Professional Documents
Culture Documents
Asuhan Keperawatan Pada Klien Peradangan Pada Jantung
Asuhan Keperawatan Pada Klien Peradangan Pada Jantung
Disusun Oleh :
Kelompok 4 :
1. Yusri Hasan
2. Yeni Ernanda
3. Siti kusmiyanti
4. Riza Edwin
A. Perikarditis
1. Definisi
Perikarditis adalah inflamasi pericardium visceral dan parietal (akut dan
kronis). (Marylinn E. Doengoes, 2000).
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau
tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat
atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai
macam penyebab.
2. Etiologi
a. Penyebab idiopatik atau nonspesifik
b. Infeksi :
1) Bakteri, (mis: streptococcus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus)
2) Jamur (mis: riketsia, parasit)
3) Virus (mis: coxsakie, influensa)
c. Kelainan jaringan ikat sistemik lupus eritematosus, demam rematik, artritis
rematik, poliarteritis.
d. Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sickness.
e. Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium , aneurisma dissecting, penyakit
pleura dan paru (pneumonia).
f. Penyakit neoplasia
1) Sekunder akibat metastatis dari kanker paru , kanker payudara
2) Leukemia
3) Primer (mesotelioma)
g. Terapi radiasi
h. Trauma atau cedera dada
i. Gagal ginjal dan uremia
j. Tuberculosis
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada seperti ditusuk terutama bila bergerak/napas dalam, berkurang bila
duduk agak membungkuk.
b. Friction rub: positif.
c. Nyeri dada substernal/parasternal, menjalar ke bahu/leher dan lengan kiri.
d. Distensi vena jugularis.
e. Hepatomegali
f. Edema ekstremitas bawah.
g. Sesak napas, denyut jantung meningkat
h. Bunyi jantung lemah atau normal.
i. Temperature meningkat
j. Ewart’s sign ( perkusi pekak di bawah angulus scapula kiri bila ada efusi )
k. Rontgen toraks : bayangan jantung membesar.
l. Iso-Enzym Cardiac : meningkat
m. Pola EKG
1) ST elevasi pada area yang rusak (strain) ttanpa diikuti perubahan di area
resiprokal.
2) Kompleks QRS voltase rendah (amplitudo kecil)
3) Atrium fibrilasi.
4. Patofisiologi
Adanya proses inflamasi dan sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis
akan memberikan respon. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi
cairan ke kantong perikardium. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
permeabilitas vaskuler, sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen atau fibrin
di dalam cairan akan meningkat. Peningkatan perpindahan leukosit dapat terjadi pada
perikarditis purulenta.
Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan disertai kalsifikasi dari lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat
pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana sekresi
melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius
terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade
jantung.
5. Komplikasi
a. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana ditemukan
penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan (darah, nanah) atau
gas diruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput pelapis jantung), yang
disebabkan karena trauma atau robeknya otot jantung, atau karena perembesan
cairan (efusi). Hal ini dapat menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah
ke seluruh tubuh secara optimal.
b. Perikarditiskonstriktif
c. Aritmi jantung
Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial flutter,
and atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi karena gangguan listrik
di atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut jantung yang cepat. BV2
d. Nyeri dada berulang-ulang
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Dapat terdengar bising gesekan ( friction rub ) dengan stetoskop akibat kantong
yang inflamasi bergesekan dengan jantung setiap kali jantung berdenyut.
b. Tanda inflamasi sistemik ( demam, peningkatan laju endap darah, dan
peningkatan hitung leukosit ) dapat terjadi.
c. Ekokardiografi , dapat mengindikasikan akumulasi cairan di kantong pericardium
, efusi pericardial, hipertrofi jantung, disfungsi katup dan dilatasi ruang.
d. Pemeriksaan EKG menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduksi dan disritmia.
7. Penatalaksanaan
Pengobatannya dengan memberikan obat yang dapat mengurangi peradangan
seperti aspirin atau ibuprofen sambil diawasi kemungkinan terjadinya komplikasi
( terutama tamponade jantung). Bila nyeri hebat dapat diberikan opium seperti morfin
atau golongan corticosteroid, tapi yang paling sering digunakan adalah prednisone.
Jika obat-obatan gagal maka dilakukan dilakukan pembedahan pengangkatan
perikardium.
B. Miokarditis
1. Definisi
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari miokardium. (Marylinn
E. Doengoes, 2000). Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat
sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia
dan radiasi.
