Professional Documents
Culture Documents
Analisis Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pengusaha Kecil Terhadap Budaya Kerja (Studi Kasus Pada Pengusaha Kecil Bidang Konstruksi Di Kota Palu)
Analisis Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pengusaha Kecil Terhadap Budaya Kerja (Studi Kasus Pada Pengusaha Kecil Bidang Konstruksi Di Kota Palu)
Abstract: The Analyze of Small Business Leadership Behaviors Affect to Work Culture.
Small business engaged in construction, to be able to survive a failure depend on the orientation
of its leadership runs the business which is it will affect work culture. Effective leaders
simultaneous task-oriented and relationship-oriented. Tthe highest attention devoted to the
production and human. The results showed that the behavior of task-oriented leadership and
relationships-oriented affect work culture proposed by Hofstede. Leadership behaviors
significantly influence the work culture at a very large power distance, uncertainty avoidance is
huge, including the category of high individualistic and masculinity are high as well.
Keywords: small business, leadership behavior, work culture
untuk berkualitas. Sedangkan memimpin yang efektif, dalam artian kontraktor tidak
(leading) adalah kemampuan untuk dapat mempengaruhi para pekerja dengan
mempengaruhi, memotivasi, dan memberi baik, maka akan sulit menyelesaikan suatu
perintah kepada orang lain secara langsung proyek yang dikerjakan, karena karakteristik
untuk mencapai tujuan-tujuan yang pekerjaan di dunia kontraktor sifatnya
diinginkan. Manajer juga berbeda dengan sangat spesifik, dimana pekerjaan berlangsung
pemimpin (Robbins, et al: 1997, 596), hanya satu kali pengerjaan dan dalam
manajer ditetapkan, mereka mempunyai periode waktu yang relatif pendek (kurang
legitimasi kekuasaan yang dapat memberi dari 1 tahun), sehingga keberhasilan usaha
hadiah dan hukuman kepada para bawahan kecil bidang kontstruksi sangat ditentukan
nya, kemampuan untuk mempengaruhi oleh kepemimpinan pemilik usaha dalam
berasal dari wibawa yang melekat pada menjalankan perusahaannya. Dengan
posisi jabatan formal, sedangkan pemimpin memperhatikan peran penting pengusaha
muncul dari suatu kelompok, pemimpin kecil di bidang konstruksi, tidak terkecuali
dapat mempengaruhi orang lain untuk di Kota Palu, yaitu keterlibatannya secara
melakukan tindakan melebihi hati nurani langsung dalam menunjang pembangunan
dengan wibawanya. Daerah, bersama-sama Pemerintah daerah
Berdasarkan pengertian Manajer dan menyediakan sarana dan prasarana pembangunan
Pemimpin tersebut, maka jelaslah bahwa ekonomi daerah, membangun jalan dan
peran pemimpin perusahaan dapat dibeda jembatan untuk transportasi hasil bumi dan
kan dengan peran pengelola perusahaan. hasil industri, membangun gedung sekolah
Begitu juga dalam usaha kecil, peran sebagai sarana pendidikan dan lain-lain.
seorang pemimpin perusahaan seharusnya Memperhatikan juga kepemimpinan kontraktor
dipisahkan dengan peran pengelola yang begitu unik, maka dalam studi ini akan
perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku di mengkaji pengaruh kepemimpinan pengusaha
pengusaha kecil, karena keterbatasan kecil bidang konstruksi yang ada di Kota
pengetahuan manajerial dan modal yang palu terhadap budaya kerja yang dikemuka
dimiliki. Dengan demikian kepemimpinan kan oleh Hofstede.
