You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328732326

Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah: Analisis


Dasar Kebijakan Mutu Pendidikan Islam

Article · April 2018

CITATIONS READS

0 2,961

1 author:

Imam Mawardi
Universitas Muhammadiyah Magelang
43 PUBLICATIONS   32 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PPPenagb View project

PEMBERDAYAAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF BERKARAKTER ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN View project

All content following this page was uploaded by Imam Mawardi on 04 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Imam Mawardi 1239
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum


Madrasah: Analisis Dasar Kebijakan Mutu Pendidikan Islam

Imam Mawardi
Universitas Muhammadiyah Magelang
e-Mail: mawardirazal@ummgl.ac.id

Abstract
This article discusses the problems associated with the management of the curriculum in
madrasah. Madrasah as formal educational institutions that characterized religious
specifically Islam, should be able to answer the demands of society, namely the one hand
madrasas should teach general science on par with public schools, and on the other hand
cannot ignore the religious education which is a particular feature of the madrasah. This
requires a holistic-integrative curriculum development, namely a curriculum that combines
a variety of concepts and a comprehensive and integrated approach. This means that the
curriculum is seen from the organization as an approach that seeks to unite linkage concept
study of the cognitive, affective and psycomotor as a whole; and integrated in a link the
discussion on learning with real life that exists around the learner.

Keywords: Curriculum Development, Madrasah, Quality Management, Islamic Education

Abstrak
Artikel ini membahas persoalan yang berhubungan dengan manajemen kurikulum di
madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal yang berciri khusus keagamaan
Islam, harus mampu menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat, yaitu satu sisi madrasah
harus mengajarkan ilmu umum setara dengan sekolah-sekolah umum, dan di sisi lain
tidak boleh mengabaikan pendidikan agama yang merupakan ciri khusus dari madrasah.
Hal ini menuntut sebuah pengembangan kurikulum holistik-integratif, yaitu sebuah
kurikulum yang memadukan berbagai konsep dan pendekatan secara menyeluruh dan
terpadu. Artinya dilihat dari organisasi kurikulum adalah sebagai pendekatan yang
berusaha menyatukan keterkaitan konsep belajar dari sisi kognitif, afektif dan psikomotor
secara utuh dan terpadu dalam mengkaitkan antara bahasan dalam pembelajaran dengan
kehidupan nyata yang ada di sekitar peserta didik.

Kata Kunci: Pengembangan Kurikulum, Madrasah, Manajemen Mutu, Pendidikan Islam

Pendahuluan
Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal berciri khusus keagamaan
mempunyai peran strategis dalam mengembangkan budaya pendidikan di tengah-
temgah masyarakat. Madrasah pada awalnya lahir dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
perkembangan peradaban yang tumbuh dan berkembang seiring dengan
dialektika yang beralas sumbu dari rasa memiliki masyarakat terhadap madrasah
dari satu generasi ke generasi lainnya. Hal ini dikarenakan kepercayaan

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1240 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

masyarakat pada mulanya akan pentingnya pendidikan agama sebagai disiplin


ilmu yang membekali peserta didik dengan nilai-nilai yang melekat dalam
dinamika kehidupan dan perangkat kebudayaannya.
Berbagai persoalan dan tuntutan perkembangan zaman telah merubah
paradigma madrasah, sehingga harus berani melangkah ke depan dengan berbagai
inovasi perkembangan modern di dalamnya, hal ini akan membawa madrasah
dapat setara dalam sistem pendidikan nasional. Tuntutan terhadap madrasah
menjadi semakin berat, misalnya di bidang kurikulum, satu sisi madrasah harus
mengajarkan ilmu umum setara dengan sekolah-sekolah umum, dan di sisi lain
tidak boleh mengabaikan pendidikan agama yang merupakan ciri khusus dari
madrasah. Hal ini tentunya berakibat banyaknya muatan mata pelajaran yang
harus dipelajari peserta didik, sementara itu pula manajemen madrasah, SDM dan
sarana-prasarana rata-rata secara umum masih banyak yang harus dibenahi.
Permasalahan-permasalahan yang menyertai dinamika perkembangan
madrasah sebenarnya secara historis telah teruji melalui kemandirian sistem
pendidikan yang berjalan selama ini. Namun akibat cepatnya arus globalisasi
mengharuskan madrasah menjawab seluruh persoalan dengan tatanan
manajemen yang baik, khususnya manajemen kurikulum. Mengingat kurikulum
merupakan jantungnya pendidikan, maka gerak nadi keberlangsungan madrasah
ditentukan oleh bagaimana manajemen kurikulum mampu mendesain sistem
pendidikan dan pembelajaran yang modern di madrasah.
Dengan demikian, dalam rangka mencari format ideal sebagai paradigma
alternatif peningktan mutu madrasah, maka dalam artikel ini akan dibahas konsep
dasar manajemen kurikulum; madrasah dan permasalahan yang mengiringinya;
kebijakan mutu pendidikan Islam di madrasah; dan orientasi ideal pengembangan
kurikulum pendidikan Islam modern di madrasah.

