You are on page 1of 25

MAKALAH

BANGSA ARAB PRA ISLAM

DISUSUN OLEH:
AHMAD NUR FITRI

DOSEN PENGAMPU:
RINDOM HARAHAP M.Ag

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO PUTRI
BENGKULU
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bangsa Arab Pra-Islam”
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu Rindom Harahap M,Ag selaku dosen pengampu pada mata kuliah Sirah Nabawiyah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah bangsa
arab sebelum datangnya agama islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Rindom Harahap M,Ag selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Sirah Nabawiyah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, 16 maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A.Latar Belakang...............................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
1. Bagaimana agama bangsa arab pra islam?.............................................................................5
2. Bagaimana kondiasi dalam berbagai bidang di arab pada masa pra islam?............................5
C.Tujuan Penulisan............................................................................................................................5
1. Mengetahui sejarah agama bangsa arab mengapa disebut zaman jahiliyah............................5
2. Mengetahui sejarah kondisi bangsa arab pada masa pra islam...............................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1. Agama Bangsa Arab................................................................................................................5
2.2. Gambaran Masyarakat Arab Jahiliyah...........................................................................15
BAB III..................................................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................................................24
A.Kesimpulan..................................................................................................................................24
b.Saran.............................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24
Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri,Syaikh,1997.Sirah Nabawiyah,Jakarta:Pustaka al-kautsar...............24

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Datangnya agama islam yang dibawakan oleh nabi muhammad Saw ditengah bangsa arab
merupakan sebuah reformasi dalam kehidupan mereka,dimana pada masa itu bangsa arab kita kenal
dengan sebutan zaman jahiliyah,dimana masyarakatnya yang lebih cendenrung meninggalkan sendi-
sendi kehidupan.peperangan terjadi antar kabilah, penyembahan terhadap berhala,dan juga
penindasan terhadap penduduk yang memiliki strata sosial yang lebih rendah oleh masyarakat
yang memiliki strata sosial yang tinggi.
Keadaan ini dilukiskan oleh Masudul Hasan“Orang- orang kecanduan minum, berjudi,
berbuat cabul, seks bebas, dan kemerosotan moral. Kaum wanita diperlakukan seperti barang
bergerak yang dapat dijual atau dibeli jika mau. Para penyair mendendangkan 2 keburukan moral
dengan penuh kebanggaan. Jika seseorang meninggal, sang anak mewarisi ibu-ibu tirinya bersama
dengan barang-barang lain dan dapat menikahi mereka. Kelahiran seorang anak perempuan
dipandang sebagai sesuatu yang memalukan .Banyak anak perempuan yang dicekik atau dikubur
hidup-hidup ketika lahir. Perbudakan merupakan sesuatu yang wajar dan sang tuan memiliki
kekuasaan dalam hidup dan matinya para budak. Riba merupakan sajian sehari-hari dan para
pemilik harta mengeksploitasi orang miskin dan yang membutuhkan. Ada jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin”.

Kondisi masyarakat yang miris ini tidak bisa digambarkan sebagai masyarakat yang
ideal karena tindakannya yang tidak menggambarkan manusia yang beradab,meskipun kita
tau bahwa bangsa arab pada zaman ini merupakan sebuah posisi yang penting dimanaKota ini
dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan yaman di selatan dan Syiria di utara.Dengan
adanya Ka'bah ditengah kota. Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka'bah adalah tempatmereka
berziarah. Didalamnya terdapat 340 berhala mengelilingi berhala utama,Hubal.Mekah kelihatan
makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan
masyarakat jazirah Arab dengan luas satu jutamil persegi.

Maka,pemakalah dalam hal ini akan membahas mengenai bangsa arab pra-islam atau sering
disebut bangsa arab pada zaman jahiliyah.
B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana agama bangsa arab pra islam?


2. Bagaimana kondiasi dalam berbagai bidang di arab pada masa pra islam?
C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sejarah agama bangsa arab mengapa disebut zaman jahiliyah


2. Mengetahui sejarah kondisi bangsa arab pada masa pra islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Agama Bangsa Arab

Mayoritas bangsa Arab mengikuti dakwah Isma'il َّ ‫عَ لَ ْي ِه‬,


‫الس اَل ُم‬ yaitu tatkala beliau
menyeru kepada agama bapaknya, Ibrahim ‫عَ لَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬, yang intinya menyembah kepada Allah,
mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya. Waktu bergulir sekian lama, hingga banyak di
antara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun
begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr
bin Luhay, pemimpin Bani Khuza'ah. Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal suka berbuat
bijak, mengeluarkan sedekah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua
orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama
besar dan wali yang disegani. Kemudian dia mengadakan perjalanan ke Syam. Di sana dia
melihat penduduk Syam yang menyembah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu
yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para rasul dan kitab. Maka dia
pulang sambil membawa Hubal dan meletakkannya di dalam Ka'bah. Setelah itu dia
mengajak penduduk Makkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang-orang Hijaz
pun banyak yang mengikuti penduduk Makkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas
Ka'bah dan penduduk Tanah Suci.1

Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi
Laut Merah di dekat Oudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha'if dan Uzza di Wadi
Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan
berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat Hijaz. Dikisahkan bahwa Amr
bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin. Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa
berhala-berhala kaum Num (Wud, Suwa’, Yaghuts, Ya'ug dan Nasr) terpendam di Jiddah.
Maka dia datang ke sana dan mengangkatnya, lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba
musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah. Akhirnya berhala-
berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga setiap kabilah dan di setiap
rumah hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Masjidil Haram dengan berbagai
macam berhala dan patung. Tatkala Rasulullah ‫ ﷺ‬menaklukan Makkah, di sekitar Ka'bah

