You are on page 1of 9

MUDHARABAH DAN APLIKASINYA PADA PERUSAHAAN

MODAL VENTURA
MATERI
Untuk memenuhi tugas Modal Ventura Syariah
Dosen Pengampu
Eka Sulvijayanti, M. Pd

Oleh :
Kristi Ulfa Yuliani (12406193265)
Nurita Andhini (12406193268)
Kiky Lestari (12406193270)
Lutfia Retna Gusmiati (12406193271)

KELAS 6B
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2022
A. Pengertian Mudharabah

Dalam Fiqh muamalah, definisi terminologi (istilah) bagi mudharabah


diungkapkan secara bermacam-macam. Di antaranya menurut Madzhab Hanafiyah
(dalam Haroen: 2007) mendefinisikan mudharabah adalah suatu perjanjian untuk ber
sero di dalam keuntungan dengan capital (modal) dari salah satu pihak dan skill
(keahlian) dari pihak yang lain.
Sementara Madzhab Malikiyah (dalam Haroen: 2007) mendi finisikan
mudharabah sebagai penyerahan uang di muka oleh pemilik modal dalam jumlah yang
ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan
imbalan sebagian dari keuntungannya.
Madzhab Syafi'i mendefinisikan mudharabah bahwa pemi lik modal
menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk di jalankan dalam suatu usaha
dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya.
Madzhab Hambali mendefinisikan mudharabah dengan penger tian penyerahan
suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas. dan tertentu kepada orang yang
mengusahakannya dengan mendapat kan bagian tertentu dari keuntungannya.
Menurut PSAK 105 paragraf 4, Mudharabah adalah akad kerjasama usaha
antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak ke dua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan
usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian finansial hanyal
ditanggung oleh pengelola dana.
Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat dipahamil dan dapat kita
simpulkan bahwa Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak di mana satu pihak yang
disebut investor (rab al mal) mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang
disebut. mudharib (pengusaha/skill man) untuk menjalankan usaha niaga. Mudharib
menyumbangkan tenaga, keterampilan, dan waktun ya dan mengelola perseroan
mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak.1

1
Osmad Munthaher, Akuntansi Perbankan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 147-148
B. Mekanisme Transaksi Mudharabah

