You are on page 1of 30

1

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulisan
Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri di BDF Dispo Farma Bengkulu
dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini dapat di selesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada:

1. Bapak apt.Rhandy Ragan Kusuma S.Farm. Selaku Kepala Sekolah SMKS-16


Farmasi Bhakti Nusa Kota Bengkulu.

2. Bapak apt.Yudi Agus S.Farm. Selaku Kepala Prodi SMK S 16 Bhakti Nusa
Kota Bengkulu

3. Bapak Renno Yoserizal Selaku Direktur BDF Dispo Farma Bengkulu

4. Ibu apt.Muthia Dwi Syasmi S.Farm. Selaku Apoteker Penanggung Jawab


BDF Dispo Farma Bengkulu

5. Ibu Endang Retno Lestari S.Pd. Selaku Pembimbing

6.Bagian kurikulum kesiswaan dan guru-guru SMKS-16 Farmasi Bhakti Nusa


Kota Bengkulu

7.Pegawai atau para pekerja PBF Kimia Farma Trading & Distribution Cabang
Bengkulu. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
kompetensi dan sebagai pengaplikan dari kompetensi yang telah diperoleh
selama mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai kondisi sebenarnya di

1
2

tempat kerja Tahun 2020/2021 serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempuran.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ini sangat penulisan harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bengkulu, 30 November 2020

Penyusun

BAB 1

2
3

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun
2017, Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan bahan
obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan salah satu unit terpenting dalam
kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti
apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat
sampai ketangan masyarakat. Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF harus
mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF dimulai dari
pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi kesarana
pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Dimana dalam hal ini para pedagang besar farmasi berfungsi sebagai
tempat untuk menyediakan dan menyimpan sediaan farmasi meliputi obat, bahan
obat, obat tradisional dan kosmetik, sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan
farmasi ke fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat berizin, sebagai sarana untuk
mendistribusikan sediaan farmasi di wilayah sesuai surat pengakuannya/surat izin
edar, dan sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
Setiap PBF dan PBF cabang diharuskan untuk memiliki apoteker
penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat dan apoteker
penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, seorang apoteker yang bertanggung jawab ini sangat
dituntut untuk memiliki kemampuan dan kecakapan lebih dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian dilingkungan pedagang besar farmasi yang meliputi
berbagai bidang diantaranya adalah pengadaan, penyimpanan, distribusi, atau

3
4

penyaluran sediaan farmasi oleh karena itu, dilaksanakannya praktek kerja


lapangan di suatu Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk mempersiapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan pada saat memasuki dunia kerja.
Praktek kerja lapangan merupakan suatu upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta kemampuan dibidang kesehatan
yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Selain itu praktek kerja lapangan ini
juga dilakukan sebagai kegiatan pengembangan sumber daya manusia untuk
meningkatkan potensi dan produktivitas secara optimal dibidang kesehatan
terutama dibidang ke farmasian.
Praktek kerja lapangan ini diadakan di Pedagang Besar Farmasi Bengkulu
Dispo Farma yang beralamat di Jl. Bhayangkara, selama kurang lebih dari tanggal
2 – 30 November 2020 ini diharapkan dapat mencapai dan meningkatkan
pemahaman calon Tenaga Teknis Kefarmasian mengenai peranan Apoteker di
Pedagang Besar Farmasi, organisasi dalam PBF, mengenai tahapan- tahapan
pendistribusian obat sesuai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), mengetahui
persyaratan-persyaratan dalam pendirian PBF dan pelaporan- pelaporan yang
dilakukan dalam pengelolaan pendistribusian obat hingga kesarana distribusi.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


A. Meningkatkan kemampuan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam memasuki
dunia kerja sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian yang handal dan professional
dibidang farmasi.
B. Mengetahui tentang pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
C. Mengetahui tentang alur pemesanan sampai ke pengiriman di Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
D. Mengetahui bagaimana peran, fungsi, posisi serta tanggung jawab sebagai
Tenaga Teknis Kefarmasian di pedagang besar farmasi (PBF).

4
5

E. Mengetahui Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di Pedagang Besar


Farmasi (PBF).
F. Memperoleh berbagai ilmu dan masukan yang berguna untuk memperbaiki
dan mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan dalam bidang
kefarmasian.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)


A. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada
masa belajar disekolah serta menambah wawasan dan pengalaman.
B. Dapat mengetahui gambaran dunia kerja secara langsung tentang pengelolaan
dan pendistribusian obat dan alkes di Pedagang Besar Farmasi yang
sebelumnya hanya diketahui secara teori.
C. Meningkatkan rasa percaya diri, kedisiplinan dan tanggung jawab untuk
menjadi tenaga teknis kefarmasian yang handal.
D. Menambah ilmu pengetahuan dalam hal pendistribusian obat di Pedagang
Besar Farmasi.
E. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab tenaga teknis kefarmasian
di Pedagang Besar Farmasi.