pengusaha kecil mengacu pada perilaku
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas KAJIAN PUSTAKA
dan perilaku kepemimpinan yang berorientasi Dalam hal kepemimpinan, seorang
pada hubungan (Wiratmo, 2001:174). pemimpin tentunya mempunyai perilaku
Sehingga fungsi pemimpin pengusaha kecil kepemimpinan yang berbeda antara satu
dapat diidentifikasi dari dua fungsi, yaitu dengan lainnya. Teori kepemimpinan dapat
fungsi untuk mengorganisasi dan menstruktur dikelompokkan dalam teori sifat, teori
kelompok untuk menyelesaikan tugasnya perilaku, teori kontinjensi serta kepemimpinan
secara efisien, dan fungsi lainnya adalah dalam perubahan. Pada umumnya
untuk mempertahankan hubungan-hubungan kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda
kerjasama yang harmonis diantara para bagi setiap orang karena mendefinisikan
anggota agar dapat menyelesaikan tugas kepemimpinan sesuai dengan perspektif
tersebut dengan baik (Yukl, 1998: 5-7). individual dan aspek dari fenomena yang
Apabila perilaku ini selalu diterapkan selama paling menarik perhatian. Kepemimpinan
pemilik usaha kecil tersebut berbisnis, maka merupakan proses dalam rangka memberi
hal ini akan berpengaruh pada kedudukan pengarahan yang berarti terhadap usaha
nya sebagai individu dalam perusahaan, kolektif. Hal ini ditegaskan oleh Jacobs dan
jarak antara pemilik usaha dengan para Jacques (dalam Yukl, 1998:2), kepemimpinan
karyawannya, resiko kerja yang dihadapi, adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan
dan fokus pada keberhasilan material, hal yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan
yang demikian ini yang disebut dengan yang mengakibatkan kesediaan untuk
budaya kerja. melakukan usaha yang diinginkan untuk
Kepemimpinan pada pengusaha mencapai sasaran.
kecil bidang konstruksi yang biasa disebut Seorang pemimpin dapat dinilai baik
kontraktor, merupakan tulang punggung atau tidak baik dari perilaku kepemimpinan
penyelesaian proyek. Tanpa kepemimpinan nya. Dengan kata lain, keefektifan
BULETIN STUDI EKONOMI, Volume 18, No. 1, Februari 2013 35
ISSN 1410-4628
kepemimpinan erat kaitannya dengan perilaku dan membantu para bawahan. Jenis perilaku
kepemimpinan seseorang. Efektifitas ke yang berorientasi pada hubungan ternyata
pemimpinan seseorang tergantung pada berkorelasi dengan kepemimpinan yang
besarnya hasil-hasil kepemimpinannya. efektif termasuk memperlihatkan kepercayaan
Kriteria keefektifan kepemimpinan yang dan rasa dipercaya, bertindak ramah tamah
umum dalam suatu organisasi usaha/bisnis dan penuh perhatian, mencoba untuk
adalah pelaksanaan kerja jangka panjang mengerti masalah bawahan, membantu
dari kelompok atau sub unit dari yang untuk mengembangkan para bawahan dan
dipimpinnya. Pemimpin kelompok usaha/ meningkatkan karir mereka, selalu memberi
bisnis yang efektif tidak hanya mempengaruhi informasi kepada bawahan, memperlihatkan
karyawannya, tetapi juga mampu menjamin apresiasi terhadap ide-ide para bawahan,
bahwa karyawannya mencapai pelaksanaan memberi pengakuan terhadap kontribusi dan
kerjanya yang terbaik (Wexley & Yukl, keberhasilan bawahan. Perilaku pemimpin
1992:189). Para pemimpin yang efektif yang berorientasi pada hubungan, ditunjuk
secara serentak berorientasi pada tugas maupun kan dengan adanya perhatian yang cukup
berorientasi pada hubungan. Hubungan/ besar dari seorang pemimpin yang selalu
perhatian yang paling tinggi ditujukan membantu menyelesaikan permasalahan yang
kepada produksi dan orang. Perilaku yang dihadapi para bawahannya, tujuannya adalah
berorientasi pada tugas mempunyai efek agar para bawahaan yang terkena masalah,
tambahan yang berdiri sendiri terhadap merasa tenang dalam bekerja, sehingga
efektivitas manajerial (Yukl, 1998:58) bawahan tersebut tetap menunjukkan kinerja
Berdasarkan studi kepemimpinan dari pada tingkat tinggi (Jensen and Luthans, 2006).
