Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Manajemen Kegawatdaruratan Hipertiroid dan Koma Miksedema” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat Endokrin Digestif dan
Urogenital.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik tulisan
maupun informasi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima kasih
kepada Bapak Ns. Frana Andrianur, S.Kep., M.Kep atas bimbingannya dalam
menyusun makalah ini, sehingga kami dapat membuat makalah sesuai dengan
kaidah dalam membuat karya tulis.
Walaupun makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, kami
sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas
kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf. Terakhir tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman judul...........................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
2.1 Konsep Hipertiroid....................................................................................4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertiroid...............................................13
2.1 Konsep Koma Miksedema......................................................................18
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Koma Miksedema...................................24
BAB III..................................................................................................................32
3.1 Kesimpulan..............................................................................................32
3.2 Saran........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
jumlah prevelensi 1-2% dan meningkat dengan usia (10% dewasa >65 tahun).
Koma miksedema merupakan hipotiroidisme paling serius dan sering di picu
oleh penyakit lain. Koma miksedema juga dapat meningkatkan mortalitas
100% jika tidak diobati(Corwin, 2009). Angka kematian dapat diturunkan
hingga kurang dari 20% dengan tirotoksikosis yang terkendali dan
penanganan dini krisis tiroid.
Buruknya kondisi pasien dengan koma miksedema bila tidak ditangani
lebih awal dapat berakibat fatal karena dalam keadaan ini dijumpai
dekompensasi satu atau lebih sistem organ. Berdasarkan data-data tersebut,
koma miksedema menyebabkan mortalitas yang sangat tinggi, kecurigaan
dengan diagnosis yang dini dan penanganan yang adekuat prognosis biasanya
akan lebih baik. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang intensif dan
pengawasan terus-menerus dan juga yang terpenting adalah pemahaman yang
tepat tentang kasus tersebut terutama mengenai diagnosis dan
penatalaksanaanya baik secara medis maupun keperawatan. Sehingga dengan
pemahaman tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan koma miksedema.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori dan asuhan kegawatdaruratan pada kasus hipertiroid
dan koma miksedema?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kegawat darurat pada
kasus hipertiroid dan koma miksedema.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep penyakit hipertiroid
b. Untuk mengetahui konsep penyakit koma miksedema
c. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan pada kasus hipertiroid
d. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan pada kasus koma
miksedema
3
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat :
a. Praktisi Keperawatan & Mahasiswa
Manfaat bagi praktisi keperawatan dan mahasiswa adalah untuk
mengetahui informasi mengenai masalah hipertiroid dan koma
miksedema.
b. Instansi Kesehatan
Manfaat bagi instansi kesehatan untuk mengetahui informasi
mengenai masalah trauma kepala berat dapat menggunakan data ini untuk
memberikan pelayanan pada masalah hipertiroid dan koma miksedema.
c. Penulis Selanjutnya
Manfaat bagi penulis selanjutnya adalah untuk dijadikan bahan
referensi dalam meneliti tentang masalah hipertiroid dan koma
miksedema.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
berlebihan.
Menurut Tarwoto dkk (2012) dalam (P. diah sandi Dewi et al.,
2018) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit
graves, modultiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid.
a. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan
jarang terjadi.
b. Penyakit grave
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit
yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya
antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI)
yang melekatisel-seltiroid. TSI merinu tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak.
Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar
tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
c. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes,
staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi
peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis sub akut, tiroiditis post
partum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan.
Tiroiditis post partum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa
bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti
halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan post
partum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid
benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga
karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin
6
h. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup,
gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang dan
emosional.
i. Sistem reproduksi : amenorahea, anovulasi, menstruasi tidak
teratur, menurunnya libido, dan impoten.
j. Eksoftalamus
Keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau
keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan
karbohidrat kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi
cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata
nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga
mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea(P. diah sandi
Dewi et al., 2018).
1.1.4 Patofiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika, dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme,
kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel
kedalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa
kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah
antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang
sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
8
1.1.5 Pathway
Sekresi
hormone tiroid
yang
berlebihan
Hipertiroi
dise
Perubahankond
uksilistrikjantu Infiltrasilimfosit, sel
Peristaltic Suhutub mast kejaringan
usus↑ ng
uhmenin orbital dan ototmata
gkat
Reabso Beban
rbsime kerjajantungme
nurun eksoftal
Hiperte ningkat
mus
Berat rmia
Diare badan Risikokerusaka
menurun Peningkatankon
nintegritaskulit
sumsi O2 oleh
miokardium
Gangguanp
DefisitNutrisi ernafasan
Aritmia,
takikardia Pernafasanc
epat dan
dangkal
Risikopenuru
nancurahjant Pola
ung NafasTidakEf
ektif
10
aktif).
b) Selimur pendingin
6) Monitor tanda – tanda vital terutama pada suhu dan
peningkatan detak jantung.
7) Berikan beta blocker untuk mengurangi gejala simpatis
8) Berikan lingkungan yang tenang untuk mengurangi kecemasan
dan iritabilitas
9) Berikan perawatan mata kaji pasien memiliki eksoftalmus
seperti berikan obat tetes mata untuk mengurangi kekeringan
dan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.
1.1.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada hipertiroidisme sering kali
apabila kondisinya tidak diobati, diantaranya :
1) Masalah mata (Eksoftalmus)
Biasa disebut dengan Thyroid eye disease atau
Graves’ophthalmopathy. Gejalanya biasanya mata terasa kering
dan berpasir, sensitif terhadap cahaya, mata berair, kabur atau
penglihatan ganda, mata merah, kelopak mata terlipat kebelakang,
mata melotot (bola mata menonjol keluar).
2) Underactive thyroid (Hipotiroid)
Pengobatan hipertiroid dapat mengakibatkan tingkat hormon
terlalu rendah yang disebut dengan hipotiroid. Hipotiroid biasanya
terjadi sementara, namun seringkali berakibat permanen dan
membutuhkan pengobatan jangka panjang.
3) Masalah kehamilan
Jika selama hamil, klien mengalami hipertiroid dan kondisinya
tidak terkontrol dengan baik, maka kemungkinan berisiko terjadi :
pre-eclampsia, keguguran, melahirkan bayi premature atau dengan
berat badan lahir rendah.
4) Stroma tiroid
Dalam kasus yang jarang terjadi, hipertiroid yang tidak
terdiagnosis atau tidak terkontrol dapat mengakibatkan masalah
13
(2018), diantaranya :
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1. Pola Nafas Tidak L.01004 Pola Nafas I.01011 Manajemen Jalan Nafas
Efektif (D.0005) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 1 x 8 - Monitor pola nafas (frekuensi,
jam maka Pola Nafas kedalaman, usaha nafas)
membaik, dengan kriteria - Monitor bunyi nafas tambahan
hasil : (gurgling, mengi, wheezing,
- Dispnea menurun ronkhi kering)
- Penggunaan otot bantu - Monitor sputum (jumlah, warna,
nafas menurun aroma)
- Frekuensi nafas membaik Terapeutik
- Kedalaman nafas - Posisikan semi-fowler atau
membaik fowler
- Berikan oksigen
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 menit
2. Risiko Penurunan L.02008 Curah Jantung I.02076 Perawatan Jantung Akut
Curah Jantung Setelah dilakukan intervensi Observasi
(D.0011) keperawatan selama 1 x 8 - Monitor EKG
jam maka diharapkan curah - Monitor aritmia (kelainan irama
jantung meningkat dengan dan frekuensi)
kriteria hasil : - Monitor saturasi oksigen
- Lelah menurun Terapeutik
- Dispnea menurun - Pertahankan tirah baring
- Palpitasi menurun - Pasang akses IV
3. Hipertemia (D.0130) L.14134 Termoregulasi I.15506 Manajemen Hipertermia
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 1 x 8 - Monitor suhu tubuh
jam maka termoregulasi Terapeutik
membaik, dengan kriteria - Berikan cairan oral
hasil : - Lakukan pendinginan eksternal
- Menggigil menurun - Hindari pemeberian antipiretik
- Suhu tubuh membaik atau aspirin
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
4. Diare (D.0020) L.04033 Eliminasi Fekal I.03101 Manajemen Diare
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 1 x 8 - Monitor tanda dan gejala
jam maka eliminasi fekal
16
Judul Tiroidektomi meningkatkan IMT (Indeks Massa Tubuh) Pada Pasien Hipertiroid
Di RSUP DR. Kariadi Semarang
Hipertiroid merupakan peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara berlebihan
dalam sirkulasi peredaran darah dan dapat menyebabkan peningkatan laju
metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan penurunan berat badan. Kondisi ini
Latar Belakang masih banyak dijumpai di Indonesia. Tiroidektomi merupakan satu bentuk pilihan
terapi hipertiroid. Data penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pasien yang
diterapi dengan tiroidektomi mengalami peningkatan berat badan dibandingkan
dengan pasien yang diterapi dengan pengobatan antitiorid lainnya.
Tujuan Mengetahui perbedaan status IMT pada pasien hipertiroid pada periode pra dan
pascaoperasi tiroidektomi.
Rata-rata status IMT praoperasi tiroidektomi adalah 23,01 dan rata-rata status
IMT pascaoperasi tiroidektomi adalah 24,46. Terdapat kenaikan bermakna pada
Hasil IMT pascaoperasi tiroidektomi dan jenis kelamin juga berpengaruh secara
signifikan terhadap kenaikan IMT pascaoperasi tiroidektomi. IMT praoperasi dan
usia tidak berpengaruh terhadap perubahan IMT pascaoperasi tiroidektomi.
Kesimpulan Tiroidektomi meningkatkan IMT pascaoperasi pasien hipertiroid dan kenaikan ini
dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Widyawigata, et al.2019. Tiroidektomi Meningkatkan IMT (Indeks Massa
Sumber Tubuh) Pada Pasien Hipertiroid di RSUP DR Kariadi Semarang. Jurnal
Kedokteran Diponegoro(JKD).Vol.8(4)
LoPresti, 2015).
Mengingat pentingnya hormon tiroid dalam metabolisme sel,
hipotiroidisme yang berlangsung lama dikaitkan dengan penurunan
tingkat metabolisme dan penurunan konsumsi oksigen, yang
mempengaruhi semua sistem tubuh. Hal ini menyebabkan hipotermia,
yang merupakan prediktor kuat kematian. Konsekuensi lain adalah
penurunan metabolisme obat yang menyebabkan overdosis obat
terutama obat penenang, hipnotik, dan agen anestesi yang dapat
memicu koma miksedema (Nicoloff & LoPresti, 2015).
22
1.3.5 Pathway
Obat-obatan (sedative,
narkotika, dan obat anastesi), Produksi ATP dan ADP
faktor infeksi, stroke, trauma,
gagal jantung, perdarahan
saluran pencernaan, hipotermia,
kegagalan pengobatan Energi Otot Pembentukan
gangguan kelenjar tiroid kalor tubuh
Hipotermia
(D.0131)
Metabolisme Tidak Kekuatan
anaerob adekuatnya kontraksi otot
kerja otot jantung Aktivitas GI
pernafasaan
Kelelahan
Penurunan Bradikardia Gerak
peristaltik
Intoleransi fungsi
usus
Aktivitas pernafasan
Hipotensi
(D.0056)
Konstipasi
CO (D.0049)
Depresi Supply O2
ventilasi ke otak
Dyspnea Gangguan
neurologis
Pola Nafas
Tidak Efektif Penurunan
(D.0005) kesadaran
3.1 Kesimpulan
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini
kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu
banyak dalam darah.
Selain itu, penyakit kedaruratan pada kelenjar tiroid yang
membahayakan jiwa akibat hipotiroidisme ekstrim adalah Koma
miksedema. Hipotiroidisme adalah gangguan umum disertai gambaran
klinis yang luas, pasien dapat asimptomatik atau dapat mengalami sakit
berat disertai koma miksedema. Hipotiroidisme sering terjadi pada wanita
dan insidennya meningkat sesuai bertambahnya usia. Sekitar 10%-15%
pasien lansia mengalami peningkatan TSH akibat hipotiroidisme dan
penapisan rutin kelompok berisiko tinggi sering dilakukan pada lingkungan
keperawatan primer
3.2 Saran
Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita
dalam memahami penanganan kegawatdaruratan pada kasus
hipertiroid dan koma miksedema. Sehingga kedepan nanti kita bisa
bekerja dengan baik, dan dapat menerapkan asuhan keperawatan ini.
Sehingga kita bisa memberikan keperawatan yang baik kepada
pasien.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, P. diah sandi, Putri, I. M. N., Yanti, N. P. E. S., Sri, Parwati, I. G. A.,
Saputra, I. M. D. T., Pratiwi, A., & Handayani, K. Y. (2018). KASUS
KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN: HIPERTIROIDISME.
KEPERAWATAN.
Dewi, R., & Permatasari, D. A. (2020). Pola Penggunaan Obat Antitiroid Pada
Pasien Hipertiroid Di Rsud Raden Mattaher Jambi. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 6(1), 114–124.
http://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/download/677/293
Lee CH, Wira CR. 2009. Severe angioedema in myxedema coma: a difficult
airway in a rare endocrine emergency. Am J Emerg Med. 27(8):1021.e1-2
33
34
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Nasional Indonesia.
Yanti, A & Leniwita, H. (2019). Modul Keperawatan Medikal Bedah II. 1-323.
http://repository.uki.ac.id/2750/1/fmodulKMB2.pdf