You are on page 1of 30

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. A REMAJA USIA 17 TAHUN


DENGAN AMENORE SEKUNDER DI RSUD MALINGPING

TAHUN 2022

Nama : FARADHITA DWI LESTARI, Am.Keb

NPM : 07210400089

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGIILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Seminar Kasus dengan judul :

Asuhan Kebidanan Pada Nn. A Remaja Usia 17 Tahun


Dengan
Amenore Sekunder Di Rsud Malingping Tahun 2022
Oleh :
FARADHITA DWI LESTARI, AM.KEB
NPM. 07210400089

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan


dihadapan tim penguji
Tanggal,
Mengetahui Dosen Pembimbing

(Retno Sugesti, S.ST, M.Kes)


LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan Pada Nn. A Remaja Usia 17 Tahun Dengan Amenore
Sekunder Di Rsud Malingping

Tahun 2022

Nama : FARADHITA DWI LESTARI, Am.Keb


NPM : 07210400089

Telah dipresentasikan pada tanggal Satu Desember Tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu di
hadapan tim penguji Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Departeen
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Tanggal, 2022

Menyetujui,

Dosen penguji responsi CI Responsi


Meina kurniasari, S.ST M.Kes Bidan Evi R
NIDN NIDN

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase,

(Retno Sugesti, S.ST, M.Kes)


NIDN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Seminar Kasus yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Nn. A remaja usia 17 tahun dengan amenore sekunder”.
Adapun tujuan penulisan Seminar Kasus ini dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju (STIKIM).
Dalam Penyusunan Seminar Kasus ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan. Dan penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu, Khususnya kepada :
1. Drs.H. A. Jacub Chatib, Selaku Ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju

2. Prof.Dr.Dr.dr.M.Hafizurrachman.,MPH.,SH Selaku Pembina Yayasan


Indonesia Maju

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM selaku PJS Rektor Universitas Indonesia
Maju (UIMA)

4. Susanti, S.ST, M.Biomed selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik


Universitas Indonesia Maju (UIMA)

5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya dan
Keuangan Universitas Indonesia Maju (UIMA)

6. Hidayani, Amd.Keb, SKM, MKM Selaku Kepala Departemen Kebidanan

Universitas Indonesia Maju (UIMA)

7. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing di penyusunan


laporan seminar kasus ini yang tidak mengenal lelah membantu dan
memberikan arahan serta masukan agar laporan seminar kasus ini sesuai
dengan yang seharusnya di Universitas Indonesia Maju

(STIKIM)
8. Meina Kurniasari, S.ST, M.Kes selaku penguji dalam presentasi laporan
seminar kasus.
9. Bidan Evi R. selaku CI dalam presentasi laporan kasus ini dan memberikan
arahan serta masukannya
10. Endat Sudrajat, SE.,M.Si selaku Sekretaris RSUD Malingping yang
memberikan toleransi waktu dan izin bagi penulis untuk melaksanakan asuhan
kebidanan pada Nn A sehingga dapat menyelesaikan laporan seminar kasus
ini.
11. Sri Yuliasih S.KM MAP selaku kepala seksi Rawat Jalan dan Khusus yang
sudah memberikan izin untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn A
berbarengan dengan jam kerja sehingga dapat menyelesaikan laporan seminar
kasus ini.
12. Bayu Saputra Amd. Farm selaku suami tersayang yang selalu mendukung
setiap hari nya baik secara moril dan materil.
13. Nn. A yang bersedia menjadi klien dan pengalaman akan gangguan
reproduksinya di jadikan sebagai sarana diskusi dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh remaja.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah dan hidayahnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan seminar kasus ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
agar laporan ini semakin lengkap dan sempurna sehingga bida bermanfaat bagi yang
membaca maupun penulis.