5
6

BAB II

TUJUAN UMUM PEDAGANG BESAR FARMASI

2.1 Ketentuan Umum Tentang Pedagang Besar Farmasi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/
MENKES/ PER/ IV/ 2011 tentang Pedagang Besar Farmasi yang dimaksud
dengan Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah
perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1 ayat 12 yang berbunyi Pedagang Besar
Farmasi adalah Perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam peraturan tersebut juga memberikan batasan terhadap beberapa hal
yang berkaitan dengan kegiatan Pedagang Besar Farmasi yaitu batasan
mengenai :
a. Perbekalan Farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat dan
alat kesehatan
b. Sarana pelayanan kesehatan adalah apotik, rumah sakit, toko obat atau unit
kesehatan lainnya yang ditetapkan Menteri Kesehatan.
Setiap PBF harus mempunyai Apoteker Penanggung Jawab yang bertanggung
jawab terhadap pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan
obat. Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undang.

6
7

Pedagang Besar Farmasi wajib Memenuhi Persyaratan yang telah ditentukan,


yaitu :
a. Memiliki Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP).
b. Dilakukan oleh badan hukum, perseoran terbatas, koperasi, perusahaan
nasional, maupun perusahaan patungan antara penanaman modal asing
yang telah memperoleh perusahaan nasional.
c. Memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab dan Tenaga Teknis
Kefarmasian yang bekerja penuh.
d. Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan perundang-
undangan dibidang farmasi.

2.2 Tugas dan Fungsi Pedagang Besar farmasi


a. Tugas.
1. Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang meliputi
obat, bahan obat, dan alat kesehatan.
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi : rumah sakit, toko obat
berizin da.n sarana pelayanan kesehatan masyarakat lain serta Pedagang
Besar Farmasi.
3. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan
setiap dilakukan pemeriksaan. Untuk took obat berizin, pendistribusian
obat hanya pada obat-obatan golongan obat bebas dan obat bebas terbatas,
sedangkan untuk apotek rumah sakit dan PBF melakukan pendistribusian
obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat keras tertentu.
b. Fungsi.
1. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.
2. Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif keseluruh tanah
air secara merata dan teratur guna mempermudah pelayanan kesehatan

7
8

3. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan


penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan.
4. Sebagai penyalur tunggal obat-obatan golongan narkotika dimana PBF
khusus, yang melakukannya adalah PT. Kimia Farma.
5. Sebagai asset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.

2.3 Pendirian Pedagang Besar Farmasi


Berdasarkan Perpres Nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal untuk PBF adalah dengan kepemilikan modal dalam negeri
100 %. Untuk memperoleh izin PBF harus memiliki secara tetap apoteker sebagai
Penanggung Jawab. Dan untuk PBF yang menyalurkan bahan obat harus
memiliki laboratorium dan gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang
terpisah dari ruangan lain. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Berdasarkan Permenkes No. 30 tahun 2017 pasal 7 ayt (1) tentang tata cara
memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kepala Balai POM dengan menggunakan contoh Forulir 1
sebagaimana terlampir.
Produk layanan yang diberikan:
a. Izin Pedagang Besar Farmasi (PBF)
b. Perpanjangan izin PBF
c. Perubahan izin (pindah lokasi, perubahan alamat di lokasi yang sama
atau perubahan alamat, pergantian penanggung jawab,
penambahan/perubahan gudang)
d. Legalisir izin

2.4 Pencabutan izin Pedagang Besar Farmasi

8
9

a. Izin PBF dinyatakan tidak berlaku apabila masa berlakunya habis dan tidak
diperpanjang.
b. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan.
c. Izin PBF dicabut.
d. Mempekerjakan Apoteker dan Asisten Apoteker penanggung jawab yang
tidak memiliki surat izin kerja.
e. Tidak aktif lagi dalam penyaluran obat selama satu tahun.
f. Tidak lagi memenuhi persyaratan usaha sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan.
g. Tidak lagi menyampaikan informasi laporan Pedagang Besar Farmasi tiga
kali berturut-turut kepada Dinas Kesehatan dan BPOM.
h. Tidak memenuhi ketentuan tata cara penyaluran perbekalan farmasi
sebagaimana yang ditetapkan.

2.5 Pengelolaan Sumber Pedagang Besar Farmasi


2.5.1 Pengolalaan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia pada PBF (Pedagang Besar Farmasi) Bengkulu
Dispo Farma terperinci melalui struktur organisasi yang dapat dilihat pada
Lampiran 1, memperlihatkan susunan fungsi-fungsi organisasi dan
menunjukkan tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan
kegiatan. Adanya struktur organisasi maka kegiatan operasional kantor dan
memungkinan terlaksanakan evaluasi atas semua kegiatan yang
menyangkut fungsi dalam organisasi.
Sumber daya kefarmasian pada PBF (Pedagang Besar Farmasi)
Bengkulu Dispo Farma memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung
jawab. Apoteker menggunakan SIPA karena SIPA disini bagi Apoteker
yang melakukan pekerjaan kefarmasian difasilitasi produk atau fasilitas
kefarmasian. Dimana PBF (Pedagang Besar Farmasi) Bengkulu Dispo
Farma sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa untuk

9
10

menjalankan fungsi PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka dibutuhkan


penanggung jawab seorang Apoteker. Telah memenuhi peryaratan sesuai
dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 2014 pada pasal
14 saat ini yang menjabat sebagai Apoteker Penanggung Jawab PBF
(Pedagang Besar Farmasi) Bengkulu Dispo Farma adalah Apt. Muthia Dwi
Syasmi S.Farm Semua kegiatan yang berlangsung di PBF (Pedagang Besar
Farmasi) Bengkulu Dispo Farma telah dilaksanakan sesuai dengan aspek-
aspek CDOB mulai dari manajemen mutu yaitu struktur organisasi yang
jelas serta tiap-tiap anggota organisasi mengetahui dengan baik tanggung
jawab yang jelas dan diketahui dengan jelas oleh yang bersangkutan. Dan
dilakukannya pelatihan yang berkala untuk semua personil guna menjaga
kompetensinya. Untuk menjaga kopetnsi dari masing-masing personil juga
maka di PBF (Pedagang Besar Farmasi) Bengkulu Dispo Farma dilakukan
inspeksi diri melalui audit antara personil masing masing sesuai dengan
peraturan Ka Badan POM RI No.HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012
Tentanng pedoman Teknis Cara Distribusi obat yang baik.

2.5.2 Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya


Berdasarkan PERMENKES No. 918/MENKES/Per/X/1993 tentang
Pedagang Besar Farmasi pasal 1, 2 dan 3 Dalam Peraturan tersebut juga
memberikan batasan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan
Pedagang Besar Farmasi yaitu batasan mengenai :
a) Perbekalan Farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat
dan alat kesehatan.
b) Sarana pelayanan kesehatan adalah apotik, rumah sakit, atau unit
kesehatan lainnya yang ditetapkan Menteri Kesehatan, toko obat dan
pengecer lainnya.
Peraturan perundang-undangan tentang PBF di indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan. Dulu Pedagang Besar Farmasi di

10
11

larang menyalurkan Psikotropika tanpa izin khusus dari Menteri


Kesehatan, tetapi sejak di sahkannya Undang-Undang RI No 5 tahun 1997
tentang Psikotropika maka Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
menyalurkan psikotropika tidak memerlukan izin khusus lagi.
1) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam
rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu
pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan
yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan
sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara
optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif
dan efisien.
2) Pengadaan
Pengadaan merupakan proses penyediaan barang yang
diperlukan oleh PBF untuk unit pelayanan kesehatan lainnya.
Pengadaan barang dilakukan dengan membuat PO (Purchase Order)
kepada pabrik untuk priode tertentu. Misalnya untuk satu pesanan
untuk satu bulan penjualan, ini dilakukan PBF yang letaknya dekat
PBF order. Proses Pengadaan yang efektif seharusnya:
1.) Membeli obat-obat yang tepat dengan jumlah yangtepat.
2.) Memperoleh harga pembelian serendah mungkin.
3.) Barang yang akan dibeli memiliki standar kualitas yang
diketahui.
4.) Mengatur penyaluran obat dari penyalur secara berkala
guna menghindari kekurangan maupun kelebihan
persediaan.
3) Penyimpanan

11
12

Barang yang masuk dan telah diperiksa, disimpan dan disusun


dengan rapi pada rak-rak penyimpanan berdasarkan :
a) Penyimpanan dikelompokan berdasarkan pabrik yang
memproduksinya.
b) Penyimpanan berdasarkan abjad.
c) Penyusunan dilakukan berdasarkan sistem FIFO dimana
barang yang pertama masuk akan keluar lebih dahulu.
d) Untuk obat-obatan berbentuk syrup disusun dibagian bawah
rak untuk memudahkan pengambilan dan antisipasi bila sirup
itu jatuh atau pecah tidak akan membasahi obat lain.
e) Untuk obat golongan OKT disimpan dalam lemari khusus.
f) Untuk obat berbentuk injeksi, suppositoria dan obat yang
higroskopis disimpan dalam lemari pendingin.
Syarat gudang penyimpanan Narkotika di PBF adalah sebagai
berikut:
a) Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu
dengan dua buah kunci yang kuat dengan merek yang
berlainan.
b) Langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi.
c) Dilengkapi dengan lemari besi dan mempunyai kunci yang
kuat yang ditanam pada lantai /dinding.
d) Gudang dan lemari tidak boleh untuk menyimpan barang lain
kecuali ditentukan lain oleh Menteri.
Penyimpanan Menurut permenkes nomor 3 tahun 2015 Pasal 27
Penyimpanan Narkotika, Psikotropika,dan PrekursorFarmasi
wajib memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik, dan/atau standar
pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 30

12
13

1) PBF yang menyalurkan Narkotika harus memiliki tempat.


2) Penyimpanan Narkotika berupa gudang khusus.
3) Dalam hal PBF menyalurkan Narkotika dalam bentuk bahan
bakudan obat jadi, gudang khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Harus terdiriatas:
a) Gudang khusus Narkotika dalam bentuk bahan baku.
b) Gudang khusus Narkotika dalam bentuk obat jadi.
4) Gudang khusus untuk tempat penyimpanan Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berada dalam
penguasaan Apoteker penanggung jawab.

Pasal 31
1. PBF yang menyalurkan Psikotropika harus memiliki tempat
penyimpanan Psikotropika berupa gudang khusus atau ruang
khusus.
2. Dalam hal PBF menyalurkan Psikotropika dalam bentuk bahan
baku dan obat jadi, gudang khusus atau ruang khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terdiri atas:
a. Gudang khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam
bentuk bahan baku;dan
b. Gudang khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam
bentuk obat jadi.
3. Gudang khusus atau ruang khusus untuk tempat penyimpanan
Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berada dalam penguasaan Apoteker Penanggung Jawab.
4) Adminstrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan
dan pengarsipan hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan

13
14

serta evaluasi. Pengelolaan administrasi untuk Pedagang Besar terdiri


dari :
a. Buku kas adalah buku pencatatan alur keluar masuk dana.
b. Buku bank adalah buku pencatatan debit dan kredit melalui
bank.
c. Buku penerimaan barang adalah buku untuk mencatat segala
yang masuk dari cabang induk atau cabanglain.
d. Buku pembelian adalah buku untuk mencatat segala aktivitas
pembelian yang dilakukan di KFTD cabang Bengkulu.
Pelaporan di PBF adalah :
1) Laporan distribusi obat triwulan adalah berisi tentang laporan
segala pesanan obat yang didistribusikan ke relasi selama 3
(tiga) bulan.
2) Laporan obat narkotika dan psikotropika adalah berisikan
tentang laporan segala pesanan obat narkotika dan psikotropika
yang didistribusikan ke relasi selama 1 (satu) bulan.
Laporan distribusi alat kesehatan setiap bulan.
5) Keuangan
keuangan meliputi adminitrasi untuk uang masuk, uang keluar,
buku harian penjualan. Catatan mengenai uang masuk meliputi laporan
penjualam harian sedangkan uang yang keluar tercatat dalam buku
pengeluaran.

2.6 Pelayanan di institut pasangan


Pelayanan PBF adalah  sebagai distribusi atau penjualan barang berkaitan
dengan pengeluaran barang dari gudang, berdasarkan pesanan dari konsumen.
Pesanan dapat di lakukan melalui telpon (berlangganan) dan salesmen
(menggunakan surat pesanan /sp).

14
15

Pelayanan pedagang besar farmasi hanya dapat melakasanakan penyaluran


obat keras kepada:
a. Pedagang besar lainya berdasarkan surat pesanan yang di tanda
tangani oleh penanggung jawab PBF. 
b. Apotek berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek.
c. Rumah sakit berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh
Apoteker Pengelolaan Instalasi Rumah Sakit.
d. Instalasi lain yang di izinkan Menkes
Bentuk atau sistem distribusi perbekalan farmasi adalah sesuai
kebijaksanaan/peraturan farmasi seperti yang tercantum dalam undang undang
kesehatan. Yang di maksud dengan perbekalan farmasi menurut undang undang
kesehatan adalah perbekalan farmasi meliputi:
1. Obat.
Menurut Pernenkes Nomor 30 tahun 2017, obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
obat terdiri dari 4 golongan yaitu: 
a. Obat narkotik.
Obat narkotika aadalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, kehilanagn rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-undang N0.35 tahun
2009).
b. Obat daftar G dan Psikotropika.

15
16

1. Obat daftar G adalah obat yang pada bungkus luarnya oleh si


pembuat disebutkan, bahwa obat hanya boleh diserahkan
dengan resep dokter.
2. Psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja menurunkan
fungsi otak serta merangsang susunan syaraf pusat sehingga
menimbulkan reaksi berupa halusinasi, ilusi, gangguan cara
berfikir, perubahana perasaan yang tiba-tiba, dan
menimbulkan rasa kecanduan pada pemakainya.
Bentuk saluran obat distribui daftar G, secara umum bentuk
saluran distribusi obat G dapat ditempuh salah satu dari bentuk
saluran distribusi yang ada.
c. Obat daftar W.
Obat daftar W adalah obat keras yang dapat dibeli tanpa resep
dokter namun penggunaannya harus memperhatikan informasi
obat pada kemasan.
d. Obat daftar bebas.
Obat daftar bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep
dokter.
2. Bahan baku obat.
Bahan baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan
mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.
3. Obat tradisional (obat asli Indonesia) dan bahan tradisional (bahan obat
asli Indonesia).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan.

16
17

4. Alat-alat kesehatan.
Alat-alat kesehatan adalah instrument, aparatus, dan/ implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mencegah,
mendiagnosis, suatu penyakit atau kondisi seseorang.

5. Kosmetik. 
Kosmetik adalah zat perawatan yang digunakan untuk meningkatan
penampilan atau aroma tubuh manusia.

Adapun yang harus di perhatikan saat pelayanan penjualan obat di PBF antara
lain:
1. TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) penanggung jawab dalam penerimaan
faktur 4 yang telah di tanda tangani oleh penanggung jawab atau petugas
penjualan.
2. TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) penanggung jawab gudang
menyerahkan barang beserta faktur 5 rangkap kepada petugas gudang
untuk menyiapkan barang sesuai pesanan.
3. Petugas gudang memeriksa kebenaran fisik barang dan faktur 4 rangkap.
Apabila sesuai maka petugas gudang membutuhkan tanda terima barang
di buku ekspedisi barang. Kemudian faktur di kembalikan ke fakturis
untuk arsip pedagang.

17
18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Waktu, Tempat dan Teknis pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dilakukan pada tanggal 2


November – 30 November 2020 di PBF Dispo Farma. Jadwal PKL dilaksanakan
selama satu bulan, setiap siswa/i mendapatkan jadwal yang telah ditentukan.
Jadwal PKL disesuaikan dengan hari dan jam kerja PBF sebagai berikut :

Hari : Senin - Sabtu

Jam kerja : 08.00 - 16.00 WIB ( Senin – Jumat )

08.00 – 13.00 WIB ( Sabtu)

Jam istirahat : 12.00 – 13.00 WIB

3.2 Sejarah PBF Bengkulu Dispo Farma

Pedagang Besar Farmasi (PBF) Bengkulu Dispo Farma dahulunya merupakan


PBF Anugerah Nusantara Raya. Pada tahun 2019, PBF Anugrah Nusantara Raya
berganti nama menjadi PBF Bengkulu Dispo Farma (BDF). Bengkulu Dispo
Farma merupakan badan usaha milik pribadi yang berbentuk perseoran terbatas
yang didirikan pada tahun 2019, dan mulai beroperasi pada tanggal 23 Agustus
2019 dimana pelaksanaannya sesuai dengan PerMenKes No. 34 tahun 2014

18
19

tentang PBF. PBF Bengkulu Dispo Farma yang bertempat di Jalan Bhayangkara
(depan RSUD M. Yunus), Sidumulyo, Kota Bengkulu. Dipimpin oleh bapak
Renno Yoserizal dengan nomor izin PBF : FP.01.04/IV/0404/2018, dan Apt.
Muthia Dwi Syasmi S.Farm. Serta nomor izin Alkes FK.01.01/VI/800-e/2019
dengan Penanggung Jawab Alkes Lola Santia, A.Md, Farm. Sejak berdiri PBF
Bengkulu Dispo Farma berkosentrasi pada usaha penjualan obat-obatan dan
alkes. Sesuai dengan fungsinya sebagai subdistributor obat, PBF Bengkulu
Dispo Farma menyalurkan obat-obatan dan alat kesehatan ke apotek-apotek,
rumah sakit, dan klinik yang ada di Kota Bengkulu, dan seiring berkembangnya
usaha Bengkulu Dispo Farma telah berkembang ke kota-kota lain diluar
Bengkulu.

3.3 Tujuan pendirian Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Tujuan pendirian PBF Adalah :


a. Menyalurkan perbekalan farmasi kepada sarana pelayanan kesehatan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Untuk mengadakan, menyimpan, menyalurkan perbekalan farmasi
yang memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan oleh perundang-
undangan.
c. Untuk mengadakan pelaksanaan obat dari sumber yang sah
berdasarkan peraturan yang berlaku.
d. Untuk mengadakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran secara tertib mengikuti pedoman tehnik yang telah
ditetapkan oleh Dirjen POM.

3.4 Struktur organisasi


Struktur organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi organisasi dan
menunjukkan tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan

19
20

kegiatan. Adanya struktur organisasi maka kegiatan operasional kantor dan


memungkinkan terlaksana evaluasi atas semua kegiatan yang menyangkit fungsi
dalam organisasi.
Struktur organisasi di PBF terdiri dari pimpinan PBF atau Direktur Utama,
Bagian Administrasi, Pergudangan dan Salesmen. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Komisaris

H. Arsil Djamaran

Direktur

Renno Yoserizal

Apoteker Penanggung jawab Teknis

Apt. Muthia Dwi Syasmi S. Farm Lola Santia A.Md Farm

Manager Pemesanan Fakturis Manager Keungan Driver

Safriyadi Novita Sari Deby M . sahid

Sales
Kolektor
Gudang
Staf Pajak
Taupik Nurrahman
Miswanto
Ahmad Fatardho
Hengky
Winson
Muhammad Rizal
Agus
Aspan nauli
Staf
Meri Ulfa

Esy Kurniesa
Wawan

20
21

GAMBAR 1. Struktur Organisasi PBF Bengkulu Dispo Farma

3.5 Pengelolaan di pedagang Besar Farmasi


3.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia pada PBF Bengkulu Dispo Farma terperinci
melalui struktur organisasi yang dapat dilihat pada gambar 1,
memperlihatkan susunan fungsi-fungsi organisasi dan menunjukkan tugas
serta tanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan. Adanya
struktur organisasi maka pengeoperasian kantor dan memungkinkan
terlaksana evaluasi atas semua kegiatan yang menyangkut fungsi dalam
organisasi.
Sumber daya kefarmasian di PBF Bengkulu Dispo Farma memiliki
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. PBF Dispo Farma telah
sesui dengan peraturan yang berlaku bahwa di PBF harus memiliki
Apoteker (sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34
tahun 2014). Yang menjabat sebagai apoteker di PBF Dispo Farma saat
ini adalah Apt. Muthia Dwi Syasmi S.Farm. kegiatan yang dilaksanakan
di PBF Dispo Farma telah sesuai dengan aspek-aspek CDOB (Cara
Distribusi Obat dengan Baik).

3.5.2 Sarana dan Prasarana


Jumlah sarana dan Prasarana yang ada di PBF Bengkulu Dispo Farma
Kota Bengkulu sudah dapat dikatakan memenuhi standar karena memiliki

21
22

kelengkapan fasilitas yang memadai yang bersih dan nyaman serta di


lengkapai fasilitas penujang yang lengkap. PBF Bengkulu Dispo Farma
memiliki 2 gudang dengan ukuran yang berbeda yang terdiri dari :
a. Gudang obat
b. Gudang alkes
Pada gudang-gudang sudah memenuhi standar gudang yang baik selain
dari ukuran yang sudah lebih dari standar dan dilengkapi fasilitas
penujang seperti pendingin ruangan (AC),dilengkapi dengan Pallet / rak
serta terdapat alat pengukur suhu.

3.5.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


Pada PBF Bengkulu Dispo Farma untuk pengelolaan obat, pada
dasarnya mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan,
pemesanan, dan penyimpanan.
a. Perencanaan
Perencanaan di PBF Bengkulu Dispo Farma dilakukan
berdasarkan kebutuhan, Namun di PBF Bengkulu Dispo Farma
semua kegiatan dilakukan dengan cara salesmen membuat estimasi
penjualan atau daftar obat, kemudian diserahkan ke supervisor untuk
selanjutnya dihitung perkiraan penjualan oleh bagian pembelian,
setelah itu di form di cetak dan dilanjutkan pengadaan barang.
b. Pengadaan.
Pengadaan dilakukan langsung ke supplier PT. BDF PBF lain
dengan menggunakan sp sebanyak 2 rangkap. Lembar pertama
diberikan kepada sales dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
Barang datang kemudian dilakukan pengecekan oleh petugas gudang
apakah benar barang pesanan PBF Dispo Farma, apabila sudah benar
petugas menandatangani surat tanda terima barang untuk barang dari
luar kota sedangkan pemesanan dari dalam kota barang datang

