You are on page 1of 10

PENGARUH SENAM AEROBIK TERHADAP KEJADIAN

PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA MAHASISWI JURUSAN


KEPERAWATAN TANGERANG

*Ema Hikmah

Abstrak

Salah satu kondisi kesehatan reproduksi adalah terkait dengan menstruasi.


Keadaan yang dialami oleh wanita pada saat mengalami menstruasi berbeda-beda.
Gangguan yang dialami menjelang wanita menstruasi disebut PMS (Premenstrual
Syndrome). Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh senam aerobic
terhdap kejadian PMS. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-
eksperimen. Desain kuasi-eksperimen dalam penelitian menggunakan tipe
onegroup design dengan pre dan post test. jumlah responden sebanyak 87 orang.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t. Hasil penelitian pada
kelompok intervensi diketahui ada penurunan angka kejadian PMS yaitu nilai
rerata sebelum dilakukan senam aerobic yaitu 11,49 dengan standar deviasi 2,841
dan setelah dilakukan senam aeorobik adalah 6,78 dengan standar deviasi 2,713
dengan p value=0,000 α=0,05. Hasil yang signifikan pada penelitian ini
menunjukan bahwa hal ini bermakna apabila senam aerobik dilakukan maka
angka kejadian PMS akan menurun.

Kata kunci : Senam aerobik, Angka kejadian PMS, Pre-post Study


*Poltekkes Kemenkes Banten

EFFECT OF AEROBIC EXERCISE ON THE ACCIDENT OF


PREMENSTRUAL SYNDROME FOR STUDENT OF NURSING
DEPARTEMENT TANGERANG
*Ema Hikmah

Abstract
One of the reproductive health conditions are associated with menstruation. The
experienced by women during menstruation varies. Disruption experienced ahead
of menstruating women are called PMS (Premenstrual Syndrome). This study is
expected to determine the effect of aerobic exercise on the incidence of PMS. This
study used a quasi-experimental research design. Quasi-experimental design in
the study using onegroup type design with pre and post test. the number of
respondents as many as 87 people. Analysis of the data in this study using the t
test. Results of research in the intervention group is known to have a decrease in
the incidence of PMS is the average value prior to aerobic exercise is 11.49 with
a standard deviation of 2.841 and after exercise aeorobik is 6.78 with a standard
deviation of 2.713 with p value = 0.000 α = 0.05. A significant result of this
research shows that it is significant when aerobic exercise is done then would
decrease the incidence of PMS.

Key words; Aerobic Exercise, Premenstrual Syndrom, Pre-Post Study

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November 2015


Pendahuluan

Kesehatan reproduksi pada penyebab PMS ini adalah sebagai


wanita penting diperhatikan terkait berikut: Perubahan hormonal dan
dengan factor kesuburan wanita neurotransmitter, pola makan yang
tersebut. Salah satu kondisi buruk dan konsumsi obat-obatan
kesehatan reproduksi adalah terkait tertentu, Gaya hidup yang kurang
dengan menstruasi. Keadaan yang baik, misalnya kurang melakukan
dialami oleh wanita pada saat aktivitas fisik, Kadar hormon
mengalami menstruasi berbeda-beda. estrogen dalam darah meningkat
Gangguan yang dialami menjelang sehingga menimbulkan gejala
wanita menstruasi disebut PMS depresi, Kadar hormon serotonin
(Premenstrual Syndrome). (Paramita, menurun karena adanya perubahan
2010) jumlah hormon estrogen., dan
Tanda dan gejala PMS pada Adanya keterkaitan antara PMS dan
setiap wanita berbeda-beda, ada yang status gizi seorang wanita yang akan
ringan sampai berat. Gejala yang mengalami haid, 2 minggu
biasanya dirasakan oleh wanita menjelang haid, rata-rata setiap
tersebut dapat berupa gangguan fisik wanita mengalami 2 hal yang
dan psikologis. Gangguan fisik dapat dianggap bisa mempengaruhi
berupa lemah, lesu, mual, muntah, metabolisme energinya. Hal tersebut
kembung, sakit pada daerah adalah meningkatnya laju metabolik
payudara, perut, pinggang dan area dasar pada saat tidur dan
kewanitaan, sedangkan gangguan meningkatnya selera makan. Hal ini
psikologis dapat berupa hilangnya pernah dibuktikan melalui suatu
mood, tidak bergairah, mood yang penelitian yang menunjukkan bahwa
tiba-tiba berubah, sensistif, mudah wanita yang akan mengalmi masa
marah dan cenderung apatis. haid, mengonsumsi 300 kalori lebih
(Andira,2010) banyak pada waktu 10 hari
Penyebab PMS sampai saat menjelang masa haidnya
ini belum dapat dipaparkan dengan (Nurchasanah, 2009).
jelas, tetapi pendapat sementara

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November 2015


Gangguan-gangguan yang senam aerobik terhadap kejadian
dialami wanita pada saat PMS dapat PMS pada mahasiswa Jurusan
mengganggu aktifitas, baik yang Keperawatan Tangerang.
bersekolah maupun yang sudah
Metode Penelitian
bekerja. Beberapa penelitian telah
Penelitian ini menggunakan
ada yang membahas mengenai
desain penelitian kuasi-eksperimen,
tindakan yang dapat dilakukan untuk
dengan menggunakan tipe
mengatasi PMS. Tindakan tersebut
nonequivalent kontrol group design
dapat berupa aktifitas fisik seperti
dengan pre dan post test. Intervensi
berolahraga maupun dengan
yang diberikan adalah memberikan
memperhatikan asupan gizi pada
senam aerobik diberikan pada
wanita tersebut. Kebiasaan yang b
kelompok perlakuan, sedangkan pada
aik seperti aktifitas dan olahraga
kelompok kontrol tidak. Sampel
dapat mempengaruhi timbulnya
dalam penelitian ini berjumlah 89
PMS. Kurang berolahraga dan
mahasiswa yang terdiri dari 45
aktivitas fisik menyebabkan semakin
mahasiswa kelompok intervensi dan
beratnya PMS. (Saryono, 2009).
42 mahasiswa kelompok kontrol.
Berdasarkan survey awal
kriteria pemilihan dimasukkan dalam
yang dilakukan pada mahasiswi
penelitian sampai jumlah subyek
Jurusan Keperawatan Tangerang di
penelitian terpenuhi.
dapatkan hasil lebih dari 50%
Kegiatan penelitian ini
mahasiswa mengalami PMS.
meliputi tindakan senam aerobik
Kenyataan tersebut membuat peneliti
pada kelompok intervensi 2 kali
tertarik untuk melakukan penelitian
dalam seminggu, selama 30 menit,
yang berjudul ”Pengaruh Senam
dalam waktu satu bulan.
Aerobic terhadap Kejadian
Analisis data dalam penelitian ini
Premenstrual Syndrome (PMS) pada
diolah dengan program statistik.
Mahasiswi Jurusan Keperawatan
Analisis bivariat untuk sampel
Tangerang Poltekkes Banten.
berpasangan digunakan uji t-test
Penelitian ini bertujuan
dependen dan untuk data yang tidak
mengiidentifikasinya pengaruh

12

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


berpasangan dilakuakan uji t-tes Tabel 2
Perbandingan Nilai Kejadian PMS pada
independen. kelompok kontrol saat pre-test dan post-
test pada mahasiswi Jurusan
Keperawatan Tangerang Tahun 2015
Hasil Penelitian
Selama pengumpulan data Kelompok Kontrol
Pre Intervensi Post Intervensi
yang dilakukan mulai bulan Mei Mean 9,24 9,43
SD 3,176 3,062
sampai Nopember 2015. Minimal 3 3
Maksimal 17 17
Jumlah responden penelitian
sebanyak 87 responden yaitu 45
responden pada kelompok kontrol Tabel 2. menunjukkan nilai
dan 42 responden pada kelompok pre-test rerata angka kejadian PMS
intervensi. pada kelompok kontrol adalah 9,24,
Tabel 1 sedangkan saat post-test nilai rerata
Perbandingan Nilai Kejadian PMS pada
kelompok kontrol saat pre-test dan post- 9,43, hal ini menunjukan pada nilai
test pada mahasiswi Jurusan
Keperawatan Tangerang Tahun 2015 rerata terjadi peningkatan sedikit
setelah dilakukan post-test.
Kelompok Intervensi Diagram 4.1
Pre Intervensi Post IntervensiDiagram Distribusi Rerata Frekuensi angka
Mean 11,49 6,78 kejadian PMS pada Kelompok Intervensi
SD 2,84 3,71 danKontrol Sebelum dan Setelah dilakukan
Minimal 3 1 intervensi
Maksimal 16 12
12
10

Tabel 1. menunjukkan 8
6
bahwa nilai rerata angka kejadian sebelu
4 m
PMS pada kelompok intervensi 2

sebelum dilakukan senam aerobic 0


klp
klp
inter
adalah 11,49, sedangkan setelah kontrol

dilakukan senam aerobic nilai rerata


menjadi 6,78, sehingga terjadi Perbandingan rerata selisih angka
penurunan pada nilai rerata sebelum kejadian PMS sebelum dan setelah
dan sesudah dilakukan intervensi. senam aerobik pada kelompok
Intervensi dan kelompok kontrol.

12

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


Perbandingan rerata angak mahasiswi Jurusan Keperawatan
kejadian PMS diidentifikasi sebagai Tangerang kelompok intervensi
selisih nilai pre-tes dan post-test ada sebesar 4,71 (p value=0,000 α=0,05).
masing-masing kelompok.

Perbedaan Kejadian PMS Sesudah


Tabel 3 Intervensi antara kelompok
Perbandingan rata-rata Selisih Kejadian
PMS pada Mahasiswi Sebelum dan kontrol dan Intervensi
Setelah
Aerobik Tabel 4
Variabel Klp Mean SD df p Perbandingan Rerata Angka Kejadian PMS
value pada Mahasiswi Antara Kelompok
Intervensi Intervensi dan Kelompok kontrol setelah
Kejadian Sebelum 11,49 2,841 44 0,000 dilakukan intervensi di Jurusan keperawatan
PMS Setelah 6,78 2,713 Tangerang Tahun 2015
Perbedaan 4,71 3,152 Variabel Mean SD SE df p value
Kontrol
Sebelum 9,24 3,176 41 0,548 Kejadian
Setelah 9,43- 3,062 PMS
Perbedaan 0,19 2,039
Intervensi 4,71 3,152 0,404 44 0,000

Kontrol -0,19 2,039 0,472 41 0,000


Tabel.3 menunjukkan rata-
rata angka kejadian PMS
Mahasiswi Jurusan Keperawatan Tabel 4. menunjukkan rerata
Tangerang sebelum dilakukan senam penurunan angka kejadian PMS
aerobic pada kelompok intervensi pada kelompok intervensi adalah
adalah 11,49 dengan standar deviasi 4,71 dengan standar deviasi 3,152
2,841 dan setelah dilakukan senam sedangkan pada kelompok kontrol
aeorobik adalah 6,78 dengan standar adalah peningkatan sedikit sebesar
deviasi 2,713. Analisa lebih lanjut 0,19 dengan standar deviasi 2,039.
adanya perbedaan bermakna antara Hasil analisis lebih lanjut didapatkan
angka kejadian PMS pada kelompok bahwa ada perbedaan yang signifikan
intervensi sebelum dan sesudah selisih rerata antara kelompok
dilakukan senam otak dengan kata intervensi dan kelompok kontrol
lain ada perbedaan signifikan bahwa (pvalue=0.000, α=0,05), pada kedua
senam aerobic dapat menurunkan kelompok terdapat adanya perbedaan
rata-rata angka kejadian PMS pada yang signifikan, pada kelompok
12

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


intervensi didapatkan adanya berjudul hubungan pola olahraga,
perbedaan yang signifikan obesitas dengan kejadiam PMS.
menurunkan angka kejadian PMS Peluang terjadi PMS lebih besar
sebelum dan sesudah dilakukan pada wanita yang tidak melakukan
senam aerobik sedangkan pada olahraga secara rutin.
kelompok kontrol terdapat adanya
perbedaan tetapi tidak significant Analisis perbedaan dilakukan
sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk melihat adanya perbedaan
senam aerobic berpengaruh terhadap antara kelompok intervensi dan
penurunan angka kejadian PMS. kelompok kontrol sebelum dan
sesudah dilakukan senam aerobik
Pembahasan pada kelompok intervensi. Data
Gambaran distribusi angka menunjukkan rata-rata angka
kejadian PMS sebelum dan kejadian PMS Mahasiswi Jurusan
sesudah senam aerobic pada Keperawatan Tangerang sebelum
mahasiswi Jurusan keperawatan dilakukan senam aerobic pada
Tangerang. kelompok intervensi adalah 11,49
Hasil penelitian tentang dengan standar deviasi 2,841 dan
distribusi angka kejadian PMS pada setelah dilakukan senam aeorobik
mahasiswi Keperawatan Tangerang adalah 6,78 dengan standar deviasi
sesudah dilakukan senam aerobic 2,713. Analisa lebih lanjut adanya
menunjukkan ada penurunan pada perbedaan bermakna antara angka
kelompok intervensi. Hal ini kejadian PMS pada kelompok
dilihat dari nilai rerata pada intervensi sebelum dan sesudah
kelompok intervensi sebelum dilakukan senam aerobik dengan
dilakukan syaitu 11,49 dan setelah kata lain ada perbedaan signifikan
dilakukan senam aerobic nilai bahwa senam aerobic dapat
rerata kelompok ini adalah 6,78. menurunkan rata-rata angka
Hal itu sejalan dengan kejadian PMS pada mahasiswi
penelitian yang dilakukan oleh Jurusan Keperawatan Tangerang
Nurlaela tahun 2008 penelitian yang

12

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


kelompok intervensi sebesar 4,71 (p dilakukan senam aerobic pada
value=0,000 α=0,05). kelompok intervensi. Data diatas
Hal itu sejalan dengan menunjukkan rerata penurunan
penelitian Nurlaela tahun 2008. angka kejadian PMS pada kelompok
Hasil penelitian menunjukkan intervensi adalah 4,71 dengan
peluang terjadiny PMS lebih besar standar deviasi 3,152 sedangkan
pada wanita yang tidak melakukan pada kelompok kontrol adalah
olahraga rutin daripada wanita yang peningkatan sedikit sebesar 0,19
sering melakukan olahraga karena dengan standar deviasi 2,039. Hasil
olahraga sangat berpengaruh analisis lebih lanjut didapatkan
terhadap kejadian PMS. Penelitian bahwa ada perbedaan yang signifikan
ini juga menyatakan bahwa aktifitas selisih rerata antara kelompok
olahraga yang teratur dan intervensi dan kelompok kontrol (p
berkelanjutan berkontribusi untuk value=0.000, α=0,05), pada kedua
meningkatkan produksi dan kelompok terdapat adanya perbedaan
pelepasan endorphin. Endorphin yang signifikan, pada kelompok
memerankan peran dalam pengaturan intervensi didapatkan adanya
estrogen. Wanita yang mengalami perbedaan yang signifikan
PMS, terjadi karena kelebihan menurunkan angka kejadian PMS
estrogen. Kelebihan estrogen dapat sebelum dan sesudah dilakukan
dicegah dengan meningkatkan senam aerobik sedangkan pada
endorphin. Hal ini membuktikan kelompok kontrol terdapat adanya
olahraga yang teratur dan mencegah perbedaan tetapi tidak significant
dan mengurangi PMS. Pada wanita sehingga dapat disimpulkan bahwa
yang jarang melakukan olahraga senam aerobic berpengaruh terhadap
secara rutin hormone estrogen lebih penurunan angka kejadian PMS.
tinggi sehingga kemungkinan akan Hal itu sejalan dengan
terjadi PMS lebih besar. Penelitian Puji tahun 2009 bahwa
Analisis pengaruh senam senam dapat menurunkan disminore
aerobic antara kelompok intervensi pada remaja putri hali ini terkait
dan kelompok kontrol setelah bahwa olahraga dapat meningkatkan
12

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


kadar endorphin, yang merupakan melakukan latihan senam dengan
suatu komponen seperti morfin yang frekuensi yang lebih sering dan
diproduksi di otak dan dapat teratur dengan waktu yang lebih
mengurangi rasa sakit serta lama.
menimbulkan rasa euphoria Beberapa jurnal medis
(perasaan senang dan bahagia). membuktikan bahwa latihan aerobik
Pada saat kita melakukan juga dapat menurunkan depresi pada
senam aerobik, kita akan mempunyai wanita yang mengalami PMS.
rasa senang karena gerakan-gerakan Kondisi psikologis yang buruk
di dalam senam aerobik berhubungan erat dengan kondisi
menyenangkan sehingga wanita yang fisik seseorang. Olahraga mampu
melakukan senam ini mampu membantu menstabilkan mood,
mengurangi stress. kecemasan, dan depresi yang biasa
Senam aerobik membutuhkan terjadi pada wanita.
banyak energi yang banyak
mengoksidasi karbohidrat dan lemak Kesimpulan
untuk memenuhi energi yang kita Berdasarkan hasil penelitian
butuhkan, sehingga dengan pengaruh senam aerobic terhadap
melakukan senam aerobik kita dapat angka kejadian PMS pada mahasiswa
menjaga berat badan tidak Jurusan keperawatan Tangerang.
bertambah. Semakin lama melakukan Ada perbedaan yang
senam aerobik didapatkan gejala signifikan selisih rerata antara
PMS yang muncul semakin sedikit kelompok intervensi dan kelompok
dan melakukan senam aerobik secara kontrol (p value=0.000, α=0,05),
teratur dalam waktu yang lama dapat pada kelompok kelompok intervensi
mengurangi gejala PMS, hal ini terdapat adanya perbedaan yang
kemungkinan dapat disebabkan signifikan, sehingga dapat
karena tubuh memerlukan waktu disimpulkan bahwa senam aerobic
untuk beradaptasi sehingga penderita berpengaruh terhadap penurunan
baru mendapatkan pengurangan angka kejadian PMS.
gejala PMS setelah penderita

13

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


http://download.portalgaruda
.org/article.php?article=1195
Daftar Pustaka
15&val=5466&title=
Arikunto, S. 2006. Prosedur diunduh 12 September 2015
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta Nurchasanah. 2009. Ensiklopedi
PT. Rineka Cipta. Kesehatan Wanita.
Yogyakarta: A + Plusbooks
Harry., 2007. Mekanisme endorphin
dalam tubuh.
Nurlela., Widayati, Prabowo T.,
Available at
2009. Hubungan Aktifitas
Http:/klikharry.files.
wordpress.com/2007/02/1.doc Olahraga dengan Kejadian
+ endorphin + dalam + tubuh. Premenstrual Syndrome .
Diakses tanggal 10 Jurnak keperawatan. 3(1); 1-5
September 2015
Ressasiantina. 2010. Mengenai
Irianto, D.P. 2004. Berolahraga Hubungan antara Asupan gizi
untuk kesehatan dan dan Pola Olahraga dengan
Kebugaran. Yogyakarta. PMS
Penerbit Andi http//doketr_agus.blogspot.co
m/2009/10/ diunduh 05 M3i
Istiqomah. P., 2009. Efektifitas 2015
Senam Disminore dalam
Mengurangi Disminore pada Sumodarsono,S. 1998. Pengetahuan
Remaja Putri di SMUN 5 praktis kesehatan dalam
Semaranghttp://eprints.undip olahraga. Jakarta :
.ac.id/9253/, diunduh 20 PT.Gramedia.
Oktober 2015
Suririnah.2007. Mengatasi PMS.
Mohamad K.2007. Kesehatan Diakses tanggal 20 Januari
reproduksi sebagai hak. 2015 dari http//umiserge.
Jurnal perempuan untuk multply.com/journal/item/15/
pencerahan dan Kesetaraan. mengatasi PMS Premenstrual
Yayasan Jurnal perempuan.53 Syndrome.

Nishrina.I., Maryatun dan Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk


Wulandari., R 2012 Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hubungan aktifitas olahraga
dan obesitas terhadap Sugiyono. Metode Penelitian
kejadian sindrom Kuantitatif dan Kualitatif Dan
pramenstruasi di desa R & D. cetakan ke 7. CV
Pucang Miliran Klaten.
Alfabeta. Bandung. 2009.
13

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November


Wartu. 2009. Manfaat Olahraga.
Diakses tanggal 22 Januari
2015 dari
http://memedaiman.multpl
y.com/journal/item/7

13

Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 2, November

You might also like