Professional Documents
Culture Documents
Makalah Renaldi Wahab
Makalah Renaldi Wahab
Makalah
Oleh:
RENALDI WAHAB
NIM 80200221018
Dosen Pengampuh:
PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5
A. Proses Penyusunan Kitab-Kitab Hadis.......................................... 5
B. Metodologi Penyusunan Kitab-Kitab Hadis................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................ 15
A. Kesimpulan...................................................................................... 15
B. Implikasi.......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.,
perbuatan nabi yang diucapkan sekali saja. Perbedaan antara hadis dan sunah terletak
pada pengimplementasian pada diri Rasullah saw., yaitu jika sunah berkali-kali
Rasulullah saw., lakukan sedangkan hadis cukup sekali saja dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw.
“Hadis” atau al-Hadith menurut bahasa, berarti al-Jadid (sesuatu yang baru),
lawan kata dari al-Qadim (sesuatu yang lama). Kata Hadis juga berarti al-Khabar
(berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
kepada nabi Muhammad saw., baik dari segi perbuatan, perkataan, ikhwal atau sifat
Nabi sampai persetujuan Rasulullah saw., semua itu merupakan bagian yang
hadis mampu dijadikan sebagai pedoman hidup setelah al Quran. Hal tersebut karena,
banyak ayat-ayat al Quran masih bersifat global atau umum. Oleh karena itu, hadis
hadir dalam menjelaskan beberapa ayat yang masih bersifat umum. Hadis sebagai
sumber pedoman hidup setelah al Quran menjadi pustaka yang harus dijaga
keberadaannya. Selain sebagai sumber hukum, hadis juga mampu dijadikan sebagai
1
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya: Al-Muna Surabaya, 2013), h. 1.
1
2
sumber dalam memperoleh ilmu, hal tersebut karena hadis berbicara tentang
Salah satu bentuk pentingnya hadis dalam kehidupan manusia adalah ketika
bagaimana tata cara dalam melaksanakan salat. Sehingga hadis hadir dalam
ٓاء َوٱ ۡل ُمن َك ۗ ِر َولَ ِذ ۡكُر ٱللَّ ِه َ َ َٰ َّ ٱلص لَ ٰو ۖةَ ِإ َّن
ِ ٱلص لَ ٰو َة تَ ۡنهى ع ِن ٱ ۡل َف ۡحش ِ َك ِمن ٱ ۡل ِك ٰت
َّ ب َوَأقِ ِم ِ ِإ
َ َ ٱت ُل َم ٓا ُأوح َي لَ ۡي
ۡ
صَنعُو َن ۡ ََأ ۡكَب ۗ ُر َوٱللَّهُ ۡيعَلَ ُم َما ت
Terjemahnya:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.2
Ayat ini penulis memahami bersifat secara umum, sehingga hadis hadir dalam
bahwa “salatlah sebagaimana engkau melihatku salat”. Oleh karena itu, kehadiran
Agar hadis mampu senantiasa eksis dalam kehidupan maka diperlukan proses
penulisan dalam membukukan hadis-hadis nabi, agar keaslian hadis terbut senantiasa
terjaga. Dalam penulisan kitab-kita hadis perlu dipahami secara umum terlebih lagi
metodologi penulisan hadis. Kitab hadis terdiri dari dua kata, yaitu kitab dan hadis.
Secara etimologi, kitab berarti buku atau bacaan. Dalam bahasa arab kitab, kitab
2
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Jakarta: CV Daru Sunnah, 2002), h.
401.
3
merupakan bentuk masdar dari kata kataba (menulis) yang artinya sesuatu yang
ditulis atau tulisan. Secara umum, kitab merupakan kumpulan dari beberapa tulisan
yang memuat beberapa bab, sub-sub bab serat masalah atau pembahasan. Sedangkan
hadis secara umum adalah sabda, perbuatan, sikap, pengakuan dan ikhwal nabi
Oleh karena itu, pengertian dari kitab hadis adalah kumpulan dari beberapa
hadis yang terkumpul jadi satu kitab atau buku. Pada masa khalifah Umar bin Abdul
Aziz pengumpulan dan penulisan hadis mulai gencar di lakukan, karena pada masa
itu al Quran telah selesai di bukukan dan telah tersebar di wilayah-wilayah Islam.