1
Mukhtasar siratir rasul shalallahunAlaihi wa Sallam,Syaikh Muahmmad bin Abdul Wahhab,hal.12.
ada 360 berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua, lalu
memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar. 2

Begitu pula kisah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala, yang menjadi
fenomena terbesar dari agama orang-orang Jahiliyah, yang menganggap dirinya berada pada
agama Ibrahim.
Mereka juga mempunyai beberapa tradisi dan upacara penyembahan berhala, yang
mayoritas diciptakan Amr bin Luhay. Sementara orang-orang mengira apa yang diciptakan
Amr itu adalah sesuatu yang baru dan baik serta tidak mengubah agama Ibrahim. Di antara
upacara penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah:
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit di hadapannya,
meminta pertolongan tatkala menghadapi kesulitan, berdoa untuk memenuhi
kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan
syafaat di sisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2. Mereka menunaikan haji dan thawaf di sekeliling berhala, merunduk dan sujud di
hadapannya.
3. Mereka bertaqarrub dengan menyajikan berbagai macam korban, menyembelih
hewan piaraan, dan hewan korban demi berhala dan menyebut namanya. Dua jenis
penyembelihan ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya,

« .. Dan apa yang disembelih untuk berhala ....” (Al-Maidah:3) “Dan, janganlah kalian
memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.”
(An-An'am: 121)
4. Jenis taqarrub yang lain, mereka mengkhususkan sebagian dari makanan dan
minuman yang mereka pilih untuk disajikan kepada berhala, dan juga dikhususkan
bagian tertentu dari hasil panen dan binatang piaraan mereka, Ada pula orang-orang
tertentu yang mengkhususkan sebagian lain bagi Allah. Yang pasti, mereka
mempunyai banyak sebab untuk memberikan sesaji kepada berhala yang tidak akan
sampai kepada Allah,dan apa yang mereka sajikan kepada Allah hanya sampai kepada
berhala-berhala mereka.
Firman Allah,

‫ص ۡيبًا فَقَالُ ۡوا ٰه َذا هّٰلِل ِ بِ َز ۡع ِم ِهمۡ َو ٰه َذا‬ Xِ ‫َو َج َعلُ ۡوا هّٰلِل ِ ِم َّما َذ َراَ ِم َن ۡال َح ۡـر‬
ِ َ‫ث َوااۡل َ ۡن َع ِام ن‬
‌ۡ‫ص ُل اِ ٰلى ُش َر َك ِٕٓاٮ ِهم‬ ‫ان ل ُشر َكٓاٮهمۡ فَاَل يص ُل الَى هّٰللا ‌ ۚ وما َك َ هّٰلِل‬
ِ َ‫ان ِ فَهُ َو ي‬ َ َ ِ ِ ِ َ ِ ِٕ َ ِ َ ‫لِ ُش َر َك ِٕٓاٮنَا‌ ۚ فَ َما َك‬
‫ؕ َسٓا َء َما يَ ۡح ُك ُم ۡو َن‬

"Dan, mereka memperuntukan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang
telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka, 'Ini
untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami." Maka saji-sajian yang diperuntukan
bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah, dan saji-sajian yang

2
Ibid,hal.13,50-52,54
diperuntukan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka.
Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (Al-An'am: 136) .

5. Di antara jenis taqarrub yang mereka lakukan ialah dengan bernadzar menyajikan
sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-berhala. Allah berfirman, “Dan,
mereka mengatakan, 'Inilah binatang ternak dan tanaman yang dilarang: tidak boleh
memakannya, kecuali orang yang kami kehendaki, menurut anggapan mereka, dan
ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya, dan binatang ternak yang
mereka tidak menyebut nama Allah di waktu menyembelihnya, semata-mata
membuat-buat kedustaan terhadap Allah.” (Al-An'am: 138)
6. Ada pula al-bahirah, as-sa 'ibah, al-washilah, al-hami yang diperlakukan sedemikian
rupa sebagai berhala. Ibnu Ishag berkata, “Al-Bahirah anak as-sa'ibah yaitu unta
betina yang telah beranak sepuluh, yang semuanya betina dan sama sekali tidak
mempunyai anak jantan. Onta ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil
bulunya, dan susunya tidak boleh diminum kecuali oleh tamu, Jika kemudian
melahirkan lagi anak betina, maka telinganya harus dibelah. Setelah itu ia harus
dilepaskan secara bebas bersama induknya, yang juga harus mendapat perlakuan yang
sama. Al-Washilah adalah domba betina yang mempunyai lima anak kembar, yang
semuanya betina secara berturut-turut. Domba ini bisa dijadikan sarana taqarrub. Oleh
karena itu mereka berkata. “Aku mendekatkan dirj dengan domba ini.” Tetapi jika
setelah itu melahirkan anak jantan dan tidak ada yang mati, maka domba ini boleh
disembelih dan dagingnya dimakan. Al-Hami adalah onta jantan yang sudah
membuntingi sepuluh anak betina secara beturut-turut tanpa ada jantannya. Onta
seperti ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, harus dibiarkan lepas
dan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan apa pun. Untuk itu Allah
menurunkan ayat,

‫ض َّل اِ َذا ا ْهتَ َد ْيتُ ْم ۗ اِلَى هّٰللا ِ َمرْ ِج ُع ُك ْم‬


َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َعلَ ْي ُك ْم اَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ اَل يَضُرُّ ُك ْم َّم ْن‬
َ‫َج ِم ْيعًا فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬
“Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, sa'ibah, washilah, dan
hami. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan
kebanyakan mereka tidak mengerti.” (Al Maidah: 103)
Allah juga menurunkan ayat,

“Dan mereka mengatakan, “Apa yang di dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk
pria kami dan diharamkan atas wanita kami, 'dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati,
maka pria dan wanita sama-sama boleh memakannya.” (Al-An'am: 139)

Ada pula yang berpendapat, ada penafsiran lain dari binatang ternak itu.