Konsep Dasar Manajemen Kurikulum


Manajeman dalam pengelolaan lembaga pendidikan merupakan suatu yang
sangat prinsip dalam keberlangsungan pelaksanaan pendidikan. Manajemen
menjadi kunci keberhasilan bagaimana mengatur dan menjalankan pendidikan
berdasarkan prinsip-prinsip yang secara terus-menerus sesuai aturan yang
diberlakukan dengan baik.
Secara etimologi, “manajemen” berasal dari kata to manage yang berarti
mengatur. Sedangkan secara teriminologi, ada beberapa definisi sebagaimana yang
dikemukakan para ahli, diantaranya misalnya; (1) management is district process
consisting of planning, organizing, actuating, and controling performed to
determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other
resources (GR Terry); (2) Management is general refers to planning organizing,
controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making
activities performed by the enterprise so as to bring an efficient creation of some
product or service (Andrew F. Sikula). (3) Manajemen adalah ilmu dan seni

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1241
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya


secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Hasibuan)1.
Dari tiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien apabila (a) mempunyai tujuan yang
ingin dicapai, (b) adanya perpaduan antara ilmu dan seni, (c) melakukan proses
yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi, (d) dapat diterapkan
apabila ada dua atau lebih melakukan kerjasama dalam satu organisasi, (e)
didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab, (f) terdiri dari
beberapa fungsi (planning, organizing, motivating, actuating, fasilitating,
empowering, controlling, dan evaluating), (g) merupakan alat untuk mencapai
tujuan2.
Berkenaan dengan fungsi manajemen -bila dihubungkan dengan
manajemen pendidikan- yang sangat berperan penting adalah faktor
kepemimpinan (leadership) kepala madrasah dalam menggunakan fungsi-fungsi
tersebut secara baik, yaitu:
a. Planning (perencanaan), sebagai fungsi awal dalam menentukan tujuan atau
kerangka tindakan dalam mencapai tujuan. Dalam perencanaan ini yang
perlu diperhatikan adalah (1) menetapan tujuan mengacu pada visi dan misi
yang telah ditentukan sebelumnya; (2) mengkaji kekuatan dan kelemahan
(SWOT analysis); (3) menentukan keinginan dan kebutuhan organisasi
(needs asessment); (4) memperhatikan kebuthan para pengguna (stake holder
analysis); (5) memeperhatikan isu-isu yang strategis (issue strategic analysis);
dan (6) menentukan strategi, kebijakan, taktik dan program (planning
strategic).
b. Organizing (pengorganisasian), merupakan fungsi tata kerja dalam
menentukan struktur, fungsi dan hubungan. Tata kerja pengorganisasian ini
untuk mengatur dinamika tanggung jawab yang saling mempengaruhi dan
bersinergi dalam melaksnakan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
c. Motivating (motivasi), merupakan fungsi dorongan yang mempengaruhi
semangat untuk bertindak dalam menjalankan program yang telah
direncanakan. Motivasi yang kuat menjadi modal yang mempengaruhi
kinerja seseorang mencapai keberhasilan sebuah program.
d. Actuating (penggerakan), merupakan fungsi menggerakkan seseorang untuk
melaksanakan tugasnya dengan antusias dan penuh semangat dalam
mencapai tujuan.
e. Fasilitating (fasilitasi), merupakan pemberian fasilitas dalam pengertian yang
luas, yaitu memberi kesempatan pada bawahan untuk berkembang dengan
baik melalui pengembangan karir dan kompetensi sehingga diharapkan
dapat memunculkan ide-ide kreatif yang sangat bermanfaat bagi
keberlangsungan suatu organisasi.

1 Fatah Syukur NC., Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah. (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2011), hlm. 7-8.
2 Ibid, hlm. 9.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1242 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

f. Empowering (pemberdayaan), merupakan fungsi manajemen yang berkenaan


dengan pemberdayaan SDM yang dimiliki oleh lembaga madrasah. SDM yang
ada harus dioptimalkan sedemikian rupa fungsinya sehingga dapat
bermanfaat bagi pengembangan organisasi kelembagaan.
g. Controlling (pengawasan), merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan lembaga pendidikan tercapai; apabila terjadi
penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya3.
h. Evaluating (evaluasi), merupakan fungsi manajemen yang terakhir sebagai
proses pengukuran untuk meneliti dan mengetahui terhadap hasil-hasil
pekerjaan yang sudah dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang
direncanakan ataukah belum. Jika sudah sesuai standar yang diharapkan
maka kemudian dilakukan proses tindak lanjut, apabila belum sesuai maka
perlu diadakan perbaikan-perbaikan kembali hingga sesuai standar yang
diharapkan.

Salah satu yang sangat krusial dalam manajemen pendidikan adalah


kurikulum. Begitu pentingnya arti sebuah kurikulum sehingga banyak yang
mengatakan kurikulum merupakan jantungnya pendidikan; gerak dan nafas
pendidikan tergantung dari kurikulum yang dijalankan. Definisi kurikulum sendiri
sebagaimana dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”4.
Mengingat pentingnya kurikulum, maka perlulah dilaksanakan manajemen
pengembangan kurikulum untuk mendapatkan hasil kurikulum yang lebih efektif,
efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber maupun komponen
kurikulum. Manajemen kurikulum pendidikan Islam diartikan sebagai usaha
sistematis yang dilakukan seseorang melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum yang dilandasi nilai-nilai
Islam agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien5 .
Tita Lestari sebagaimana yang dikutip Rusman6, mengemukakan tentang
siklus manajemen kurikulum, yaitu: Pertama, tahap perencanaan; meliputi:
analisis kebutuhan; merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; menentukan
desain kurikulum; dan membuat rencana induk (master plan): pengembangan,
pelaksanaan dan penilaian. Kedua, tahap pengembangan; meliputi: perumusan

3 Rusman. Manajemen Kurikulum: Seri Manajemen Sekolah Bermutu. (Bandung: Mulia Mandiri Press,
2008), hlm. 68.
4 UU No 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5 Agus Zainul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam dari Normatif-Filosofis ke Praktis.

(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 2.


6 Rusman. Manajemen Kurikulum…, hlm. 70-71.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1243
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

rasional atau dasar pemikiran; perumusan visi, misi, dan tujuan; penentuan
struktur dan isi program; pemilihan dan pengorganisasian materi;
pengorganisasian kegitan pembelajaran; pemilihan sumber, alat, dan sarana
belajar; dan penentuan cara mengukur hasil belajar. Ketiga, tahap implementasi
atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: penyusunan rencana dan program
pembelajaran (silabus dan RPP); penjaaran materi (kedalaman dan keluasan);
penentuan strategi dan metode pembelajaran; penyediaan sumber, alat dan sarana
pembelajaran; penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan
setting lingkungan pembelajaran. Keempat, tahap penilaian; yaitu untuk melihat
sejauhmana kekuatan dan kelemahan kurikulum yang dikembangkan, mencakup
konteks, input, proses, dan produk dari kurikulum yang digunakan.
Pengembangan kurikulum pendidikan Islam, secara manajemen
mensyaratkan adanya muatan materi kurikulum yang memiliki jangkauan yang
lebih jauh yaitu tidak hanya membekali peserta didik dengan seperangkat
kompetensi duniawi (artinya siap kerja) saja dengan skill, kecakapan hidup dan
kompetensi lainnya, tetapi juga muatan mata pelajaran yang membekali siswa
untuk siap dalam menghadapi kehidupan yang lebih abadi/kekal yaitu kehidupan
ukhrowi. Sehingga jangkauan dalam perencanaan kurikulumnya tidak hanya
berbunyi dunia-kerja, tetapi juga dunia-akhirat7.
Dengan demikian, apabila konteks manajemen kurikulum secara umum
didekati dengan nilai-nilai Islami, maka fungsinya akan menjadi lebih substansial,
diantaranya yaitu: (1) pemanfaatan sumber daya kurikulum secara efektif dan
efisien dengan menggali potensi yang diberikan Allah, (2) menyeimbangkan
aktivitas duniawi dan ukhrowi dengan dilandasi niat beribadah dalam semua
aktivitas kehidupan, (3) meningkatkan efektifitas belajar-mengajar sebagai
kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikannya, dan (4) meningkatkan
semangat evaluasi diri (muhasabah) bagi semua pihak untuk melaksanakan
perbaikan dan peningkatan kualitas insani yang terus menerus dalam mencapai
tujuan pendidikan.

Madrasah dan Problematikanya


Madrasah merupakan lembaga pendidikan formal yang diakui secara resmi
dan disejajarkan dengan pendidikan umum, yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama sebagaimana dijelaskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20
tahun 2003. Jenjang pendidikan madrasah meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI)
setingkat sekolah dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah (MA) setingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) setingkat Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). MAK dalam realisainya merupakan program pilihan yang
dikembangkan oleh masing-masing MA, jadi bukan merupakan satuan pendidikan
terpisah sebagaimana SMA dan SMK. Meskipun kurikulumnya dikembangkan dari
kurikulum Nasional, akan tetapi pola pembinannya yang berbeda; madrasah masih

