You are on page 1of 18

Percobaan (Poging), Penyertaan(Deelneming) dan

Gabungan Tindak Pidana (Concursus)


Dr. Maria Silvya E. Wangga, S.H., M.H
SAP :

Pertemuan I: pengantar ttg percobaan (poging), Arti dan


maksud percobaan, aliran-aliran pemidanaan
terhadap percobaan dan percobaan
terhadap kejahatan dan kealpaan.

Pertemuan II: syarat-syarat percobaan, Niat, permulaan


pelaksanaan dan tidak selesainya bukan karena
kehendaknya

Pertemuan III : Teori-Teori Percobaan

Pertemuan IV : Penyertaan (deelneming), pengertiannya,


bentuk-bentuknya

Pertemuan V : Bentuk penyertaan dalam KUHP


Pertemuan VI : Penyertaan di R- KUHP
SAP
Pertemuan VII : Gabungan Tindak Pidana (concursus),
pengertian, syarat gabungan tindak pidana dan
bentuk-bentuk gabungan tindak pidana
Pertemuan VIII : Pertanggungjawaban dalam Gabungan
Tindak Pidana, sistem pemidanaan, Bentuk dan
tanggungjawab Gabungan Tindak pidana serta
Delik Tertinggal
Pertemuan IX : Residiv, pengertian, ketentuan residiv
Pertemuan X : recidiv dalam KUHP, residiv di luar KUHP,
dan R-KUHP, pemidanaan thd residiv
Pertemuan XI : Hak & Penghapusan Penuntutan di dalam
KUHP
Pertemuan XII : Hak & Penghapusan Menjalankan pidana
Dalam KUHP
Pengantar tentang Percobaan (poging)

§ Pompe : sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu


tanpa (keberhasilan) mewujudkannya.
§ Jan Remmelink: sebagai Suatu tindakan yang
diikhtiarkan untuk mewujudkan apa yang oleh UU
dikategorikan sebagai kejahatan, namun tindakan
tersebut tidak berhasil mewujudkan tujuan yang
semula hendak dicapai.
§ Van Bemmelen: seseorang yg belum sempat
menyelesaikan apa yang hendak dilaksanakannya,
tidak melakukan semua bagian yang diuraikan dalam
rumusan delik
1. Percobaan sebagai delik
MOELJATNO selesai & berdiri sendiri dan
/AHLI bentuknya yg istimewa;
HUKUM 2. Percobaan dipandang sebagai
PIDANA dasar memperluas dapat
INDONESIA dipdananya perbuatan

ALASANNYA:
1. Bertalian dgn sistem hukum pidana indonesia, yg harus
memisahkan antara perbuatan pidana &
pertanggungjawaban pidana
2. Beberapa perbuatan percobaan dlm KUHP dirumuskan
sebagai delik selesai & berdiri sendiri, seperti Pasal 104,
106, & 107 KUHP yg berkaitan dgn makar;
3. Dalam hukum adat tidak dikenal delik yg dirumuskan
sebagai percobaan.
1. Percobaan sebagai dasar
memperluas dapat
HAZEWINKEL dipidananya orang;
SURINGA/AHLI 2. Percobaan tidak memperluas
HUKUM rumusan delik;
PIDANA 3. Percobaan tidak dipandang
BELANDA sebagai delik yg berdiri
sendiri (delictum sui generis);
4. Percobaan dipandang sebagai
delik yg tidak sempurna
1. Delik percobaan sebagai delik berdiri sendiri atau tidak,
sama sekali tidak ada kaitannya dgn pandangan dualistis
yg memisahkan perbuatan pidana & pertanggungjawaban
pidana;
Pandangan Eddy O. S. Hiariej 2. Terkait delik makar, tindak pidana makar termasuk tindak
pidana yg tergolong berat, oleh karena itu Makar bukanlah
Thd Moeljatno:
delik percobaan yg dirumuskan sebagai delik yg
selesai/delik yg berdiri sendiri, melainkan makar
dirumuskan demikian karena bertalian dgn keamanan
negara yg menyangkut keselamatan Presiden & Wakil
Presiden, rongrongan thd pemerintah yg sah & kedaulatan
negara ;
3. Dalam delik adat tidak dikenal percobaan karena sistem
hukum adat hanya mengenal hal-hal yg bersifat kongkrit.
§ Tahap perkembangan awal KUHP, reaksi hukum pidana
ditujukan pada kerugiaan yang diderita oleh
masyarakat atau individu (tidak ada tempat bagi
percobaan/poging karenanya hukum Romawi Kuno
tidak mengenal percobaan sebagai Tindakan yg
diancam dengan sanksi pidana;
Sejarah § Code Penal Pasal 2 : setiap percobaan melakukan
pengaturan kejahatan yg diwujudkan melalui tindakan eksternal

percobaan dan disusul oleh permulaan pelaksanaan, telah menjadi


hukum di Belanda & Indonesia;
(poging) § KUHP Belanda 1886 ketentuan percobaan diatur dalam
Pasal 45 dan Pasal 46 dan KUHP Indonesia diatur dalam
Pasal 53 dan Pasal 54.
Pasal 53 KUHP
§ Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat itu
telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan,
dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-
mata disebabkan karena kehendaknya sendiri .
(kejahatan memunculkan ancaman/bahaya yang nyata
sehingga dipidana)

SANKSI PIDANA § Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal


percobaan dapat dikurangi sepertiga.
TERHADAP § Jika Kejahatan diancam dengan pidana mati dan pidana
PERCOBAAN seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima
belas tahun (15 thn)
(Poging) § Pidana tambahan bagi percobaan adalah sama dengan
kejahatan selesai.
§ Pasal 54 KUHP: Mencoba melakukan pelanggaran
tidak dipidana (Remmelink : pelanggaran lebih ringan &
tidak mengancam kebendaan hukum tertentu)
§ Ketentuan Percobaan di luar Buku I KUHP
§ Pasal 184 ayat 5 KUHP: Percobaan perkelahian tanding
tidak dipidana
Percobaan (poging) § Pasal 302 ayat 4 KUHP: Percobaan melakukan kejahatan
terhadap beberapa terhadap hewan tidak dipidana

kejahatan tertentu § Pasal 351 ayat 5 KUHP : Percobaan melakukan


kejahataan penganiayaan tidak dipidana;
tidak dipidana § Pasal 352 ayat 2 KUHP: Percobaan melakukan
penganiayaan ringan tidak dipidana.
4. Beberapa UU di Luar Kodifikasi, seperti UU
TIPIKOR, UU Terorisme, UU Narkotika,percobaan
melakukan kejahatan dlm UU tersebut dianggap
sama melakukan kejahatan tersebut;
5.Maksimum pidana yg dijatuhkan terhadap
percobaan sebagaimana dimaksud Pasal 53 ayat
(2) KUHP adalah konsekwensi logis dari delik yg
tidak selesai
Ada dua pandangan ttg SIFAT percobaan

Pandangan/Aliran tentang Sifat Percobaan (poging)

a. (1) Percobaan dipandang sbg Memperluas dapat dipidananya


orang; bukan memperluas rumusan-rumusan delik. Artinya
seseorang melakukan percobaan utk melakukan suatu tindak
pidana meskipun tdk memenuhi semua unsur delik, tetapi dapat
dipidana apabila telah memenuhi rumusan Pasal 53 KUHP.

jadi termasuk bentuk delik yang tidak berdiri sendiri (delictum sui
generis)/bentuk delik yang tdk sempurna.

Penganutnya : Ny. Hazewinkel Suringa dan Oemar Senoadji .


(2). Percobaan dipandang sebagai dasar Memperluas dapat
dipidananya Perbuatan. Artinya percobaan melakukan suatu
tindak pidana merupakan suatu kesatuan yang bulat dan
lengkap.

Percobaan ini merupakan delik yang sempurna hanya dalam bentuk


khusus/istimewa. Jadi sebagai delik tersendiri (delictum sui generis).

Penganutnya: Pompe dan Moeljatno. Alasan Moeljatno:

a. Seseorang dapat dipidana krn melakukan suatu delik;

b. Dalam konsep :”perbuatan pidana”, ukuran suatu delik didasarkan


pada sifat berbahanya perbuatan itu sendiri bagi keselamatan
masyarakat.
(3) Dalam hukum adat tidak dikenal percobaan sebagai bentuk
delik yang tidak sempurna, yang ada hanyalah delik selesai.
Contoh: Putusan Pengadilan Adat Palembang, yg mana seorg
laki-laki menangkap/mendekap badan seorg gadis dgn
maksud persetubuhan. Laki-laki tersebut tdk dipidana krn
percobaan pemerkosaan dgn paksa, tetapi dapat dipidana krn
mendekap/memegang badan sigadis.

(4) Dalam KUHP ada beberapa perbuatan yg dipandang sbg


delik yg berdiri sendiri dan merupakan delik yg selesai,
walaupun pelaksanaan dari perbuatan sebenarnya belum
selesai, jadi baru merupakan percobaan. Misalnya Makar,
Pasal 104, 106 dan 107 KUHP.
Pendapat Eddy O.S. Hiariej, berpendapat :
Percobaan adalah delik yang tidak selesai dan bukan delik
mandiri dan bukanlah memperluas dapat dipidananya
pembuat tetapi memperluas dapat dipidananya perbuatan,
alasannya:
a. percobaan bukanlah sesuatu yg berdiri sendiri, namun
mengikuti kejahatan pokoknya;
b. Bab tentang Percobaan dlm KUHP terletak dalam buku
kesatu mengenai ketentuan-ketentuan umum dan bukan pada
buku kedua tentang kejahatan, artinya percobaan bukanlah
delictum sui generis/bukanlah delik yg berdiri sendiri
c. Dalam dakwaan maupun tuntutan penuntut umum Pasal ttg
percobaan tdk mungkin berdiri sendiri tetapi dijunctokan dgn
Pasal-Pasal tentang Kejahatan dlm buku kedua
§ R-KUHP Pasal 17 (1) : percobaan melakukan tindak pidana terjadi
jika niat pelaku telah nyata adanya permulaan pelaksanaan dari
tindak pidana yg dituju tetapi pealksanaannya tidak selesai, tidak
mencapai hasil atau tidak menimbulkan akibat yg dilarang, bukan
semata-mata atas kehendaknya sendiri
§ Pasal 17 (2) : permulaan pelaksanaan terjadi jika:
a. perbuatan yg dilakukan itu diniatkan atau ditujukan utk terjadinya
tindak pidana; dan

Percobaan dalam b. Perbuatan yg dilakukan langsung berpotensi menimbulkan tindak


R-KUHP pidana yg dituju
§ Pasal 17 (3) : pidana utk percobaan melakukan tindak pidana
September 2019 paling banyak 2/3 dari maksimum ancaman pidana pokok utk
tindak pidana yang bersangkutan;
§ Pasal 17 (4) : percobaan melakukan tindak pidana yg diancamkan
dgn pidana mati atau pidana penjara seumur hidup dipidana dgn
pidana penjara paling lama 15 thn;
§ Pidana tambahan utk percobaan melakukan tindak pidana sama
dgn pidana tambahan untuk tindak pidana yg bersangkutan.
§ Pasal 18 (1) : percobaan melakukan tindak pidana jika
pelaku setelah melakukan permulaan pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 17 (1):
a. Tidak menyelesaikan perbuatannya karena
kehendaknya sendiri secara sukarela;
b. Dengan kehendaknya sendiri mencegah tercapainya
Percobaan dalam tujuan atau akibat perbuatannya.

R-KUHP § Pasal 18 (2) : dalam hal percobaan sebagaimana

September 2019 dimaksud dlm ayat (1) telah menimbulkan kerugian


atau menurut perUU-an telah melakukan tindak pidana
sendiri, pelaku dapat dipertanggungjawabkan utk
tindak pidana.
§ Pasal 19 : percobaan melakukan tindak pidana yg hanya
diancam dgn pidana denda paling banyak kategori II
tidak dapat dipidana.
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Penerbit Yarsif Watampone,
2005

Andi Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Jakarta: sinar grafika, 1995

Barda Nawawi Arief, Hukum Pidana Lanjut, Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro, 2018

Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Yogyakarta: 2014

Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari


Daftar Pustaka KUHP Belanda dan Padanannya dalam KUHP Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2003

Moeljatno, Asas-Asas hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Van Bemmelen, Hukum Pidana I Hukum Pidana Material Bagian Umum,


Jakarta, Binacipta, 1984

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

R-KUHP September 2019

You might also like