Sa'id bin Al-Musayyab telah menegaskan bahwa binatang-binatang ternak


diperuntukkan bagi thaghut-thaghut mereka. Di dalam ash-Shahih disebutkan secara marfu',
bahwa Amr bin Luhay adalah orang pertama yang mempersembahkan onta untuk berhala." 3

Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai


keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan
mereka kepada-Nya serta memberikan manfaat di sisi-Nya, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Al-Our'an,

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar: 3)

“Dan, mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) manfaat,mereka berkata, “Mereka itu adalah
pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah',” (Yunus: 18)

Orang-orang Arab juga mengundi nasib dengan menggunakan al-azlam (anak panah
yang tidak ada bulunya). Anak panah itu ada tiga jenis: Satu jenis ada tanda “Ya”, dan satu
lagi ada tanda “Tidak”. Mereka mengundi nasib berkaitan dengan perbuatan yang
dikehendakinya, seperti berpergian, menikah, atau lain-lainnya, dengan menggunakan anak
panah itu. Jika yang keluar tanda “Ya”, mereka melaksanakannya, dan jika yang keluar tanda
“Tidak”, mereka menangguhkannya hingga tahun depan dan berbuat hal serupa sekali lagi.
Satu jenis lagi ada tanda air dan tebusan. Satu jenis lagi ada tanda “Dari golongan kalian”
atau “Bukan dari golongan kalian” atau “Anak angkat”. Jika mereka memperkarakan nasab
seseorang umpamanya, maka mereka membawa orang jtu ke hadapan Hubal, sambil
membawa seratus hewan korban dan diserahkan kepada pengundi anak panah. Jika yang
keluar tanda “Dari golongan kalian”, maka orang tersebut merupakan golongan mereka, dan
jika yang keluar tanda “Bukan dari golongan kalian”, maka orang tersebut hanya sebagai
3
Shahihul-Bukhari,1/499.
rekan persekutuan, dan jika yang keluar tanda “Anak angkat”, maka orang tersebut tak
ubahnya anak angkat, bukan termasuk dari golongan mereka dan juga tidak bisa didudukan
sebagai rckan persekutuan." 4

Tak berbeda jauh dengan hal ini adalah perjudian dan undian. Mereka membagi
daging korban yang telah disembelih berdasarkan undian itu.

Mereka juga percaya kepada perkataan peramal, paranormal, dan ahli nujum. Peramal
adalah orang yang mengabarkan sesuatu bakal terjadi di kemudian hari, yang mengaku bisa
mengetahui rahasia gaib pada masa mendatang. Di antara peramal ini ada yang mengaku
memiliki pengikut dari golongan jin yang memberinya suatu pengabaran. Di antara mereka
mengaku bisa mengetahui hal-hal gaib lewat suatu pemahaman yang dimilikinya. Di antara
mereka mengaku bisa mengetahui berbagai masalah lewat isyarat atau sebab yang
memberinya petunjuk, dari perkataan, perbuatan, atau keadaan orang yang bertanya
kepadanya. Orang semacam ini disebut Arraf atau paranormal. Ada pula yang mengaku bisa
mengetahui orang yang kecurian dan tempat di mana dia kecurian serta orang tersesat atau
lain-lainnya.

Sedangkan ahli nujum ialah orang yang memperlihatkan keadaan bintang dan planet, lalu dia
menghitung perjalanan dan waktu peredarannya, agar dengan ly dia bisa mengetahui berbagai
keadaan dunia dan peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi di kemudian hari. Pembenaran
terhadap pengabaran ahli nujum pada hakikatnya merupakan keyakinan terhadap bintang-
bintang. Sedangkan keyakinan mereka terhadap bintang-bintang merupakan keyakinan
terhadap hujan. Maka mereka berkata “Hujan yang turun kepada kami berdasarkan bintang
ini dan itu.”5

Di kalangan mereka juga ada Ath-thiyarah atau meramal nasib sial dengan sesuatu, Pada
mulanya mereka mendatangkan seekor burung atau biri-biri, lalu melepasnya. Jika burung
atau biri-biri itu berlalu ke arah kanan, maka mereka jadi bepergian ke tempat yang hendak
dituju dan hal itu dianggap sebagai pertanda baik. Jika burung atau biri-biri itu mengambil
jalan ke kiri, maka mereka tidak berani bepergian dan mereka meramal hal itu sebagai tandak
kesialan. Mereka juga meramal sial jika di tengah jalan mereka bertemu burung atau hewan
tertentu.

4
Mudharat Tarikhil-Umam Al-Isalamiyah,Al-khadri,1/56;Ibnu Hisyam,1/152-153
5
Shahih Muslim Ma’a Sharhihi,An-Nawawi,1/59
Tak berbeda jauh dengan hal ini adalah kebiasaan mereka yang menggantungkan ruas tulang
kelinci. Mereka juga meramal kesialan dengan sebagian hari, bulan, hewan, atau wanita.
Mereka percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tenteram jika dendamnya
tidak dibalaskan. Ruhnya bisa menjadi burung hantu yang beterbangan di padang seraya
berkata, “Berilah aku minum, berilah aku minum!” Jika dendamnya sudah dibalaskan, maka
ruhnya akan menjadi tenteram.

Sekalipun masyarakan Arab Jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sia dari agama Ibrahim
dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap Ka'bah,
thawaf di sekelilingnya, haji, umrah, wuguf di Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal
baru dalam pelaksanaannya.

Di antaranya, orang-orang Ouraisy berkata. “Kami adalah anak keturunan Ibrahim dan
penduduk Tanah Suci, penguasa Ka'bah dan penghuni Makkah. Tak seorang pun dari bangsa
Arab yang mempunyai hak dan kedudukan seperti kami.” Maka tidak selayaknya bagi kami
untuk keluar dari tanah suci. Oleh karena itu mereka tidak melaksanakan wuguf di Arafah,
tidak ifadhah dari sana, tapi ifadhah dari Muzdalifah. Tentang hal ini Allah menurunkan ayat,

“Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah).” (Al-
Bagarah: 199)
Hal-hal baru lainnya, mereka berkata, “Tidak selayaknya bagi orang-orang Ouraisy
untuk memberi makan keju dan meminta samin tatkala mereka sedang ihram. Mereka tidak
boleh masuk Baitul-Haram dengan mengenakan kain wol dan tidak boleh berteduh jika ingin
berteduh di rumah-rumah pemimpin selagi mereka sedang ihram.”

Mereka juga berkata, “Penduduk di luar Tanah Suci tidak boleh memakan makanan
yang mereka bawa dari luar Tanah Suci ke Tanah Suci, jika kedatangan mereka itu
dimaksudkan untuk haji dan umrah.”

Hal-hal baru lainnya, mereka menyuruh penduduk di luar Tanah Suci untuk tetap
mengenakan Ciri pakaiannya sebagai penduduk bukan Tanah Suci selagi paru datang untuk
melakukan thawaf awal. Jika tidak memiliki ciri pakaiannya sebagai penduduk luar Tanah
Suci, maka mereka harus thawaf dalam keadaaan telanjang. Ini berlaku untuk kaum laki-laki.
Sedangkan kaum wanita harus melepaskan semua pakaiannya, kecuali baju rumahnya yang
longgar. Saat itu mereka berkata,

“Hari ini tampak sebagian atau semuanya apa yang tiada tampak tiada diperkenankannya”

Lalu Allah menurunkan ayat mengenai hal ini,

“Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al-a'raf:
31)

Pakaian yang dikenakan penduduk luar Tanah Suci harus dibuang setelah melakukan thawaf
awal, dan tak seorang pun boleh mengambilnya lagi, begitu pula orang yang bersangkutan.

Hal baru lainnya, mereka tidak memasuki rumah dari pintunya selagi dalam keadaan ihram,
tetapi mereka membuat lobang di bagian belakang rumah, dan dari lobang itulah mereka
keluar masuk rumahnya. Mereka menganggap hal itu sebagai perbuatan yang baik. Maka Al-
Our'an melarangnya,

 ‫ْس ْالبِرُّ بِا َ ْن تَْأتُوا ْالبُيُوْ تَ ِم ْن ظُهُوْ ِرهَا‬ َ ‫اس َو ْال َحجِّ ۗ َولَي‬ ِ َّ‫ْت لِلن‬ ُ ‫يَسـَٔلُوْ نَكَ َع ِن ااْل َ ِهلَّ ِة ۗ قُلْ ِه َي َم َواقِي‬
َ‫َو ٰل ِك َّن ْالبِ َّر َم ِن اتَّ ٰق ۚى َوْأتُوا ْالبُيُوْ تَ ِم ْن اَ ْب َوابِهَا ۖ َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
“Dan, bukanlah kebaktian itu memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebaktian itu ialah kebaktian orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 189)
Semua gambaran agama ini adalah agama syirik dan penyembahan terhadap berhala,
keyakinan terhadap hayalan dan khurafat. Begitulah agama mayoritas bangs4 Arab.
Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, Shabi'ah yang masuk ke
dalam masyarakat Arab.

Orang-orang Yahudi mempunyai dua latar belakang sehingga mereka berada di Jazirah Arab,
yang setidak-tidaknya digambarkan dalam dua hal berikut ini:

1. Kepindahan mereka pada masa penaklukan bangsa Babilon dan Asyur di Palestina,
yang mengakibatkan tekanan terhadap orang-orang Yahudi, penghancuran negeri
mereka dan pemusnahan mereka di tangan Bukhtanashar pada tahun 587 SM. Banyak
di antara mereka yang ditawan dan dibawa ke Babilonia. Sebagian di antara mereka
juga ada yang meninggalkan Palestina dan pindah ke Hijaz. Mereka menempati Hijaz
bagian utara.
2. Dimulai dari pencaplokan bangsa Romawi terhadap Palestina pada tahun 70 Masehi,
yang disertai dengan tekanan terhadap orang-orang Yahudi dan penghancuran Haikal-
haikal mereka, sehingga kabilah-kabilah mereka berpindah ke Hijaz, lalu menetap di
Yatsrib, Khaibar, dan Taima. Di sana mereka mendirikan perkampungan Yahudi dan
benteng pertahanan. Maka agama Yahudi menyebar di sebagian masyarakat Arab
lewat orang-orang Yahudi yang berimigrasi itu, yang kemudian mereka juga
mempunyai beberapa momen-momen politis yang mengawali munculnya Islam. Saat
Islam datang, kabilah-kabilah Yahudi yang terkenal adalah Khaibar, Nadhir,
Mushthalig, Ouraizhah, dan Oainuga. As-Samhudi menyebutkan di dalam buku Wafa
'ul Wafa, bahwa jumlah kabilah Yahudi saat itu lebih dari dua puluh.6

