan Mempelajari molekul organik secara acak, tapi kita akan mempelajari beberapa kelompok molekul sangat tipikal yang akan diawali dengan keluarga atau kelompok molekul paling sederhana, hidrokarbon. Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa akan 1. Mampu mengklasifikasikan berbagai molekul organik seperti alkohol maupun amina primer, sekunder dan tersier berdasarkan bentuk ikatan 2. Mampu menjelaskan tentang alkana dan turunannya yang memiliki rantai terbuka dan rantai tertutup atau siklik. 3. Mampu menjelaskan molekul arganik dengan struktur jenuh dan tidak jenuh, aromatik maupun non aromatik; dan 4. Mampu menjelaskan fungsi pangan, medis maupun industri dari molekul- molekul organik ini, 1.1. Hidrokarbon Hidrokarbon berasal dari dua kata, HIDRO (hidrogen) dan KARBON (karbon). Ini berarti bahwa hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung atom hidrogen dan karbon. Hidrokarbon merupakan penyusun utama campuran kompleks tebal, hitam, minyak mentah, Campuran hidrokarbon ini mengandung gas, cairan dan padatan alkana (membentuk 90% bahan bakar), alkena, sikloalkana, aromatik hidrokarbon (benzene, etil benzen dan naptalen). Komponen minyak mentah lainya termasuk oksigen, nitrogen dan sulfur 54 pln an Camscaner Kimia Dasar: Analitik & Organik 1.1.1, Klasifikasi hidrokarbon Untuk mempermudah pemanaman tentang hidfekarbon, para ahli kimia mengelompokkan hidrokarbon berdasarkan struktumya menjadi dua kelompok besar alifatik (tidak memiliki gugus fenil) dan aromatik (mengandung gugus fenil). Sementara hidrokarbon aromatik tidak diklasifikaskan lebih lanjut, hidrokarbon alifatik selanjutnya dikategorikan menjadi hidrokarbon askilik (rantai terbuka) dan hidrokarbon siklik (rantai tertutup) berbentuk seperti lingkaran atau cincin. ‘Sesudah itu, hidrokarbon asiklik masih dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu alkana, alkena dan alkuna (Gambar 6.1). =) Cel Gambar 6.1. Klasifikasi Hidrokarbon Selain itu, para ahli kimia juga mengelompokkan hidrokarbon berdasarkan tingkat kejenuhan. Sementara hidrokarbon sebagian hidrokarbon asiklik (alkana) dan sebagian hidrokarbon siklik tergolong hidrokarbon jenuh karena hanya memiliki satu ikatan karbon dengan karbon, sebagian hidrokarbon asiklik (alkena dan alkuna), hidrokarbon aromatik dan sebagian hidrokarbon siklik (sikioheksena dan Siklooktuna) tergolong hidrokarbon tak jenuh karena masih memiliki ikatan rangkap. 55 pln an Camscaner Kimia Dasar: Analitik & Organik a. Alkana Senyawa ini tergolong hidrokarbon jenuh yang mengandung hanya ikatan tunggal karbon-karbon (C-C) dan karbon hidragen (-C-H-). Dengan menggunakan rumus CrH2ne2, kita dapat menentukan 10 senyawa pertama alkana dengan mudah seperti pada Tabel 6.1. Tabel 6.1, 10 Jenis Alkana dari Panjang Rantai Karbon 2-10 Hemet ema nrvane amen a an en ie 3 ovena, om — ‘ cnOmOH com = . oon coma — ¢ Croom a : cone = ° cnvicmron coos — | ” emyich Cites Doane Alkena yang dikenal juga dengan olefin tergolong hidrokarbon tak jenuh karena terdiri dari setidaknya satu ikatan rangkap di antara karbon atom dalam molekul. Rumus molekul CrHan dari molekul ini memperlihatkan bahwa alkena dapat dibentuk dengan mengurangi dua atom hidrogen pada alkana dengan panjang rantai karbon sama dan mengganti akhiran —ana pada alkana dengan -ena. Pethatikan bahwa sementara etana memiliki rumus molekul C2He, etena yang memiliki rantal karbon sama panjang memiliki rumus molekul C2Hs atau kekurangan dua atom hidrogen. Tabol 6.2, 10 Jenis Akena dari Panjang Rantai Karbon 2-10 pln an Camscaner Kimia Dasar: Analitik & Organik ‘abel 6.4, Perbandingan Strukur Molekul Alkana, Alkena dan Alkuna ALKANOL ALKENA ALKUNA Cig Cae CH, CyHa (Cate Coy Coie Cae CsHr2 Catto Cats Cathe Cotta Cotto Cre Cys CHa CoHia Coie CaHt4 Corto cathe Cotte CroHaz CraH20 Crohie 6.1.3. Hidrokarbon Siklik Hidrokarbon ini dicirikan dengan rantai karbon tertutup berbentuk seperti lingkaran atau cincin, Sementara sebagian dari hidrokarbon siklik ini tergolong hidrokarbon tak jenuh Karena semua karbon hanya memiliki ikatan tunggal seperti siklopropana, siklobutana, siklopentana, sikioheksana, sikloheptana, siklooktana, sebagian