7 Agus Zainul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam…, hlm. 4.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1244 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

menggunakan pola sentralisasi oleh Kementerian Agama, sedangkan sekolah


umum menggunakan pola desentralisasi oleh Dinas Pendidikan daerah.
Dinamika perjalanan madrasah dilihat dari fungsinya, Halim 8
mengidentifikasi sebagai berikut: (1) Madrasah milik masyarakat (community
based education), artinya madrasah berkembang dari masyarakat dan untuk
masyarakat, sehingga keterikatan masyarakat kepada masyarakat lebih dari
keterikatan emosional keagamaan. (2) Madrasah sebagai manajemen berbasis
sekolah (school based management), artinya keragaman dan kebebasan tergantung
kepada otonomi dan kemandirian sekolah. (3) Madrasah sebagai lembaga
tafaqquhu fi al-din, agar peserta didik mempelajari dan menularkan kepada orang
lain pemahaman agama, sehingga madrasah tidak terpisahkan dengan dakwah
meskipun lebih dominan sisi pendidikannya. (4) Madrasah sebagai lembaga
kaderisasi dan mobilitas umat Islam, yaitu mampu melahirkan pribadi muslim
yang shalih dengan penguasaan ilmu agama yang luas, konsisten dan mendalam.
Madrasah sebagai salah satu model pendidikan Islam mempunyai kesan
tersendiri bagi masyarakat sebagai lembaga pendidikan formal yang berada dalam
naungan pembinaan Kementerian Agama. Dalam perjalanannya, madrasah yang
dikesankan sebagai sekolah agama yang keberadaanya hanya dipandang sebagai
pelengkap pendidikan umum, yang pengelolaannya sangat minimalis, artinya dari
kebutuhan SDM guru, sumber dana, sarana dan prasarana belum memadai, apalagi
pelaksanaan pendidikan dilaksanakan pada sore hari, anak-anak sepulang dari
sekolah umum. Hal ini pada mulanya tidaklah salah karena orientasi dari sistem
madrasah lebih menekankan pada pendidikan agama.
Pada perkembangan selanjutnya madrasah mengalami diversifikasi
kurikulum dengan lebih mengutamakan mata pelajaran umum yang sejajar
kurikulumnya dengan sekolah umum. Sementara mata pelajaran agama
dikembangkan sebagai ciri khas yang menyertai pendidikan umum. Hal ini secara
tidak langsung merubah pemaknaan peran madrasah yang sejak munculnya
disebut sekolah Islam, sekarang menjadi sekolah umum yang bercirikan Islam.
Sebuah pertanyaan kemudian muncul ketika madrasah disandingkan dengan
sekolah-sekolah umum yang dikelolah lembaga Islam swasta, misalnya lembaga
pendidikan Muhammadiyah, Maarif NU, Hidayatullah, Tarbiyah dan lain
sebagainya. Oleh lembaga ini, dengan otoritasnya mengelolah mata pelajaran
agama menjadi lebih bervariasi dengan mengembangkan kurikulum secara
mandiri dan terpadu. Lalu, bagaimana dengan madrasah yang telah mengalami
pergeseran makna, tentunya memerlukan kajian lebih mendalam dan
komprehensif agar bisa lebih survive dalam menghadapi tantangan tuntutan
kebutuhan dan perkembangan zaman.
Madrasah sebagai subsistem pendidikan Islam mempunyai tujuan khusus
yang harus dicapai. Sebagaimana ditulis Kadir, dkk9, bahwa tujuan madrasah ini
8 Abdul Rahman Halim, 2008, “Aktualisasi Implementasi Kebijakan Pendidikan pada Madrasah

Swasta di Sulawesi Selatan”. Lentera Pendidikan. Vol 11. No 1 Juni 2008, hlm. 83-100.
9 Abdul Kadir, dkk., Dasar-Dasar Pendidikan. Edisi Pertama. (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012), hlm. 225.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1245
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

secara otomatis akan menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional.