Michigan University yang disimpulkan oleh Perilaku kepemimpinan sebagaimana
Likert dalam Yukl (1998:49) mengkategori yang dijelaskan tersebut, merupakan suatu
kan perilaku kepemimpinan kedalam dua tatanan pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,
kategori kepemimpinan yang saling berbeda makna, struktur hirarki, agama, waktu,
diantara para manajer yang efektif dan tidak peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta
efektif, yaitu perilaku yang berorientasi dengan objek-objek materi dan milik yang
pada tugas (task-oriented behavior) dan diperoleh sekelompok besar orang dari
perilaku yang berorientasi pada hubungan generasi ke generasi melalui usaha/bisnis,
(relationship-oriented behavior). Perilaku baik individu maupun kelompok yang lebih
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dikenal dengan istilah budaya kerja
(task-oriented behavior), dicirikan dengan (Mulyana dan Rahmat, 1998:18). Budaya
para manajer yang efektif tidak mengguna kerja merupakan kebiasaan yang berlaku
kan waktu dan usaha-usaha dengan dalam suatu organisasi dimana budaya kerja
melakukan pekerjaan yang sama seperti ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal
para bawahannya. Sebaliknya para manajer dan faktor eksternal. Dengan demikian,
yang efektif berkonsentrasi pada fungsi- seorang pemimpin akan membentuk budaya
fungsi yang berorientasi pada tugas seperti dimana dia bekerja, sehingga kepemimpinan
merencanakan dan mengatur pekerjaan, yang dijalankan akan memengaruhi budaya
mengkoordinasi kegiatan para bawahan, dan kerja pada organisasi yang dipimpinnya
menyediakan keperluan, peralatan, dan (Casida and Genevieve, 2008). Menurut Kotter
bantuan teknis yang dibutuhkan. Perilaku dan Heskett (1997:4), budaya menggambarkan
ini tidak terjadi dengan mengorbankan pola atau gaya perilaku suatu organisasi,
perhatian terhadap hubungan antarmanusia. sehingga karyawan-karyawan baru secara
Perilaku pemimpin yang berorientasi pada otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku
tugas, ditunjukkan dengan perilaku seorang sejawatnya. Oleh karena itu kepemimpinan
pemimpin yang selalu menekankan penting memiliki peranan yang sangat penting
nya penyelesaian pekerjaan dengan lebih dalam pembentukan budaya kerja, melalui
efektif. perhatian-perhatian yang diberikan, reaksi
Perilaku yang berorientasi pada terhadap situasi kritis, pemodelan peran,
hubungan (relationship-oriented behavior) alokasi imbalan-imbalan dan kriteria dalam
dicirikan dengan manajer yang efektif lebih menyeleksi dan memberhentikan karyawan
penuh perhatian (considerate), mendukung (Fey and Denison, 2003).
BULETIN STUDI EKONOMI, Volume 18, No. 1, Februari 2013 36
ISSN 1410-4628
Tabel. 1
Hasil Uji Validitas
Jumlah Nilai Group
Variabel N = 114
item KMO-MSA Sig.
Kepemimpinan berorientasi tugas (X1) 8 0,747 0,000
Kepemimpinan berorientasi hubungan (X2) 13 0,718 0,000
Budaya Kerja 23 0,624 0,000
Sumber : Data primer diolah (2011)
Tabel. 2
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel N = 114 Jumlah item Cronbach Alpa
Kepemimpinan berorientasi tugas (X1) 8 0,7254
Kepemimpinan berorientasi hubungan (X2) 13 0,8432
Budaya Kerja 23 0,796
Sumber : Data primer diolah (2011)
Tabel. 3
Hasil Statistik Deskriptif Data Responden
Variabel N = 114 Min Max Mean Std.
Deviasi
Kepemimpinan berorientasi tugas (X1) 2,38 4,00 3,0862 2,6909
Kepemimpinan berorientasi hubungan (X2) 2,00 4,00 3,0654 4,9228
Budaya Kerja (Y) 2,73 4,52 3,7702 14,2757
Sumber : Data primer diolah (2011)
Dari Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai, norma, sikap ataupun perilaku yang
pengukuran pada perilaku kepemimpinan tertuang dalam kebiasaan seorang pemimpin
yang berorientasi pada tugas, dapat di dalam bekerja, sehingga budaya kerja sangat
presentasikan bahwa para kontraktor yang erat kaitannya dengan perilaku kepemimpinan.