Sementara agama Yahudi masuk ke Yaman karena dibawa As'ad Abu Karib. Awal
mulanya dia pergi berperang ke Yatsrib, dan memeluk agama Yahudi di sana. Sepulangnya
ke Yaman dia membawa dua pemuka Yahudi dari Bani Ouraizhah, sehingga agama Yahudi
menyebar di sana. Setelah As'ad meninggal dunia dan digantikan anaknya, Yusuf Dzu
Nuwas, dia memerangi orang-orang Masehi dari penduduk Najran dan memaksa mereka
untuk masuk agama Yahudi. Karena mereka menolaknya, maka dia menggali parit dan
membakar mereka di dalam parit itu. Tak seorang pun yang tercecer, laki-laki maupun
wanita, tua maupun muda. Ada yang mengisahkan bahwa korban yang dibunuhnya lebih dari
dua puluh ribu hingga empat puluh ribu. Hal ini terjadi pada bulan Oktober tahun 523
Masehi. Al-Our'an telah memuat sebagian kisah ini di dalam surat Al-Buruj.

Sedangkan agama Nasrani masuk ke jazirah Arab lewat pendudukan orang-orang


Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang Habasyah yang pertama kali di Yaman
pada tahun 340 Masehi, Pada masa itu missionaris Nashrani menyusup ke berbagai tempat di
Yaman. Selang tak seberapa lama, ada orang yang Zuhud, doanya senantiasa dikabulkan dan
memiliki karamah, yang datang ke Najran. Dia mengajak penduduk Najran untuk memeluk
agama Masehi. Mereka melihat garis-garis kejujuran dirinya dan kebenaran agamanya. Oleh
karena itu mereka memenuhi ajakannya untuk memeluk agama Masehi.

Setelah orang-orang Habasyah menduduki Yaman utuk mengembalikan kondisi


karena tindakan Dzu Nuwas dan Abrahah memegang kekuasaan di sana, maka agama Masehi
berkembang pesat dan sangat maju. Karena semangatnya dalam menyebarkan agama Masehi,
Abrahah membangun sebuah gereja di Yaman, yang dinamakan Ka'bah Yaman. Dia

6
Qalbu Jaziratil-Arab,hal.151.
menginginkan agar semua bangsa Arab berhaji ke gereja ini dan hendak menghancurkan
Baitullah di Makkah. Namun Allah membinasakannya.

Bangsa Arab yang memeluk agama Nashrani adalah dari suku-suku Ghassan, kabilah-
kabilah Taghlib, Thayyi' dan yang berdekatan dengan orangorang Romawi. Bahkan sebagian
raja Hirah ada pula yang memeluknya.

Sedangkan agama Majusi lebih banyak berkembang di kalangan orangorang Arab


yang berdekatan dengan orang-orang Persi. Agama ini juga pernah berkembang di kalangan
orang-orang Arab Irak dan Bahrain serta di wilayahwilayah di pesisir Teluk Arab. Ada pula
penduduk Yaman yang memeluk Majusi tatkala bangsa Arab menduduki Yaman.

Sedangkan agama Shabi'ah menurut beberapa kisah dan catatan berkembang di Irak
dan lain-lainnya, yang dianggap sebagai agama kaum Ibrahim Chaldeans. Banyak penduduk
Syam yang juga memeluknya serta penduduk Yaman pada zaman dahulu. Setelah kedatangan
beberapa agama baru seperti agama Yahudi dan Nashrani, agama ini mulai kehilangan
bentuknya dan surut. Tetapi tetap masih ada sisa-sisa para pemeluknya yang bercampur
dengan para pemeluk Majusi atau yang berdampingan dengan mereka di masyarakat Arab
dan Irak serta di pinggiran Teluk Arab.7

2.2. Gambaran Masyarakat Arab Jahiliyah

2.2.1 Kondisi kehidupan agama

Itulah agama-agama yang ada pada saat kedatangan Islam. Namun agama agama itu
sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orang-orang Musyrik yang
mengaku berada pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan
larangan syariat Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia.
Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan perjalanan waktu, mereka
berubah menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang
menggambarkan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian mengimbas ke
kehidupan sosial, politik, dan agama. Sedangkan orang-orang Yahudi berubah menjadi
orang-orang yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan
selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum di tengah manusia dan menghisab
7
Tarikhu Ardhil-Qur’an,2/193-208
mereka menurut kehendak yang terbetik di dalam hatinya. Ambisi mereka hanya tertuju
kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya
kekufuran serta pengabdian terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah dan yang
semua orang dianjurkan untuk mensucikannya.

Sedangkan agama Nashrani berubah menjadi agama paganisme yang sulrt dipahami
dan menimbulkan pencampuradukan antara Allah dan manusia. Kalaupun ada bangsa Arab
yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti, karena ajaran-ajarannya
jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan tidak mungkin mereka tinggalkan.

Sedangkan semua agama bangsa Arab, keadaan para pemeluknya sama dengan keadaan
orang-orang musyrik, hati, kepercayaan, tradisi, dan kebisaan mereka hampir serupa.

2.2.2 Kondisi Sosial

Di kalangan bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat, yang kondisinya


berbeda satu sama lain. Hubungan seseorang dengan keluarga di kalangan bangsawan sangat
diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati, dan dijaga, sekalipun harus dengan pedang yang
terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seseorang ingin dipuji dan terpandang di mata
bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum
wanita. Jika seseorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah
untuk suatu perdamaian, dan jika mau dia bisa menyalakan api peperangan dan pertempuran
di antara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki tetap dianggap sebagai pemimpin di
tengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan
laki-laki dan wanita harus melalui persetujuan wali wanita. Seseorang wanita tidak bisa
menentukan pilihannya sendiri.

Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan. Sedangkan kelas


masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara laki-laki dan
wanita. Kami tidak bisa menggambarkannya secara detil kecuali dengan ungkapan-ungkapan
yang keji, buruk, dan menjijikan. Abu Dawud meriwayatkan dari Aisyah, bahwa pernikahan
pada masa Jahiliyah ada empat macam:

1. Pernikahan secara spontan. Seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki


lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas
kawin seketika itu pula.
2. Seorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari haid, “Temuilah
Fulan dan berkumpulah bersamanya!” Suaminya tidak mengumpulinya dan sama
sekali tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa istrinya hamil dari orang
yang disuruh mengumpulinya. Jika sudah jelas kehamilannya, maka suami bisa
mengambil kembali istrinya jika memang dia menghendaki hal itu, Yang demikian Ini
dilakukan, karena dia menghendaki kelahiran seorang anak yang baik dan pintar
Pernikahan semacam im disebut nikah istihdha',
3. Pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki-laki yang jumlahnya tidak
mencapai sepuluh orang, yang semuanya mengumpulk seorang wanita. Setelah wanita
itu hamil dan melahirkan bayinya, maka selang beberapa hari kemudian dia
mengundang semua laki-laki yang berkumpul dengannya, dan mereka tidak bisa
menolaknya hingga berkumpul di hadapannya. Lalu dia berkata, “Kalian sudah
mengetahui apa yang sudah terjadi dan kini aku telah melahirkan. Bayi ini adalah
anakmu hai Fulan.” Dia menunjuk siapa pun yang dia sukai di antara mereka seraya
menyebutkan namanya, lalu laki-laki itu bisa mengambil bayi tersebut.
4. Sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya yang juga
disebut wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di depan
pintunya, sebagai tanda bagi laki-laki yang ingin mengumpulinya. Jika wanita pelacur
ini hamil dan melahirkan anak, dia bisa mengundang semua laki-laki yang pernah
mengumpulinya. Setelah semua berkumpul, diselenggarakan undian. Siapa yang
namanya keluar dalam undian, maka dia yang berhak mengambil anak itu dan
mengaku sebagai anaknya. Dia tidak bisa menolak hal itu.

Setelah Allah mengutus Muhammad ‫ﷺ‬, semua bentuk pernikahan ini dihapus dan diganti
dengan pernikahan ala Islam.8

Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan, yang
disulut tajamnya mata pedang dan anak panah. Pihak yang menang dalam peperangan antara
kabilah bisa menawan para wanita pihak yang kalah, lalu menghalaikannya menurut
kemauannya. Namun anak-anak mereka akan mendapatkan kehinaan selama hayatnya.

Di antara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa Jahiliyah ialah poligami,
tanpa ada batasan maksimal, berapa pun banyaknya istri yang dikehendaki. Bahkan mereka
bisa menikahi dua wanita yang bersaudara. Mereka yuga bisa menikahi janda bapaknya,
entah karena dicerai atau karena ditinggal mati. Hak perceraian ada di tangan kaum laki-laki
8
Abu Dawud,Kitabun-Nikah,bab wujuhun-nikah al-lati kana yatnakahu biha ahlul-jahiliyah.
tanpa ada batasannya. Hal ini disebutkan di dalam Al-Our' an, dalam surat An-Nisa' : 22-
23.249

Perzinaan mewarnai setiap lapisan masyarakat, tidak hanya terjadi di lapisan tertentu
atau golongan tertentu, kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki dan wanita yang
memang masih memiliki keagungan jiwa. Mereka tidak mau terjerumus dalam kehinaan ini.
Namun kondisi orang-orang yang merdeka dalam kaitannya dengan masalah ini relatif lebih
baik daripada orang awam dan hamba sahaya. Menurut persepsi umum semasa Jahiliyah,
perzinahan ini tidak dianggap aib yang mengotori keturunan. Abu Dawud meriwayatkan dari
Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata, “Ada seorang laki-laki berdiri
seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Fulan adalah anakku, karena aku pernah
bersetubuh dengan seorang budak perempuan pada masa Jahiliyah.10

Lalu beliau bersabda, “Tidak ada seruan seperti itu dalam Islam. Urusan Jahiliyah sudah
punah.”

Kisah pertengkaran Sa'd bin Abu Waggash dan Abd bin Zum'ah yang memperebutkan
anak hamba perempuan Zum'ah, yaitu Abdurrahman bin Zum'ah, sudah sangat terkenal.

Ada beberapa corak hubungan antara seorang laki-laki dan anak-anaknya, di


antaranya seperti di katakan dalam sebuah syair,

“Keberadaan anak-anak di tengah kami

laksana buah hati yang berjalan di bumi”

Ada pula di antara mereka yang mengubur hidup-hidup anak putrinya, karena takut
aib dan karena kemunafikan, atau membunuh anak laki-laki karena takut miskin dan lapar.
Masalah ini telah disebutkan di dalam Al-Our'an.

“Dan, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka.”

