Professional Documents
Culture Documents
Pertemuan 1
Pertemuan 1
ALASANNYA:
1. Bertalian dgn sistem hukum pidana indonesia, yg harus
memisahkan antara perbuatan pidana &
pertanggungjawaban pidana
2. Beberapa perbuatan percobaan dlm KUHP dirumuskan
sebagai delik selesai & berdiri sendiri, seperti Pasal 104,
106, & 107 KUHP yg berkaitan dgn makar;
3. Dalam hukum adat tidak dikenal delik yg dirumuskan
sebagai percobaan.
1. Percobaan sebagai dasar
memperluas dapat
HAZEWINKEL dipidananya orang;
SURINGA/AHLI 2. Percobaan tidak memperluas
HUKUM rumusan delik;
PIDANA 3. Percobaan tidak dipandang
BELANDA sebagai delik yg berdiri
sendiri (delictum sui generis);
4. Percobaan dipandang sebagai
delik yg tidak sempurna
1. Delik percobaan sebagai delik berdiri sendiri atau tidak,
sama sekali tidak ada kaitannya dgn pandangan dualistis
yg memisahkan perbuatan pidana & pertanggungjawaban
pidana;
Pandangan Eddy O. S. Hiariej 2. Terkait delik makar, tindak pidana makar termasuk tindak
pidana yg tergolong berat, oleh karena itu Makar bukanlah
Thd Moeljatno:
delik percobaan yg dirumuskan sebagai delik yg
selesai/delik yg berdiri sendiri, melainkan makar
dirumuskan demikian karena bertalian dgn keamanan
negara yg menyangkut keselamatan Presiden & Wakil
Presiden, rongrongan thd pemerintah yg sah & kedaulatan
negara ;
3. Dalam delik adat tidak dikenal percobaan karena sistem
hukum adat hanya mengenal hal-hal yg bersifat kongkrit.
§ Tahap perkembangan awal KUHP, reaksi hukum pidana
ditujukan pada kerugiaan yang diderita oleh
masyarakat atau individu (tidak ada tempat bagi
percobaan/poging karenanya hukum Romawi Kuno
tidak mengenal percobaan sebagai Tindakan yg
diancam dengan sanksi pidana;
Sejarah § Code Penal Pasal 2 : setiap percobaan melakukan
pengaturan kejahatan yg diwujudkan melalui tindakan eksternal
jadi termasuk bentuk delik yang tidak berdiri sendiri (delictum sui
generis)/bentuk delik yang tdk sempurna.