ada di Kota Palu, dapat merencanakan dan Dalam kasus penelitian di usaha kecil
mengatur pekerjaan, mengkoordinasi bidang konstruksi yang ada di Kota Palu,
kegiatan para bawahan dan menyediakan dapat dikatakan bahwa, budaya kerja di
keperluan peralatan dan bantuan teknis. Hal lingkungan usaha kecil bidang konstruksi
ini merupakan hal yang sangat penting bagi yang ada di Kota palu masih tergolong
budaya kerja yang kuat. Hal ini dibuktikan lemah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
dengan nilai mean sebesar 3,0862, yang perhitungan Indeks jarak kuasa (Power
mengindikasikan bahwa responden menyatakan Distance Index-PDI) menunjukkan bahwa
setuju dengan item-item pernyataan yang jarak kekuasaan antara kontraktor dengan
mengukur perilaku kepemimpinan yang karyawannya cukup besar (84,46, angka
berorientasi pada tugas. Pada perilaku yang disarankan adalah 45 – 94). Para
kepemimpinan yang berorientasi pada kontraktor cenderung menganggap karena
hubungan, dapat dipresentasikan bahwa dirinya yang memiliki usaha/bisnis, maka
perilaku seorang pemimpin dapat mendukung mereka merasa berkuasa atas rencana dan
dan membantu para bawahan, dapat mem keputusan-keputusan yang diambil. Sehingga
perlihatkan kepercayaan dan rasa dipercaya, karyawannya tidak berani menyatakan
bertindak ramah dan penuh perhatian pada ketidak-setujuannya atas keputusan yang
bawahan, dapat mengerti masalah bawahan, sudah ditetapkan oleh para pemilik usaha/
dapat mengembangkan dan meningkatkan bisnis, karena adanya sentralisasi kekuasaan.
karir bawahan, serta dapat memberi pengakuan Pada hasil perhitungan indeks penghindaran
terhadap kontribusi dan keberhasilan ketidakpastian (Uncertainty Avoidence-UAI)
bawahannya. Hal ini dibuktikan dengan nilai menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu
mean sebesar 3,0654, yang mengindikasikan 107,12, angka ini termasuk pada kategori
bahwa responden menyatakan setuju dengan penghindaran ketidakpastian tinggi (skor
item-item pernyataan yang mengukur perilaku yang disarankan 57 – 112). Hal ini dibuktikan
kepemimpinan yang berorientasi pada dengan sebanyak 52,8% dari responden
hubungan. Variabel budaya kerja mempunyai menyatakan mampu bertahan bekerja di
nilai mean sebesar 3,7702. Artinya responden usaha kecil bidang konstruksi antara 2 – 5
setuju bahwa budaya kerja merupakan tahun lamanya. Para kontraktor yang
faktor penting untuk menunjukkan jati diri, berorientasi pada tugas, cenderung membuat
para karyawan sering merasa tegang dalam kontraktor dalam memimpin usaha selalu
bekerja. Suasana ini menunjukkan bahwa berorientasi pada tugas dan pada hubungan,
ketidakpastian yang muncul dalam hidup sehingga mereka menganggap bahwa hidup
sebagai ancaman dan harus diperangi, stress adalah untuk bekerja, uang dan benda
yang tinggi merupakan pengalaman, waktu adalah hal yang penting, tidak tergantung
adalah uang, kerja keras adalah kebaikan adalah hal yang ideal, para kontraktor
utama, perilaku agresif dapat diterima, bangga dengan kesuksesan yang dicapai.
penyimpangan adalah bahaya.
Hasil perhitungan pada indeks Pengujian Analisis Regresi Berganda
individualistik, menunjukkan angka yang (Multiple Regression)
cukup tinggi yaitu 144,19. Hal ini jauh lebih Pengujian Analisis Regresi Berganda
besar dari angka yang disarankan, yaitu 51 – (Multiple Regression), bertujuan untuk
91. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan mengkaji pengaruh perilaku kepemimpinan
antara para kontraktor dengan karyawannya para kontraktor yang ada di Kota Palu
cenderung lemah. Hal ini disebabkan karena terhadap budaya kerja yang dikemukakan
para kontraktor menganggap bahwa setiap oleh Hofstede. Dari hasil pengujian yang
karyawan diharapkan memperhatikan dirinya ditunjukkan pada Tabel 4, dapat diketahui
sendiri dan keluarganya, sehingga identitas bahwa, nilai F sebesar 11,610 dengan
didasarkan pada individu, tidak ada derajat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini
hubungan emosi antar individu dalam dapat diartikan bahwa adanya pengaruh
usaha/bisnis, keterlibatan dalam usaha/bisnis antara variabel independen (perilaku
diukur secara rasional, kebutuhan adalah kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
dasar persahabatan yang khusus, kepercayaan (X1) dan perilaku kepemimpinan yang
terletak pada individu. Pada perhitungan berorientasi pada hubungan (X2)) terhadap
berdasarkan indeks maskulinitas, menunjuk variabel dependen (budaya kerja), karena
kan angka yang cukup rendah, yaitu 55,58. derajat signifikansinya lebih kecil dari 0,05.