Sehingga ketakutan akan bercampurnya hadis dan al Quran tidak terjadi. Pada masa
ini dikenal dengan masa pembukuan hadis secara resmi, kenapa disebut resmi karena
pada waktu itu pembukuan hadis diperintahkan secara resmi oleh pemimpin, sehingga
(antara hadis shahih, hasan dan dhaif) ataupun melakukan penyaringan hadis melalui
penulisan hadis.
pengumpulan dan penyusunan kitab-kitab hadis. Kehadiran makalah ini, dengan judul
memperoleh ilmu mengenai metodologi penyusunan kitab hadis. Oleh karena itu,
makalah ini diharapkan mampun memberikan kontribusi yang baik kepada para
pembaca.
4
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
sejarah pembukuan hadis yang dilakukan secara resmi. Sebagaimana dalam materi
sebelumnya dijelaskan bahwa, Kodifikasi hadis telah dilakukan oleh para sahabat
pada zaman Rasulullah saw., akan tetapi pada masa ini belum dikenal sebagai
pengkodifikasian secara resmi. Barulah ketika pemerintahan sampai pada Umar bin
Abdul Aziz yang terkenal dengan adil dan wara’, tergerak hatinya untuk
membukukan hadis. Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan secara resmi dan massal
kepada para gubernur untuk membukukan hadis. Dikatakan resmi karena dalam
kegiatan penghimpunan hadis tersebut merupakan kebijakan dari kepala negara, dan
dikatakan massal karena perintah kepala negara tersebut ditujukan kepada para
kedalam satu bagian resmi dilakukan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz,
dikatakan resmi karena pada masa ini pemimpin yang langsung memberikan intruksi
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut didasari karena zaman
yang semakin hari semakin moderen sehingga penyusunan kitab-kitab hadis yang
3
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 17.
5
6
jenis kertas yang mampu mendorong juga minat para pembaca dalam
mempelajarinya.
aspek. Ini semua tidak lepas karena penulisan hadis pada zaman keemasan Islam
sangat minim yang diindikatori oleh larangan Rasulullah terhadap penulisan hadis
pada priode itu, karena ditakutkan terjadi pencampur-bauran antara hadis dan al
Quran. Bahkan para ulama hadis saling selisih pendapat tentang hal ini. Di antara
faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat itu terjadi adalah karena adanya
didapati sabda-sabda Rasulullah yang melarang hal tersebut, tapi ternyata pada jalur
sanad yang lain, ada pula sabda beliau yang membolehkan bahkan menganjurkan hal
tersebut.
tulisan, kemudian dengan saling tukar dan saling melakukan kajian, mengingat dan
penelitian mendalam dari para periwayat serta memahami apa yang mereka
riwayatkan. Penulisan memang dilarang oleh sebagian tokoh pada awal islam, karena
Dari pernyataan di atas, penulis memahami bahwa penulisan hadis pada awal
didasari karena adanya kekwatiran Rasulullah saw., tercampurnya hadis dengan ayat-
ayat al Quran. Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu kemudian al Quran telah
dikumpulkan dalam satu mushaf sehingga telah mudah membedakan antara hadis dan
ayat-ayat al Quran.
4
Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib, Ushulul Hadis (diterjemahkan oleh Drs. H.M. Qodirun Nur), h.
151.
7
Para Muhadditsin telah menulis berbagai jenis kitab hadis dalam berbagai
bidang bahasannya. Hal ini merupakan suatu khazanah ilmu hadis yang dapat
menjawab semua masalah yang dijumpai oleh para ulama dan peneliti berbagai kitab.
Terdapat teori atau metode yang yang dilakukan oleh para ulama dalam
Pertama; Teori atau metode yang disajikan oleh Manna‘ al-Qattan dalam
bagian yaitu:
huruf hijaiyyah).
6. Metode karya tematik (terbatas pada hadis-hadis tertentu berkaitan dengan tema
tertentu).
perawi hadis atau yang berkaitan dengan satu permasalahan secara terperinci).
10. Metode al-atraf (berdasarkan musnad para sahabat dengan susunan nama
11. Metode kumpulan hadis-hadis yang masyhur diucapkan di lisan atau tematik
(dengan menjelaskan derajat hadis tersebut dari segi dha’if dan maudhu’nya,
metode tersebut agar tidak terjadi sebuah kekeliruan dalam menyusun kitab-kitab
hadis. Oleh karena itu, metode ini menurut Manna al Qatan merupakan metode yang
Kedua, teori yang dikemukakan Ajjaj al-Khatib dalam karyanya Usul al-Hadis
sebagai berikut:
1. Metode musannafat
5
Manna‘ al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Hadis, Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
dengan judul Pengantar Studi Ilmu Hadits oleh Mifdhol Abdurrahman (Cet. VII; Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2013 M.), h. 54- 65.
9
3. Metode al-majami‘
4. Metode al-masanid.6
sampai adanya dua belas metode yang harus disiapkan dalam menyusun kitab-kitab
hadis. Dalam pembahasan ini, penulis memahami bahwa penjelasan dari Ajjaj al-
Khatib yang menyebutkan bahwa metode yang dilakukan dalam penyusunan kitab-
kitab hadis hanya empat saja, karena menurut-Nya empat metode tersebut telah
sumber) yaitu kitab yang menghimpun hadis-hadis Nabi yang terperinci tentang
periwayatan, pencatatan, pengkajian serta uji materi atau status hadis. 7 Kitab sumber
merukan kumpulan dari hadis-hadis yang bersumber secara langsung serta berisi
tanpa adanya campuran dengan kitab-kitab yang lain. Oleh karena itu, penyusunan
kitab hadis yang berdasarkan kitab hadis ini yaitu sebagai berikut:
dan dimudahkan (al-muyassar).8 Adapun secara bahasa kata musannaf berarti sesuatu
yang disusun. Di dalam bukunya, Idri menjelaskan secara terminologi kata musnaf
maqthu. Selain itu, karakteristik kitab tipe musannaf dan muwaththa’ yaitu di
6
Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis (Ulumuhu wa Mustalahuhu) (Bairut Lebanon: Dar al-Fikr,
1989 M/1409 H), h. 180-181.
7
Andi Yaqub, Metodologi Penyusunan Kitab Hadis (al-Riwayah dan al-Buhusi) (Makalah
yang di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadis pada Program Pascasarjana UIN
Alaluddin Makassar, Makassar, 2012), h. 5.
8
Idri, Studi Hadis (Cet. I, Jakarta: Kencana, 2010), h. 115
10
dalamnya terdapat hadis-hadis sahih, hasan dan dhaif. Adapun ulama hadis yang
c. Musannaf karya Jamad ibn Salamah (w. 161 H), dan lain-lain.9
klasifikasi hukum Islam. Sehingga, penulis memahami bahwa kitab hadis ini disusun
berdasarkan klasifikasi hukum Islam. Selain itu, ada juga ulama yang menggunakan
Oleh karena itu, penulis mampu memahami bahwa kitab hadis yang disusun
kitab-kitab hadis.
ialah kitab-kitab yang di dalamnya disebut hadis menurut nama sahabat berdasar
kepada sejarah mereka memeluk agama Islam. Para penyusunnya memulai dengan
menyebut hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat sepuluh (sepuluh sahabat yang
dijamin masuk surga), kemudian hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat
yang turut dalam peperangan Badar atau ditertibkan menurut nasab-nasab para
9
Idri, Studi Hadis, h. 117.
