Professional Documents
Culture Documents
Kel.2 - Manfar - Standar Pelayanan Apotekk
Kel.2 - Manfar - Standar Pelayanan Apotekk
MANAJEMEN FARMASI
STANDAR PELAYANAN APOTEK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Mata Kuliah
“Manajemen Farmasi”. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dosen pada Mata Kuliah Manajemen Farmasi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Standar
Pelayanan Apotek.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Yona Harianti Putri, M.Farm,
Apt., selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
efektif dari segi waktu sehingga tidak mengganggu proses kerja yang lain,
penyimpanan barang dan pembagian jenis produk menjadi lebih efektif dengan
tataletak obat yang mudah untuk diperiksa dan dikelolah, dan pelayanan kepada
konsumen menjadi lebih baik. Diharapkan dengan hadirnya SOP di perusahaan
produktifitas perusahaan dapat meningkat menjadi lebih baik dimana pengaturan
waktu menjadi lebih baik dan efektif, dan tatacara penyimpanan obat sesuai
dengan ketentuan, dan perusahaan mampu untuk menghadapi keadaan pasar saat
ini.
Pelayanan kefarmasian di apotek adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Pengelolaan
sediaan farmasi merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
obat dan bahan medis habis pakai yang efisien, efektif dan rasional, serta
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
(Kemenkes RI 2014)
Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek harus efisien dan optimal sehingga
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat sasaran, tepat dosis
dan tepat waktu (Kemenkes RI 2014). Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana dan prasarana.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Undang Undang (UU) no.23 tahun 1992 dalam Hartini, 2016
tentang Kesehatan dinyatakan bahwa tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien. Apoteker adalah tenaga
kefarmasian dan merupakan salah satu tenaga kesehatan, maka apoteker dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi. Standar
profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik (Anonim, 1992; Anonim, 1996 dalam Hartini,
2016). Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat,
telah disusun dan mulai diberlakukan sejak 15 September 2004 suatu standar
pelayanan kefarmasian di apotek yang bertujuan sebagai pedoman praktik
apoteker dalam menjalankan profesi; untuk melindungi masyarakat dari
pelayanan yang tidak profesional dan untuk melindungi profesi dalam
menjalankan praktik kefarmasian. Apoteker harus memberikan konseling
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunasalahan sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya. Sebagai care giver, apoteker diharapkan
juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan ke
rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan
4
2. Dispensing;
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1) Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a) Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
8
4. konseling;
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Out) obat yang kadaluarsa lebih awal maka harus keluar lebih dulu, untuk
LASA (Look Alike Sound Alike) tidak diberi tanda dan tidak diberi
pemisah. Obat-obatan disusun secara alfabetis dan dikelompokkan
berdasarkan bentuk sediaan seperti sirup paten, sirup generik, tablet paten,
tablet generik, salep mata, salep kulit, tetes mata, tetes telinga, inhaller.
Penggunaan lemari khusus untuk menyimpan OOT (Obat-Obat Tertentu),
obat Psikotropika, Narkotika. Penggunaan lemari pendingin untuk sediaan
suppo, ovula, insulin, injeksi. Dalam sediaan obat dicantumkan nama obat
beserta kandungannya ditata dengan rapi agar memudahkan saat
pencarian. Bahan medis habis pakai disimpan di rak khusus. Alat
kesehatan di-displaydi depan area pelayanan.Barang yang memakan
tempat seperti kapas, diaper didisplay di lemari khusus. Obat-obatan
dalam kaleng atau botol dengan jumlah banyak disimpan dalam kardus
dan diberi tanda (Hernawan, 2021).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat (Anonim, 2002; Anonim, 2004 dalam Hartini, 2016). Apotek
merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi
apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Hartini dan Sulasmono,
2007 dalam Hartini, 2016). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi standar ; a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai, dan b. Pelayanan farmasi klinik. Standart Operasional
Prosedur adalah suatu media untuk menetapkan standar ukur suatu
perusahaan, penggunaan sumber daya yang tepat, pemilihan proses
operasional yang tepat, pelaksanaan proses-proses yang perlu dilakukan, dan
pemeriksaan produk/jasa untuk meneliti kesesuaiannya dengan spesifik.
Standarisasi menyangkut penetapan spesifikasispesifikasi yang tepat atau
pengukuran-pengukuran yang teliti. Dengan membuat Standard Operating
Procedure (SOP), diharapkan suatu perusahaan mendapatkan beberapa
manfaat (Gasperz, 2002 dalam Setiawan, 2018), seperti dapat menjadi media
untuk menyampaikan secara terperinci semua aktivitas perusahaan yang
dijalankan, menstandarkan semua aktivitas yang dilakukan pihak-pihak yang
bersangkutan, membantu menyederhanakan seluruh syarat yang diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan, dan meningkatkan komunikasi antar
anggota peruahaan, terutama untuk para pekerja dengan pihak manajemen.
3.2 Saran
Kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah
berpartisipasi didalam pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat
pada waktunya. Diharapkan selain menjadi bahan pertimbangan nilai pada
tugas ini, makalah ini dapat menjadi sumber belajar atau referensi dari pada
pembaca terkait Manajemen Farmasi materi Standar Pelayanan apotek yang
dapat membantu dikemudian hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, R. I. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Hartini, Y. S., & Sulasmono, S. (2017). M., dan Kurniawan, A., 2016.
Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Sleman dan
Yogyakarta. IAI.
LAMPIRAN