You are on page 1of 16

MAKALAH

PROFESI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

STANDAR UNJUK KERJA/KOMPETENSI GURU

Dosen Pengampu:
Dra. Eldarni,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Maulana Taufik 19004113


Miftahul Fitri 19004114
Miftahul Rizka 19004061
Rahmatul Azmi 19004072

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Profesi Teknologi Pembelajaran terkait “Standar Unjuk
Kerja/Kompetensi Guru”. Dalam penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami
kesulitan dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan
wawasan serta pola pikir kami. Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha yang
sungguh-sungguh akhirnya semua hambatan itu dapat kami atasi dengan baik.

Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami tidaklah sempurna dalam pembuatan


makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memenuhi
persyaratan dalam Mata Kuliah Profesi Teknologi Pembelajaran ini dan dapat bermanfaat
bagi kami serta para pembaca lainnya.

Tidak lupa kami berterimakasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah
banyak membantu dalam proses pembuatan Makalah ini. Sekian dari kami.

Maninjau, 2 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Standar Unjuk Kerja/Kompetensi Guru ...................................................................................... 3
B. Kode Etik Profesi Guru ............................................................................................................... 4
C. Organisasi Profesi Kependidikan ................................................................................................ 5
D. Sikap Profesional Guru ............................................................................................................... 9
E. Perlindungan terhadap Profesi Kependidikan Menurut Undang-Undang................................. 10
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence
yang berarti kecakapan dan kemampuan (Musfah, 2015: 27). Menurut UU No.14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 10, disebutkan “Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi
guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar
dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional yang
memerlukan suatu keahlian khusus. Karena keahliannya bersifat khusus, guru memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran, yang akan
menentukan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam sistem
pendidikan dan pembelajaran dewasa ini kedudukan guru dalam proses pembelajaran di
sekolah belum dapat digantikan oleh alat atau mesin secanggih apapun. Keahlian khusus
itu pula yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya. Dimana perbedaan
pokok antara profesi guru dengan profesi yang lainnya terletak dalam tugas dan tanggung
jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan-
kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar
tersebut tidak lain adalah kompetensi guru.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana standar unjuk kerja/kompetensi guru?


2. Apa itu kode etik profesi guru?
3. Apa saja organisasi profesional kependidikan?
4. Bagaimana sikap profesional guru?
5. Bagaimana perlindungan terhadap profesi guru kependidikan menurut undang-
undang?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui standar unjuk kerja/kompetensi guru


2. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi guru
3. Untuk mengetahui organisasi profesinal kependidikan
4. Untuk mengetahui sikap profesional guru
5. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan terhadap profesi guru kependidikan
menurut undang-undang

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Standar Unjuk Kerja/Kompetensi Guru

1. Pengertian Standar Kompetensi Guru


Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi
yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari
perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran
yang ditetapkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi
seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang
tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
2. Tujuan Standar Kompetensi Guru
Standar Kompetensi Guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam
pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan demikian, Standar Kompetensi
Guru berfungsi sebagai:
a. Tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karier guru.
b. Meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreativitas, inovasi, keterampilan,
kemandirian, dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan profesional.
3. Komponen Standar Kompetensi Guru
Standar Kompetensi Guru meliputi tiga komponen yaitu:
a. Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan;
b. Komponen Kompetensi Akademik/Vokasional sesuai materi pembelajaran;
c. Pengembangan Profesi.
Masing-masing komponen kompetensi mencakup seperangkat kompetensi. Selain
ketiga komponen kompetensi tersebut, guru sebagai pribadi yang utuh harus juga
memiliki sikap dan kepribadian yang positif dimana sikap dan kepribadian tersebut
senantiasa melingkupi dan melekat pada setiap komponen kompetensi yang
menunjang profesi guru.

3
B. Kode Etik Profesi Guru

1. Pengertian Kode Etik Guru


Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di Indonesia
sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan tugas
profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.

Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk
seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini
bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan
bermartabat.
2. Isi Kode Etik Guru
Adapun isinya adalah sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang berpancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
nasional.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi
guru sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.
3. Fungsi Kode Etik Guru
Fungsi utama dari kode etik guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan norma
moral yang mendasari pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam

4
kaitannya dengan peserta didik, orang tua/wali murid, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama, pendidikan sosial, etika,
dan kemanusiaan.
4. Sumber Kode Etik Guru
Dalam proses perumusan harus bersumber dari hal-hal berikut:
a. Nilai agama dan Pancasila.
b. Nilai kompetensi guru yang meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
c. Nilai jati diri, harkat, dan martabat manusia, yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmani, emosional, intelektual, spiritual, dan sosial.
5. Pelanggaran Kode Etik Guru
Pelanggaran ini bisa didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma moral yang
terkandung di dalam kode etik berkaitan dengan profesi gurunya. Pelanggaran bisa
berupa pelanggaran ringan, sedang, sampai berat. Setiap guru yang melanggar kode
etik akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pihak yang berwenang untuk merekomendasikan sanksi pada pelanggaran kode etik
adalah Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Pemberian sanksi harus bersifat objektif,
tidak diskriminasi, dan tidak bertentangan dengan dasar organisasi profesi dan
perundang-undangan. Jika seorang guru melakukan pelanggaran kode etik, artinya
guru tersebut telah melanggar sumpah/janji guru yang pernah diucapkan.

C. Organisasi Profesi Kependidikan

1. Pengertian Organisasi Profesi Kependidikan


Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Dikatakan
ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara kebetulan oleh
sembarang orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus. Dalam praktiknya
sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat tentunya memerlukan satu
wadah organisasi yang anggotanya adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan atau
keahlian yang sejenis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi kependidikan adalah
sebuah wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian dan
keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang

5
relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Tujuan Organisasi Profesi Pendidikan
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Sebagaimana dijelaskan
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi
kependidikan yaitu: meningkatkan dan atau mengembangkan
a. karier,
b. kemampuan,
c. kewenangan profesional,
d. martabat, dan
e. kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.

Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang


profesional. Organisasi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40
ayat I mempunyai tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian dalam
masyarakat.
3. Jenis-jenis Organisasi Profesi Kependidikan
Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan bahwa
organisasi profesi kependidikan di Indonesia berkembang pesat. Beberapa organisasi
kependidikan yaitu; yang lebih dikenal kalangan umum adalah PGRI. Disamping
PGRI yang salah satu organisasi yang diakui oleh pemerintah juga terdapat organisasi
lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas
anjuran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada
kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang
lain yaitu Ikatan Sarjana pendidikan Indonesia (ISPI), yang sekarang sudah
mempunyai banyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI),
Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPB), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN) dan lain-lain, hubungannya secara
formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan
kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.

Berikut ini jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia:


a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

6
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan
Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PG) tahun 1932.

Tujuan utama pendirian PGRI adalah:


1) Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan)
2) Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi
profesi). Pendirian PGRI sama dengan El: “education as public service, not
commodity”
3) Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya.
b. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar/ kabupaten kota yang berfungsi sebagai
sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman
dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/perilaku perubahan
reorientasi pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2004: 1).

Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau wadah


profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.

Tujuan MGMP
Tujuan diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2) adalah:
1) Tujuan Umum
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan profesionalisme guru.
2) Tujuan Khusus
 Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
 kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang
menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa.
 Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (Depdiknas, 2004: 2)
c. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

7
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960-an.
Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena
berbagai hal menyangkut komunikasi antara anggotanya. Keadaan seperti ini
berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei
1984. Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
1) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia
2) Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para anggotanya
3) Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah menyukseskan pembangunan bangsa dan negara
4) Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang
ilmu, seni, dan teknologi pendidikan
5) Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota
6) Meningkatkan komunikasi antar anggota dan berbagai spesialisasi pendidikan
7) Menyelenggarakan komunikasi antar organisasi yang relevan.
d. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17
Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesional ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata
dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru
pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se-18
Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.

Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


adalah sebagai berikut ini:
1) Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
2) Mengidentifikasi dan menginventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia
di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga
ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
3) Meningkatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

8
e. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia)
HISAPIN lahir pada tahun 1991 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dengan ketua
Dr. Sutipto yang ketika itu menjabat sebagai Pembantu Rektor II IKIP Padang.
Beberapa tahun kemudian beliau menjadi Rektor IKIP Jakarta (1997-2005).
Ketika itu IKIP Padang melaksanakan Seminar Nasional di bidang Pendidikan
dengan mengundang seluruh pimpinan jurusan dan dosen Administrasi
Pendidikan di lingkungan FIP dan FKIP, Seminar tersebut didukung oleh Prof. H.
A. R. Tilaar (Deputi Bappenas).

