Professional Documents
Culture Documents
Modal Ventura Syariah Kelompok 4
Modal Ventura Syariah Kelompok 4
MODAL VENTURA
MATERI
Untuk memenuhi tugas Modal Ventura Syariah
Dosen Pengampu
Eka Sulvijayanti, M. Pd
Oleh :
Kristi Ulfa Yuliani (12406193265)
Nurita Andhini (12406193268)
Kiky Lestari (12406193270)
Lutfia Retna Gusmiati (12406193271)
KELAS 6B
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2022
A. Pengertian Mudharabah
1
Osmad Munthaher, Akuntansi Perbankan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 147-148
B. Mekanisme Transaksi Mudharabah
Akad mudharabah merupakan akad utama yang digunakan oleh Bank Islam
baik untuk menghimpun dana atau juga untuk menyalurkan dana. Mudharabah
merupakan penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga, sehingga bisa
mendapatkan persentase keuntungan. Sebagai bentuk kontrak, mudarabah merupakan
akad bagi hasil ketika pemodal atau bisa disebut Shahib Al mal/ Shahibul mal/ Rabul
mal, menyediakan modal 100% kepada pengelola untuk melakukan aktivitas produktif,
dengan syarat keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka. Menurut
kesepakatan sebelumnya yang ditentukan di dalam akad yang besarnya juga
dipengaruhi oleh kekuatan pasar.
Di dalam transaksi mudarabah, pihak yang melakukannya berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan adalah unsur yang paling penting di dalam transaksi
mudarabah, yaitu kepercayaan dari Shahib Al mal kepada mudharib. Kepercayaan
disebut unsur terpenting karena Shahib al mal tidak boleh meminta jaminan dari
mudharib dan juga tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan proyek atau usaha
yang dibiayai dengan dana milik Shahib Al mal. Mudharib tanpa campur tangan dari
Shahib Al mal, yang menjalankan dan mengelola dana tersebut paling jauh Shahib Al
mal hanya boleh memberikan saran tertentu kepada mudharib dalam menjalankan
usaha dan mengelola dana.
Shahibul mal adalah pihak pemilik atau memiliki modal tetapi tidak bisa
berbisnis, sedangkan mudharib sebagai pengelola adalah pihak yang pandai berbisnis
tetapi tidak memiliki modal. Apabila terjadi kerugian karena kelalaian dan kecurangan
pengelola, maka pengelola yang bertanggung jawab sepenuhnya. Dan apabila terjadi
kerugian karena proses normal dari usaha atau bukan karena kelalaian dan kecurangan
pengelola, maka kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Sedangkan jika
pengelola kehilangan tenaga dan keahlian yang telah dicurahkannya, dalam hal ini
Shahibul mal menanggung sepenuhnya risiko finansial sedangkan mudharib hanya
menanggung risiko non finansial.
Pengelola tidak ikut menyertakan modal tetapi ikut menyertakan hal lain yaitu
tenaga dan keahliannya, juga tidak meminta gaji atau upah dalam menjalankan
usahanya. Pemilik dana hanya menyediakan modal dan tidak ikut campur dalam
manajemen usaha yang dibiayai olehnya. Ketersediaan pemilik dana untuk
menanggung risiko apabila terjadi kerugian menjadi dasar untuk mendapat bagian dari
keuntungan. Dalam satu kontrak, mudarabah pemodal dapat bekerja sama dengan lebih
dari satu pengelola. Para pengelola tersebut bekerja sebagai mitra usaha terhadap
pengelola lainnya. Porsi bagi hasil atau nisbah pengelola dibagi sesuai kesepakatan di
awal.
Nisbah bagi hasil di antara pemodal dan pengelola harus disepakati di awal
perjanjian. Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing pihak tergantung kesepakatan
mereka. Nisbah bagi hasil bisa dibagi rata 50:50, tetapi bisa juga 60:40, 30:70, atau
proporsi lain yang disepakati oleh mereka. Di luar porsi bagi hasil yang diterima,
pengelola tidak diperkenankan meminta gaji atau kompensasi lainnya untuk hasil
kerjanya. Semua mazhab sepakat di dalam hal ini, namun demikian juga dengan Imam
Ahmad yang memperbolehkan pengelola untuk mendapatkan uang makan harian dari
rekening mudarabah. Seperti ulama dari mazhab Hanafi memperbolehkan pengelola
untuk mendapatkan uang harian seperti untuk transpor, akomodasi, dan makan apabila
dalam perjalanan bisnis keluar Kota. Tetapi ada juga sistem yang pembagian
keuntungannya tidak diperbolehkan, misalnya dengan menentukan alokasi jumlah
tertentu untuk salah satu dari pihak atau menentukan proporsi yang berbeda untuk
situasi yang berbeda, jika pengelola berusaha dibidang produksi maka nisbahnya 50%,
sedangkan kalau pengelola berusaha dibidang perdagangan maka nisbahnya 40%.