22
23

dengan faktur kemudian dicek fisik barang meliputi, jumlah, nama


barang, kekuatan sediaan, tanggal kadaluarsa, kemasan obat dan
alkes, no batch kemudian di cocokkan faktur dan surat pesanan,
apabila dalam proses pengecekan ada kesalahan seperti kurang atau
lebih dalam pengiriman dilampirkan dalam berita acara dan apabila
dalam pengiriman barang tidak sesuai jumlah atau kurang dari yang
dipesan, maka total barang yang akan dibayar sesuai dengan barang
yang diterima

c. Pemesanan.
Membuat estimasi pemesanan, kemudian membuat surat
pesanan atau po rangkap 2 ditandatangani dan di cap oleh Apoteker.
Surat pesanan terbagi menjadi 3 yaitu surat pesanan biasa, surat
pesanan obat OOT dan surat pesanan obat Prekursor, bentuk form
surat pesanan itu berbeda-beda. Untuk surat pesanan obat Prekursor
dan OOT harus mencantumkan alamat Apoteker dan harus tertera
bahwa obat yang dipesan adalah obat prekursor atau OOT, untuk obat
prekursor dan OOT surat pesanan asli sudah harus ada di tangan
Apoteker Supllier, Jika tidak ada hutang maka dalam proses 2 hari
barang sudah sampai di PBF.
Setelah barang sampai di gudang PBF, barang di cek sesuai
koli yang tertera disurat jalan atau surat ekspedisi, kemudian
pengecekan item, no bach, dan tanggal expired sesuai dengan faktur.
Setelah selesai, copy faktur harus ditandatangani Apoteker. Copy
Faktur di gabung dengan surat jalan dan surat pesanan diarsipkan,
guna ketika ada pengecekkan oleh Balai POM bahwa benar kita
melakukan pemesanan kepada Supllier tersebut.

d. Administrasi.

23
24

1. Buku Kas.
Buku kas adalah Buku yang digunakan untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran uang yang terjadi setiap harinya di
PBF serta untuk mengetahui jumlah saldo akhir.
2. Buku Bank.
Buku Bank adalah Buku yang digunakan untuk mencatat
penerimaan dan pengeluran uang yang terjadi setiap harinya di
PBF melalui Bank serta untuk mengetahui jumlah saldo akhir.
3. Buku Pembelian.
Buku Pembelian adalah Buku yang digunakan untuk mencatat
semua transaksi pembelian yang dilakukan secara tunai atau
kredit.
4. Buku Penjualan.
Buku Penjualan adalah Buku digunakan untuk mencatat semua
transaksi penjualan yang dikelurkan oleh PBF.
 Pelaporan
Jenis-jenis pelaporan yang terdapat di PBF Dispo
Farma adalah :
a. E- report untuk Obat Psikotropika, Narkotika, dan
Prekusor
b. E- report untuk laporan per Triwulan, untuk obat-obat
keras, bebas, dan OOT
c. Laporan pajak
d. Laporan stock opname

e. Penerimaan.
Saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:

a. Kebenaran nama, jenis, nomor batch, ED, jumlah dan kemasan

24
25

harus sesuai dengan surat pengantar atau pengiriman barang dan


atau faktur penjualan.
b. Kondisi kontainer pengiriman dan atau kemasan termasuk segel,
label dan atau penandaan.
c. Kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat
pengantar atau pengiriman barang dan atau faktur penjualan
harus sesuai dengan arsip surat pesanan.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai,
penanggung jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat
pengantar atau pengiriman barang dan atau faktur penjualan dan
dibubuhi stempel fasilitas distribusi. Kemudian dicatat pada kartu
stock.

f. Penyimpanan
Proses penyimpanan sudah dilakukan berdasarkan teori dan
menggunakan penempatan barang berdasarkan tempatnya dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Petugas gudang mencatat seluruh penerimaan barang pada saat
barang masuk dan dalam buku penerimaan barang.
b. Kemudian barang yang diterima dan diletakkan di
penyimpanan setelah penerimaan (staging area)
c. Penyimpanan barang sesuai dengan jenis,golongan, dan sifat
barang yang disusun secara urut sesuai merk Produksi.
d. Mencatat surat pengiriman barang yang dilakukan
menggunakan sistem komputerisasi secara up to date
e. Barang tertentu disimpan ditempat terpisah, misalnya Alkes di
ruang tersendiri, Obat-obat bebas dan bebas terbatas dalam
ruang sendiri.
f. Obat harus disimpan

25
26

1. Pada tempat yang bersih, bebas debu, bebas serangga,


penerangan dan sirkulasi udara cukup, tidak panas, aman,
tidak mudah dicuri.
2. Suhu dikenal ada beberapa macam, yaitu:
a. Tempat penyimpanan obat suhu kamar(250-300C)
b. Tempat penyimpanan obat suhu sejuk(150-250C)
c. Tempat penyimpanan obat suhu dingin(20-80C)