lagi (sikloksena dan siklooktuna) tergolong hidrokarbon tak jenuh karena kedua hidrokarbon siklik ini memiliki ikatan rangkap. Jika kita perhatikan secara seksama, maka penamaan sikloalkana itu mengacu pada penamaan alkana rantai terbuka. Sebagai contoh, untuk molekul alkana dengan tiga karbon pada rantai terbuka disebut propana, butane, pentane, heksana, heptane, oktana, nonana dan dekana untuk karbon rantai karbon 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 Jika berturut-turut. Perhatikan bahwa nama yang sama jua digunakan untuk hidrokarbon siklik dengan panjang rantai karbon sama dengan semuanya mendapatkan imbuhan siklo karena berupa ikatan rantal tertutup atau siklik. 58 pln an Camscaner Kimia Dasar: Analitik & Organik satooropana Saver saxcorrtana nore Sakpetsana ——Siohextans Skicheatare —— Silocatona Gambar 6.2. Sejumlah Hidrokarbon Siklik Jenuh dan Tak Jenub 6.1.4, Hidrokarbon aromatik ‘Selain alifatik dan siklik, para abli kimia juga menetapkan jenis hidrokabon ketiga yaitu hidrokarbon aromatik. Sama seperti hidrokarbon siklik, jenis hidrokarbon aromatik juga memiliki struktur siklik tetapl berbeda dengan hidrokarbon siklik, hidrokarbon aromatik memiliki ikatan rangkap berselang-seling dengan ikatan tunggal sehingga tergolong hidrokarbon tidak jenuh. Selain itu, ikatan rangkap dari tiap-tiap elektron pada ikatan rangkap hidrokarbon aromatik tidak tetap tetapi berpindah-pindah dari satu atom ke atom lain sehingga posisi ikatan rangkap tidak nisa dipastikan karena tergantung pergerakan elektron Benzena dan derivatnya (toluene, fenol, anilin, etilbenzena dan azam benzoat) mewakili beberapa contoh senyawa hidrokarbon aromatik. Menurut sejarah, benzene dan derivatnya disebut hidrokarbon aromatik karena molekul- molekul ini memiliki aroma khas. Sekarang, suatu senyawa yang dikategorikan aromatik jalah karena senyawa itu cincin benzene atau memiliki karakteristik menyerupai benzene (tidak harus memiliki aroma yang kuat). Kita bisa mengenali dengan mudah senyawa-senyawa aromatic melaui keberadaan satu atau lebih cincin benzema pada strukturnya. 59 pln an Camscaner KONSEP-KONS'ER INTI Edisi Ketiga — — Ki mia Da Sa r Edisi Ketiga Konsep-konsep Inti Jilid 1 Raymond Chang Williams College > PENERBIT ERLANGGA JH. Baping Raya No. 100 ‘Ciracas, Jakarta 13740 a2 senyiawa orpanih, une storm = i Bab 11 Pengenalan Kimia Orgarik 11,1 Penggolongan Senyawa Organik ‘Karbon dapat membentuk lebih bantyak senyawa dibundingkan unsur lain sebab atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon tunggal. rangkap dua dan rangkap tiga, ‘etupi juga bisa tetkait satu sama lain membentuk struktur rantai dan cincin. Cubsng mu Limia yang mempetajars senyawa karbon adalah kimia organik (organic chemistry). Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang di kandungnya. Gugus fungsd Guctional group) adalah sekelompok atoms yang. menyebabkan perilakw kimia motekul induk, Molekul berbeda yang mengandung gupus (atau pUEUY:guUS) fungsi yang sama mengalami reaksi yang serupa. Jad, dengan mempelajari sifa-sifot khas boberapa gugus fungi, kita dapat belajar dan memahami sifat-sifat dari banyak senyawa ‘organik. Pada parub kedua dari bay ini kita akan membahas gugus fungsi yang telah dikenal seperti alkohol, eter, aldehida dan keton, asam karboksilat, dan amina. Semua senyawa organik merupakan turunan dari galongan senyawa yang dikenal sebagai hidrokarbon (hydrocarbon) sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hidrogen dain karbor. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. Midrokarbon atifatis (aliphatic hydrocarbon) tidak mengandung gugus bencena, atau cincin benzena, sedangkan kidrokarbon aromatik (aromatic Iydrcarbon) mengandung sata atau lebih cincin henzena. 