Praktik mudharabah di Indonesia telah dilakukan oleh Bank Syariah sejak
kelahirannya, salah satunya ialah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yaitu sejak tahun
1992. Bentuk mudharabah yang ditawarkan oleh BMI ada dua, yaitu deposito
mudharabah dan tabungan mudharabah . Deposito mudharabah yang bisa disebut juga
dengan deposito investasi mudharabah, merupakan investasi melalui simpanan pihak
ketiga dari perseorangan atau badan hukum yang penarikannya hanya dapat di lakukan
dalam jangka waktu tertentu atau jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.
Sedangkan tabungan mudharabah adalah simpanan dari pihak ketiga di BMI yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan dengan
perjanjian. Dalam hal ini BMI bertindak sebagai mudharib atau pengelola modal,
sedangkan deposan bertindak sebagai Shahibul mal atau pemilik modal. BMI sebagai
mudharib akan membagi keuntungan kepada Shahibul mal sesuai dengan nisbah atau
persentase yang telah disepakati bersama. Pembagian keuntungan tersebut dapat
dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode.
Bank dapat bertindak sebagai pengusaha dalam hal ini bank menerima dana dari
nasabah dan penyimpan dana atau deposan, juga sebagai Shahib Al-mal dalam hal ini
bank selaku mudharib menyalurkan dana bagi para nasabah debitur.
Dari pernyataan di atas jelas dapat disimpulkan bahwa mudarabah merupakan
suatu perjanjian bagi hasil antara bank dengan nasabah, dalam hal ini transaksi
mudarabah dituangkan dalam suatu akad yang disepakati bersama oleh kedua belah
pihak dengan dasar dari kepercayaan yang kuat. Bank dapat bertindak sebagai
pengelola modal dan dapat bertindak sebagai pemilik modal.
Secara umum konflik utama dalam UMKM ataupun bisnis startup adalah kendala
dalam modal, baik hambatan modal dalam mendirikan maupun dalam mengembangakn usaha
tersebut. Modal Ventura merupakan sebuah terobosan solusi bagi pelaku UMKM dan startup.
Modal Ventura adalah suatu perusahaan yang menyediakan dana dari investor yang digunakan
untuk di investasikan kepada sektor-sektor bisnis tertentu.
Indonesia mempunyai modal ventura syariah pada tahun 2011. Kehadiran modal
ventura syariah tersebut lebih membantu kebutuhan para pengusaha yang beragama islam
dalam mengembangkan usaha mereka yang masih dalam tahap mula. Modal Ventura Syariah
hadir sebagai bentuk alternatif lembaga keuangan untuk pengusaha yang beragama islam
melalui pendekatan sebuah komunitas bisa berkembang dan menggerakkan anggotanya untuk
mendapatkan manfaat peluang pembiayaan berlandaskan syariah.2
Modal Ventura Syari’ah merupakan bisnis pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu
dengan berlandaskan prinsip-prinsip syari’ah. Praktik Modal Ventura yang dilakukan
berdasarkan akad syari’ah dan bergerak dalam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah. Sumber utama yang dijadikan prinsip-prinsip syariah adalah Alquran dan Hadits.
Modal Ventura Syariah merupakan pilihan pembiayaan yang mematuhi peraturan agama dan
dapat meminimalisir resiko ekonomi muncul. Bentuk atau metode pembiayaan dalam modal
Ventura Syariah terdiri dari : mudharabah dan musyarakah. Mudharabah yaitu transaksi yang
2
Dwi Maharani Rangkuty, dkk. Perbandingan Modal Ventura Konvensional dan Syariah : Studi Literatur
Modal Pembiayaan Startup dan UMKM di Provinsi Sumatera Barat. Ekonomi, Keuangan, Investasi dan
Syariah (EKUITAS). Vol 1 No 2Februar 2020. Hal 74-78
dilakukan oleh dua pihak yang bekerjasama dalam menghasilkan keuntungan. Pihak yang
pertama sebagai pemilik modal dan pihak yang kedua sebagai pelaksana bisnis. Keuntungan
yang di dapat dari akad mudharabah akan dibagi sesuai kesepakatan pada kontrak awal.
3
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2014) hlm 122
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, L. (2009). Manajemen Resiko dalam Transaksi Pembiayaan Mudharabah. Tesis S2
Program Sarjana PSSTT UI Jakarta, 20-28.
Hidayat, F. (2021). Sistem Collateral sebagai Alternatif Akad Modal Ventura Syariah.
Rangkuty, D. M., & Zulmi, A. (2020, Februari). Perbandingan Modal Ventura Konvensional
dan Syariah : Studi Literatur Modal Pembiayaan Startup dan UMKM di Provinsi
Sumatera Barat. Ekonomi, Keuangan, Investasi dan Syariah (EKUITAS), 1, 74-78.