Penulis naik kea


tat dan tanpa gelar

Penulis

Faradhita Dwi Lestari, Am.Keb

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan remaja adalah salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang terjadi saat ini di Indonesia. Derajat kesehatan remaja
mencerminkan derajat kesehatan bangsa.(1)
Masa remaja merupakan suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Ciri yang paling menonjol pada masa pubertas yaitu mulai terjadinya
menstruasi atau haid pada wanita . Menstruasi merupakan perdarahan vagina
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi
normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan – perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal , ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini karena
ovarium bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklus
maupun lama siklus menstruasi. Saat remaja akan mengalami gangguan –
gangguan menstruasi dan salah satu yang akan di alami yaitu amenore.(2)
Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi
oleh wanita, terutama pada usia remaja dan merupakan indikator penting untuk
menunjukkan adanya gangguan sistem reproduksi yang dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara dan
infertilitas. Beberapa faktor seperti lemak tubuh, dan obesitas dapat menyebabkan
penyimpangan dalam siklus menstruasi. Wanita yang memiliki bobot tubuh
berlebih atau gemuk tidak ditemukan kejadian infertilitas yang terlalu tinggi
namun kejadian infertilitas terjadi berkaitan dengan disfungsi ovulasi. Pada
wanita obesitas tersebut ditemukan 30-47% yang mengalami siklus yang tidak
teratur. Kelainan siklus menstruasi seperti oligomenorea dan amenorea
merupakan penyebab infertilitas. Disfungsi ovulasi berjumlah 10–25 % dari kasus
infertilitas wanita. Amenorea terjadi pada 0,1–2,5% wanita usia reproduksi.(3)
Amenorea merupakan masalah yang cukup penting untuk kita ketahui
khususnya pada remaja . Amenorea merupakan keadaan tidak adanya menstruasi
untuk sedikitnya 3 bulan berturut – turut. Amenorea dapat di bagi menjadi
amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer merupakan apabila
seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi,
sedangkan pada amenorea sekunder remaja tersebut pernah mendapatkan
menstruasi, tetapi kemudian tidak mendapatkan lagi . (2)
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa kejadian amenorea
pada remaja adalah 10 - 15%. Di negara maju seperti Belanda, persentase
amenorhoe cukup besar yaitu 13%. Angka kejadian amenorhoe di Indonesia
cukup tinggi. Menurut survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada
beberapa sekolah di Indonesia pada tahun 2008. Hasilnya 17.665 remaja putri
6.855 yang mengalami masalah dengan menstruasinya (40%).(1) Menurut
Tempat Penelitian selama 3 bulan terakhir ini jumlah remaja yang berkunjung ke
Belum ada data
RSUD Malingping ada 15 orang yang mengalami keluhan Amenore.
amenorea prov.
Banten, pandegelang, Beberapa faktor penyebab amenorea yaitu faktor internal dan faktor
smp ke malimping
eksternal. Faktor internal seperti organ reproduksi, hormonal dan penyakit.
atau rs malimping
Sedangkan faktor eksternal seperti status gizi dan gaya hidup. Pada usia remaja,
asupan gizi masih sangat penting untuk pertumbuhan fisik . 62% anak di
perkotaan memiliki tinggi dan berat badan badan normal dari segi usia.
Sedangkan anak di pedesaan hanya 49%. Maka di simpulkan bahwa anak – anak
di perkotaan memiliki keadaan gizi lebih baik di banding anak pedesaan.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa status gizi mempengaruhi siklus
menstruasi . Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan ,
fungsi organ tubuh , juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi.(2)
Dampak dari amenorea pada remaja akan muncul seiring bertambahnya
usia seperti kemungkinan tidak akan terjadi kehamilan setelah mereka menikah .
selain itu dampak amenorea banyak di temukan yaitu kelainan pada daerah
genetalia interna pada remaja seperti kelainan pada selaput dara atau sering di
temukan kasus bahwa ada beberapa remaja mengeluh tidak pernah mengalami
menstruasi pada usia 16 tahun (2).
Maka dari itu sebagai seorang bidan yang menjadi tenaga Kesehatan yang
dekat dengan masyarakat bertanggung jawab melakukan pendekatan khusus
terhadap remaja yang mengalami gangguan reproduksi seperti amenore.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Kebidanan Nn. A remaja usia 17 tahun dengan amenore


sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi data subjektif dan objektif pada Nn. A remaja usia 17


tahun dengan amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

b. Merumuskan diagnosa masalah kebutuhan pada Nn. A remaja usia 17


tahun dengan amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

c. Merencanakan tindakan asuhan kebidananan pada Nn. A remaja usia 17


tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. A remaja usia 17 tahun dengan


amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

e. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada Nn. A remaja usia 17


tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.
f. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Nn. A
remaja usia 17 tahun dengan amenore sekunder di RSUD Malingping.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Bidan