11.2 Hidrokarbon Alifatik Hidrokarbon alifatik dibagi menjadi alkana, alkena, dan alkuna, yang akan dibahas dalam subbab ini (Gambar 11.1), Alkana Alkana (alkane) mempunyai cumus umum Cy... dengan ns 1, 2..... Ciri terpenting dari molekul hidrokirboo alkana adalah hanye terdapat dkatan kovalen fungal. Alkana dikenal schagai hidrokarbon fenuh (saturated hydrocarbon) karena mengandung jurmlah maksimum atom hidroyen yang dapat berikatan dengan vejumiah atom karbon yang ade. Alana yang paling sederhana (yaitu dengan n= 1) adalah metana CH,, yang merupakan hasil alami penguraian bakter anaerob dari tanaman-tanaman dalam ait, Karena scayawa ini pertama kali dikumputkan dari awa, metana dikenal juga sebagai “yas rawa”, Sumber metana yang agak mustahil tetapi telah terbukti adalah rayap. Kettka serangga rakus in} memakan my =) I { | a) a) Gee) Ga Gambar 11.1 Penesolongan hidiskarbon, pln an Camscaner Mahfud MAHFUD Zakir SABARA Industri Kimia Indonesia INDUSTRI KIMIA INDONESIA Mabvfind Mahfud & Zakir Sabara Desain ¢ Vata Letak | wr Zakir Sabara Purn Kusama Anjggraun Cotakany Pertam Januar) 200% ak Capt 2008, Pala Penal Ta alluar ta ju jnwal peaetakan Copyright © 2014 Ty Deepublialy Publisher AU Rughr Reserveet Hak ipa eiindungs uncang-anndan, Dilarany, keray meneriemahiean, metafonoknp, ata memperhanyasebaysan atau sitet is ik ni tanpa ivineerle dai Penethit, PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDTUTAMA) Anaya IAT (076 /1D1Y/ 2012) J. Majawat 6, Hany No}, Deon, Surdonoharo, Nealiky Slernan W.Kaliurany, Kin.9,3 — Yogyakarta 53581 Help ahs: (0274) 4533427 Website: wwwleepublsh cuid www: penerbitdeepublsh.com Vomail:es@ideepmblish-erid Katalog Dalary Terbitan (SDT) MAHFUD, Malfud Fnufusrrs Kirn frutranesia ofc Mate! Mah ful & Zakie Sabara.Bl 1, Cet. 1 Yogyakarta: Deepublish, Januar 201%, Villy 197 hl UT 8 5328 erm ISIN 978-602-483-660-4 1 Teknoliyg) Industn Kimi A Jud oo pln an Camscaner a. Komponen Hidrokarbon Minyak bumi merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon dan hidrogen sehingga disebut sebagai hidrokarbon. Perbandingan unsur ~ unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi, Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut: * Karbon : 83,0-870% * ~=Hidrogen 10,0-14,0% © Nitrogen : 01-20% + Oksigen ; 0,05-1,5 % «Sulfur : 0,05 - 6,0 % Berdasarkan stukturnya secara. umum, maka senyawa hidrokarbon dibagi atas empat kategori yaitu: * — Parafinik © Olefinik * — Naphthenik © Aromatik sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang. b. Senyawa Golongan Parafin Parafin dikarakterisasi oleh kestabilannya yang besar. Senyawa hidrokarbon golongan parafin ini adalah senyawa hidrokarbon berupa rantai lurus ataupun rantal bercabang tanpa ikatan rangkap. Rumus empiris dari senyawa hidrokarbon golongan parafin adalah C,H... Komponen paling sederhana dari hidrokarbon gotongan ini ialah metana (CH,). Metana sampai butana (CyHio) berwujud gas pada tekanan atmosfer, Senyawa parafin yang berwujud cair pada kondisi atmosfer ialah pentana (CsHu) dan fraksi yang lebih berat dari pentana. Semakin panjang rantai parafin maka semakin tinggi titik didih dan titik leburnya. Semua minyak bumi mengandung senyawa_parafin ringan, sedangkan parafin berat dijumpai pada minyak bumi yang 103 | Industri Kimia Indonesia pln an Camscaner mengandung lilin. Lilin dapat terdiri dari hidrokarbon parafin rantai turus maupun bercabang. Senyawa hidrokarbon parafin dapat adalah senyawaan hidrokarbon jenuh dengan rantai atom C terbuka, Contoh rumus molekul dari senyawa hidrokarbon parafin: CH. metana = GHz» = nonana GH, = etana CoH = dekana CHa propana = Hy, = undekana GHi = butana C,H = heksadekana (setana) GH = pentana G»Ho = eikosana Cole = heksana = Cy His = hentriakontana GH. = heptana Coo Hie = heksakontana Gy = oktana Cs, Hix» = doheksakontana c. Senyawa Golongan Olefin Olefin merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai rangkap atau disebut juga senyawa alkena (C,H). Kereaktifan senyawa golongan ini bergantung pada ikatan rangkap yang dimilikinya. Oleofin terdiri atas hidrokarbon tidak jenuh serta jarang terdapat pada minyak mentah karena berasal dari dekomposisi hidrokarbon tipe Lain. Hidrokarbon seri ini dapat beraksi langsung lor, brom, asam khlorida, dan asam sulfat tanpa menggantikan hidrogen. Olefin pada konsentrasi tinggi dapat diperoleh pada produk Thermal dan Catalytic Cracking Unit. Hidrokarbon tak jenuh ini larut dalam asam