Sebagaimana dicontohkan, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui
pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME. Aspek dari tujuan pendidikan nasional inilah yang
kemudian dijabarkan menjadi tujuan pendidikan agama Islam dan kemudian
dijabarkan lagi menjadi tujuan pendidikan madrasah.
Madrasah tentunya harus berubah dan mampu berdaya saing tinggi dengan
sekolah-sekolah umum maupun sekolah umum swasta yang bercirikan Islam.
Apalagi fenomena boarding school menjadi wajah baru bagi sistem pendidikan
Islam di Indonesia menjadi lebih membumi. Konsep boarding school merupakan
sebuah sistem pendidikan yang berusaha memadukan sistem pesantren dengan
sekolah formal. Sebenarnya sistem ini bagi madrasah bukanlah barang baru,
karena sejak lama madrasah merupakan bentuk formal dari sistem pesantren.
Namun tuntutan perkembangan yang lebih mengedepankan pendidikan umum
menjadikan madrasah seperti kehilangan orientasi, satu sisi dituntut untuk lebih
memperkaya muatan mata pelajaran agama dan di sisi lain mata pelajaran umum
harus sebanding dengan standar kurikulum Nasional.
Salah satu problematika madrasah sebagaimana yang dikemukakan
Mulyana10 adalah porsi kurikulum di madrasah yang 70% untuk mata pelajaran
umum dan 30% untuk mata pelajaran agama telah menggeser misi awal madrasah
sebagai lembaga “pensuplai calon dai” yang melanjutkan ke PTAI. Menurutnya hal
ini merupakan sebuah ironi sejarah ketika dalam perjalanannya munculnya
Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) sebagai antisipasi dari kurangnya pasokan
calon dai yang memasuki PTAI. Menurut penulis meskipun menjadi sebuah ironi
dari satu perspektif, namun dari perspektif yang lain out come madrasah mampu
menunjukkan kiprahnya dalam mensinergikan aktivitas profesionalnya dengan
nilai-nilai islami.
Dilihat dari karakteristiknya, madrasah setidaknya mempunyai tiga
karakteristik, yaitu: pertama, madrasah hadir dari, oleh dan untuk masyarakat.
Artinya munculnya madrasah sebagai bentuk pendidikan yang berbasis
masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai dalam kesamaan ideologi agama,
yakni agama Islam; kedua, madrasah sebagai sistem pendidikan formal
(persekolahan), yaitu madrasah merupakan lembaga pendidikan yang
mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam integrasi keilmuan, baik
ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum; ketiga, madrasah mempunyai tujuan
yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian ibadah dan amal shalih.
Dengan melihat karakteristik dari madrasah tersebut di atas, maka
tantangan yang dihadapi madrasah juga sama besar dengan berbagai
permasalahan yang melingkupinya. Setidaknya ada tiga tantangan madrasah, yaitu
globalisasi, pergeseran pola hidup masyarakat, dan penguatan karakter dan jati diri
madrasah.

10 Rohmat Mulyana, Spektrum Pembangunan Madrasah, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 7.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1246 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

Pertama, tantangan globalisasi. Globalisasi merupakan peta integrasi ke


ruang lingkup dunia tanpa adanya sekat-sekat yang memisahkan, dan bertumpu
setidaknya pada kemajuan iptek; perdagangan bebas; kerjasama regional dan
internasional; dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap HAM dan
demokarsi. Bagi madrasah tantangan ini menjadi sebuah keharusan untuk
meningkatkan mutu dalam menjawab kebutuhan pasar masyarakat dengan
menawarkan model pendidikan modern berstandar internasional. Kedua,
pergeseran pola hidup masyarakat. Pergeseran pola hidup masyarakat, baik dari
tatanan pemikiran maupun tuntutan kebudayaan akan perkembangan global,
harus diantisipasi oleh madrasah dengan menciptakan inovasi-inovasi pendidikan
yang menjamin kepuasan masyarakat, khususnya tentang pendidikan agama
(keimanan, ibadah, dan akhlak) sebagai modal spiritual dalam menentukan arah
globalisasi yang diikuti perubahan pola hidup masyarakat. Dan ketiga, penguatan
karakter dan jati diri madrasah. Sebagai lembaga pendidikan Islam, madrasah
harus menunjukkan karakter profesional terhadap dinamika pekembangan iptek
dan outcome pendidikan sesuai standar kualifikasi kompetensi nasional Indonesia
yang dibutuhkan masyarakat; di samping itu juga jati diri madrasah yang
mengedepankan nilai-nilai spiritual dan keagamaan tidak hilang begitu saja, tetapi
justru berkembang secara baik dengan pendekatan dan metodologi kekinian.
Adapun permasalahan dalam pengelolaan madrasah, sebagaimana
digambarkan Kadir, dkk tidak terlepas dari tiga permasalahan utama, yaitu: (1)
SDM yang berwawasan sempit dan tidak profesional; (2) kesalahan
menerjemahkan niat ikhlas; dan (3) pencitraan kumuh dan pinggiran11. SDM yang
berwawasan sempit dan tidak profesional menjadi akar persoalan yang paling
rumit dihadapi oleh madrasah. Oleh sebab itu, perbaikan madrasah berarti
perbaikan faktor manusianya, maka perlu diadakan upgrading untuk pembinaan
dan pengawasan terkontrol berkelanjutan. Sedang kesalahan menerjemahkan
makna ikhlas berimbas pada pengelola madrasah yang bekerja hanya berbekal niat
baik dan ikhlas saja tanpa disertai dengan keahlian kualifikai yang diperlukan.
Masalah ketiga adalah persoalan pencitraan, dimana madrasah dikesankan sebagai
lembaga pendidikan yang kumuh dan pinggiran. Kesan ini mengakibatkan
madrasah tidak bermutu dan tak layak bersaing. Tentunya hal ini dapat diatasi
dengan memperbaiki manajemen mutu madrasah melalui ikhtiar yang baik,
sehingga secara tidak langsung menciptakan citra positif di tengah masyarakat.
Pemikiran terhadap pengembangan madrasah dan aktualisasi konkrit yang
berkesinambungan menjadi tolak ukur madrasah membangun kepercayaan
masyarakat. Kemampuan membingkai ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam
menjadi pekerjaan rumah madrasah untuk menciptakan daya saing yang
membedakan dengan lembaga pendidikan umum. Oleh sebab itu diperlukan
kajian dan orientasi yang mendalam bagaimana membuat kebijakan mutu melalui
lembaga pendidikan madrasah di semua level satuan pendidikan, sehingga

11 Abdul Kadir, dkk., Dasar-Dasar Pendidikan…, hlm. 228.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1247
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

jaminan mutu dapat diperoleh dan menjadi alternatif masyarakat mengambil


manfaat dari madrasah.