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan


keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. A remaja usia 17
tahun dengan amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

1.3.2 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan kedepennya


bagaimana penatalaksanaan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan
pada Nn. A remaja usia 17 tahun dengan amenore sekunder di RSUD
Malingping tahun 2022.

1.3.3 Bagi Institut Pendidikan


Diharapkan bermanfaat sebagai bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa
untuk melakukan asuhan kebidanan pada Nn. A remaja usia 17 tahun dengan
amenore sekunder di RSUD Malingping tahun 2022.

1.3.4 Bagi Pasien

Mendapatkan pendidikan Kesehatan reproduksi remaja mengenai masalah


reproduksi remaja khususnya amenore, sehingga pengetahuan remaja
meningkat dan remaja mendapatkan mutu pelayanan yang maksimal dengan
informasi yang diberikan oleh pihak kesehatan sehingga pasien termotivasi
untuk sembuh dan merasa nyaman
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Menstrasi

A.Pengertian
Menstruasi atau haid merupakan perdarahan yang terjadi

Teori sedikit sekali akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang
2.1. Menstruasi = banyak mengandung pembuluh darah. menyatakan bahwa menstruasi
amenorrhea
merupakan tanda bahwa organ kandungan reproduksi sudah matang.
2.2. remaja
2.3. Manajemen (4)
SOAP Dalam keadaan normal, setiap bulan seorang wanita yang
telah memasuki usia subur akan melepaskan satu sel telur (ovum).
Ovum akan dihasilkan dan dilepaskan oleh indung telur (ovarium).
Ovum yang dilepaskan tersebut akan berjalan masuk ke dalam rahim
melalui saluran telur. Bila pada saat itu ada sel sperma yang masuk
dan bertemu, dapat terjadi pembuahan yang berlanjut menjadi
kehamilan. Untuk mempersiapkan kehamilan yang mungkin terjadi,
dinding rahim akan menebal. Penebalan yang disebabkan oleh faktor
hormonal ini berguna agar rahim siap menerima mudigah yang akan
tertanam di sana. (4).
Bila kehamilan tidak terjadi, kadar hormon (yang membuat
rahim menebal) akan turun. Akibatnya dinding rahim sebelah dalam
akan luruh, dan terjadilah menstruasi. Datangnya menstruasi pertama
kalinya (menarche) tidak sama pada setiap remaja (Proverawati dan
Misaroh , 2016). Namun, usia mulai menstruasi normalnya 12 atau
13 tahun. Sebagian perempuan mengalami haid lebih awal (usia 8
tahun) dan lebih lambat (18 tahun). (4)
2.2 Pengertian Amenore
Merupakan keadaan tidak adanya mentruasi untuk sedikitnya 3 bulan
berturut- turut.(2)
Amenore di bagi Menjadi dua bagian :
A. Amenore Primer
merupakan suatu keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16
tahun. Keadaan ini terjadi pada wanita usia reproduksi 0,1-2,5%. (5)

B. Amenore Sekunder
merupakan tidak terjadinya menstruasi selama tiga siklus atau 6 siklus
setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. (5)

2.3 Faktor Penyebab Amenore


A. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
1. Gangguan pada uterus : Pada sindrom Asherman, amenore
sekunder terjadi setelah kerusakan endometrium. Umumnya hal ini
disebabkan kuretase berlebihan yang kemudian smenghasilkan
jaringan parut intrauterine (6)

2. Gangguan pada ovarium


Amenorea yang terjadi dapat disebabkan oleh tumor ovarium
yang tidak memroduksi hormon maupun oleh tumor ovarium yang
memroduksi hormon. Tumor ovarium yang tidak memroduksi
hormon akan merusak seluruh jaringan ovarium. Hormon yang
diproduksi oleh tumor ovarium ialah androgen dan estrogen.
Androgen yang tinggi menekan sekresi gonadotropin, sehingga
menyebabkan amenorea, hirsutisme, hipertrofi klitoris, perubahan
suara, dan akne. Tumor yang memroduksi estrogen jarang
menyebabkan amenorea, namun sering terjadi perdarahan yang
memanjang akibat hiperplasia endometrium. (6)
3. Gangguan Pada Hifofisis anterior
Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di hipofisis
ialah sindrom Sheehan yang terjadi akibat adanya iskemik atau
nekrosis adenohipofisis. Kelainan ini sering dijumpai pada
postpartum dengan perdarahan banyak. (6)

4. Gangguan pada system syaraf pusat


Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan
lesi hipofisis. Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan
yang penuh dengan tekanan. Penyebab fungsional yang paling sering
ditemukan berupa gangguan psikis. Gangguan fungsional seperti ini
paling banyak dijumpai pada wanita pengungsi, dipenjara, sering
mengalami stres, atau hidup dalam ketakutan. Pasien dengn amenore
hipotalamik (hipogonadotropin hipogonadisme) memiliki defisiensi
dari sekresi pulsatil GnRH. (6)

b. Hormonal
c. Penyakit

B. Faktor Ekternal
a. Status Gizi
pada usia remaja, asupan gizi masih d sangat penting untuk
perubahan fisik (2), asupan gizi yang kurang ataupun lebih akan
menyebabkan kecukupan gizi tidak baik sehingga dapat menjadikan
gangguan selama siklus mentruasi.(5)
b. Gaya Hidup
Pada masa ini, biasanya remaja putri lebih memperhatikan
penampilan fisiknya agar terlihat lebih indah, sehingga mereka
memilih untuk melakukan program diet. Mereka cenderung
melakukan gaya hidup diet secara otodidak tanpa memikirkan
dampak kedepannya.(2)
2.4 Dampak Amenore
Kelainan siklus mentruasi seperti aminore merupakan penyebab infertilitas.
Disfungsi ovulasi berjumlah 10-25 % dari kasus infertilitas Wanita. Amenore terjadi
pada 0,1-2,5 % Wanita Usia Reproduksi.(3)

2.5 Hal-hal yang dapat mengurangi kejadian amenore


a. Memperbaiki status gizi
b. Menghindari Stres
c. Peningkatan pengetahuan remaja putri tentang amenore dengan cara
mengadakan penyuluhan kesehatan khususnyab tentang cara mencegah dan
mengatasi terjadinya amenore yang baik dan benar sehingga dapat
mengurangi angka kejadian amenore (2)
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Registrasi : 21/BPS/II/2022


Tanggal Pengkajian : 4 Februari 2022
Waktu Pengkajian : 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPS Bd. dhita
Pengkaji : Faradhita

A. Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. A
Umur : 17 Tahun
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kp. Kaum

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. J Nama Suami : Tn. E
Umur : 40 Tahun Umur :45 Thn
Agama : Islam Agama :
Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir
Alamat : Kp. Kaum

1. Alasan datang
Remaja mengatakan ingin memeriksakan dirinya

2. Keluhan utama
Remaja mengatakan tidak menstruasi selama 3 bulan

3. Riwayat Mentruasi
Menarche : 11 Tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut
Nyeri haid :-
Flour albus :-
HPHT : 4 November 2022

4. Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit keluarga : Alergi (-), Asma (-), Darah Tinggi (-), Jantung (-), DM (-)
- Riwayat Kesehatan sekarang : Tiga bulan terakhir tidak mentruasi.

