Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 3 - IH D - Kriminologi - Paradigma Ilmu Kriminologi
Kelompok 3 - IH D - Kriminologi - Paradigma Ilmu Kriminologi
MAKALAH
Tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kriminologi
Dosen pengampu
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H. M.H
Di susun oleh :
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat serta salam tak lupa kami
ucapkan kepada baginda Muhammad SAW, tidak lupa pula kepada keluarganya, para
sahabatnya, tabi’in tabiatnya, serta kepada kita selaku umatnya yang semoga selalu taat pada
ajaran-Nya sampai hari kemudian.
Makalah ini kami sampaikan sesederhana mungkin dan semaksimal mungkin dengan
mata kuliah Kriminologi oleh dosen pengampu Bapak . sebagai salah satu tugas mata
kuliah tersebut. Adapun makalah ini berisi tentang “Paradigma Kriminologi”. Kami
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
pengerjaan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada ibu dosen khususnya,
umumnya para pembaca demi terciptanya karya atau tulisan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Kriminologi sebagai Ilmu Pengetahuan......................................................................................3
B. Pandangan Kriminologi Pengetahuan........................................................................................7
C. Pendekatan Pemikiran Kriminologi............................................................................................9
D. Ruang Lingkup, Objek Studi, dan Penelitian.............................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kriminologi (criminology) atau ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu sosial atau non-
normative discipline yang mempelajari kejahatan dari segi sosial. Kriminologi disebut
sebagai ilmu yang mempelajari manusia dalam pertentangannya dengan norma-norma
sosial tertentu, sehingga kriminologi juga disebut sebagai sosiologi penjahat. Kriminologi
berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian mengenai gejala sosial di bidang
kejahatan yang terjadi di dalam masyarakat, atau dengan perkataan lain mengapa sampai
terdakwa melakukan perbuatan jahatnya itu.1
Kriminologi lebih mengutamakan tindakan preventif oleh karena itu selalu mencari
sebab-sebab timbulnya suatu kejahatan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum
serta faktor alamiah seseorang, dengan demikian dapat memberikan break through yang
tepat serta hasil yang memuaskan. Kriminologi lebih banyak menyangkut masalah teori
yang dapat mempengaruhi badan pembentuk undang-undang untuk menciptakan suatu
undang-undang yang sesuai dengan rasa keadilan masyarakat serta mempengaruhi pula
hakim di dalam menjatuhkan vonis kepada tertuduh.4
1
Sahetapy, 1982, Parados Kriminologi, Rajawali, Jakarta, hlm. 82
2
Georges Gurvitch, 1961, Sociolgy of Law dengan alih bahasa Sumantri Mertodipuro, Barata, Jakarta, hlm. 124.
3
Soedjono Dirdjosisworo, 1994, Sinopsis Kriminologi Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hlm.
4
Benediktus Bosu, 1982, Sendi-sendi Kriminologi, Usaha Nasional, Surabaya, hlm.15
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diketahui masalah-masalah yang muncul, masalah-
masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut
C. Tujuan
1. Mengetahui Kriminologi dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan
2. Mengetahui Pendekatan Kriminologi
3. Mengetahui Metedologi Kriminologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa hal yang perlu dicermati tentang epistimologi, terutama dalam kajian
kriminologi, adalah tentang batas dan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan yang dianggap benar adalah pengetahuan yang dapat ditempatkan
5
Topo Santoso & Eva Achjani Z., 2010, Kriminologi, Jakarta: Rajawali Pers., hlm. 4
6
Op.cit., Santoso ,Topo., 2010, Kriminologi...., hlm. 7
3
dalam konteks ruang dan waktu. Dalam kriminologi, suatu teori yang menjelaskan
gejala sosial di lingkungan masyarakat tertentu, pada konteks waktu tertentu,
dapat dianggap benar, tetapi belum tentu dapat menjadi benar jika
diimplementasikan pada ruang masyarakat di tempat lain dan pada waktu yang
lain.7
7
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 41
8