3. Kelompok produk
Kelompok produk ini didasarkan pada OTC (Over The
Counter), Ethical Brand, Generik dan Lisensi tetapi tetap
dibedakan berdasarkan bentuk sediaan obat, hal ini untuk
mempermudah dalam memantau stok obat dalam gudang,
sehingga distribusi obat di monitoring.
4. First In First Out (FIFO)/First Expired First Out(FEFO).
Barang yang datang pertama kali harus dikeluarkan
terlebih dahulu daripada yang baru datang, agar tidak terjadi
penumpukan barang atau produk mati yang kemungkinan
dapat kadaluarsa sehingga berakibat pada kerugian. Barang
yang masa kadaluarsanya lebih awal harus dikeluarkan
terlebih dahulu daripada masa kadaluarsanya yang masih
lama. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
penumpukan obat kadaluarsa yang mengakibatkan kerugian.
5. Abjad
Penyusunan obat berdasarkan alphabet dilakukan agar
dalam mengakses atau mengambil obat lebih mudah dan
cepat, karena telah tersusun rapi berdasarkan susunan
alphabet tersebut.
6. Alur Pendistribusian PBF Bengkulu Dispo Farma :

26
27

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PBF


Bengkulu Dispo Farma juga diberikan larangan oleh
pemerintah yaitu:
a) PBF dilarang menjual obat-obatan secara eceran.
b) PBF dilarang menyimpan dan menyalurkan obat-
obatan golongan narkotika tanpa diketahui Apoteker
Penanggung Jawab.
c) PBF tidak boleh melayani resep dokter.
d) PBF dilarang membungkus atau mengemas kembali
dengan merubah bungkus asli dari pabrik.
e) Pedagang Besar Farmasi hanya boleh menyalurkan
obat keras kepada apotek, PBF lain, Instansi yang
diizinkan oleh Menteri Kesehatan.

27
28

BAB IV
PENUTUP

d.1 Kesimpulan.
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) saya dapat mengambil
kesimpulan bahwa :
A. Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan
bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
B. PBF Bengkulu Disfo Farma Melayani Pendistribusian berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
C. Pendistribusian obat dan alat kesehatan di PBF Dispo Farma sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
D. Sistem CDOB di PBF Bengkulu Dispo Farma sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
E. Sistem pelayanan yang ada di PBF Bengkulu Dispo Farma meliputi :
pelayanan rutin atau regular, dalam dan luar kota, dan pelayanan E-
Purchasing.
F. PBF Bengkulu Disfo Farma menyalurkan obat dan alkes kepada: Apotek,
Rumah sakit, Klinik, Toko obat.
G. Mendapat gambaran dengan dunia kerja yang sesungguhnya.

28
29

H. Dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu teori yang diberi di sekolah


dengan praktek langsung di tempat PKL.

d.2 Saran.
A. Diharapkan PBF Bengkulu Dispo Farma dapat mempertahankan sistem yang
telah ada, baik dan sesuai dengan SOP, CDOB, dan Peraturan Perundang-
undangan
B. Disarankan kepada siswa untuk mencari atau menanyakan apa saja yang
diperlukan untuk menambah pengetahuan.
C. Kepada adik kelas agar dapat meningkatkan cara belajar, kreatifitas,
ketelitian dan keterampilan untuk memperbaiki dan mempelancar praktik
kerja lapangan.

29
30

Daftar Pustaka

https://www.konsultanbisnissurabaya.com/pengertian-dan-fungsi-dari-pedagang-
besar-farmasi/ diakses pada tanggal 2 November 2020 pukul 16.25.
http://eprints.umbjm.ac.id/957/4/d.%20BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 2
November 2020 pukul 20.15.
http://permenkes.pbf/ diakses pada tanggal 2 November 2020 pukul 16.30.
http://permenkesrepublikindonesia/ pada tanggal 2 November 2020 pukul 20.00.
http://permenkes342014.pdf/ diakses pada 15 November 2020 pukul 21.57.
http://pujalestari026.blogspot.com/2018/01/contoh-laporan-pbf.html?m=1 pada
tanggal 22 November 2020 pukul 18.50.
http://setaagustinafarmasi.blogspot.com/2012/02/laporan-praktik-kerja-lapangan-
di_18.html?m=1 pada tanggal 22 November 2020 pukul 21.32.
http://permenkesnomor30tahun2017/ diakses pada tanggal 15 Desember 2020 pukul
04.15
http://undang-undangnomor30tahun2009/ diakses pada tanggal 15 Desember 2020
pukul 04.55

maryani,S.Farm dkk. Ilmu Resep. Bogor: APMFI Press. diakses pada 15 Desember
2020 pukul 05.15

30

You might also like