Akad mudharabah merupakan akad utama yang digunakan oleh Bank Islam
baik untuk menghimpun dana atau juga untuk menyalurkan dana. Mudharabah
merupakan penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga, sehingga bisa
mendapatkan persentase keuntungan. Sebagai bentuk kontrak, mudarabah merupakan
akad bagi hasil ketika pemodal atau bisa disebut Shahib Al mal/ Shahibul mal/ Rabul
mal, menyediakan modal 100% kepada pengelola untuk melakukan aktivitas produktif,
dengan syarat keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka. Menurut
kesepakatan sebelumnya yang ditentukan di dalam akad yang besarnya juga
dipengaruhi oleh kekuatan pasar.
Di dalam transaksi mudarabah, pihak yang melakukannya berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan adalah unsur yang paling penting di dalam transaksi
mudarabah, yaitu kepercayaan dari Shahib Al mal kepada mudharib. Kepercayaan
disebut unsur terpenting karena Shahib al mal tidak boleh meminta jaminan dari
mudharib dan juga tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan proyek atau usaha
yang dibiayai dengan dana milik Shahib Al mal. Mudharib tanpa campur tangan dari
Shahib Al mal, yang menjalankan dan mengelola dana tersebut paling jauh Shahib Al
mal hanya boleh memberikan saran tertentu kepada mudharib dalam menjalankan
usaha dan mengelola dana.
Shahibul mal adalah pihak pemilik atau memiliki modal tetapi tidak bisa
berbisnis, sedangkan mudharib sebagai pengelola adalah pihak yang pandai berbisnis
tetapi tidak memiliki modal. Apabila terjadi kerugian karena kelalaian dan kecurangan
pengelola, maka pengelola yang bertanggung jawab sepenuhnya. Dan apabila terjadi
kerugian karena proses normal dari usaha atau bukan karena kelalaian dan kecurangan
pengelola, maka kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Sedangkan jika
pengelola kehilangan tenaga dan keahlian yang telah dicurahkannya, dalam hal ini
Shahibul mal menanggung sepenuhnya risiko finansial sedangkan mudharib hanya
menanggung risiko non finansial.
Pengelola tidak ikut menyertakan modal tetapi ikut menyertakan hal lain yaitu
tenaga dan keahliannya, juga tidak meminta gaji atau upah dalam menjalankan
usahanya. Pemilik dana hanya menyediakan modal dan tidak ikut campur dalam
manajemen usaha yang dibiayai olehnya. Ketersediaan pemilik dana untuk
menanggung risiko apabila terjadi kerugian menjadi dasar untuk mendapat bagian dari
keuntungan. Dalam satu kontrak, mudarabah pemodal dapat bekerja sama dengan lebih
dari satu pengelola. Para pengelola tersebut bekerja sebagai mitra usaha terhadap
pengelola lainnya. Porsi bagi hasil atau nisbah pengelola dibagi sesuai kesepakatan di
awal.
Nisbah bagi hasil di antara pemodal dan pengelola harus disepakati di awal
perjanjian. Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing pihak tergantung kesepakatan
mereka. Nisbah bagi hasil bisa dibagi rata 50:50, tetapi bisa juga 60:40, 30:70, atau
proporsi lain yang disepakati oleh mereka. Di luar porsi bagi hasil yang diterima,
pengelola tidak diperkenankan meminta gaji atau kompensasi lainnya untuk hasil
kerjanya. Semua mazhab sepakat di dalam hal ini, namun demikian juga dengan Imam
Ahmad yang memperbolehkan pengelola untuk mendapatkan uang makan harian dari
rekening mudarabah. Seperti ulama dari mazhab Hanafi memperbolehkan pengelola
untuk mendapatkan uang harian seperti untuk transpor, akomodasi, dan makan apabila
dalam perjalanan bisnis keluar Kota. Tetapi ada juga sistem yang pembagian
keuntungannya tidak diperbolehkan, misalnya dengan menentukan alokasi jumlah
tertentu untuk salah satu dari pihak atau menentukan proporsi yang berbeda untuk
situasi yang berbeda, jika pengelola berusaha dibidang produksi maka nisbahnya 50%,
sedangkan kalau pengelola berusaha dibidang perdagangan maka nisbahnya 40%.
Praktik mudharabah di Indonesia telah dilakukan oleh Bank Syariah sejak
kelahirannya, salah satunya ialah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yaitu sejak tahun
1992. Bentuk mudharabah yang ditawarkan oleh BMI ada dua, yaitu deposito
mudharabah dan tabungan mudharabah . Deposito mudharabah yang bisa disebut juga
dengan deposito investasi mudharabah, merupakan investasi melalui simpanan pihak
ketiga dari perseorangan atau badan hukum yang penarikannya hanya dapat di lakukan
dalam jangka waktu tertentu atau jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.
Sedangkan tabungan mudharabah adalah simpanan dari pihak ketiga di BMI yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan dengan
perjanjian. Dalam hal ini BMI bertindak sebagai mudharib atau pengelola modal,
sedangkan deposan bertindak sebagai Shahibul mal atau pemilik modal. BMI sebagai
mudharib akan membagi keuntungan kepada Shahibul mal sesuai dengan nisbah atau
persentase yang telah disepakati bersama. Pembagian keuntungan tersebut dapat
dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode.
Bank dapat bertindak sebagai pengusaha dalam hal ini bank menerima dana dari
nasabah dan penyimpan dana atau deposan, juga sebagai Shahib Al-mal dalam hal ini
bank selaku mudharib menyalurkan dana bagi para nasabah debitur.
Dari pernyataan di atas jelas dapat disimpulkan bahwa mudarabah merupakan
suatu perjanjian bagi hasil antara bank dengan nasabah, dalam hal ini transaksi
mudarabah dituangkan dalam suatu akad yang disepakati bersama oleh kedua belah
pihak dengan dasar dari kepercayaan yang kuat. Bank dapat bertindak sebagai
pengelola modal dan dapat bertindak sebagai pemilik modal.