Miokarditis merupakan salah satu penyakit jantung didapat non-reumatik yang
sering dijumpai selain miokarditis bakterialis dan difterika. Salah satu miokarditis
yang penting adalah miokarditis karena kuman difteria, yang disebut miokarditis
difterika. Komplikasi jantung yang biasanya terjadi pada anak dengan difteria
Miokarditis adalah peradangan jantung yang tidak berkaitan dengan penyakit
arteri koroner atau infark miokard. Miokarditis paling sering terjadi akibat infeksi
virus pada miokardium, tetapi dapat juga disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur
yang sering diduga adalah infeksi coxsackievirus. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
2. Etiologi
a. Infeksi bakteri: dipteria tuberculosis, thypoid, tetanus, staphylococcus,
pneumococcus, dan gonococcus.
b. Keracunan zat kimia: alcohol
c. Infeksi cacing: trichinosis
d. Hipersensitif reaksi imun: reumatik fever dan postcardiotomi sindrom
e. Infeksi parasit: trypanosomiasis, toxoplasmosis
f. Terapi radiasi dosis besar
3. Manifestasi Klinis
a. Dada terasa berat dan sesak napas
b. Demam, denyut jantung meningkat/ takikardi
c. Anoreksia
d. Gallop’s, bunyi jantung lemah
e. Tanda-tanda gagal jantung kanan
4. Patofisiologi
Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius ini dapat melalui tiga
mekanisme dasar, meliputi :
a. Invasi langsung ke miokard
b. Proses imunologis terhadap miokard
c. Mengeluarkan toksin yang merusak miokard
Proses miokarditis viral ada dua tahap, tahap pertama (akut) berlangsung kira-
kira 1 minggu dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus, dan lisis sel.
Setelah itu, terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi
jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Tahap kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radan dan sistem imun
akan diaktifkan, antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadapa miokard, akibat
perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Tahap ini berlangsung selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti dengan kerusakan miokardium
dari yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-sel endotel.
Terbentuknya antibodi endotel diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskuler.
Walaupun etiologi kelainan mikrovaskuler belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal
dari imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi, pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro menyebabkan proses
berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks
miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut
otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini
mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan
payah jantung.
5. Komplikasi
a. Kardiomiopati
b. Payah jantung kongresif
c. Efusi pericardial
d. AV block total
e. Trobi kardiak
f. Gagal jantung
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
Dijumpai leukosit dengan polimorfonuklear atau limfosit dominan, bergantung
pada penyebabnya. Pada infeksi parasit ditemukan eosinofilia. Laju endap darah
biasanya meningkat, enzim jantung dan kreatin kinase atau laktat dehidrogenase
(LDH) dpaat juga meningkat tergantng pada luasnya nekrosis miokard.
Pemeriksaan berkelanjutan dapat juga menentukan progesivitas atau penyembuhan
miokarditis.
b. Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan yang didapat bersifat sementara dan lebih sering ditemukan dibandingkan
kelainan klinis jantungnya. Temuan yang paling sering adalah sinus takikardia,
perumbahan segmen ST dan/ atau gelomabng T, serta low voltage. Kadang-kadang
ditemukan aritmia atrial atau ventrikular, AV block, infra ventricular conduction
defect, dan QT memanjang. Pada penyakit Chaga sring didapatkan right bundle
brach block yang lengkap. AV block total sifatnya sementara dan hilang tanpa
bekas, tetapi kadang-kadang dapat sebagai penyebab kematian mendadak pada
miokarditis.
c. Foto Dada
Ukuran jantung sering membesar walaupun dapat juga normal. Kadang-kadang
disertai kongesti paru.
d. Ekokardiografi
Sering didapatkan hipokinesis kedua ventrikel walaupun kadang-kadang bersifat
regional, terutama di apeks. Dapat juga ditemukan penebalan dinding ventrikel,
trombus ventrikel kiri, pengisian diastolik yang abnormal, atau efusi perikardial.
7. Penatalaksanaan
a. Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasar (penisilin
untuk streptokokus hemolitikus)
b. Pasien dibaringkan ditempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Bernaring juga
dapat membantu mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi
miokarditis.
c. Fungsi jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
d. Bila terjadi gagal jantung kongestiv harus diberikan obat untuk memperlambat
frekuensi jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi.
C. Endokarditis
1. Definisi
Endokarditis adalah inflamasi lapisan endothelial jantung. (Marylinn E.
Doengoes, 2000).
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan jantung.
Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Terjadinya
endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik yang merupakan
penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. Endokarditis infeksi (endokarditis
bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme
lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup. ( Muttaqin. 2009 )
2. Etiologi
a. Streptococcus β hemolitik group A
b. Staphylococcus aureus
c. Streptococcus viridian
d. Streptococcus fecalis
e. Candida
f. Aspergillus
g. Basil E. coli.
3. Manifestasi Klinis
a. Hiperpireksia dan mengigil.
b. Clubbing fingers.
c. Ptechiae pada mukosa tenggorok, Roth’s Spot pada retina mata dan kulit dada.
d. Anemis/pucat.
e. Splinter Hemorrhagic (emboli di bawah kuku dengan bentuk linier)
f. Murmur/bising jantung (karena kerusakan katup jantung)
g. Osler’s Nodes (nodul kemerahan, merah muda, atau kebiruan) di bagian dalam
jari, otot tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.
h. Janeway Lession (nodul kemerahan, merah muda, atau kebiruan) di bagian dalam
jari, otot tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.
i. Tanda dan gejala gagal jantung kanan (hepatomegali, edema, dan distensi vena
jugularis).
4. Patofisiologi
Patofisiologis terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam
rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A.
Demam rematik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung
juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling
serius.
Kerusakan jantung dan lesi bukan akibat infeksi, artinya jaringan tersebut tidak
mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organisme tersebut, namun hal
ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi, yang terjadi sebagai respons
terhadap Streptokokus hemolitikkus. Leukosit darah akan tertimbun pada jaringan
yang terkena dan membentuk nodul, yang kemudian akan diganti dengan jaringan
parut. Miokardium tentu saja terlibat dalam proses inflamasi ini; artinya,
berkambanglah miokarditis rematik, yang sementara melemahkan tenaga kontraksi
jantung. Demikian pula perikardium juga terlibat; artinya, juga terjadi perikarditis
rematik selama perjalanan akut penyakit. Komplikasi miokardial dan pericardial
tersebut biasanya tanpa meninggalkan gejala sisa yang serius. Namun sebaliknya
endokarditis rematik mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya
tumbuhan kecil transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar kepala
jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanajang tepi bilah katup. Manik-manik kecil
tadi tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katup, namun
yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya
suatu proses yang secara bertahap menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkannya
menjadi memendek dan menebal dibanding yang normal, sehingga tak dapat menutup
dengan sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu keadaan yang disebut regurgitasi
katup. Tempat yang paling sering mengalami regurgitasi katup adalah katup mitral.
Sedangkan endokarditis infeksi (endokarditis bacterial) adalah infeksi katup dan
permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau
organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebab
mencakup bakteri (streptokoki, enterokoki, pneumokoki, stapilokoki) fungi, riketsia,
dan streptokokus viridans.
Endokarditis infeksi terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit
katup jantung. Pasien yang beresiko tinggi adalah pasien dengan penyakit jantung
rematik atau prolaps mitral dan pernah menjalani pembedahan katup prostetik.
Endokarditis infeksi biasanya terjadi pada manula, mungkin akibat menurunnya
respons imunologis terhadapt infeksi, perubahan metabolisme akibat penuaan, dan
meningkatnya prosedur diagnostik invasif. Khususnya pada penyakit genitouriner.
Terdapat insidensi tinggi endokarditis stapilokokus diantara pemakai obat intravena,
penyakit yang terjadi paling sering pada orang-orang yang secara umum sehat.
Endokarditis yang didapat di rumah sakit terjadi paling sering pada pasien
dengan penyakit yang melemahkan, yang memakai kateter indweller, dan yang
menggunakan terapi intravena atau antibiotika jangka panjang. Pasien yang diberi
pengobatan imnunosupresif atau steroid dapat mengalami endokarditis fungi.
5. Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Aneurisme nekrotik (pada endokarditis infektif)
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah :Peningkatan leukosit, sedimen eritrosit, anemia, normositic
normomocrom.
b. Echocardiografi :Indentifikasi kerusakan katup.
c. EKG : AF dan aritmia
7. Penatalaksanaan
a. Bed rest
b. Pertahankan intake cairan
c. Pengobatan : antibiotik
d. Persiapan oprasii pembedahan katup
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERIKARDITIS
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama : nyeri dada atau sesak nafas, pada efusi pericardium adalah cepat
lelah dalam beraktivitas
c. Riwayat penyakit sekarang : harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul
seperti edema perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk,
nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering
menimbulkan nyeri dada.
d. Riwayat penyakit dahulu : harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC,
rheumatoid, uremia, ada trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung
lainnya.
e. Riwayat psikososial : respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan
pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing/Respiratory System) : Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi,
batuk (+)
b. B2 (Blood/Cardiovascular system) : takikardi, penurunan TD, aritmia jantung
c. B3 (Brain/Nervous system) : Normal
d. B4 (Bladder/Genitourinary system) : penurunan frekuensi / jumlah urine, urine
pekat gelap.
e. B5 (Bowel/Gastrointestinal System) : Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi.
f. B6 (Bone/Bone-Muscle-Integument) : Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
kontraktilitas ventrikel kiri akibat sekunder dari penurunan kemampuan dilatasi
jantung, penurunan volume sekuncup.
2. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder
dari perubahan membaran kapiler alveoli.
4. Resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan
paru tidak optimal.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
C. INTERVENSI
1. Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
kontraktilitas ventrikel kiri akibat sekunder dari penurunan kemampuan dilatasi
jantung, penurunan volume sekuncup
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima ( disritmia terkontrol atau
hilang)
Kriteria hasil :
Klien menyatakan penurunan episode dispnea
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 80 x/menit
Urine 30 ml/jam
CRT < 3 detik
Tidak terjadi aritmia
Intervensi Rasional
Istirahatkan klien dengan tirah baring Tirah baring merupakan bagaian yang
optimal. penting dari pengobatan gagal jantung
kongestif, khususnya pada tahap akut
dan sulit disembuhkan.
Pantau serial EKG dan perubahan foto Depresi segmen ST dan datarnya
rontgen thoraks gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan O2
Intervensi Rasional
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan endofrin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder
dari perubahan membaran kapiler alveoli.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat respon sesak
nafas
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan sesak penurunan sesak nafas
b. RR : 16x/menit
c. Tidak ada penggunaan otot nafas
d. Analisa gas darah dlam batas normal
intervensi rasional
4. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pengebangan paru
tidak optimal .
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil :
a. klien tidak sesak nafas
b. RR dalam batas normal(16-20x/menit)
c. Respon batuk berkurang
intervensi rasional
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, dan Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan TD, selama dan sesudah mengindikasi penurunan oksigen
aktivitas miokardium.
A. PENGAKJIAN
1. Aktivitas/ Istrirahat
Data subyektif :
a. Kelelahan
b. kelemahan
Data obyektif :
a. Takikardia
b. Penurunan tekanan darah
c. Dispnea dengan aktivitas
2. Sirkulasi
Data subyektif:
a. Riwayat demam rematik
b. Penyakit jantung conginetal
c. Bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan
Data obyektif :
a. Takikardia
b. Disaritmia
c. Perpindahan titik impuls maksimal
d. Kardiomegali
e. Frivtion rub
f. Murmur
g. Irama gallop (S3 dan S4)
h. Edema
i. DVJ
j. Petekie
k. Hemoragi splinter
l. Nodus osler
m. Lesi Janeway
3. Eliminasi
Data subyektif :
a. Riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal
b. Penurunan frekuensi/jumlah urine
Data obyektif :
Warna urine pekat
4. Nyeri/ ketidaknyamanan
Data subyektif
Nyeri pada dada depan (sedang samapai berat) diperberat dengan inspirasi, batuk,
gerakan menelan, dan berbaring.
Data obyektif
Pasien nampak gelisah
5. Pernapasan
Data subyektif :
Pasien mengatakan napas pendek dan memburuk pada malam hari.
Data obyektif :
a. Dispnea
b. DNP ( Dispnea Nocturnal Paroximal )
c. Batuk
d. Inspirasi mengi
e. Takipnea
f. Krekels
g. Ronkhi, pernapasan dangkal
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen ke miokardium.
2. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual, dan anoreksia.
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokardium dengan kebutuhan.
5. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
C. INTERVENSI
a. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen ke miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada
TTV dalam batas normal
Wajah rileks
Tidak terjadi penurunan fungsi perifer
Urine >600 ml/hari
Intervensi Rasional
Berikan oksigen tambahan dengan nasal Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
kanul atau masker sesuai dengan untuk pemakaian miokardium sekaligus
indikasi. mengurangi ketiaknyamanan akibat
iskemia.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endofrin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
b. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria hasil :
Klien menyatakan tidak sesak napas
RR dalam batas normal 16-20 kali/menit
Respon untuk batuk berkurang
Intervensi Rasionalisasi
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, serta Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan tekanan darah selama dan mengindikasi penurunan oksigen
sesudah aktivitas miokard.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan kontrol
tingkat aktivitas. jantung, meningkatkan regangan, dan
mencegah aktivitas berlebihan.
d. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
Klien menyatakan kecemasan berkurang
Klein mengenal perasaaanya
Dapat megidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya
Kooperatif terhadap tindakan
Wajah rileks
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/non verbal dapat
kecemasan, dampingi klien, dan enunjukkan rasa agitasi, marah, dan
lakukan tindakan bila menunjukan gelisah.
perilaku merusak.
Berikan privasi untuk klien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi.
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama : pada fase awal, keluhan utama biasanya sesak napas dan nyeri
tenggorokan. Sesuai progresivitas penyakit endokarditisn yang mengganggu katup
jantung, keluhan sesak napas dan kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan.
2. Riwayat penyakit saat ini :
Pengkajian riwayat kesehatan saat ini meliputi :
a) Apakah terdapat penurunan respon imunologis terhadap infeksi seperti
pada klien dengan HIV/AIDS
b) Apakah klien mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan
c) Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara
intravena
d) Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang
3. Riwayat penyakit dahulu : pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung
dilakukan dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi
tenggorokan atau infeksi sinus akut. Riwayat minum obat, catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Juga pengkajian adanya riwayat alergi obat,
dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Perlu dicermati, sering kali klien
mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
4. Riwayat keluarga : perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah
dialami oleh kelurga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka
penyebab kematian juga ditanyakan.
5. Pemeriksaan fisik
a. B1 (breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya klien terlihat
sesak, frekuensi napas melebihi normal. Sesak napas ini terjadi akibat
pengeluaran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh kenaikan tekanan
akhir diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak
bila sudah parah dapat timbul pada saat istirahat. Klien biasanya mengalami
batuk.
b. B2 (blood)
1) Inspeksi
Inspeksi yang dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri
biasanya berada di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium.
Penyebaran dapat meluas di dada dan klien sering mengalami
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9-40ºC atau 101-104ºF)
disertai menggigil.
3) Perkusi
Batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
4) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akiabat penurunan volume sekuncup.
Gejala sistemis yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme
yang menyerang. Bila ditemukan murumur pada seseorang yang
menderita infeksi sistemis, maka harus dicurigai adanya infeksi
endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya kerusakan
katup akibat vegetasi atau chordae tendinae. Pembesaran jantung atau
adanya bukti (tanda dan gejala) gagal jantung kongesti juga bisa terjadi.
c. B3 (brain)
Kesadaran biasanya compos mentis (CM), sakit tenggorokan, kemerahan
pada tenggorokan disertai eksudat (awitan mendadak) dan nyeri sendi dan
punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut (mungkin karena
streptokokus) dapat pula terjadi. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup
sakit kepala, iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke, yang
mungkin diakibatkan oleh emboli pada arteri serebral.
d. B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark
miokardium akut (IMA) kerena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
e. B5 (bowel)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, berat badan
turun. Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih
sering pada anak)
f. B6 (bone)
Rah pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tak teratur. Tanda yang dapat
dikenali adalah takikardia dan dispnea pada saat istirahat/aktivitas. Higiene :
kesulitan melekukan tugas perawatan diri.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan supplai darah ke area
miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
2. Aktual/resiko tinggi tidak efektif perfusi jaringan perifer yang berhubungan
dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
C. INTERVENSI
1. Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke area
miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada
Kriteria evaluasi : secara subyektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak
terjadi penurunan perfusi perifer, urine >600 ml/hari.
Intevensi, Rasional
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tiba Emboli arterial pada katup jantung
ditandai dengan takipnea, nyeri atau organ penting lain dapat terjadi
pleuuritis, sianosi sebagai akibat penyakit jantung atau
disritmia kronis. Kongesti vena dapat
menunjukkan tempat trombus pada
vena-vena yang dan trombosis vena
Catat keluhan nyeri perut kiri atas Indikasi emboli kandung empedu
menjalar ke bahu, kelemahan lokal,
abdominalngiditas
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J.. 2009. Buku Saku Patofisiologi (Ed.3). Jakarta: EGC Kedokteran
http://medicastore.com/penyakit/11/Penyakit_Jantung_Koroner.html
Mutaqqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika