Professional Documents
Culture Documents
PDF E1g018051 Tressia Febri Anggreni Evaluasi Labeling
PDF E1g018051 Tressia Febri Anggreni Evaluasi Labeling
Disusun Oleh :
Nama : Tressia Febri Anggreni
NPM : E1G018051
Tanggal : 19 April
2020 Kelompok : II
(Dua)
M.App.Sc
2. Ir. Hasanuddin,M.Sc
yang terkandung pada produknya dan nilai plus apa yang ada di produk mereka. Label
pangan sendiri sudah diatur pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 bab VIII.
Setiaprumah/industri produksi pangan harus terbuka pada konsumen mengenai apayang
terkandung dalam produk, manfaat produk, termasuk kadaluarsa produk.Namun pada
kenyataan di lapangan masih saja banyak penyelewengan darilabel pangan. Masi
banyak produk pabrikan yang tidak memiliki tanggal kadaluarsa yang jelas, klaim gizi
yang tidak sesuai aturan, nutrition fact tidak adadan lain sebagainya. Dengan adanya
praktikum ini diperiksa langsung dilapangan dengan menggunakan beberapa sampel
produk apakah sudah benardan sesuai informasi pada label pangan yang tertera pada produk
tersebut.
pertama sangat menentukan pilihan para konsumen di pasaran (Mohammad Liwa, 2016).
Produk pangan yang dikemas wajib mencantumkan keterangan label di dalam dan
atau pada kemasan pangan. Produk pangan yang memiliki izin edar (MD atau ML) umumnya
sudah memenuhi persyaratan pelabelan, namun yang diproduksi PIRT masih banyak yang
belum sesuai (Hikmatiyar AF, 2013 ).
Hanya ada beberapa produk impor yang memiliki label halal, ada juga produk pangan
impor yang masuk ke Indonesia dengan cara ilegal, produk tersebut masih diragukan.
kehalalan dan keamaannya. Makanan impor yang dinyatakan sebagai produk ilegal adalah
produk yang tidak terdaftar di BPOM, yaitu produk yang tidak mempunyai nomor kode ML
LPPOM-MUI. Pada tahun 2017 BPOM telah menangani perkara obat dan makanan ilegal
yang masuk ke Surabaya, terdapat 20 perkara pelanggaran dan telah masuk ke tahap
pemberkasan. Dari semua produk yang telah diamankan sekitar 2.069 item obat dan makanan
ilegal yang berjumlah 1.216.610 kemasan. Makanan kemasan dan obat yang telah
dimusnakan didominasi dengan dengan pangan tidak layak edar atau diragukan
kehalalannya(Yunitasari,2019) .
Mengkonsumsi makanan halal merupakan bentuk keyakinan dalam masyarakat yang
beragama Islam dan telah terjamin oleh perundangan khususnya tentang perlindungan
konsumen Nomor 8 tahun 1999 dan mengkonsumsi produk halal itu telah menjadi kewajiban
bagi setiap umat muslim. Dalam memenuhi kebutuhan pangan dan perubahan perilaku
konsumen bisa terjadi dikarenakan semakin majunya pola hidup masyarakat yang menjadi
konsumtif yang ingin serba cepat dan mudah. Dan semakin banyaknya makanan impor yang
memiliki daya tarik lebih terhadap konsumen di Indonesia, hal ini dikarenakan tingginya
kebutuhan dan minat beli masyarakat. (Hasan, 2014)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. Beberapa contoh kemasan produk pangan dalam kemasan
2. Timbangan
3. Gelas ukur
4. Checklist evaluasi label produk pangan.
3.2 Prosedur kerja
1. Menyiapkan beberapa contoh produk pangan baik produk local, nasional maupun
internasional.
2. Menjelaskan bahan (kertas, plastic, kaca dan lain-lain) dan jenis pengemas (promer,
sekunder, tersier dsb) yang digunakan dan cara mengemasnya.
3. Memeriksa apakah ada produk kemasan yang cacat (robek, penyok, bocor dsb)
4. Mengamati dan mencatat dengan daftar checklist persyaratan labeling, mendiskusikan
temuan yang didapati.
5. Mengetahui isi netto timbangan berat atau volume produk dengan menggunakan
timbangan atau gelas ukur.