sulfat. Oleofin dengan titik didih rendah tidak ditemukan dalam minyak mentah. Contoh rumus molekul dari senyawa hidrokarbon olefin dapat adalah : G:H, = etilena GH. = propilena GiHy = butilena d. Senyawa Golongan Naften Naften adalah senyawa hidrokarbon siklis yang lebih kompleks dibandingkan paratin. Senyawa hidrokarbon _ ini mempunyai rumus empirik C,H. Ikatan karbon dalam naften 104 | Industri Kimia Indonesia pln an Camscaner adalah ikatan tunggal seperti parafin sehingga naften merupakan senyawa hidrokarbon jenuh. Senyawa naften merupakan senyawa dengan jumlah kedua terbanyak setelah parafin pada minyak burmi: mentah. Sebelumnya, naften disebut sebagai metilen namun sekarang dikenal dengan sebutan sikloalkana. Naften hampir dijumpai dalam semua minyak mentah. Naften tidak larut dalam: asam sulfat, Contoh senyawa naften adalah sikloheksana, siklopentana, dan siklooktana, Pada Catalytic Reforming Unit, senyawa naften akan kehilangan atom hidrogennya dan terkonversi menjadi senyawa aromatik, Cantoh rumus molekul dari senyawa hidrokarbon naften adalah GHe = siklo propana CiHs = siklo butana Hoe GHw = siklo pentana HG Ci = siklo heksana e. Senyawa Golongan Aromatik Hidrokarbon bergolongan aromatik sering disebut dengan benzen (C:H,). Senyawa golongan aromatik merupakan senyawa dengan jumlah ketiga terbanyak pada minyak bumi mentah. Senyawa ini adalah senyawa hidrokarbon tak jenuh karena memiliki ikatan rangkap pada rantainya. Senyawa hidrokarbon ini bersifat aktif dan dapat membentuk asam organik bila teroksidasi, Senyawa ini sengaja dibentuk melalui proses reformasi katalitik untuk meningkatkan kualitas knocking pada gasolin. Senyawa aromatik biasanya tidak reaktif, memiliki bau yang khas, pelarut yang baik, dan memiliki bilangan oktan yang tinggi. Ciri khas dari senyawa ini adalah rantai 6 karbon yang memiliki 3 ikatan rangkap atau disebut nuclear, Dalam minyak bumi juga terdapat senyawa aromatik berukuran besar (polynuclear), misalnya pyrene dan chrysene. 105 | Industri kimia Indonesia pln an Camscaner PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF- DARI KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.) SEBAG AL ADSORBE! SENYAWA POLISIKLIK AROMATIK HIDROKARBON FENANTRENA, Riri Auliya’, Ni Luh Gede Ratna Juliasih!, Rinawati!™ “Jurusan Kimia, Universitas Latnpuig Finawati @ fmipa.unila.ac.id ABSTRAK Artikel Info. Polisiklikt aromatik hidrokarbon (PAI) merupak nik polutan yang Diterimatangeal | mempunyai dampak serius pada lingkungan karena sifatnya yang toksik, (08.06.2018 karsinogenik, dan mutagenik, Dalam penelitian ini telah dilakukan jt adsorpsi dengan menggunakan adsorben karbon atif menggunakan ZnCl; 30% dengan rasio impregnasi 3:3, Karakterisast karbon aktif dilakukan dengan menggunakan SEM untuk m msi permukaan serta digunakan spekirofotometer FT-IR untuk mengidentifikasi gugus fungsi. Uji adsorpsi dilakukan dengan metode batch untuk menentukan kadar optimum adsorben, waktu kontak, dan konsentrast adsorbat menggunukan spektrofotometer UV.VIS pada panjang gelombang 280 nm. Hasil optimasi adsorpsi PAH dengan Freundlich menggunakan fenantrena diperoleh pada konsentrasi 3 ppm, pada peaambahan arbor abu kadar adsorben 25 mg dan wakiu optimum 60 menit, Data kinetika adsorpsi Pan fenantrena cenderung mengikuti model kinctika pscuudo orde dua dengan nila, koefisien korelast R2 sebesar 0.9914, sedangkan dita isoterm adsorpsi fenantrena mengikuti model isoterm Freundlich dengan nilai koefisien korelasi sebesa 0.7863, ult pisang y sivas Disetyjui ABSTRACT Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) is organic pollutant that have a serious impact oft the cenwironment due to their toxic, carcinogenic and mutagenic properties, one of which can be caused by Polycyclic Aromatic Hydrocarbon compounds (PAH) type of phenanthrene. i this reseditch, adsorption has been conducted using activate adsorbent from banana peels that are activated using ZnCl tivated carbon was performed using SEM to y morphology surface and ETAR spectrophotometer to identify the finctional group. Adsorption test was conducted by the batch method 10 determine the optinum of adsorben doses, contact ‘i ration of adsorbat using UV-VIS spectrophotometer at a wavelength orf 250 nm The result shows that the optimum of adsorption concentration of 4 ppm adsorbent devels of 25 mg and reached for 60 minutes. Phenanthrene adsorption kinetics data tend to follow the kinetics af paewuto- order with correlation coefficients (R') of 0.9914, while phenanthrene adsorption isotherne data was 10 tend modeled isetherme Freundlich coefficient of correlation 0. 7863 and the concen PENDAHULUAN Perindustrian di dunia sejak beberapa dekade telah berkembang pe dengan perkembngan tersebut, potensi terjadinya pencemaran semmakin besar pula lingkungan, Namun_ seiring Material pencemaran lingkungan diantaranya karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), Anal Environ Chem. 126 pln an Camscaner Analit: Analytical and Environanental Chemistry, EISSN 2540-8267 Ditober 2018 Analisis morfologi permukaan adsorben dilakukan dengan menggunakan SEM, Hasil analisis yang diperoleh dapat dilihat adanya perbedaan struktur permukaan antara karbon tanpa aktivasi, lunpa aktivasi, karbon aktif dengan aktivator NaCl, dan karbon aktif dengan aktivator ZnCl: seperti terlihat pada Gambar 1 Gambar 1. Hasil SEM dengan perbesaran 3,000x pada permukaan adsorben berupa (a) karbon tanpa aktivasi, (b) kurbon aktif teraktivasi ZnCl, (c) karbon aktif teraktivasi NaCl. Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa pori-pori karbon teraktivasi ZnCl; memiliki pori-pori paling baik diantara karbon tanpa aktivasi dan teraktivasi NaCl. Hal ini dikarenakan pori-pori yang terdapat pada karbon tanpa aktivasi masih tertutupi oleh pengotor akibat proses karbonisasi menggunakan furnace, sedangkan pada karbon teraktivasi NaCl diakibatkan karena selama proses pemanasan menggunakan furnace, NaC tidak terdekomposisi secara sempurma, schingga ruangan yang terisi olehnya tidak erbuka secara sempurna, Karakterisasi dengan PSA. Analisis untuk mengetahui distribusi ukuran partikel dengan menggunakan PSA. Hasil analisis yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 2. Amal Environ. Chem. 131 Jurnal Lingkungan dan Sumberdays Alam (JURN ALIS) ISSN 2828-5688 Volume § Nomor 1, Appel 2022: 88-44 hap: /epournat jppm-unbaja.ac id’index- php jviinder ips. org! 10-47 OSD hs vSi.1904 —————— LAJU DEGRADASI SENYAWA HIDROKARBON YANG MENCEMARI TANAH OLEH Salipiger bermudensis (DQ 178660) DENGAN STIMULASI FERTILIZER (dliterima 23 Februari 2022, diperbaiki 2 Maret 2022, disetujui 31 Maret 2022) Ade Surniardi Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Banten Jaya J.Ciwaru 11 No.73 Kota Serang 42117 email Lorespondensi: adesumiardi@ unbaja.ec id Abstract. Salipiger bermudensis (DQ 178660) ix one of soil bacterium that produce biosurfactant as a secondary metabolite. It was isolated and identificated for its capacity 10 utilize the fraction of hydrocarbons. The purpose of this research is to analyze degradation activity of Salipiger bermudensis (DQ 178660) on hydrocarbon contaminated soil. Salipiger bermudensis (DQ 178660) was used as a model to degrade hydrocarbon and it was detected by GC-MS. Adding of fertilizer as a mutrient into soil ix believed 10 enhanced in situ biodegradation by stimulating the growth of bacterium to degrade hydrocarbon contaminated soil. Analysis of Gas Chromatography — Mass Spectroscopy showed that degradation of hydrocarbon by Salipiger bermudensis (DQ 178660) has been successed respectively. It means that Salipiger bermudensis (DQ 178660) was be able to degrade hydrocarbon contaminated soil Keywords: Biodegradation; fertilizer: Salipiger bermudensis (DQ 178660); hydrocarbon. Albstrak. Salipiger bermudensts (DQ 178660) merupakan halofilic bacterium, bersitat negatif tethadap pengecatan gram, uji fosfatase dan spore forming serta bersifal positif terhadap ui katalase dan uji motilitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri Salipiger bermuclensis (DQ 178660) dalam proses degradasi senyawa hidrokarbon pada tana tercemar hidrokarbon yang distimulasi fertilizer. Penelitian diawalt dengan preparasi sampel tanah tervemar hidrokarbon, pembuatan prekultur dan kultur Salipiger bermudensis (DQ. 178660), cekstraksi senyawa hidrokarbon seria analisis senyawa hidrokarbon hail degrada menggunakan Gas Chromarography-Mass Spectroscopy (GC-MS). Hasil penelitian analixis degradasi senyawa hidrokarbon menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC- MS) menunjukkan bahwa hidrokarbon yang mencemari tanah di kawasan PT. Krakatau Steel Cilegon Banten terdegradasi menjadi fraksi-fraksi penyusun yang lebih sedethana. Salipiger bermuclensis (DQ 178660) meriliki kemampuan merombak senyawa hidrokarbon pada tanah tercemar minyak bari Kata Kunci: Biodegradas: fertilizer: Salipiger bermudensis (DQ 178660); hidrokarbon, © hak cipta dilindungi undang-undang pln an Camscaner Sunriardi Jurne Lingkungan dan Sunsherdayes Alam (JURNALIS) 51): 45-44 hidrokarbon terdetcksi paling kecil volume konsentrasi dan Iuas areanya (konsentrasi 158,00 ppm; luas area 1.58%), Senyawa Dibenzothiophene dan senyawa 1,2-Benzediofe adalah senyawa hidrokarbon aromatik dan poliaromatik dengan struktur siklik bervariasi mengandung 2011), nitrogen organik dan oksigen yang satu sama lain saling berikatan, Arun et al mengatakan bahwa senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak ‘bumi Merupakan entitas heterogen, terdiri dari rantai hidrokarbon panjang yang bervariasi dengan kandungan ratusan senyawa hidrokarbon yang berbeda seperti parafin, naphthenes, aromatik serta senyawa sulfur organik, senyawa nitrogen organik dan ‘oksigen yang mengandung hidrokarbon (fenol), Gambar | memperlihatkan bahwa senyawa terdeteksi GC-MS seluruhnya adalah senyawa Poly Aromatic Hydrocarbons (PAHs). PAHs adalah kelompok besar senyawa hidrokarbon yang memiliki kemiripan karakteristik. Ivey (2006) melaporkan bahwa senyawa PAHs meliputi senyawa berat molekul tinggi dengan tingkat solubilitas air yang rendah, memiliki 2 sampai 5 terdegradasi secara biologi Degradasi PAHs dengan struktur benzene dimineralisasi olch mikroorganisme karena rendahnya daya solubilitas dan tingginya incin aromatik yang mengikat dan relatif Jebih sulit jebih dari 3 umumnya sulit untuk daya afinitas menjadi senyawa organik cair, Tingkat solubilitas air yang rendah dan daya afinitas elektron yang tinggi pada PAHs umumnya menjadi faktor pembatas keberdaan mikroorganisme didalam nah karena mikroorganisme tidak dapat menggunakan sumber karbon pada PAHs untuk pertumbuhannya sehingga proses metabolisme terganggu, akibatnya mikroorganisme akan mengalami kematian Bakteri Salipiger bermucensis (DQ 178660) Hasil analisis GC-MS set bermudensis (DQ 178660) hari ke-15 dapat dilihat pada Gambar 2. awa hidrokarbon dengan perlakuan Salipiger 40 pln an Camscaner 10 a 13 4 15 16 Ww 18 19 20 a 2 23 24 26 a 28 29 31 Poniprnt: Mako$ Peayasny A. Boctha) G, Hintrophabic: deep eutecti stvent bydrocarbors in apa samples JOURNAL OF CHROMATOGRAPHY A, Vb een” extration med for polyeytic aromatic 1), 28-77, DOL: 10.1016 chron 204K vy (© 2004. Thin mamcipe versie is nade avaliable under the OC BY-NC-ND 4 lceme bp cretiveccmmnans onglicensen/by- nc Hydrophobic deep eutectic solvents as “green” extraction media for polycyclic aromatic hydrocarbons in aqueous samples Patrycia Makos ', Andrzej Prayjazny ?, Grzegorz Boczka) ‘Gdansk University of Technology, Faculty of Chemistry, Department of Chemical and Process Engineering, 80 - 233 Gdansk, G. Narutowicza St. 11/12, Poland. Fax: (+48 58) 347-26-94; Tel: (+48) 697970303; ? Kettering University, 1700 University Avenue, Department of Chemistry & Biochemistry, Kettering Flint, Mi 48504, USA, Abstract: The paper presents novel nonionic and hydrophobic deep eutectic solvents which were synthesized from natural compounds, fe., thymol, ¢camphor, decanaic and 10-undecylenic acids. Fundamental physicochemical properties of the synthesized deep eutectic solvents were determined, followed by their application as extractants in ultrasound-assisted dispersive fiquic-liquid microextraction to isolate and enrich polycyclic aromatic hydrocarbons from aqueous samples characterized by a complex matrix. The final determination was carried aut by gas chromatography-mass spectrometry. The most important extraction parameters were optimized and the procedure was validated, The developed procedure is characterized by low limits of detection and quantitation, equal to 0.0039 ~ 0.0098 ug/L and 0.012 ~ 0.029 g/l, respectively, good precision (RSD < 6.09%), analyte recovery ranging from 73.5 to 126.2%, and a wide linear range. The procedure was applied to analysis of industrial effluents from the praduction of bitumens before and after treatment by advanced oxidation processes. A total of 16 PAHs at concentrations ranging from 0.12 to 46.2 g/L were identified and determined, Keywords: deep eutectic solvents, dispersive liquid-liquid microextraction, sample preparation, gas chromatography, water analysis, polycyclic aromatic hydrocarbons. “Corresponding author: dr Gregor: Boczka}, PhD., 0.Sc.. Eng., e-mail: grzegorz. bocrkaj@pg.edu.pt pln an Camscaner “~ MOST WIEDZY 146 a7 148 149 150 ast 152 153 15a 355 156 4s7 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 470 171 72 173 474 175, 176 uw 178 179 180 181 182 183 134 185 with melting points for [Th], [C], [UA] and [DA] equal to 49.6, 179.8, 24.5 and 31.5 °C, respectively. Among the investigated DESs, only some were liquids at ambient temperature, including [Th]{C] at mole ratios 7:3, 3:2 and 1:1; [THI[UA] over the entire investigated range: 7:3, 3:2, 1:1, 1:2, 1:3, and 1:4 while [THI[OA] was liquid at mole ratios 3:2, 1:1, 1:2 and 1:3 (Figures 51-53). Specific values af melting points of the investigated deep eutectic solvents are listed in Table 1. Solid-liquid phase diagrams of the DESs are ‘shown in Figure 2. The diagrams reveal a significant depression of DES melting points with respect to the pure components. An especially large depression is observed for the DES formed from [Th] and [C} 1:1, for which the MP is -#4.0 °C. In order to elucidate the structure of the DESs formed, ‘H NMR and "'C NMR spectra were taken Examples of the spectra for samples of [ThJ{C}, [Th][UA] and [Th][DA] at a 4:1 mole ratio are shown in Figure 3 and Figures S4-SS, respectively. All the peaks in the spectra can be assigned to the DES ‘components; no additional peaks which would indicate the occurrence of side reactions are observed. in addition, in order to elucidate the interactions between the two components resulting in the formation of DESs, FT-IR spectra were recorded. A comparison of FT-IR spectra of pure components and ‘the DES: formed ( shown in Figure 4 and Figures 5657. The synthesis of deep eutectic solvents 6 accomplished by the formation of hydrogen bonds between HBA and HED. The location of the bonds. depends on the structure of the reactants, In jonic deep eutectic solvents, for example those formed bby ‘the combination of choline chloride with phenals, hydrogen bonds are formed in the vicinity af -O-H ‘Broups of phenols, which \s indicated by a shift of the O-H band for a pure HBD towards lower wavenumbers. [40]. An inspection of FT-IR spectra of all the investigated deep eutectic solvents also reveals a shift of the O-H band of [Th] from 3207.7 cm* [Th] to 3400.2, 3435.7, and 3441.9 cm "for ITHICL. [THITUAI, and [ThIIDAl, respectively. In addition, the spectra of DESs formed from thymol and ‘carboxylic acids reveal a characteristic shift of the bands corresponding to stretching vibrations of the ‘carbonyl group towards higher wavenumbers: from 1689.1 em to 1722.6 em ‘and from 1698.2 em to 1725.5 crn for [Th][UA] and [ThI[DA], respectively, which Indicates the formation of new hydrogen ‘bonds in the vicinity of the -COOH group. A similar behavior was also observed in DESS composed of DL- menthol and carboxylic acids {{$]] The viscosity and density values of the DESs were determined at room temperature, These properties play an important role in mass transfer processes, affecting emulsification and the ease of phase separation in the extraction process. In addition, the average molar masses of the DESs were ‘calculated, All the properties are compiled in Table 1. The viscosity and density values of the DESS for the ‘same mole ratio can be arranged in the following order: (ThI{C}>{Th][UAT>ITh]{OA} The synthesis of all the investigated DESs is inexpensive compared to the synthesis of iLs. The ‘cost of 100 g of a DES does nat exceed $25 while the price af ionic liquids varies from $250 to $7500, In addition, all DES are characterized by low toxicity due to the fact that they were made of low-toxic natural compounds, 3.2. Optimization of extraction conditions Optimization of extraction conditions using deep eutectic solvents as the extractants was carried ‘out for several PAHS, including fiuorene, phenanthrene, pyrene and benzofalpyrene which were selected as representative PAHS. Most of the published research indicate very similar impact of optimized pln an Camscaner JEMBATAN PENGETAHUAN Ma we 154 155, dong tit oleh ),[C,[UA] dan [DA masing easing sama dengan 496,170,824 dan 31,5 °C 1 antarn HESS yang dinelcibs, hanya beberape yang berupacaian pada suby reba termagu® ITH}IC] padavasio mol74.9.2 dan 1.1; [THIIUA] pada sekinsh rentang yang diseddhl: 7, 3:2,1.4,1°2, 19, 14 sedangkan [THO] berbertuk em para mol 3:2, 11,12 dan 1 3 (Garber 81-53}. Nils spend Wik lebur pelaru! eureiaik dala yang deeicid lercantum Calan Tabel 1 Olagran fare padatoai dan ‘ES amagAtan pada Gamat 2 Ding am mengunghapkan parurunan taps HA Wh DES wehubangan dengan komponen mum) Cepresi yang sengat besa diemati untuk DES yang terbentuk dan [Th] dan [C] 14. Goma aaah 440°C i eran sth OE yng Herb St ween M NMR Ja CAL Cota spebinan untua samme! [MIC] [THI A) dan [TID A) pada raszo mod) 1 diturguthan massing mnawing ata 1$6-Gambar 3 dan Gumbar 545% Samus punced dalam epedtnam dapat Gtetaplar untud Komponen as? 158 DES tidak ada puncah tambahan yong ah an menuryakcan teyadinya reaki sumping yang diamat ‘Selon 4 untes menyelauhan mterahs! antara dus Komponen yang menghaalian pembentukan 159 ESS. spekeum FF ttiekam. Peas cing an epektum FTAA Komponen mumidan DES DESS yang Yebber tok 160 (pada Gambar 4 dan Gambar 56-57. Sintests pelarut eutekts dalam 161 dicapaiciengan Pembentukan kurtan hidroger antarn HBA dan HAD (okesikatan 167 tergantung pada stultur resktan (lar pals! eutehth dalam ond, missinya yang dibentuk oleh kombras Loli Konda dengan tenel 163 168 265 tkatan hidrogen terbentuk di sekiter gugus -O-H feral, yang dituryukiaan dengan pergeseran pit 5. untuk HED mua menuiu itangan getombang yang lebih rendah (140) Dear bobompe pat an ‘eutektik dalam yang diselidiki jugespaktearm FTIR dari semua 166 mengungkap [Th] dat 3207,7 crm [Th] menjadi 3400,2, 3435.7, dan 3447,9 crv? untuk [THIIC]. [THIUA) dan 167 [Tb][D.A] mening meneg Seis tu, spebirun DEES yang lebentul det tenotdan 148 anaem bharbokwat rengunghapan pergesmrar harsktersth pla yang semua Gergen vbw regangan gugus kerbond 188 rman bilangan gelombang yang lebih ting: dari 1699:1 cm hingga 1722.6 om dan dari 16982 cm hingga ‘YRS S cm! untuk [THIIUA] dan [TIDAL masing masing yang menunjuckan pembertukan hhidrogen (pada 171 hatan etter yages COOH Pesiats werupe jaya harap OCS yy tere da OL 172 rental dar waar babokstat 49 73 Mia vishotan car Cen nts DESS ditentvkan pada suhu hamat 174 stati -memankan penn penting dalam protes perpndshan manta mempengaruhiamulafikassdan kemnudah an (Pemisshan tase dalam proses ekatahs! Selam #u,manse molar ratarata DESS dhitung 176. Semua proper dikompias!catam Tabel Mila wiskostas dan densitas DESS untuk 177 ras molyang sama dapat distur dalam ureter Beakut [THIIC}s{THIUAPTTHIIOA | Sintenie dan semua CESS yang disekdAi thiah mahal dbandingkan dengan sintess ILS ‘igya 179 100 gOS ta mete £25 secanghan barge casran tom bervaran! das $280 hingya $7300 180 181, Solar tu, serous DAS dicnihan lah toa nsetan reeah wera tertaat dant seryama alan dong obsiatas ngan 122 Optematens hone! etateada! ‘Optenainasi tnd eesraunimenaginah an pela me tA dali Kebaget we Mahan Sak am ta beberapa AH ternasuk tyorne, phenanthrene, pyreneddan benrolalipyrene yang tpi sebage PAHs representa Terbagien bree penernan pag dipubitt an A an crenunyaeh un deepak yang menget ing den Buptrre a pin eran Cams

You might also like