5. Riwayat psikososial
Remaja mengatakan bahwa dirinya cemas dan khawatir dengan
kondisinya.

6. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat
- Tidur siang : Tidak pernah
- Tidur Malam : 8 jam

b) Pola aktivitas
Remaja mengatakan hanya melakukan aktifitas sekolah dan bermain bersama temannya.

c) Pola eliminasi
- BAK : 5 x sehari, warna dan jumlah normal
- BAB : 1 x sehari, warna dan konsistensi normal.

d) Pola nutrisi
- Makan pagi : Nasi uduk
- Makan Siang : satu porsi nasi, lauk, sayur dan kadang- kadang ada buah,
- Makan Malam: Mie instan kadang kadang ngemil makanan ringan.
- Minum : 8 Gelas / hari
-
e) Pola personal hygiene
- Mandi : 2 x sehari
- Keramas : 2 x seminggu
- Ganti baju : 2 x sehari
- Ganti Pakaian dalam : 2 x sehari

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 120/78 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36 0
C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm
LILA : 24 cm
IMT : 20,8 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Simetris, tidak pucat

Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat .

Hidung : Tidak ada Riwayat sinus, dan benjolan (-)

Mulut : Tidak ada caries, tidak ada stomatitis

Leher : Pembesaran Kelenjar tiroid (-), pembesaran


kelenjar Getah bening (-)

Dada : Tidak Dilakukan


Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan.

Ekstremitas Atas : oedema (-)

Ekstremitas Bawah: oedema (-), varices (-), Refleks patella kanan


(+), kiri (+)

Anogenitalia : tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang
- Hemoglobin : 12,8 gr/dl

C. Analisis Data
Nn. A remaja umur 17 Tahun dengan amenorrhea sekunder.

D. Penatalaksanaan
1. Bidan Memakai APD
Evaluasi : Bidan Telah memakai APD level 1
2. Melakukan Informend Consent untuk melakukan pemeriksaan.
Evaluasi : remaja menyetujuinya.
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Evaluasi : pemeriksaan fisik telah dilakukan
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum baik, tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik dan penunjang Hemoglobin dalam batas normal. Dari Riwayat
mentruasi ditemukan bahwa remaja tidak mengalami mentruasi selama 3 bulan berturut-
turut namun sebelumnya pernah mengalami mentruasi kondisi itu disebut amenore
sekunder. .
Evaluasi : remaja mengetahui tentang kondisinya saat ini.
5. Menjelaskan pengertian amenorrhea sekunder yaitu merupakan gangguan siklus
mentruasi yang terjadi pada Wanita yang sudah pernah ,mentruasi, namun tidak
mengalami mentruasi dalam waktu 3-6 bulan.
Evaluasi : Remaja mengerti denga napa yang dijelaskan
6. Menjelaskan Faktor penyebab terjadi amenore yaitu faktor internal dan faktor ekternal.
Faktor Internal seperti organ reproduksi, hormonal dan adanya penyakit sedangkan
faktor ekternal yaitu status gizi dan gaya hidup. Biasanya faktor yang sering terjadi
pada amenore sekunder pada remaja yaitu tingkat stress yang tinggi, kecemasan
berlebihan, aktifitas yang berat, obesitas dan berat badan rendah.
Evaluasi : Remaja mengerti dengan apa yang dijelaskan.
7. Memberikan konseling gizi dengan menjelaskan pola gizi seimbang yaitu makan 3 x
sehari dengan porsi isi piringku (2/3 dari setengah piring di isi nasi, 2/3 dari setengah
piring di isi sayuran, 1/3 piring di isi lauk pauk, 1/3 piring di isi buah buahan).
Evaluasi : remaja akan mencoba melakukan apa yang telah dianjurkan.
8. Menganjurkan remaja mengkonsumsi kedelai karena kedelai bisa menyeimbangkan
hormon dalam tubuh sehingga dapat memmpengaruhi siklus reproduksi.
Evaluasi : remaja akan melakukan apa yang telah dianjurkan.
9. Mengajurkan remaja untuk menjaga berat badan ideal dengan cara berolahraga,
mengurangi makanan siap saji, dan mengatur pola istirahat yang cukup.
Evaluasi : remaja akan melakukan apa yang telah dianjurkan.
10.Mendiskusikan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada keluhan.
Evaluasi : remaja akan datang sesuai anjuran
11.Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan

Pengkaji

Faradhita Dwi
LestarI
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil studi kasus pada Nn. “A” yang telah dilakukan oleh penulis dengan
memberikan asuhan pada Nn. A remaja usia 17 tahun dengan amenore sekunder di RSUD
Malingping tahun 2022. Penulis membuat pembahasan yang menghubungkan teori dengan
kasus yang dialami oleh Nn. “A”.