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 42
9
Joseph E. Jacoby., 1994, Classics of Criminology, Waveland Press, Inc., hlm. 11
4
2. Arti Kriminologi bagi Hukum Pidana
10
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 43
11
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 43
12
H. Karl Mannheim, 1991, Idologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, Yogyakarta: Kanisius,
hlm 104
5
bidang sistem peradilan, khususnya berupa penelitian tentang penegakan hukum
dan memperbaiki bekerjanya aparat penegak hukum, seperti untuk memberikan
perhatian terhadap hak-hak terdakwa ataupun korban kejahatan, organisasi
(birokrasi) penegakan hukum, serta perbaikan terhadap perundang-undangan itu
sendiri.13
13
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 44
14
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 44
15
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 44-45
16
E.H. Shuterland dan Cressey, D., 1974, Principles of Criminology, Fifth Edition, Lippincot Company, hlm 11
6
Etiologi kriminal artinya mempelajari sebab timbulnya sesuatu (atheos =
sebab-sebab). Penyebab timbulnya kejahatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu (1) penyebab dalam yang bersumber pada bentuk jasmaniah, watak, atau
rohaniah seseorang (mazhab antropologis), (2) penyebab luar yang bersumber
pada derajat/tingkatan (nipeau) dan lingkungan (milieu) seseorang (mamzhab
sosiologis), dan (3) penyebab gabunngan antara penyebab dalam dan luar, yaitu
resultante dari faktor pribadi dan lingkungan (mazhab biososiologis).17
c. Politik Kriminal
Politik kriminal bertugas untuk menemukan cara memberantas kejahatan.
Setelah menemukan penyebab dari suatu kejahatan, hasil penemuan tersebut
digunakan untuk menemukan cara pemberantasan, atau pencegahannya. Cara
pemberantasan ada 2, yaitu :18
1) Cara kemasyarakatan, yaitu dengan cara memperbaiki masyarakat, antara lain
dengan mengadakan atau memperbaiki jaminan sosial, meniadakan
pengangguran, mengadakan perumahan rakyat yang layak, meniadakan
pemadatan, mabuk-mabukan, melokasikan pelacuran, serta mengaktifkan
olahraga, kebudayaan, dan mengusahakan pendidikan dan pengajaran yang
bermutu.
2) Cara perseorangan, yaitu denga melakukan perbaikan perseorangan, antara
lain pemidanaan dengan tujuan memperbaiki dan mendidik, reklasering,
menganjurkan kepada masyarakat agar aktif berperan untuk memperbaiki
seseorang yang anti sosial dan mereka yang kekanak-kanakan, serta membina
tunas-tunas muda.
17
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 45
18
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H, Kriminologi, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 46
7
masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan perbuatan jahat
yang ditentang oleh masyarakat tersebut.
19
2 W.A Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan Dan Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal.21. 3
Mulyana W. Kusumah, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, 1981, hal.3 4
Ibid 5 Topo Santoso, Jual Beli Kriminologi, Rajawali Press, hal, 24
20
6 Ibid, hal 24 7 Kanter dan Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Storia
Grafika, Jakarta, hal 38 8 Moeljatno, 1985, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, hal 14.
8
C. Pendekatan Pemikiran Kriminologi
Aliran Pemikiran dalam kriminologi adalah cara pandang (paradigma) yang
digunakan oleh para pakar kriminolog dalam melihat, mananggapi, manafsirkan dan
menjelaskan mengenai fenomena kejahatan. Dalam sejarah Intelektual, terhadap masalah
penjelasan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 cara pendekatan yang mendasar
yaitu:
Pendekatan Naturalistik
kedua pendekatan tersebut merupakan pendekatan pada masa kuno maupun pada masa
moderen. Pendekatan Naturalistik dibedakan dalam 3 bentuk sistem pemikiran dan
paradigma, yaitu :
1. Kriminologi Classic
21
"Fakultas Hukum: PENGERTIAN KRIMINOLOGI DAN PENDEKATANNYA"
9
adalah membuat pola dan menguji sistem hukuman yang dapat meminimalkan
terjadinya tindakan kejahatan. dan dalam literatur yang terdapat dalam kriminologi,
pemikiran classic (neo classic) maupun positif merupakan ide-ide yang penting dalam
usaha untuk memahami dan mencoba berbuat sesuatu terhadap kejahatan.
2. Kriminologi Positif
3. Kriminologi Kritis
Kriminologi Kritis adalah pemikiran kritis, atau yang lebih dikenal dalam
berbagai disiplin ilmu, seperti dalam bidang ekonomi, politik, filsafat dan sosiologi.
Kriminologi kritis muncul pada dasaarsa terakhir ini. Aliran pemikiran kritis tidak
berusaha menjawab pertanyaan "apakah perilaku manusia itu bebas atau ditentukan",
akan tetapi lebih mengarah pada "mempelajari proses-proses manusia dalam
membangun dunianya dimana dia hidup". Dalam kriminologi kritis, misalnya
berpendapat bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi sosial, yang mana artinya
apabila masyarakat mendefinisikan tindakan tertentu sebagai kejahatan, maka orang-
orang tertentu akan tindakan-tindakan yang terjadi, yang mungkin pada waktu
tertentu memenuhi batasan sebagai kejahatan. Kriminologi Kritis mempelajari
proses-proses dimana kumpulan tertentu dari orang-orang dan tindakan-tindakan
10
ditunjuk sebagai kriminal pada waktu dan tempat tertentu. Kriminologi Kritis bukan
hanya sekedar mempelajari prilaku dari orang-orang yang didefinisikan sebagai
kejahatan, akan tetapi juga prilaku dari agen-agen penegak hukum (control social).
1. PENDEKATAN DESKRIPTIF
11
Pada hakikatnya ruang lingkup pembahasan kriminologi mencakup tiga hal pokok,
yakni:
Hal yang menjadi pembahasan dalam proses pembuatan hukum pidana (process of
making laws) di antaranya:
1. Definisi kejahatan;
2. Unsur-unsur kejahatan;
3. Realitivas pengertian kejahatan;
4. Statistik kejahatan.
1. Aliran-aliran kriminologi;
2. Teori-teori kriminologi;
3. Berbagai perspektif kriminologi.
1. Teori-teori penghukuman;
2. Upaya-upaya penanggulangan atau pencegahan kejahatan, baik berupa tindakan pre-
emtif, preventif, represif, maupun tindakan rehabilitatif.23
23
Amir Ilyas Alam, ‘Kriminologi Suatu Pengantar’ (Jakarta: KENCANA, 2018), pp. 3–4.
12
3. The problem of explaining crime and criminal behavior (the problem of scientifically
accounting for presence of crime and criminals in society).
Menurut Herman Manheimm pada tahun 1960, dalam bukunya the crime problem
mengemjukakan 10 ruang lingkup atau wilayah yang merupakan bidang kerja
kriminologi:
13
Walter C. Reckless, mengatakan bahwa ruang lingkup kriminologi yang sangat luas
tersebut memerlukan kelengkapan bahan-bahan dari disiplin ilmu seperti akhli biologi,
antropologi, ekonomi, hukum, penologi dsb dan sebaliknya para akhli itupun memerlukan
kriminologi sebagai pelengkap atas pengetahuan yang mereka miliki. Luas bidang
kriminologi dapat disimpulkan dengan mengacu tulisan Elmer Hubert Johnson dalam
bukunya Crime, Correction and Society sebagai berikut :
Criminology is the scientific study and practical application of findings in the areans
of:
1. Sebab musabab kejahatan, perilaku para penjahat dan penelitian atas sumbersumber
kejahatan.
2. Bagaimana reaksi masyarakat dalam bentuk gejala tertentu.
3. Pencegahan kejahatan.
Kriminologi dalam arti sempit ruang lingkupnya adalah mempelajari kejahatan, yaitu
mempelajari bentuk tertentu perilaku criminal, agar selalu berpegangan pada batasan
dalam arti yuridis.
Objek Kriminologi
Secara umum dapat ditarik suatu kesimpulan dari berbagai pendapat para ahli tersebut
diatas bahwa objek studi dalam Kriminologi mencakup tiga hal, yaitu:
14
1) Kejahatan
Apabila kita membaca KUHP ataupun UU Khusus, kita tidak akan menjumpai
suatu perumusan tentang kejahatan. Sehingga parasarjana hukum memberikan batasan
tentang kejahatan yang digolongkan dalam tiga aspek, yakni:
15
mempelajari pandangan-pandangan dan tindakantindakan masyarakat terhdap pelaku
kejahatan.24
Penelitian Kriminologi
Kriminologi sering disebut sebagai “signal wetenschap”. Bahkan aliran modern yang
diorganisasikan oleh von Liszt menghendaki kriminologi bergabung dengan hukum
pidana sebagai ilmu bantunya agar bersama-sama menangani hasil penyelidikan “politik
kriminal” sehingga memberikan petunjuk jitu terhadap penanganan hukum pidana dan
pelaksanaannya, yang semuanya ditunjukan untuk melindungi “warga negara yang baik”
dari penjahat.
a. Metode Statistik
b. Statistik Kriminal
24
Tahar Rachman, ‘.’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2018, 10–27.
16
Statistik kriminal adalah angka-angka yang menunjukan jumlah kriminalitas yang
tercatat pada suatu waktu dan tempat tertentu. Statistik kriminal disusun berdasarkan
kriminalitas yang tercatat, baik yang secara resmi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
dan sebagainya) maupun yang dicatat oleh para peneliti sendiri.
Bagian kriminalitas yang tidak pernah diketahui dinamakan angka gelap (dark
number atau dark figures). Salah satu ciri (kelemahan) statistik kriminal adalah tidak
lengkap karena kriminal tidak pernah dapat mencatat seluruh kriminalitas yang ada.
17
1. Penelitian tentang sifat , bentuk, dan peristiwa tindak kejahatan serta
persebarannya menurut faktor sosial, waktu, dan geografis;
2. Ciri-ciri fisik dan psikologis, riwayat hidup pelaku kejahatan (yang menetap) dan
hubungannya dengan adanya kelainan perilaku;
3. Perilaku menyimpang dari nilai dan norma masyarakat, seperti perjudian,
pelacuran, homoseksualitas, dan pemabukan;
4. Ciri-ciri korban kejahatan;
5. Peranan korban kejahatan dalam proses terjadiya kejahatan;
6. Kedudukan korban kejahatan dalam sistem peradilan pidana;
7. Sistem peradilan pidana, yang meliputi bekerjanya lembaga kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan penghukuman dalam menangani pelaku pelanggaran
hukum pidana sebagai bentuk reaksi sosial formal terhadap kejahatan;
8. Metode pembinaan pelaku pelanggaran hukum;
9. Struktur sosial dan organisasi penjara;
10. Metode dalam mencegh dan mengendalikan kejahatan;
11. Penelitian terhadap kebijakan birokrasi dalam masalah kriminalitas, termasuk
analisis sosiologis terhadap proses pembuatan dan penegakan hukum;
12. Bentuk-bentuk reaksi non-formal masyarakat terhadap kejahatan, penyimpangan
perilaku, dan terhadap korban kejahatan.25
25
Ende Hasbi Nassaruddin, Kriminologi (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2016).
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Pendekatan Naturalistik
Sedangkan pendekatan Naturalistik sendiri, yaitu penjelasan yang diberikan
didalamnya lebih terperinci dan bersifat khusus, serta melihat dari segi objek dan
kejadian-kejadian dunia dalam lingkuo kebendaan dan fisik.
19
3. Reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the breaking of laws).
Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditujukan kepada pelanggar hukum berupa
tindakan represif tetapi juga reaksi terhadap “calon” pelanggar hukum berupa
upaya-upaya pencegahn kejahatan (criminal prevention).
20
DAFTAR PUSTAKA
21