D. Sikap Profesional Guru

Guru sangat dituntut keprofesionalannya dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam
pembelajaran guru tidak hanya dituntut dalam mengajar namun juga kemampuan untuk
menciptakan iklim belajar yang nyaman terkait dengan terciptanya lingkungan belajar
yang baik untuk peserta didik. Guru profesional akan tercermin dalam penampilan
pelaksanaan tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.
Dengan keahliannya itu, seseorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik pribadi
maupun sebagai pemangku profesinya.

Disamping dengan keahliannya, sosok profesional guru ditunjukkan melalui tanggung


jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Profesional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab
sosial, intelektual, moral dan spiritual.
a. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola
dirinya mengendalikan dirinya, menghargai, serta mengembangkan dirinya.
b. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami
dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki
kemampuan interaksi yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui
penguasaan berbagai perangkap pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang tugas-tugasnya.
c. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai
makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpan dari norma-
norma agama dan moral.

9
E. Perlindungan terhadap Profesi Kependidikan Menurut Undang-Undang

Perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak
zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk terus
mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan
mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen. Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 merupakan langkah maju untuk
mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang perlindungan hukum bagi
mereka Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai mengemukan dalam UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui dan kemudian
diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penjabaran
pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan
hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan terhadap
pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi perlindungan
guru mendapatkan titik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum bagi guru
tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas,dan diperluas spektrumnya dengan
diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan terhadap
guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan
Intelektual atau HaKI. Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.

Agar proses pendidikan menjadi baik dan guru menjalankan tugasnya dengan profesional
maka diperlukan peran pemerintah baik pusat maupun daerah serta masyarakat demi
mewujudkan guru yang mempunyai martabat dan terlindungi oleh hukum dalam
menjalankan profesinya agar tercipta pencapaian kualitas yang maksimal, hal ini sesuai
dengan amanah UU Sisdiknas. Maka harus ada regulasi yang mengatur tentang itu, salah
satunya dengan membuat UU tentang perlindungan terhadap profesi pendidik yang
substansinya adalah agar guru dalam menjalankan profesinya terlindungi dengan
kekuatan hukum dan harus ada pemahaman yang utuh dalam menjalani proses
pendidikan. Guru diberi hak otoritas dalam mendidik peserta didik, jika perlu ada fit and
proper test untuk menjadi seorang guru, agar dunia pendidikan tidak lagi disibukan
dengan ulah guru yang tidak mengerti esensi dalam mendidik. Secara yuridis, UU

10
Perlindungan Guru telah termuat dalam UU No14/2005. Hal ini terlihat jelas pada Bab
VII pasal 39 yang menyebutkan bahwa Pemerintah, masyarakat, organisasi profesi,
dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas. Adapun maksud Perlindungan Profesi yang diamanatkan dalam UU
No 14/2005 tentang Guru adalah perlindungan terhadap Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,
pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan,
pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru dikatakan sebagai guru profesional ketika ia memiliki kompetensi dasar sebagai
guru. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap
dan perbuatan guru itu sehari-hari. Sasaran sikap profesional keguruan, meliputi sikap
terhadap peraturan perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik,
tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan. Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab
tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan
dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan
tuntutan tugasnya. Pengembangan sikap professional ini dapat dilakukan, baik selagi
dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
bagi pembaca. Selanjutnya penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Haris. 2009. Organisasi Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah

Ngalim, P. (1990). Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soetjipto dan Rafiis, K. (1994). Profesi Keguruan. Jakarta: Depdikbud.

Hadi, Sopwan. 2010. Makalah Profesi Keguruan. Diakses dari


http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-organisasi-keguruan.html

https://www.ilmusaudara.com/2015/10/pengertian-profesinal-guru-dan-sikap.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/www.quipper.com/id/blog/info-guru/kode-etik-guru/amp/

13

You might also like