You are on page 1of 2

Nama : Indian Mikoyan Gurevich Bilal Dreeskandar

NIM : 010002000100
Matkul : Hukum Keluarga
Dosen : Dr. Aline Gratika Nugrahani, S.H., M.H.
Tugas : Tugas Tambahan Analisa kasus Perceraian Ahmad Dhani – Maya Estianto

Perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, namun Allah membenci sebuah
perceraian. adalah jalan terakhir ketika terjadi permasalahan dan saat semua cara telah
dilakukan untuk mempertahankan rumah Bercerai tangga, namun tetap tidak ada
perubahan1.

Sebelum perceraian kita mengenal istilah talak. Talak ialah terurainya ikatan nikah dengan
perkataan yang jelas. Misal, suami berkata kepada istrinya, “Engkau aku ceraikan." Atau
dengan bahasa sindirian dan suami meniatkan perceraian. Misalnya, suami berkata kepada
istrinya, “Pergilah kepada keluargamu." tidak diperbolehkan jika bertujuan untuk
menghilangkan madzarat dari salah satu, entah itu dari suami atau istri. Sebagaimana Allah
SWT berfirman, "Talak (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang maʼruf atau menceraikan dengan cara yang baik," (QS. Talak Al-Baqarah: 229) 2.

Allah SWT juga berfirman, “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar)," (QS. Ath-Thalaq: 1)3.

Bisa jadi talak itu hukumnya wajib jika madzarat yang menimpa salah satu dari suami-istri
tidak bisa dihilangkan kecuali dengan talak. Karena itu Rasulullah bersabda kepada orang
yang mengeluh kepada beliau tentang kejahatan istrinya, “Ceraikan dia," (Diriwayatkan Abu
Daud. Hadis ini shahih)4.

Bisa jadi talak itu diharamkan karena menimbulkan madzarat pada salah seorang dari
suami-istri dan tidak menghasilkan manfaat yang lebih baik dari madzaratnya, atau
manfaatnya sama dengan madzaratnya. Rasulullah bersabda, “Istri mana pun yang meminta
cerai kepada suaminya tanpa alasan, maka aroma surga diharamkan baginya,"
(Diriwayatkan seluruh penulis Sunan. Hadis ini shahih)5.

Dalam penanganan kasus perceraian Ahmad Dhani – Maia Estianti, pengadilan yang
menangani adalah Pengadilan Agama. Hal ini dikarenakan Ahmad Dhany dan Maia Estianti
adalah pasang suami – Istri yang beragama Islam maka pengadilan yang berhak menadili
dan menangani kasus perceraiannya adalah Pengadilan Agama dan dikarenakan mereka
1
Setyaningsih dan Nugragani, Aline Gratika, „Buku Ajar Hukum Perkawinan“, Jakarta : Rajawali Buana Pusaka,
2021, hlm. 182.
2
Ibid.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
http://www.pa-cilacap.go.id/tentang-pa/informasi/artikel/77-hukum-perceraian- menurut-pandangan-
islam.html.
berdomisili di Jakarta Selatan maka Pengadilan Agama yang mengadilinya adalah Pengadilan
Agama Jakarta Selatan.

Dalam perkara perceraian ini Maia Estianti menggugat Ahmad Dhani atas 6:
1. Hak pengasuhan dan pemeliharaan anak-anak sampai dewasa, yaitu :
1) Anak 1
laki-laki, lahir 1 September 1997, akta kelahiran No. 3020/DISP/JS/2001/1997,
tanggal 06 April 2001, yang dikeluarkan Kantor Catatan Sipil Kotamadya Jakaria
Selatan.
2) Anak II
laki-laki, lahir 30 Mei 1999, akta kelahiran No. 3021/DISP/JS/2001/1999 tanggal
06 April 2001, yang dikeluarkan Kantor Catatan Sipil Kotamadya Jakarta Selatan.
3) Anak III
laki-laki, lahir 23 Agustus 2000, akta kelahiran No. 3022/DISP/JS/2001/2000
tanggal 06 April 2001, yang dikeluarkan Catatan Sipil Kotamadya Jakarta Selatan.

Dalam keputusan Pengadilan ditetapkan bahwa Ahmad Dhani lah yang mendapat
hak Asuh dari ketiga anaknya dan membebankan Maia Estianti untuk membayar
kewajiban nafkah anak-anaknya tersebut di atas masing-masing sebesar
Rp.7.500.000,-(tujuh juta lima ratus rupiah) untuk setiap bulannya, yang dibayarkan
melalui Penggugat.

2. Harta gono-gini
Tanah dan bangunan yang terletak di atasnya dengan Sertifikat Hak Milik
No.606/Pondok Pinang yang terletak di Jln Pinang Emas VII No.D/4 RT.008/03
Kelurahan Pondok Pinang Kecamatan Kebayoran Lama Kota Madya Jakarta Selatan
yang diuraika dalam Surat Ukur tanggal 19-06-1998 No.75/1998 seluas 477 M.

Pengadilan menyatakan sita yang telah diletakkan atas harta bersama milik
Penggugat dan Tergugat berdasarkan penetapan majelis hakim tanggal 19 Agustus
2008 No. 1514/Pdt.G/2008/PAJS, sesuai dengan berita acara sita masing-masing
No.1514/Pdt.G/2007/PAJS tanggal 28 Agustus 2008 oleh jurusita Pengadillan Agama
Jakarta Selatan dan No.1514/Pdt.G/2007/PAJS tanggal 4 September 2008 oleh
jurusita Pengadilan Agama Cibinong, adalah sah dan berharga…

6
Setyaningsih dan Nugragani, Aline Gratika, „Buku Ajar Hukum Perkawinan“, Jakarta : Rajawali Buana Pusaka,
2021, hlm. 202.

You might also like