C. Implementasi Mudharabah dalam Perusahaan Modal Ventura

Implementasi akad mudharabah dalam perusahaan modal ventura yaitu saat


melakukan kerja sama dengan seseorang atau perusahaan. Ketentuam dalam akad
mudharabah ialah apabila mendapatkan keuntungan maka perusahaan modal ventura
bisa mendapatkan keuntungan yang tinggi karena sesuai dengan risiko yang tinggi pula.
Namun apabila mengalami kerugian, maka perusahaan modal ventura syariah ini yang
sebagai shohibul mal atau yang memberikan modal maka harus menanggung semua
kerugian. Kecuali jika kerugian tersebut disebabkan oleh seseorang atau perusahaan
yang kerja sama dengan perusahaan modal ventura syariah tersebut atau disebut
mudharib, maka mudharib itulah yang mengganti kerugian dari usaha tersebut. Maka
dari itu dalam pembiayaan mudharabah harus disertai uang muka, dimana uang muka
tersebut otomatis menjadi jaminan jika usaha tersebut rugi dalam usahanya, meskipun
uang muka tersebut kecil dan tidak menutup harga barang atau uang yang telah di
tentukan oleh investor.

D. Perkembangan Modal Ventura yang Menggunakan Prinsip Mudharabah

Perusahaan modal ventura yang menggunakan prinsip syariah terutama yang


menggunakan akad mudarabah wajib memenuhi prinsip diantaranya :
1. Keseimbangan
2. Kemaslahatan
3. Universalisme
4. Tidak mengandung gharar, maysir, riba, zulm, risywah, dan objek haram lain.
Sejarah perusahaan modal ventura yang menggunakan akad mudarabah sendiri
pun dimulai sejak tahun 1973 dengan didirakannya PT. Bahana Pembinaan Usaha
Indonesia (BPUI). PT. BPUI dibentuk berdasarkan PP NO 18 Tahun 1973 yang
bergerak dalam bidang penyertaan modal.
Penggunaan akad mudarabah sendiri dalam modal ventura sesuai dengan
prinsip syariah dalam memberikan pembiayaan kepada Perusahaan pasangan usaha
(PPU), dengan menggunakan akad mudharabah dimana dengan akad ini, perusahaan
modal ventura akan menerima bagi hasil, sehingga tidak ada unsur bunga. Akan tetapi,
keberadaan lembaga keuangan modal ventura berbasis akad mudarabah sampai saat ini
masih jarang terdengar. Hal ini tercermin pada masih terbatasnya jumlah dari
perusahaan modal ventura syariah, sehingga banyak masyarakat yang kurang faham
bahkan tidak mengenal tentang perusahaan modal ventura syariah, hal ini disebabkan
karena minimnya jumlah perusahaan modal ventura syariah yang hingga kini masih
baru terdapat 4 (empat) perusahaan modal ventura syariah yakni PT PNM Venture
Syariah, PT Amanah Ventura Syariah, Permodalan BMT Syariah, dan PT Persada
Ventura Syariah yang didamnya menggunakan akad mudarabah. Hal ini juga bisa
dikarenakan jumlah pembiayaan Jumlah tersebut masih jauh dibandingkan dengan
jumlah perusahaan modal ventura yang relative sangat kecil.
Adapun faktor-faktor yang menghambat perkembangan modal ventura berbasis
akad mudarabah diantaranya :
1. Lambatnya kinerja industri modal ventura tersebut sejalan dengan perlambatan
ekonomi nasional, terdeteksi dari hasil nilai aset industri modal ventura pada
kuartal I 2015 mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh kinerja salah satu
industri pembiayaan sektor usaha kecil menengah (UKM) ini seiring dengan
keterlambatan pertumbuhan ekonomi nasional maupun global.
2. Pertumbuhan industri modal ventura nasional kurang signifikan karena adanya
beberapa regulasi yang ketat, yang mengakibatkan ruang gerak operasional
modal ventura syariah kurang bebas dalam pengembangan usaha.
3. Tidak ada insentif jika PMV menjadi promotor untuk perusahaan rintisan (start
up).
4. Perusahaan private equity yang beroperasi secara bebas dan tidak diatur sama
sekali karena bebasnya pelaksanaan private equity company yang tidak diatur.
5. Sering terjadi dalam praktik pembagian keuntungan yang seharusnya
berdasarkan prinsip bagi hasil, tapi dirubah dengan prinsip bunga
6. Terbatasnya sumber dan jumlah nominal pendanaan bagi perusahaan modal
ventura syariah, mengingat tidak OJK melarang menghimpun dana dari
masyarakat luas sebagai pembeda dengan lembaga keuangan yang lainnya
7. Kurangnya perhatian dan intervensi dari pemerintah dalam pengembangan
bisnis usaha perusahaan modal ventura berbasis akad mudarabah sehingga tidak
ada progress report yang signifikan.
8. Lemahnya sistem manajemen perusahaan

E. Keuntungan Menggunakan Akad Mudharabah pada Modal Ventura

Secara umum konflik utama dalam UMKM ataupun bisnis startup adalah kendala
dalam modal, baik hambatan modal dalam mendirikan maupun dalam mengembangakn usaha
tersebut. Modal Ventura merupakan sebuah terobosan solusi bagi pelaku UMKM dan startup.
Modal Ventura adalah suatu perusahaan yang menyediakan dana dari investor yang digunakan
untuk di investasikan kepada sektor-sektor bisnis tertentu.

Indonesia mempunyai modal ventura syariah pada tahun 2011. Kehadiran modal
ventura syariah tersebut lebih membantu kebutuhan para pengusaha yang beragama islam
dalam mengembangkan usaha mereka yang masih dalam tahap mula. Modal Ventura Syariah
hadir sebagai bentuk alternatif lembaga keuangan untuk pengusaha yang beragama islam
melalui pendekatan sebuah komunitas bisa berkembang dan menggerakkan anggotanya untuk
mendapatkan manfaat peluang pembiayaan berlandaskan syariah.2

Modal Ventura Syari’ah merupakan bisnis pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu
dengan berlandaskan prinsip-prinsip syari’ah. Praktik Modal Ventura yang dilakukan
berdasarkan akad syari’ah dan bergerak dalam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah. Sumber utama yang dijadikan prinsip-prinsip syariah adalah Alquran dan Hadits.
Modal Ventura Syariah merupakan pilihan pembiayaan yang mematuhi peraturan agama dan
dapat meminimalisir resiko ekonomi muncul. Bentuk atau metode pembiayaan dalam modal
Ventura Syariah terdiri dari : mudharabah dan musyarakah. Mudharabah yaitu transaksi yang

2
Dwi Maharani Rangkuty, dkk. Perbandingan Modal Ventura Konvensional dan Syariah : Studi Literatur
Modal Pembiayaan Startup dan UMKM di Provinsi Sumatera Barat. Ekonomi, Keuangan, Investasi dan
Syariah (EKUITAS). Vol 1 No 2Februar 2020. Hal 74-78
dilakukan oleh dua pihak yang bekerjasama dalam menghasilkan keuntungan. Pihak yang
pertama sebagai pemilik modal dan pihak yang kedua sebagai pelaksana bisnis. Keuntungan
yang di dapat dari akad mudharabah akan dibagi sesuai kesepakatan pada kontrak awal.

Keuntungan menggunakan akad mudharabah yaitu dapat mengurangi resiko ekonomi,


membantu masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan usaha sesuai dengan prinsip
syariah, keuntungan dari hasil usaha disepakati untuk dibagi antara pemilik dana dan pengelola
dana, apabila usaha tersebut menderita kerugian, pertama-tama harus dianalisis terlebih dahulu
penyebab dari kerugian tersebut. Apabila kerugian itu bukan kelalaian dari pengelola dana
(mudharib), maka pemilik dana yang menanggung kerugian tersebut sebatas modalnya. Namun
jika kerugian disebabkan oleh pengelola dana, maka pihak pengelola dana yang harus
menanggung segala kerugian tersebut. Sehingga dalam akad mudharabah tersebut keduanya
dapat mendapatkan keuntungan.3

3
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2014) hlm 122
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, L. (2009). Manajemen Resiko dalam Transaksi Pembiayaan Mudharabah. Tesis S2
Program Sarjana PSSTT UI Jakarta, 20-28.

Hidayat, F. (2021). Sistem Collateral sebagai Alternatif Akad Modal Ventura Syariah.

Munthaher, O. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah (1 ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Naf'an. (2014). Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rangkuty, D. M., & Zulmi, A. (2020, Februari). Perbandingan Modal Ventura Konvensional
dan Syariah : Studi Literatur Modal Pembiayaan Startup dan UMKM di Provinsi
Sumatera Barat. Ekonomi, Keuangan, Investasi dan Syariah (EKUITAS), 1, 74-78.

You might also like