BAB IV
Kondisi - - - - - - - - -
Kemasan
Kelengkapan
label:
Nama produk
Alamat
produksi
Merk
Halal X
Tanggal
kadaluarsa
Netto
Komposisi
Izin BPOM X
Bahasa asing X X X X
Kode X X
produksi
Kesesuaian
isi dengan
label:
Isi - - - - - - - - -
Desain kemasan
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu mengamati kelengkapan label pada desain produk
pangan dan mengamati kondisi dari kemasan, namun kali ini tidak ada pengamatan kondisi
kemasan karena pengamatan dilakukan hanya melihat desain kemasannya saja. Pada
pengamatan ini yang diamati adalah 6 kemasan dari Indonesia dan 3 kemasan luar negeri
dimana pengamatan telihat dari label kemasan menurut (Chotim dan Subhan , 2014) Praktek
pelabelan kemasan pangan yang baik menjadi hal yang sangat penting, karena label
merupakan sarana komunikasi antara konsumen dan produk.
Pada pengamatan produk yang di produksi dari dalam negeri yaitu produk yang
diamati antara lain yaitu kopi saset bermerk Kopi Kapal Api kemasan dari produk ini yaitu
plastic dimana produk ini memiliki kelengkapan yang cukup lengkap kecuali tidak terdapat
bahasa asing pada kemasan, lalu yang selanjutnya yaitu susu kotak INDOMILK dimana
hampir sama dengan produk sebelumnya pada kemasan ini tidak memiliki bahasa asing pada
kemasannya, kemudian pada desain kemasan bermerk The Celup, Sarden kaleng bermerk
BONEX, mie instan bermerk Indomie dan minuman isotonic POCARI SWEAT memiliki data
persyaratan yang lengkap seperti kondisi kemasan, kelengkapan label, nama produk, alamat
produksi, Merk, logo halal, tanggal kadaluarsa, netto, komposisi, bahasa asing dan kode
produksi.
Pada pengamatan produk yang di produksi dari luar negri terdapat tiga produk yang
ketiganya tidak memiliki kelengkapan pada label dimana produk bermerk “PORK
LUNCHEON MEAT” yang berasal dari cina tidak memiliki kelengkapan yaitu serta tidak
terdapat kode produksi pada produksi, serta logo halal karena bahan dasar dari produk ini
merupakan babi produk seperti ini cukup sulit di pasarkan di Indonesia karena mayoritas
penduduk di Indonesia muslim menurut pendapat (Hasan,2014) Mengkonsumsi makanan
halal merupakan bentuk keyakinan dalam masyarakat yang beragama Islam dan telah terjamin
oleh perundangan khususnya tentang perlindungan konsumen Nomor 8 tahun 1999 dan
mengkonsumsi produk halal itu telah menjadi kewajiban bagi setiap umat muslim. Lalu pada
produk minuman yaitu “COCA-COLA” hampir lengkap namun padan bahasa asing tidak
terdapat di desain kemasan produknya. Yang terakhir yaitu olahan minyak zaitun yang
bermerk “SASSO” , pada produk ini tidak terdapat izin dari BPOM, tidak terdapat bahasa
asing (Indonesia) produk ini semuanya berbahasa arab dan yang terakhir tidak terdapat kode
produksi. Seharusnya semua produk di Indonesia harus lah memiliki persyaratan label yang
lengkap untuk bisa beredar di Indonesia, hal ini juga di lindungi oleh undang-undang di
diatur pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 bab VIII.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Label yang terdapat dalam kemasan suatu produk telah diatur dalam undang-undang
No. 18 Tahun 2012 bab VIII. Labeling juga di atur dalam PP no.69 tahun 1999.
Dan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk
Halal, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah
Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan Keputusan Menteri
Agama Nomor 518 Tahun 2001.
2. Dari praktikum ini mahasiswa dapat menganalisis produk pangan yang beredar di
Indonesia melalui kelengkapan label prdouk tersebtu.
6.2 Saran
Sebaknya praktikum seperti ini dilakukan secara langsung, karena ada beberapa
tahapan yang tidak dapat dilakukan seperti mengecek kondisi kemasan serta kesamaa antara
berat asli dengan netto yang tertulis pada kemasan.
DAFTAR PUSTAKA
56
Revin I, dan I Suradi. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Adanya
Pemalsuan Labelisasi Halal Pada Produk Pangan Impor .2017.Diponogoro Law Journal.
6(2):1-14
Anna, A. F. (2013). Pengaruh labeling terhadap keputusan pembelian produk mie
instan merek indomie di kelurahan tuah karya kecamatan tampan pekanbaru. Pekanbaru:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Hasan, K. S. (2014). Kepastian hukum sertifikasi dan labelisasi halal produk pangan .
Dinamika Hukum.
Jenis Produk
Parameter
pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kondisi - - - - - - - - -
Kemasan
Kelengkapan X X X X X
label
Nama produk
Alamat
produksi
Merk
Halal X X
Tanggal
kadaluarsa
Netto
Komposisi
Izin BPOM X X X
Bahasa asing X X X X
Kode X X
produksi
Kesesuaian
isi dengan
label: