You are on page 1of 12

KHUTBAH JUMAT PERTAMA

‫ن‬ َ ‫سيَِّئاتِ َأ ْع‬


ْ ‫مالِ َنا َم‬ َ ‫ن‬ ِ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْن ُف‬
ْ ‫س َنا َو ِم‬ ْ ‫س َت ْغ ِف ُر ُه َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم‬
ُ ‫ن‬ ْ َ‫س َت ِع ْي ُن ُه َون‬
ْ َ‫م ُد ُه َون‬
َ ‫ح‬
ْ َ‫ه ن‬
ِ ‫م َد لِل‬ َ ‫ِإنَّ ا ْل‬
ْ ‫ح‬

ْ ‫ك لَ ُه َوَأ‬
‫ش َه ُد‬ َ َ ‫ح َد ُه ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ ْ ‫هللا َو‬ ‫َأ‬ ْ ‫ي لَ ُه َأ‬
ُ َّ ‫ش َه ُد نْ ال َ ِإلَـ َه ِإال‬ َ َ ‫ل َفال‬
َ ‫ها ِد‬ ْ ِ‫ضل‬ ْ ‫ل لَ ُه َو َم‬
ْ ‫ن ُي‬ ِ ‫هللا َفال َ ُم‬
َّ ‫ض‬ ُ ‫َي ْه ِد ِه‬

‫س ْو ُل ُه‬
ُ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر‬ َ ‫َأنَّ ُم‬
َّ ‫ح‬

َ‫م ْون‬
ُ ِ‫ُّسل‬
ْ ‫مم‬ْ ‫ن ِإال َّ َوَأ ْن ُت‬ ُ َ‫ه َوال َ ت‬
َّ ‫م ْو ُت‬ ِ ِ‫ق ُتقَات‬
َّ ‫ح‬
َ ‫هللا‬ َ ‫َيا َأيُّ َها الَّ ِذ ْي‬
َ ‫ن آ َم ُنوا اتَّ ُقوا‬

‫جاال ً َكثِي ًرا‬


َ ‫ما ِر‬
َ ‫ج َها َوبَثَّ ِم ْن ُه‬ َ َ‫خل‬
َ ‫ق ِم ْن َها َز ْو‬ َ ‫ح َد ٍة َو‬
ِ ‫س َوا‬
ٍ ‫ن نَ ْف‬ ْ ‫خلَ َقك‬
ْ ‫ُم ِم‬ َ ‫م الَّ ِذي‬ ُ ‫َيا َأيُّ َها ال َّن‬
ُ ‫اس اتَّ ُقوا َربَّ ُك‬

ْ ‫هللا َكانَ َعلَ ْيك‬


‫ُم َرقِيبًا‬ َ َّ‫م ِإن‬ َ ‫ه َو ْاَأل ْر‬
َ ‫حا‬ َ َ‫هللا الَّ ِذي ت‬
ِ ِ‫سا َءلُونَ ب‬ َ ‫سا ًء َواتَّ ُقوا‬
َ ِ‫َون‬

ِ‫طع‬
ِ ‫ن ُي‬
ْ ‫ُم َو َم‬ ْ ‫ُم َويَ ْغ ِف ْر لَك‬
ْ ‫ُم ُذ ُنوبَك‬ َ ‫ُم َأ ْع‬
ْ ‫مالَك‬ ْ ‫ح لَك‬
ْ ِ‫صل‬ َ ً ‫هللا َوقُولُوا َق ْوال‬
ْ ‫س ِدي ًدا ُي‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا‬

‫ما‬ ِ ‫سولَ ُه َفق َْد َفا َز َف ْو ًزا َع‬


ً ‫ظي‬ ُ ‫هللا َو َر‬
َ

:‫َأ َّما بَ ْع ُد‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun

kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika

sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di

mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan

menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu

saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga

ajal mendatangi kita. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,


َ َ‫ح َّتى يَْأ تِي‬
ُ ‫ك ا ْليَ ِق‬
‫ين‬ َ ‫ك‬
َ َّ‫اع ُب ْد َرب‬
ْ ‫َو‬

“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)

Hadirin rahimakumullah,

Belum lama berlalu, kaum muslimin berada di bulan yang penuh barakah. Bulan

yang kaum muslimin berpuasa di siang harinya dan shalat tarawih di malam harinya.

Bulan yang kaum muslimin mengisinya dengan berbagai amal ketaatan. Kini, bulan

itu telah berlalu. Dan akan menjadi saksi di hadapan Allah Subhanahu wa

Ta’ala atas segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang di bulan tersebut.

Baik yang berupa amalan ketaatan, maupun perbuatan maksiat. Maka, sekarang

tidak ada lagi yang tersisa dari bulan tersebut, kecuali apa yang telah disimpan pada

catatan amalan yang akan diperlihatkan pada hari akhir nanti. Allah Subhanahu wa

Ta’ala berfirman,

‫سو ٍء تَ َو ُّد لَ ْو َأنَّ بَ ْي َن َها َوبَ ْي َن ُه َأ َم ًدا بَ ِعي ًدا‬ ْ َ‫مل‬


ُ ‫ت ِمن‬ ِ ‫ض ًرا َو َما َع‬
َ ‫ُّح‬
ْ ‫خ ْي ٍر م‬
َ ‫ن‬ ْ َ‫مل‬
ْ ‫ت ِم‬ ِ ‫س َّما َع‬
ٍ ‫ل نَ ْف‬
ُّ ‫م تَجِ ُد ُك‬
َ ‫َي ْو‬

ُ ‫هللا َر ُء‬
‫وفُ بِا ْل ِعبَا ِد‬ ُ ‫س ُه َو‬
َ ‫هللا نَ ْف‬
ُ ‫م‬ ُ ‫ذ ُر ُك‬
ِّ ‫ح‬
َ ‫َو ُي‬

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati (pada catatan amalan) segala kebajikan

dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin

kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah

memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada

hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 30)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Ibarat seorang pedagang yang baru selesai dari perniagaannya, tentu dia akan

menghitung berapa keuntungan atau kerugiannya. Begitu pula yang semestinya

dilakukan oleh orang yang beriman dengan hari akhir ketika keluar dari bulan

Ramadhan. Bulan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji akan mengampuni

dosa-dosa yang telah lalu bagi orang yang berpuasa dan shalat tarawih karena iman

dan mengharapkan balasan dari-Nya. Dan pada bulan tersebut, Allah Subhanahu

wa Ta’alabebaskan orang-orang yang berhak mendapatkan siksa neraka, sehingga

benar-benar bebas darinya. Yaitu bagi mereka yang memanfaatkan bulan tersebut

untuk bertobat kepada-Nya dengan tobat yang sebenar-benarnya.

Saudara-saudaraku seiman yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati

AllahSubhanahu wa Ta’ala,

Oleh karena itu, orang yang mau berpikir tentu akan melihat pada dirinya. Apa yang

telah dilakukan selama bulan Ramadhan? Sudahkah dia memanfaatkannya untuk

bertobat dengan sebenar-benarnya? Ataukah kemaksiatan yang dilakukan sebelum

Ramadhan masih berlanjut meskipun bertemu dengan bulan yang penuh ampunan

tersebut? Jika demikian halnya, dia terancam dengan sabda Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam,

‫ل َأنْ ُي ْغ َف َر لَ ُه‬ َ َ‫سل‬


َ ‫خ َق ْب‬ َ ‫م ا ْن‬
َّ ‫َان ُث‬ ِ ‫ل َعلَ ْي‬
ُ ‫ه َر َمض‬ َ ‫خ‬
َ ‫ل َد‬
ٍ ‫ج‬ ُ ‫م َأ ْن‬
ُ ‫ف َر‬ َ ‫غ‬
ِ ‫َو َر‬

“Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan, namun belum

mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.” (H.R. Ahmad dan At-Tirmidzi,

beliau mengatakan hadits hasan gharib)


Namun demikian, bukan berarti sudah tidak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk

memperbaiki diri. Karena kesempatan bertobat tidaklah hanya di bulan Ramadhan.

Bahkan selama ajal belum sampai ke tenggorokan, kesempatan masih terbuka

lebar. Meskipun, bukan berarti pula seseorang boleh menunda-nundanya. Bahkan,

semestinya dia segera melakukannya. Karena, kematian bisa datang dengan tiba-

tiba dalam waktu yang tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang

mengetahui kapan datangnya kematian, maka harus dipahami pula bahwa tobat

adalah pertolongan dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, tidak bisa

seseorang memastikan bahwa dirinya pasti akan bertobat sebelum ajal

mendatanginya. Bahkan Abu Thalib, paman Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri,

pada akhir hayatnya tidak bisa bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Padahal, yang mengingatkannya adalah orang terbaik dari kalangan manusia, yaitu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ketika AllahSubhanahu wa

Ta’ala tidak memberikan taufiq dan pertolongan-Nya, maka tidak akan ada seorang

pun yang mampu memberikannya. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang

segera bertobat dari seluruh dosanya. Sehingga dia akan mendapat ampunan dan

menjadi orang yang tidak lagi memiliki dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ ‫هللا َعلَ ْي ِه‬


‫م‬ ُ ‫وب‬ َ ‫ب َفُأ ْوالَِئ‬
ُ ‫ك يَ ُت‬ ٍ ‫م يَ ُتو ُبونَ ِمن َق ِري‬ ٍ َ‫ج َهال‬
َّ ‫ة ُث‬ َ ِ‫السو َء ب‬
ُّ َ‫ملُون‬ َ ‫ما ال َّت ْوبَ ُة َعلَى هللاِ لِلَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ْع‬ َ َّ‫ِإن‬

‫م‬
ُ ‫ه‬ َ ‫ض َر َأ‬
ُ ‫ح َد‬ َ ‫ح‬
َ ‫ح َّتى ِإذَا‬
َ ِ‫الس ِي َّئات‬
َّ َ‫ملُون‬ َ ‫ت ال َّت ْوبَ ُة لِلَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ْع‬ َ ‫} َولَ ْي‬17{ ‫ما‬
ِ ‫س‬ ً ‫حكِي‬
َ ‫ما‬
ً ‫هللا َعلِي‬
ُ َ‫َو َكان‬

ً ‫م َعذَابًا َألِي‬
}18{ ‫ما‬ ْ ‫ك َأ ْع َت ْدنَا لَ ُه‬
َ ‫ار ُأ ْوالَِئ‬
ٌ ‫م ُك َّف‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫مو ُتونَ َو‬ َ ‫ت ا ْلَئانَ َوال َالَّ ِذ‬
ُ َ‫ين ي‬ َ ‫ت َقا‬
ُ ‫ل ِإنِ ّي ُت ْب‬ َ ‫ا ْل‬
ُ ‫م ْو‬

“Sesungguhnya Allah hanyalah akan menerima tobat bagi orang-orang yang

mengerjakan kejahatan, karena ketidakhati-hatiannya dan kemudian mereka


bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang Allah terima tobatnya; dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari

orang-orang yang mengerjakan kejahatan, sehingga apabila datang ajal kepada

seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya

bertobat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang

mereka di dalam kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami siapkan siksa yang pedih.”

(An-Nisa`: 17-18)

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Adapun orang yang telah memanfaatkan pertemuannya dengan Ramadhan untuk

bertobat dan mengisinya dengan berbagai amal shalih, maka seharusnya dia

bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon agar amalannya

diterima serta memohon agar bisa istiqamah di atas amalan tersebut. Dan janganlah

dirinya tertipu dengan banyaknya amalannya. Sehingga, dia menyangka bahwa

dirinya termasuk orang-orang yang paling baik dan paling hebat. Bahkan, dia harus

senantiasa memohon ampun dan beristigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena seseorang tidak bisa memastikan apakah amalan yang sudah dia lakukan

diterima atau tidak. Seandainya diterima pun, sesungguhnya belum bisa untuk

membalas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah ia terima. Karena, amalan

yang dia lakukan benar-benar tidak bisa lepas dari pertolongan Allah Subhanahu wa

Ta’ala. Maka, sudah sepantasnya bagi dirinya untuk senantiasa tawadhu’ dan tidak

merasa paling baik. Bahkan, semestinya dia memperbanyak menutup amalannya

dengan beristigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena, begitulah sifat-sifat

orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang sudah beramal dengan sebaik-
baiknya, namun masih merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan

kekurangan dirinya dalam beramal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ‫ج ُعون‬
ِ ‫م َرا‬ ْ ‫ة َأنَّ ُه‬
ْ ‫م ِإلَى َربِ ّ ِه‬ ٌ َ‫جل‬
ِ ‫م َو‬
ْ ‫ُوب ُه‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
ُ ‫ين ُيْؤ ُتونَ َمآ َءاتَ ْوا َو ُقل‬

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati

yang takut (tidak akan diterima). (Mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan

kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu`minun: 60)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ketahuilah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita ibadahi di bulan Ramadhan

adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmat

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah terputus dan berhenti dengan berlalunya bulan

Ramadhan. Maka, doa yang senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu

wa Ta’ala di bulan tersebut janganlah kemudian kita tinggalkan di bulan berikutnya.

Begitu pula membaca Alquran yang senantiasa kita lakukan di bulan Ramadhan,

janganlah kita tinggalkan setelah berlalunya bulan tersebut. Bahkan, ibadah puasa

pun semestinya tetap kita lakukan meskipun di luar bulan tersebut. Karena, masih

sangat banyak puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi

orang-orang yang menjalankannya. Begitu pula shalat malam, adalah amalan

ibadah yang semestinya tidak berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan,

meskipun dilakukan hanya dengan beberapa rakaat saja. Karena, menjaganya

adalah salah satu sifat wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana tersebut

dalam firman-Nya,
َ‫م ُين ِف ُقون‬ ُ ‫ما َر َز ْق َنا‬
ْ ‫ه‬ َ َ‫خ ْو ًفا َوط‬
َّ ‫معًا َو ِم‬ َ ‫م‬
ْ ‫جعِ يَ ْد ُعونَ َربَّ ُه‬ َ ‫ن ا ْل‬
ِ ‫مضَا‬ ِ ‫م َع‬ ُ ‫جا َفى‬
ْ ‫ج ُنو ُب ُه‬ َ ‫تَ َت‬

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk mengerjakan shalat malam) dan

mereka selalu berdoa kepada Rabb-nya dengan penuh rasa takut dan harap, serta

mereka menginfakkan dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (As-

Sajdah: 16)

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Di antara tanda yang menunjukkan diterimanya amalan kita adalah berlanjutnya

amalan tersebut pada waktu berikutnya. Karena, amalan yang baik akan menarik

amalan baik berikutnya. Maka, marilah kita senantiasa menjaga amalan-amalan kita

dan janganlah kita kembali kepada perbuatan maksiat setelah kita bertobat kepada

Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, bahwa di depan kita

ada timbangan amalan yang akan menimbang amalan-amalan kita yang baik dan

amalan kita yang jelek. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫س ُروا‬
ِ ‫خ‬
َ ‫ين‬ َ ‫ازي ُن ُه َفُأ ْولَِئ‬
َ ‫ك الَّ ِذ‬ ِ ‫ت َم َو‬
ْ ‫خ َّف‬
َ ‫ن‬
ْ ‫} َو َم‬102{ َ‫حون‬ ُ ‫م ا ْل‬
ُ ِ‫م ْفل‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ازي ُن ُه َفُأ ْولَِئ‬
ُ ‫ك‬ ْ َ‫من ثَ ُقل‬
ِ ‫ت َم َو‬ َ ‫َف‬

َ‫خالِ ُدون‬
َ ‫م‬
َ ‫ج َه َّن‬
َ ‫م فِي‬ َ ‫َأن ُف‬
‫س ُه ْـ‬

“Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-

orang yang mendapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya,

maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di

dalam neraka Jahannam.” (Al-Mu`minun: 102-103)

Hadirin rahimakumullah,
Orang yang mengetahui betapa besarnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan

betapa butuhnya dia terhadap rahmat tersebut tentu akan terus berusaha untuk

beramal shalih sampai ajal mendatanginya, sekecil apapun bentuknya. Selama

dirinya mampu untuk melakukannya, maka dia tidak akan meremehkannya.

Sebagaimana perbuatan maksiat, maka diapun akan meninggalkannya dan tidak

menyepelekannya, sekecil apapun bentuknya. Karena Allah Subhanahu wa

Ta’ala berfirman,

‫م‬ ِ ‫عن َد هللاِ َع‬


ٌ ‫ظي‬ ِ ‫ه َو‬
ُ ‫ه ِي ّ ًنا َو‬
َ ‫س ُبونَ ُه‬
َ ‫ح‬ ٌ ‫ع ْل‬
ْ َ‫م َوت‬ ِ ِ‫س لَكُم ب‬
ِ ‫ه‬ ِ ‫ُم َوتَ ُقولُونَ بَِأ ْف َوا‬
َ ‫هكُم َّمالَ ْي‬ ِ ‫ِإ ْذ تَلَ َّق ْونَ ُه بَِأ ْل‬
ْ ‫س َنتِك‬

“Dan kalian ucapkan dengan mulut-mulut kalian apa yang kalian tidak berilmu

tentangnya dan kalian menganggapnya sebagai suatu yang sepele saja. Padahal,

hal itu di sisi Allah adalah sesuatu yang besar.” (An-Nur: 15)

Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima

amalan-amalan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar senantiasa mampu

untuk menjalankannya. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa

Ta’ala mengampuni seluruh kesalahan kita.

ُ ‫ َأ ُق ْو‬.‫م‬
‫ل َما‬ َ ‫ذك ِْر ا ْل‬
ِ ‫حكِ ْي‬ ِّ ‫ن ْاآليَاتِ َوال‬
َ ‫ه ِم‬
ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ي َوِإيَّاك‬
ْ ِ‫ َونَ َف َعن‬،‫م‬ ِ ‫ن ا ْل َع‬
ِ ‫ظ ْي‬ ْ ‫ي َولَك‬
ِ ‫ُم فِي ا ْل ُق ْرآ‬ ْ ِ‫هللا ل‬
ُ ‫ك‬ َ ‫َبا َر‬

‫ه َو ْال َغ ُف ْو ُر‬ ْ ‫ َف‬،‫ب‬


ُ ‫اس َت ْغ ِف ُر ْو ُه ِإنَّ ُه‬ ٍ ‫ل َذ ْن‬
ِّ ‫ن ُك‬
ْ ‫ن ِم‬
َ ‫م ْي‬
ِ ِ‫سل‬ ُ ‫ساِئ ِر ا ْل‬
ْ ‫م‬ ْ ‫ي َولَك‬
َ ِ‫ُم َول‬ ْ ِ‫هللا ل‬ ْ ‫م ُع ْونَ َوَأ‬
َ ‫س َت ْغ ِف ُر‬ َ ‫س‬
ْ َ‫ت‬

ِ ‫ك َوا ْلقَا ِد ُر َعلَ ْي‬


‫ه‬ َ ِ‫ي َذل‬
ُّ ِ‫ ِإنَّ ُه َول‬،‫س َناتِ َنا‬
َ ‫ح‬ ِ ‫ج َعلَ َها فِي ِم ْي َزا‬
َ ‫ن‬ ْ ‫ملَك‬
َ ‫ُم َو‬ َ ‫ملَ َنا َو َع‬
َ ‫هللا َع‬
ُ ‫ل‬ َ َّ‫ تَ َقب‬.‫م‬
ُ ‫ح ْي‬
ِ ‫ال َّر‬

KHUTBAH JUMAT KEDUA


‫ـ‬،‫الش ُك ْو ُر‬
َّ ‫ه َو ا ْل َغ ُف ْو ُر‬
ُ ‫ه َو‬
ِ ‫م‬
ِ ‫ل نِ َع‬ َ ‫م ُد ُه َعلَى‬
ِ ‫ج ِز ْي‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫الش ُه ْو ِر‬
َ ‫ح‬ ُّ ‫ف اَأْليَّا ِم َو‬
ِ ِّ‫صر‬ َ ‫د ِر ا ْل‬
َ ‫م ْق ُد ْو ِر َو ُم‬ ِّ ‫ه ُم َق‬
ِ ‫م ُد لِل‬
ْ ‫ح‬
َ ‫ال‬

ِّ ‫ه َو َعلَى ُك‬ َ ‫ك َولَ ُه ا ْل‬ ُ ‫ لَ ُه ا ْل‬،‫ك لَ ُه‬ ‫َأ‬ ْ ‫َوَأ‬


،‫ي ٍء َق ِد ْي ٍر‬
ْ ‫ش‬
َ ‫ل‬ ُ ‫م ُد َو‬
ْ ‫ح‬ ُ ‫م ْل‬ َ َ ‫ح َد ُه ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ ُ َّ ‫ش َه ُد نْ ال َّ ِإلَ َه ِإال‬
ْ ‫هللا َو‬

ِ ِ‫ه َو َعلَى آل‬


‫ه‬ ِ ‫هللا َعلَ ْي‬
ُ ‫صلَّى‬ ُ ‫ج ا ْل‬
َ ،‫منِ ْي ُر‬ ُ ‫الس َرا‬ ِ َ‫س ْو ُل ُه ا ْلب‬
ِّ ‫ش ْي ُر ال َّن ِذ ْي ُر َو‬ ُ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر‬ َ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم‬
َّ ‫ح‬ ْ ‫َوَأ‬

:‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬،‫ُّش ْو ِر‬ ِ ‫ما َكثِ ْي ًرا ِإلَى ا ْلبَ ْع‬


ُ ‫ث َوالن‬ ً ‫سلِ ْي‬ َ َّ‫سل‬
ْ َ‫م ت‬ َ ‫ه َو‬
ِ ِ‫حاب‬ ْ ‫َوَأ‬
َ ‫ص‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa menjaga ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan marilah kita senantiasa memikirkan betapa cepatnya berlalunya malam dan

siang. Karena, hal ini akan mengingatkan kita akan semakin dekatnya waktu

perpindahan kita dari tempat beramal di alam dunia ini menuju saat pembalasan di

akhirat nanti. Sehingga, akan mendorong kita untuk segera memanfaatkan

kesempatan yang ada untuk beramal shalih. Karena, kesempatan hidup di dunia

kalau tidak digunakan untuk ketaatan, maka kesempatan itu akan pergi dengan

segera dan akan berakhir dengan penyesalan, serta kerugian pada hari kiamat.

Adapun apabila digunakan kesempatan hidup kita di dunia dengan ketaatan, niscaya

akan kita rasakan hasilnya. Karena, amal shalihlah sesungguhnya kekayaan yang

akan kita bawa untuk hari akhir nanti. Adapun kekayaan yang berupa harta benda di

dunia tidaklah bermanfaat, kecuali kalau digunakan untuk beramal di jalan

Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, apalah artinya kekayaan di dunia ini kalau

akhirnya berujung dengan tidak memiliki apa-apa, bahkan mendapat siksa di akhirat

nanti. Sementara kalau kita gunakan kesempatan ini untuk beramal shalih, maka kita

akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak akan pernah berakhir. Bahkan, berlanjut

dari mulai di dunia ataupun setelah kita berpindah ke alam kubur sampai ketika saat
hari kebangkitan dan berikutnya akan mendapatkan kenikmatan yang selamanya di

surga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ن‬
ِ ‫س‬ ْ ‫م بَِأ‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫م َأ‬
ُ ‫ج َر‬ ْ ‫حيَا ًة طَ ِي ّبَ ًة َولَ َن‬
ْ ‫ج ِزيَ َّن ُه‬ ْ ‫ن َفلَ ُن‬
َ ‫ح ِييَ َّن ُه‬ ُ ‫حا ِ ّمن َذ َك ٍر َأ ْو ُأنثَى َو‬
ٌ ‫ه َو ُمْؤ ِم‬ ً ِ‫صال‬
َ ‫ل‬
َ ‫م‬
ِ ‫ن َع‬
ْ ‫َم‬

َ ‫َما َكا ُنوا َي ْع‬


َ‫ملُون‬

“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan dia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

kehidupan yang sangat membahagiakan dan sesungguhnya akan Kami beri balasan

kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi. Namun, akan datang waktu-waktu

berikutnya yang akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan kita. Maka, bagi

seorang muslim, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Bahkan, lebih

berharga dari harta yang dimilikinya. Karena, harta apabila hilang dari dirinya, maka

masih ada kesempatan untuk dicari. Adapun waktu apabila telah berlalu, maka tidak

akan bisa untuk didapatkan lagi. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan

kesempatan hidup yang sangat sebentar ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah

amalan yang telah kita bangun pada bulan-bulan yang lalu, kemudian kita robohkan

lagi pada bulan berikutnya. Bahkan, semestinya kita kokohkan dengan melanjutkan

amalan tersebut pada bulan-bulan berikutnya. Dan janganlah kita mendekati setan

setelah kita menjauhinya pada bulan Ramadhan yang lalu.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Di antara amal shalih yang sangat besar keutamaannya untuk dilakukan setelah

bulan Ramadhan, yaitu pada bulan Syawwal, adalah puasa sunnah selama enam

hari pada bulan tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ه ِر‬ ِ ‫ل َكانَ َك‬


ْ ‫صيَا ِم ال َّد‬ ٍ ‫ش َّوا‬
َ ‫ن‬ ِ ‫م َأ ْتبَ َع ُه‬
ْ ‫ستًّا ِم‬ َّ ‫م َر َمضَانَ ُث‬
َ ‫صا‬
َ ‫ن‬
ْ ‫َم‬

“Barang siapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya

dengan puasa enam hari dari bulan Syawwal, maka dia seperti orang yang berpuasa

selama satu tahun.” (H.R. Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa besarnya rahmat dan kebaikan Allah Subhanahu wa

Ta’alakepada hamba-hamba-Nya. Yaitu barang siapa yang puasa selama enam hari

baik secara berurutan ataupun berselang-seling, mulai hari kedua di bulan Syawwal,

maka dia akan mendapat pahala orang yang puasa selama satu tahun. Tentu saja,

ini adalah keutamaan yang tidak akan dilewatkan begitu saja oleh setiap muslim.

Maka, dia akan segera menunaikannya. Karena semakin cepat dilakukan, maka

akan semakin baik. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

َ ‫اس َت ِب ُقوا ا ْل‬


ِ‫خ ْي َرات‬ ْ ‫َف‬

“Maka, berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebaikan.” (Al-Baqarah: 148)

Namun, keutamaan ini didapat bagi orang yang melakukannya setelah dia selesai

menjalankan puasa Ramadhan baik dilakukan pada waktunya, maupun di luar

waktunya bagi yang memiliki utang puasa. Untuk itu, semestinya orang yang
‫‪memiliki utang puasa segera membayarnya setelah hari raya Idul Fithri. Kemudian,‬‬

‫‪segera mengikutinya dengan puasa selama enam hari pada bulan tersebut.‬‬

‫‪Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya‬‬

‫‪kepada kita untuk selalu mendapatkan curahan rahmat-Nya.‬‬

‫ن‬ ‫ض اللَّ ُه َّ‬


‫م َع ِ‬ ‫ن َوا ْر َ‬
‫م ِع ْي َ‬ ‫ه َأ ْ‬
‫ج َ‬ ‫حابِ ِ‬ ‫ه َو َأ ْ‬
‫ص َ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آلِ ِ‬
‫ح َّ‬
‫ك ُم َ‬
‫س ْولِ َ‬ ‫م َعلَى َع ْب ِد َ‬
‫ك َو َر ُ‬ ‫سلِّ ْ‬
‫ل َو َ‬
‫ص ِّ‬ ‫اللَّ ُه َّ‬
‫م َ‬

‫لى‬
‫ان ِإ َ‬
‫س ٍ‬‫ح َ‬ ‫ن لَ ُه ْ‬
‫م بِِإ ْ‬ ‫ة َوال َّتابِ ِع ْي َ‬
‫حابَ ِ‬
‫ص َ‬
‫م ْيعِ ال َّ‬
‫ج ِ‬
‫ن َ‬
‫ي َو َع ْ‬
‫مانَ َو َعلِ ٍّ‬
‫م َر َو ُع ْث َ‬ ‫ن َأبِ ْ‬
‫ي بَك ٍْر َو ُع َ‬ ‫خلَ َفا ِء ال َّرا ِ‬
‫ش ِد ْي َ‬ ‫ا ْل ُ‬

‫ص ْر‬
‫ين‪َ ،‬وا ْن ُ‬
‫د ِ‬‫ن‪َ .‬و َد ِّم ْر َأ ْع َدا َء ال ِّ‬
‫ش ِركِ ْي َ‬ ‫ك َوا ْل ُ‬
‫م ْ‬ ‫الش ْر َ‬
‫ِّ‬ ‫ن َوَأ ِذ َّ‬
‫ل‬ ‫م ْي َ‬
‫سلِ ِ‬ ‫م َوا ْل ُ‬
‫م ْ‬ ‫سال َ َ‬ ‫م َأ ِ‬
‫ع َّز اِإْل ْ‬ ‫ن‪ .‬اللَّ ُه َّ‬
‫د ْي ِ‬
‫م ال ِّ‬
‫يَ ْو َ‬

‫ن‪َ .‬ربَّ َنا ال َ ُت ِزغْ ُق ُل ْوبَ َنا بَ ْع َد ِإ ْذ َ‬


‫ه َد ْي َت َنا‬ ‫ل َم َ‬
‫كا ٍ‬ ‫ين في ُك ِّ‬
‫م َ‬‫سلِ ِ‬ ‫ل ا ْل ُ‬
‫م ْ‬ ‫ح َأ ْ‬
‫ح َوا َ‬ ‫م َأ ْ‬
‫صلِ ْ‬ ‫ين‪ .‬اللَّ ُه َّ‬
‫ح ِد َ‬
‫الم َو ِّ‬
‫ك ُ‬ ‫عبَا َد َ‬
‫ِ‬

‫س َن ًة َوقِ َنا‬
‫ح َ‬ ‫س َن ًة َوفِي اآْل ِ‬
‫خ َر ِة َ‬ ‫ح َ‬
‫اب‪َ .‬ربَّ َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا َ‬
‫ه ُ‬ ‫ك َأ ْن َ‬
‫ت ا ْل َو َّ‬ ‫م ًة ِإنَّ َ‬
‫ح َ‬
‫ك َر ْ‬ ‫ه ْبلَ َنا ِم ْ‬
‫ن لَّ ُد ْن َ‬ ‫َو َ‬

‫ار‪.‬‬
‫َاب ال َّن ِ‬
‫َعذ َ‬

‫َأ‬
‫ُم َولَ ِذك ُْر هللاِ ْكبَ ُر َو ُ‬
‫هللا‬ ‫ه يَ ِز ْدك ْ‬ ‫اشك ُُر ْو ُه َعلَى نِ َع ِ‬
‫م ِ‬ ‫ُم َو ْ‬
‫ل يَذْ ك ُْرك ْ‬ ‫م ا ْل َ‬
‫جلِ ْي َ‬ ‫هللا ا ْل َع ِ‬
‫ظ ْي َ‬ ‫عبَا َد هللاِ … ا ْذك ُُروا َ‬
‫ِ‬

‫ص َن ُع ْونَ‬ ‫يَ ْعلَ ُ‬


‫م َما تَ ْ‬

You might also like