(Al-An'am: 151)

Juga disebutkan di tempat lain dalam Al-Our'an, dalam surat An-Nahl: 58-59, Al-
Isra': 31, dan At-Takwir: 8.
9
Ibid,bab naskhul-muraja’ah ba’dat-tathliqat ats-tsalats.inilah yang disebutkan para mufassir
10
Tentang sebab turunnya firman Allah,”Talak itu dua kali”
Tetapi hal ini tidak dianggap sebagai kebiasaan yang memasyarakat. Sebab
bagaimana pun juga mereka masih membutuhkan anak laki-laki untuk membentengi diri dari
serangan musuh.

Sedangkan pergaulan seorang laki-laki dengan saudaranya, anak saudaranya, dan


kerabatnya sangat rapat dan dekat. Mereka hidup untuk fanatisme kabilah dan mati pun rela
karenanya. Dorongan spiritual untuk mengadakan pertemua dalam satu kabilah sangat kuat,
sehingga semakin menambah fanatisme tersebut, Landasan aturan sosial adalah fanatisme
rasial dan marga. Mereka menjalani kehidupan menurut pepatah yang berbunyi, “Tolonglah
saudaramu, yang berbuat zhalim maupun yang dizhalimi", dengan pengertian apa adanya,
tanpa menyelaraskan dengan ajaran yang dibawa Islam, bahwa makna menolong orang yang
berbuat zhalim ialah menghentikan kezhalimannya. Hanya saja persaingan dalam masalah
kehormatan dan perebutan pengaruh kekuasaan lebih sering menyulut peperangan
antarkabilah yang sebenarnya berasal dari satu ayah dan ibu, seperti yang kita lihat antara
Aus dan Khazraj, Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, serta lain-lainnya.

Sedangkan hubungan antara beberapa kabilah yang berbeda, terputus secara total.
Kekuatan mereka berbeda-beda dalam peperangan. Hanya saja ketakutan dan keengganan
melanggar sebagian tradisi dan kebisaan yang mempertemukan agama dan khurafat, kadang-
kadang mengecilkan api peperangan dan perselisihan di antara mereka. Dan, dalam kondisi
tertentu ada loyalitas, perjanjian persahabatan dan subordinasi yang mengharuskan beberapa
kabilah yang berbeda untuk bersatu. Bulan-bulan suci benar-benar merupakan rahmat bagi
mereka, dan bisa membantu masukan bagi mereka.

Secara garis besarnya, kondisi sosial mereka bisa dikatakan lemah dan buta,
kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup
layaknya benda mati. Hubungan di tengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang
kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat diperlukan untuk
menghadang serangan musuh.

2.2.3 Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi mengikuti kondisi sosial, yang bisa dilihat dari jalan kehidupan
bangsa Arab. Perdagangan merupakan sarana yang paling dominan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Jalur-jalur perdagangan tidak bisa dikuasai begitu saja kecuali jika sanggup
memegang kendali keamanan dan perdamaian. Sementara itu kondisi yang aman seperti ini
tidak terwujud di Jazirah Arab kecuali pada bulan-bulan suci. Pada saat itulah dibuka pasar-
pasar Arab yang sangat terkenal, seperti Ukazh, Dzil-Majaz, Majinnah, dan lain-lainnya.

Tentang perindustrian atau kerajinan, mereka adalah bangsa yang paling


mengenalnya. Kebanyakan hasil kerajinan yang ada di Arab seperti jalut menjahit,
menyamak kulit dan lain-lainnya berasal dari rakyat Yaman, Hirah, dan pinggiran Syam.
Sekalipun begitu di tengah jazirah ada pertanian dan penggembalaan hewan ternak.
Sedangkan wanita-wanita cukup menangani pemintalan. Tetapi kekayaan-kekayaan yang
dimiliki bisa mengundang pecahnya peperangan. Kemiskinan, kelaparan, dan orang-orang
yang telanjang merupakan pemandangan yang biasa di tengah masyarakat.

2.2.4 Akhlak

Memang kita tidak memungkiri bahwa di tengah kehidupan orang-orang Jahiliyah


banyak terdapat hal-hal yang hina, amoralitas, dan masalah-masalah yang tidak bisa diterima
akal sehat dan tidak disukai manusia. Meskipun begitu mereka masih memiliki akhlak-akhlak
yang terpuji, mengundang decak kagum manusia dan simpati. Di antara akhlak-akhlak itu
ialah:

1. Kedermawanan

Mereka saling berlomba-lomba dan membanggakan diri dalam masalah


kedermawanan dan kemurahan hati. Bahkan separuh syair-syair mereka bisa dipenuhi dengan
pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan ini. Adakalanya seseorang didatangi tamu
yang kelaparan pada saat hawa dingin menggigit tulang. Sementara saat itu dia tidak
memiliki kekayaan apa pun selain seekor onta yang menjadi penopang hidupnya. Namun rasa
kedermawanan bisa menggetarkan dirinya, lalu dia pun bangkit menghampiri onta
satusatunya dan menyembelihnya, agar dia bisa menjamu tamunya. Pengaruh dari
kedermawanan ini, mereka bisa menanggung pembayaran denda yang jumlahnya sangat
tinggi dan membuat mata terbelalak. Sehingga tidak jarang hal ini justru menumpahkan darah
dan mengakibatkan kematian seseorang. Yang pasti, mereka biasa membuat pujian dan
membanggakan diri di hadapan orang lain dalam masalah ini, terutama dari kalangan para
penguasa dan pemimpim.

Di antara pengaruh kedermawanan ini, mereka biasa merasa bangga karena minum
khamr. Bukan kebanggaan karena minumannya itu, tetapi karena hal itu dianggap sebagai
salah satu cara menunjukkan kedermawanan dan merupakan cara paling mudah untuk
menunjukkan pemborosan. Maka tidak heran jika mereka menyebut pohon anggur dengan
nama al-karam (kedermawanan), sedangkan khamr yang dibuat dari buah anggur disebut
bintul-karam (putri kedermawanan). Jika engkau sempat meneliti berbagai arsip syair-syair
semasa Jahiliyah, tentu engkau akan mendapatkan satu bab khusus yang berisi pujian dan
sanjungan ini.

Antarah bin Syaddad Al-Absi berkata,

“Telah kuminum regukan-regukan arak setelah terlewati siang hari yang terik di dalam gelas
kaca berwarna kuning kemilau bertabur bunga-bunga indah yang memukau kehormatanku
juga tidak kuhirau kurelakan harta kan musnah jika minum arak kehormatanku yang tinggi
tiada kusimak Jika tak mabuk tiada kusia-siakan undangan karena kutahu sifatku yang
dermawan.”

Pengaruh lain dari kedermawanan ini, mereka biasa main judi. Mereka menganggap
main judi merupakan salah satu cara mengekspresikan kedermawanan, karena dari laba judi
itulah mereka bisa memberi makan orang-orang miskin, atau mereka bisa menyisihkan
sebagian uang dari andil orang-orang yang mendapat laba. Oleh karena itu Al-Our'an tidak
mengingkari manfaat khamr dan main judi, namun dengan membuat redaksi sebagai berikut.

“Tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (Al-Bagarah: 219)

2. Memenuhi janji

Di mata mereka, janji sama dengan hutang yang harus dibayar. Bahkan mereka suka
membunuh anaknya sendiri dan membakar rumahnya daripada meremehkan janji. Kisah
tentang Hani' bin Mas'ud Asy-Syaibani, As-Samau'al bin Adiya dan Hajib bin Zararah sudah
cukup membuktikan hal ini.

3.Kemuliaan jiwa dan keengganan menerima kehinaan dan kelaliman

Akibatnya, mereka bersikap berlebih-lebihan dalam masalah keberanian, sangat


pencemburu, dan cepat naik darah. Mereka tidak mau mendengar katakata yang
menggambarkan kehinaan dan kemerosotan, melainkan mereka bangkit menghunus pedang,
lalu pecah peperangan yang berkepanjangan. Mereka tidak lagi mempedulikan kematian bisa
menimpa diri sendiri karena hal itu.

4. Pantang mundur

Jika mereka sudah menginginkan sesuatu yang disitu ada keluhuran dan kemuliaan,
maka tak ada sesuatu pun yang bisa menghadang atau mengalihkannya.

5, Kelemahlembutan dan suka menolong orang lain

Mereka biasa membuat sanjungan tentang sifat ini. Hanya saja sifat ini kurang tampak karena
mereka berlebih-lebihan dalam masalah keberanian dan mudah terseret kepada peperangan.

6. Kesederhanaan pola kehidupan badui

Mereka tidak mau dilumuri warna-warni peradaban dan gemerlapnya. Hasilnya


adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta, dan pengkhianatan.

Kita melihat akhlak-akhlak yang sangat berharga ini, di samping letak geografis
Jazirah Arab, merupakan sebab mengapa mereka dipilih untuk mengemban beban risalah
yang menyeluruh, menjadi pemimpin umat dan masyarakat manusia. Sebab akhlak-akhlak
ini, sekalipun sebagian di antaranya ada yang menjurus kepada kejahatan dan menyeret
kepada kejadian-kejadian yang mengenaskan, toh pada dasarnya itu merupakan akhlak yang
berharga, yang bisa mendatangkan manfaat secara menyeluruh bagi masyarakat manusia jika
mendapat sentuhan perbaikan. Maka inilah tugas Islam.

Barangkali akhlak yang paling menonjol dan paling banyak mendatangkan manfaat
setelah pemenuhan janji adalah kemuliaan jiwa dan semangat pantang mundur. Sebab
kejahatan dan kerusakan tidak bisa disinggkirkan, keadilan dan kebaikan tidak bisa
ditegakkan kecuali dengan kekuatan dan ambisi seperti ini. Sebenarnya mereka masih
mempunyai sifat-sifat utama selain yang kita sebutkan ini. Namun bukan di sini tempat
membicarakannya
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada hakikatnya,bangsa arab pada masa pra islam memiliki beberapa penyimpangan dalam
hal perilaku,seperti mengundi nasib,pernikahan yang memperbolehkan Wanita memiliki suami lebih
dari satu,mengundi nasib dengan menggunakan anak panah dan mempercayakan masa depan pada
seorang paranormal.
Untuk itu,bersyukurnya bangsa arab dengan datangnya nabi Muhammad saw sebagai
pembawa agama islam sehingga kejahiliahan bangsa arab pada masa itu bisa dihilangkan.

b.Saran

Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini,agar tidak terjadi kesalahan yang sama untuk dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri,Syaikh,1997.Sirah Nabawiyah,Jakarta:Pustaka al-kautsar

Syaikh Muahmmad bin Abdul Wahhab At-Tamami An-Najdi. 1375 H. Mukhtasar siratir
rasul
Muhammad bin Ismail Al- Bukhari.1387 H.Shahih Al-Bukhari.India:Al-Maktabah Ar-Rahimiyah.

Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani.202-275 H.Sunan Abu Dawud .India:Al-
Mathba’ah Al-Majidi.
Merdeka.com

You might also like