Angka ini terletak pada skor yang masuk Sedangkan nilai adjusted R square sebesar
kategori budaya kerja maskulinitas (skor 0,432, mengindikasikan bahwa keseluruhan
yang disyaratkan 51 – 95). Angka hasil variabel independen mampu menjelaskan
perhitungan ini mengacu pada sifat seorang variabel dependen sebesar 43,2%, sedangkan
kontraktor dalam memimpin usaha/bisnis penjelasan lain yang tidak diukur dalam
mementingkan prestasi, kerja keras, dan penelitian ini adalah sebesar 57,8%.
fokus pada keberhasilan material. Para
Tabel. 4.
Hasil Rangkuman Pengujian Multiple Regression
Koef Collinearity
Stdar
Variabel N = 114 Regresi thitung Sig. statistcs
Error
(β) Tolrn VIF
Kepemimpinan berorientasi tugas (X1) ,737 ,255 8,395 0,000 ,652 1,533
Kepemimpinanberorientasi hubungan (X2 ,730 ,466 8,317 0,000 ,652 1,533
R square = 0,442
Adjusted R square = 0,432
F = 11,610
df = 113
Durbin-Watson = 1,976
Sig. / Probabilitas = 0,001
Sumber : Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 4 tersebut, dapat signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan
dilihat nilai β (beta) untuk perilaku bahwa, terdapat pengaruh yang kuat antara
kepemimpinan yang berorientasi tugas (X1) perilaku kepemimpinan yang berorientasi
sebesar 0,737, nilai t sebesar 8,395, dan pada tugas terhadap budaya kerja. Pengaruh
signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai ini dapat dikatakan paling dominan karena
Tabel. 5.
Matriks Korelasi Perilaku Kepemimpinan
Y X1 X2
Y 1,000 ,296 -,306
Pearson Correlation X1 ,296 1,000 ,590
X2 -,306 ,590 1,000
Sumber : Data primer diolah (2011)
Untuk mendeteksi ada atau tidak 113, dimana n dalam penelitian ini sebesar
adanya korelasi antara variabel independen 114. Dengan demikian dalam model regresi
yang diobservasi, maka dilihat dari nilai berganda yang diajukan dalam penelitian ini
Durbin-Watson (D-W) dari hasil analisis tidak terdeteksi adanya heteroskedastisitas.
Regresi Berganda. Jika nilai D-W antara -2 Dengan demikian model regresi yang
sampai +2, berarti tidak terjadi otokorelasi. diajukan memenuhi uji asumsi dan sudah
Pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai memenuhi kriteria BLUE, sehingga model
D-W sebesar 1,976, maka dapat dikatakan regresi berganda yang diajukan dapat
bahwa dalam analisis regresi berganda dipergunakan untuk memprediksi pengaruh
dalam penelitian ini, tidak terdeteksi adanya perilaku kepemimpinan seorang pengusaha
otokorelasi. Sedangkan untuk mendeteksi kecil bidang konstruksi terhadap budaya
apakah terjadi kesalahan residual dari model kerja yang dikemukakan oleh Hofstede.
yang diamati tidak memiliki varians yang
konstan dari observasi yang satu ke SIMPULAN DAN SARAN
observasi yang lainnya, ditunjukkan oleh Hasil analisis regresi berganda
nilai df (degree of freedom). Nilai df yang menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang
direkomendasikan adalah (df) = n – 1. Pada kuat antara perilaku kepemimpinan seorang
Tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai df = kontraktor di lingkungan usaha kecil bidang
konstruksi yang ada di Kota palu terhadap dengan peran sebagai pengelola usaha/bisnis
budaya kerja yang dikemukakan oleh pada pengerjaan proyek. Jadi pada saat
Hofstede. Efektifitas kepemimpinan seorang penyelesaian proyek, sebaiknya para kontraktor
kontraktor tergantung pada besarnya hasil- menunjuk seseorang untuk memimpin
hasil kepemimpinannya. Kriteria keefektifan penyelesaian proyek di lapangan. Dengan
kepemimpinan yang umum dalam suatu demikian, seorang kontraktor akan lebih
organisasi usaha/bisnis adalah pelaksanaan fokus pada pengelolaan usaha/bisnis yang
kerja jangka panjang dari kelompok atau pada gilirannya akan lebih efektif dalam
sub unit dari yang dipimpinnya. Perilaku mencapai keberhasilan usaha.
kepemimpinan usaha/bisnis kecil di bidang
konstruksi yang efektif tidak hanya REFERENSI
mempengaruhi karyawannya, tetapi juga _________, 2007, Maret. Sambutan Menteri
mampu menjamin bahwa karyawannya Perdagangan dalam Pembukaan
mencapai pelaksanaan kerjanya yang Pelatihan Kewirausahaan Pedagang
terbaik. Sehingga para pemimpin yang Mie Ayam dan Mie Baso di Jakarta.
efektif secara serentak berorientasi pada Casida, Jesus and Genevieve Pinto-Zipp, 2008,
tugas maupun berorientasi pada hubungan. Leadership-Organizational Culture
Pengaruh yang paling dominan ditujukan Relationship in Nursing Units of
kepada tugas (nilai β sebesar 0,737, nilai t Acute Care Hospital. Nursing
sebesar 8,395, dan signifikansi sebesar Economics. Vol. 26. No. 1, pp. 7 – 15.
0,000, sedangkan nilai β untuk perilaku Fey Carl F and Daniel R. Denison, 2003.
kepemimpinan yang berorientasi hubungan Organizational Culture and Effectiveness:
(X2) sebesar 0,730, nilai t sebesar 8,317, Can American Theory Be Applied in
dan signifikansi sebesar 0,000.). Perilaku Russia? Organizational Science. Vol.
yang berorientasi pada tugas mempunyai 14, No. 6, pp. 686 – 706.
efek tambahan yang berdiri sendiri terhadap Hair, Joseph F, Rolph Anderson, Ronald L
efektivitas manajerial. Tatham and william C. Black. 1998.
Budaya kerja seorang kontraktor yang Multivariate Data Analysis. Upper
ada di Kota Palu, yang diukur dari budaya Saddle River, NJ: Prentice Hall
kerja yang dikemukakan oleh Hofstede, Hellriegel, Don and Slocum Jr, John. W.
menunjukkan angka indeks yang cukup 1992, Management 6th Edition.
besar. Indeks jarak kekuasaan sebesar Addison – Wesley Publishing Company,
84,46, indeks penghindaran ketidakpastian Inc.
sebesar 107,12, indeks induvidualistik yang Jensen, Susan, M. and Luthans, Fred, 2006.
cukup besar, yaitu sebesar 144,19 dan indeks Relationship Between Entrepreneurs’
maskulinitas sebesar 55,58. Hal ini menunjuk Psychological capital and Their
kan bahwa budaya kerja seorang pemimpin Authentic Leadership. Journal of
usaha/bisnis di usaha kecil bidang konstruksi Managerial Issues, Summer 2006,
cukup kuat dipengaruhi oleh perilaku Vol. 18. No. 2; ABI/INFORM Global,
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas pp, 254 – 273.
dan berorientasi pada hubungan. Kotter, John P and Heskett, James L. 1977.
Untuk menerapkan budaya kerja yang Organizational Culture and Performance.
baik, dalam artian jarak kekuasaan antara Dampak Budaya Perusahaan Terhadap
pemimpin usaha/bisnis tidak terlalu besar Kinerja. Edisi Bahasa Indonesia.
(skor nilai 11 s/d 44), indeks penghindaran Jakarta PT. Prenhalindo.
ketidakpastian tidak terlalu tinggi (skor nilai Mulyana, Deddy dan Rahmat, Jalaluddin,
8 s/d 56), dalam bekerja lebih mengarah 1998. Komunikasi Antar Budaya:
kerjasama dalam kelompok, sehingga tidak Panduan Berkomunikasi Dengan Orang
mengarah pada kategori indeks individualistik, -Orang Berbeda Budaya, PT. Remaja
melainkan pada indeks kolektivistik (skor Rosdakarya, Bandung.
nilai 12 s/d 50) dan juga budaya kerja yang Robbins, Stephen. P, Rolf Bergman, Ian
mengarah pada feministik (skor nilai 5 s/d Stagg, 1997, Management, Australia
50), maka disarankan peran seorang Pty Ltd, Sydney. Prentice Hall.
pemimpin usaha/bisnis sebaiknya dipisahkan
BULETIN STUDI EKONOMI, Volume 18, No. 1, Februari 2013 41
ISSN 1410-4628