4.1 Data Subyektif


Remaja mengatakan tidak mentruasi selama 3 bulan, setelah sebelumnya riwayat
mentruasi normal setiap bulannya. Hasil anamnesa awal pada pola istrirahat, remaja tidak
pernah tidur siang karena aktifitas bermain dengan teman yang begitu intens, remaja tidak
melakukan aktifitas lain selain sekolah dan bermain maka dari itu asupan nutrisi juga tidak
teratur, Remaja lebih sering memakan makanan siap saji dibandingkan makanan yang
lebih bergizi terutama dimalam hari. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan judul remaja
dengan amenore di RSUD Malingping Tahun 2022. Peneliti menyatakan gangguan pola
aktifitas, pola nutrisi serta pola istrirahat yang tidak baik dapat menggagu system
reproduksi remaja khususnya pada siklus mentruasi.

4.2 Data Objektif


varices (-), Refleks patella kanan (+), kiri (+), Anogenitalia tidak
dilakukan, Pemeriksaan Penunjang Hemoglobin 12,8 gr/dl

4.3 ANALISA DATA


Terdiri dari diagnosa kebidanan dari diagnosa masalah dan kebutuhan.
Pada langkah ini data di kumpulkan dan diinterprestasikan menjadi diagnosa
dan masalah. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa.
Hasil pemeriksaan dapat dianalisa Nn. “A” usia 17 tahun remaja
dengan amenore sekunder. Diagnosa potensial pada remaja dengan amenore
adalah infertilitas , yang dikarenakan kurangnya kesadaran remaja untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta mengatur pola aktifitas dan pola
istrht dengan baik. Untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial, bidan
perlu melakukan edukasi mengenai pola nutrisi, pola aktifitas serta pola
istrihat yan baik.

4.4 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada nn “a” adalah melakukan informend consent
untuk melakukan pemeriksaan, melakukan pemeriksaan fisik, menjelaskan
hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum baik, tanda-tanda vital, pemeriksaan
fisik dan penunjang hemoglobin dalam batas normal. Dari riwayat mentruasi
ditemukan bahwa remaja tidak mengalami mentruasi selama 3 bulan berturut-
turut namun sebelumnya pernah mengalami mentruasi kondisi itu disebut
amenore sekunder, menjelaskan pengertian amenorrhea sekunder yaitu
merupakan gangguan siklus mentruasi yang terjadi pada wanita yang sudah
pernah ,mentruasi, namun tidak mengalami mentruasi dalam waktu 3-6 bulan,
menjelaskan faktor penyebab terjadi amenore yaitu faktor internal dan faktor
ekternal. Faktor internal seperti organ reproduksi, hormonal dan adanya
penyakit sedangkan faktor ekternal yaitu status gizi dan gaya hidup. Biasanya
faktor yang sering terjadi pada amenore sekunder pada remaja yaitu tingkat
stress yang tinggi, kecemasan berlebihan, aktifitas yang berat, obesitas dan
berat badan rendah, memberikan konseling gizi dengan menjelaskan pola gizi
seimbang yaitu makan 3 x sehari dengan porsi isi piringku (2/3 dari setengah
piring di isi nasi, 2/3 dari setengah piring di isi sayuran, 1/3 piring di isi lauk
pauk, 1/3 piring di isi buah buahan), menganjurkan remaja mengkonsumsi
kedelai karena kedelai bisa menyeimbangkan hormon dalam tubuh sehingga
dapat memmpengaruhi siklus reproduksi, mengajurkan remaja untuk menjaga
berat badan ideal dengan cara berolahraga, mengurangi makanan siap saji,
dan mengatur pola istirahat yang cukup, mendiskusikan kunjungan ulang 1
bulan kemudian atau jika ada keluhan, melakukan pendokumentasian
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan terhadap Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping. maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut
5.1.1 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping., telah melakukan pengkajian
dan hasil pengkajian tersebut meliputi data suyektif dan data obyektif.
5.1.2 Dalam melakukan asuhan kebidanan Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping. Penulis dapat
mengidentifikasi diagnosa masalah,
5.1.3 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping. penulis tidak menemukan
tindakan segera.
5.1.4 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping. penulis membuat rencana
sesuai kebutuhan pasien
5.1.5 Dalam melakukan asuhan kebidanan Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping. penulis melakukan evaluasi
sesuai perencanaan.
5.1.6 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. “A” usia remaja usia 17 tahun
dengan amenore sekunder di RSUD Malingping. hasil evluasi berjalan
dengan baik sesuai dari pencapaian maksimal dari penatalaksanaan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dasar, maka penulis dapat menyimpulkan saran sebagai
berikut ;

5.2.1 Bagi Remaja


Diharapkan kepada remaja usia reproduksi dapat memperbaiki pola istrihat,
pola nutrisi dan pola aktifitas dengan baik agar kejadian amenore dilingkungan
sekitar tidak semakin banyak

5.2.2 Bagi Lahan Praktik


Penulis mengharapkan agar lahan praktek lebih meningkatkan dan mempertahankan
mutu pelayanan kesehatan yang sudahkepada para remaja usia subur.

5.2.3 Bagi Bidan


Untuk tenaga kesehatan yang bekerja didalam lingkungan kebidanan
diharapkan tetap dapat meningkatkan sarana dan prasarana dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan yang lebih professional, meningkatkan komunikasi dengan
masyarakat sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal
kepada masyarakat. Memberikan asuhan sesuai dengan wewenang dan kode etik
bidan serta dalam melakukan pendokumentasian petugas kesehatan harus lebih teliti
dan cermat yang dilakukan sebagai pembu3ktian pertanggung jawaban.
https://drive.google.com/file/d/1S8nClmEjuKtGTlhJUPphXYxbcYn_tl3f/view?
usp=sharing
(7)
(8)

LIFTLET
DAFTAR PUSTAKA

1. Meiriza W, Satria O. Hubungan Berat Badan Tidak Normal Dengan


Kejadian Amenore. J Kesehat Perintis (Perintis’s Heal Journal).
2017;4:102–8.
2. siti rohmah yulia paramita rusady. Hubungan Status Gizi dengan
kejadian amenorea pada siswi SMP N 1 Pademawu. sakti bidadari.
2021;4:72–7.
3. Yusnaini dampak serius aminore. PENGARUH KONSUMSI SUSU
KEDELAI TERHADAP AMENORHOE SEKUNDER PADA
REMAJA PUTRI PERIODE LATE ADOLESCENCE DI DAYAH
INSAN QUR’ANI ACEH BESAR. J AcTion [Internet]. 2020;5(2):98–
104. Available from: http://dx.doi.org/10.30867/action.v5i2.125
4. berti lorenza br sitepu. hubungan indeks massa tubuh dengan siklus
menstruasi pada remaja putri di SMA N 1 Tigapanah kab. paro tahun
2018. Comput Ind Eng. 2018;2(January):6.
5. Sari DP, Handayani TY, Sustiyani E. Hubungan Status Gizi Dan Stress
Dengan Kejadian Amenore Sekunder. J Kesehat 10. 2021;004(1):331–
6.
6. Suparman E, Suparman E. Amenorea Sekunder: Tinjauan dan
Diagnosis. J Biomedik. 2017;9(3).
7. Pratama ananda wildhan wahyu. Fungsi gizi seimbang dalam
peningkatan imunitas tubuh menurut ahli UNAIR. 2021;
8. RI PK. batas ambang IMT untu indonesia. 2018;

You might also like