Kebijakan Mutu Pendidikan Islam di Madrasah


Mutu dapat diartikan “(ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau
derajat; kualitas”12. Dalam pengertian umum mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa;
baik yang tangible maupun intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian
mutu mengacu pada “proses pendidikan” dan “hasil pendidikan”. Dalam “proses
pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif,
afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru),
dukungan administrasi dan sarana prasarana, sumberdaya serta penciptaan
suasana yang kondusif. Dalam kontes “hasil pendidikan”, mutu mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Antara proses
dan hasil pendidikan yang bermutu saling berintegrasi. Namun agar proses tidak
salah arah, maka mutu dalam artian hasil (out put) harus dirumuskan terlebih
dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target dan sasaran yang akan dicapai untuk
setiap tahun atau kurun waktu tertentu13.
Manajemen mutu dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah cara atau metode meningkatkan performansi secara terus menerus
(Continuous Performance Imrprofement) pada hasil atau proses di sebah lembaga
pendidikan dengan mendayagunakan semua sumber daya manusia (resource) dan
modal yang tersedia14. Manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah, menurut
Syukur 15 merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas madrasah. Beberapa indikator
yang menunjukkan karakter dari peningkatan mutu yang dikemukakannya adalah
sebagai berikut: (1) lingkungan aman dan tertib, (2) madrasah memiliki misi dan
target mutu yang ingin dicapai, (3) madrasah memiliki kepemimpinan yang kuat,
(4) adanya harapan yang tinggi dari personal madrasah (kepala madrasah, guru
dan staf lainnya serta peserta didik) untuk berprestasi, (5) adanya pengembangan
staf madrasah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (6) adanya pelaksanaan
evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif,
dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (7) adanya
komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan masyarakat.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, secara khusus Mulyasa 16
mengemukakan enam prinsip, yaitu (1) Prinsip yang berorientasi pada tujuan,

12 Departemen Pendidikan Nasional/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia. edisi 3 cet 4. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 768.


13 Rusman. Manajemen Kurikulum…, hlm. 439-440.; Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan

Berbasis pada Madrasah..., hlm. 44.


14 Imam Machali dan Ara Hidayat, The Hand Book of Education Management: Teori dan Praktik

Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hm. 365.


15 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah…, hlm. 42.
16 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 9.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1248 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

yaitu dengan menetapkan tujuan yang harus dicapai peserta didik dalam
mempelajari suatu mata pelajaran, (2) Prinsip efisiensi dan efektivitas dalam
penggunaan dana, daya, dan waktu dalam mencapai tujuan pendidikan. (3) Prinsip
fleksibilitas program; dalam pelaksanaan suatu prohram hendaknya
mempertimbangkan faktor-faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas
yang menunjang. (4) Prinsip kontinuitas; dengan menyiapkan peserta didik agar
mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (5) Prinsip
pendidikan seumur hidup, yang memandang bahwa pendidikan tidak hanya di
sekolah, tetapi harus dilanjutkan dalam keluarga dan masyarakat. Jadi peserta
didik perlu memiliki kemampuan belajar sebagai persiapan belajar di masyarakat.
(6) prinsip relevansi, suatu pendidikan akan bermakna apabila kurikulum yang
dipergunakan relevan (terkait) dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan manajemen kurikulum, peningkatan relevansi
dengan tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat antara lain dilakukan
manajemen kurikulum yang berangkat dari suatu prediksi 10-20 tahun mendatang.
Misalnya perkembangan demografis, perkembangan sosial ekonomi dan budaya,
perubahan lingkungan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada jenjang pendidikan dasar, masalah relevansi ini, terutama ditujukan agar para
lulusan mampu mengisi berbagai jenis pekerjaan yang ada di masyarakat sesuai
dengan keterampilan yang dimilikinya17. Dengan demikian, pengetahuan dan skill
harus sejak dini dikaitkan degan kebutuhan masyarakat dan lingkungan, serta
dikelola dengan sebaik-baiknya melalui pemberdayaan kegiatan soft skills.
Upaya peningkatan mutu madrasah menjadi alternatif jalan panjang yang
harus ditempuh, baik dalam dataran idealis konseptual maupun dataran pragmatis
aplikatif. Hal ini sebagai piranti untuk mewujudkan kebutuhan sistem manajemen
kurikulum pendidikan yang bermutu.