10
Idri, Studi Hadis, h. 116.
11
perawi. Di sebutkan lebih dahulu riwayat-riwayat Bani Hasyim yang terdekat dengan
Dari penjelasan di atas, penulis mampu memahami bahwa kitab musnad ini
adalah kitab hadis yang di susun berdasarkan urutan nama sahabat. Urutan sahabat ini
Musnad yaitu:
Kitab di atas merupakan kitab yang disusun berdasarkan riwayat para nama
sahabat Rasulullah yang dekat. Penulis memahami bahwa, metode penyusunan kitab
musnad ini merupakan metode penyusunan yang disusun berdasarkan nama sahabat
yang meriwayatkan, bahkan dijelaskan bahwa sahabat yang dimaksud adalah sahabat
menurut istilah para muhadditsin adalah kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan
bab dan mencakup hadis-hadis berbagai ajaran Islam dan sub-subnya yang secara
11
M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1994), h. 323
12
Nuruddin, Ulum al-Hadits I (Cet. II, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 184.
13
M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, h. 323.
14
A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007), h.
427.
12
garis besar terdiri atas delapan bab, yaitu akidah, hukum, perilaku para tokoh agama,
adab, tafsir, fitan, tanda-tanda kiamat, dan manaqib.15 Karakteristik penyusunan kitab
perbudakan, tatacara makan dan minum, berpergian dan tinggal dirumah, tafsir,
saw. Selain itu, sunan menjadi nama bagi kitab-kitab yang hadis-hadisnya diatur
c. Hanya memuat hadis-hadis marfu’ saja, dan kalaupun ada yang mawquf dan
15
Nuruddin, Ulum al-Hadits I, h. 182.
16
Idri, Studi Hadis, h. 121.
17
A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, h. 428.
13
e. Pada sebagian kecil kitab dicantumkan penjelasan tentang kualitas hadis yang
bersangkutan.18
Turmudzi, Sunan an-Nasa’i dan Sunan Ibnu Majah. Dari penjelasan tersebut, penulis
memahami bahwa, kitab sunan ini disusun berdasarkan bab-bab serta disusun secara
Ajza’ artinya juz-juz yakni bagian-bagian. Kalau satu di sebut juz. Maksudnya
kitab-kitab yang disusun untuk satu-satu macam yang tertentu. 19 Begitupun di dalam
bukunya Muhammad Alawi al-Maliki bahwa kitab Ajza’ ialah kitab yang disusun
orang-orang sesudahnya.
Contoh dari kitab Ajza’/Juz’ yang diriwayatkan oleh seorang sahabat atau
orang-orang setelahnya yaitu Juz Hadits Abi Bakar dan Juz Hadits Malik. Lalu,
contoh kitab Ajza’/Juz’ yang memuat hadis-hadis tentang suatu tema tertentu, seperti
18
Idri, Studi Hadis, h. 118
19
A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, h. 425.
20
Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis (Cet. III, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), h. 247.
14
Juz’ al-Qira’ah Khalfa al-Imam karya al-Bukhari dan al-Rihlah fi Thalab al-Hadits
metode penyusunan kitab-kitab hadis sehingga dapat dijadikan sebagai sumber ilmu
21
Nuruddin, Ulum al-Hadits I, h. 193
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
pesat. Hal tersebut didasari karena zaman yang semakin hari semakin moderen
banyak yang mempersoalkan penulisan hadis dari berbagai aspek. Ini semua
tidak lepas karena penulisan hadis pada zaman keemasan Islam sangat minim
Quran.
dalam menyusun kitab-kitab hadis. Mulai dari metode penyusunan kitab hadis
menurut Manna al Qthan, serta Ajjaj al-Khatib dalam karyanya Usul al-Hadis
B. Implikasi
15
16
Penyusunan Kitab-Kitab Hadis maka makalah ini sangat bermanfaat bagai para
17