Orientasi Ideal Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Modern di


Madrasah
Pengembangan Kurikulum memerlukan kajian dan telaah yang terus
menerus; karena dunia berubah maka kurikulum harus dapat menyesuaikan di
setiap setiap perubahannya. Dinamika perubahan kurikulum dibarengi dengan
makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Oleh
sebab itu dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan beberapa
prinsip 18 , yang semuanya dapat menjadi arah dalam mengambil kebijakan
manajemen pendidikan.

17 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah…, hlm. 9.


18 Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum: Pertama, prinsip relevansi, yaitu kurikulum hendaknya
relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat; kedua, prinsip fleksibilitas, yaitu
kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel yang memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang peserta didik;
ketiga, prinsip kontinuitas, yaitu kesinambungan tujuan dan muatan pelajaran antar jenjang pendidikan dan
jenjang pekerjaan, sehingga perlu adanya komunikasi dan kerjasama antara pengembang kurikulum di semua
level pendidikan dan dunia kerja; keempat, prinsip praktis atau efisiensi, artinya mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana, dan biayanya murah; kelima, prinsip efektivitas, yaitu keberhasilan

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1249
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

Manajemen sebagai salah satu bagian dalam sistem pengelolaan pendidikan


diharapkan mampu menjembatani berbagai macam kebutuhan dalam
pemgembangan pendidikan Islam modern, termasuk di dalamnya adalah
madrasah. Kebutuhan akan manajemen yang baik menjadi syarat mutlak bagi
peningkatan pendidikan bermutu. Pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari
kurikulum yang dikembangkan seirama dengan kebutuhan masyarakat sebagai
stake holder dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, pengembangan kurikukum menjadi bagian tak terpisahkan dari
manajemen pendidikan yang dapat menunjukkan ciri khas terhadap pola dan
sistem pembelajaran yang dilaksanakan.
Pengembangan kurikulum modern sebagai tuntutan menjawab pelbagai
persoalan yang muncul di masyarakat. Apalagi, keraguan masyarakat terhadap
produk output madrasah harus segera dapat dipecahkan. Mengingat semenjak
terbitnya UU SPN No 2 tahun 1989, madrasah dianggap sebagai sekolah umum
yang berciri khas Islam sedang kurikulumnya untuk bidang studi umum sama
dengan kurikulum sekolah plus agama. Pada UU SPN No 20 tahun 2003,
kedudukan madrasah menjadi lebih kuat, di mana madrasah mempunyai peluang
yang sama sebagai sekolah umum berciri khas Islam, yaitu mendapat pengakuan
dan hilangnya diskriminatif di mata pemerintah. Pengakuan ini mengakibatkan
pola pembinaan madrasah yang dibina oleh Kementerian Agama mengacu sama
dengan kebijakan yang dilakukan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Akibat pengakuan atas kesetaraan madrasah dengan sekolah umum --
bahkan madrasah mempunyai nilai plus yaitu pendidikan agama yang lebih
komprehensif—menjadikan madrasah menjadi semakin gemilang dengan
berbagai varian keunggulan sebagai madrasah model, baik di level Ibtidaiyah,
Tsanawiyah maupun Aliyah. Namun di sisi lain keterbatasan dan semakin
gemuknya muatan kurikulum seakan menjadikan madrasah seperti kehilangan
identitas awalnya, yaitu mata pelajaran agama bukan menjadi mata pelajaran
utama melainkan hanya sebagai mata pelajaran pendamping saja. Identitas
madrasah sebagai warisan perjuangan para ulama sebagai kader dakwah seakan
terpinggirkan, hanya nilai-nilai yang tersisa sebagai bangunan spirit dalam
pengembangan madrasah.
Untuk menjembatani persoalan madrasah ini, diperlukan berbagai
alternatif paradigma sebagai buah pemikiran untuk menjadikan madrasah yang
sesuai dengan harapan masyarakat, yaitu antara lain: penataan manajemen
kurikulum madrasah yang berdaya saing dan pengembangan kurikulum holistik-
integratif.

kurikulum dapat efektif sesuai sasaran peruntukannya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Nana Syaodih
Sukmadinata, Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 150-151.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1250 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

1. Penataan manajemen kurikulum madrasah yang berdaya saing


Manajemen kurikulum madrasah menjadi perhatian utama karena akan
menentukan kualitas madrasah itu sendiri. Hal ini untuk menepis budaya “asal-
asalan” yang selama ini berkembang dalam pengelolaan madrasah. Apalagi
tuntutan masyarakat terhadap madrasah lebih besar porsinya daripada non
madrasah, terutama tuntutan madrasah sebagai sekolah plus, yaitu sekolah
agama dan sekolah umum, sehingga diperlukan penataan manajemen
kurikulum secara koprehensif. Di samping itu, kesiapan para pengembang
kurikulum di satuan pendidikan madrasah (kepala sekolah dan guru) menjadi
penentu bagi pemecahan problem kurikulum madrasah, sekaligus untuk
meningkatkan kualitas atau mutu kurikulum yang berdaya saing tinggi.
Perubahan kurikulum dalam dinamika sejarah madrasah, harus dapat
ditanggapi secara serius. Di mana dari sekedar mengajarkan pendidikan agama
kemudian beralih pada pengajaran ilmu-ilmu umum disebabkan oleh
kebutuhan masyarakat pengguna jasa madrasah. Menurut Halim, bahwa
munculnya gagasan islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah
memberikan legitimasi teologis perubahan kurikulum, yaitu munculnya
gagasan tentang perlunya integrasi ilmu agama dalam IPTEK yang selama ini
dikelompokkan ke dalam ilmu-ilmu sekuler. 19 Hal ini kemudian dalam
perkembangan madrasah muncul berbagai model madrasah terpadu yang
mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama ke dalam satuan kurikulum.
Tentunya yang harus diantisipasi adalah menggelembungnya muatan materi
yang harus dipelajari peserta didik atau juga pemahaman peserta didik hanya
bersifat integratif parsial dan tidak matang. Oleh sebab itu, penataan
manajemen kurikulum harus mampu menjawab berbagai permasalahan akibat
perubahan konten dan pendekatan kurikulum.
Penataan manajemen kurikulum di madrasah berkaitan erat dengan
kegiatan-kegiatan mengenai: (1) Perancangan (desain)
kurikulum/pembelajaran; yaitu sebuah desain yang dikembangkan dari
standar nasional untuk dikelola dan dikembangkan secara efektif, efisien,
relevan dan komprehensif di setiap satuan pendidikan. Dengan desain ini juga
dikembangkan nilai-nilai yang digali berdasarkan keunikan di setiap madrasah
sebagai daya beda keunggulan. (2) Implementasi Kurikulum/ pembelajaran;
implementasi ini dilaksanakan dengan berpedoman pada desain yang telah
ditetapkan sebelumnya. Ketidaktercapaian tujuan kurikulum biasanya terjadi
apabila tidak disiplin atau tidak sesuai dengan desain yang telah ditetapkan.
(3) evaluasi kurikulum/pembelajaran; kegiatan pengeloaan evaluasi harus
dilakukan secara sistematis dan komprehensif yang mengacu pada visi, misi
dan tujuan pembelajaran. Evaluasi ini harus dilaksanakan secara terpogram
untuk dapat melihat sejauhmana efektifitas pelaksanaan kurikulum yang
dikembangkan dapat berdampak positif kepada peserta didik.

19 Abdul Rahman Halim, 2008, “Aktualisasi Implementasi Kebijakan Pendidikan…,” hlm. 92.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1251
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

Penataan manajemen kurikulum menuntut guru secara profesional


mampu berfikir kreatif dan inovatif mengembangkan kurikulum sesuai
perkembangan kekinian secara fleksibel, efektif dan efisien. Oleh sebab itu
kapasitas kemampuan guru harus terus diasah, di samping tuntutan
pemgembangan materi bahan ajar, juga tak kalah pentingnya adalah
pemahaman terhadap manajemen kurikulum dan piranti-piranti yang
menyertainya, seperti pengembangan bahan ajar, media dan sumber belajar;
pengelolaan pengembangan ekstrakurikuler dan ko-kurikuler; dan
pengembangan sofskills di setiap muatan materi pelajaran, dan sebagainya.
2. Pengembangan kurikulum holistik-integratif
Sifat dan karakteristik madrasah sebagai sekolah umum berciri khas
keislaman, menuntut sebuah pengembangan kurikulum holistik-integratif,
yaitu sebuah kurikulum yang memadukan berbagai konsep dan pendekatan
secara menyeluruh dan terpadu. Artinya dilihat dari organisasi kurikulum
adalah sebagai pendekatan yang berusaha menyatukan keterkaitan konsep
belajar dari sisi kognitif, afektif dan pskimotor secara utuh; dan terpadu dalam
mengkaitkan antara bahasan dalam pembelajaran dengan kehidupan nyata
yang ada di sekitar peserta didik.
Dilihat dari prinsip pendidikan Islam, pengembangan kurikulum
madrasah yang holistik secara konseptual dan teoritik, misalnya sebagaimana
yang dikemukakan Mawardi bahwa:
“Masalah keimanan kepada Allah SWT seharusnya menjadi inti (core)
dan sumber nilai serta pedoman bagi pengelola pendidikan. Perlakuan
tersebut dapat membantu peserta didik dalam mewujudkan nilai dasar
agama Islam dan menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi dalam
kehidupan sehari-hari. Namun pada umumnya menunjukkan bahwa
masalah keimanan tidak menjadi inti (core) dalam pengembangan
kurikulum yang dilakukan pengelola pendidikan, sehingga pendidikan
terjebak dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan skill semata-mata.
Meskipun nilai-nilai budi mulia dikemas sedemikian rupa bahkan
menjadi mata pelajaran, ketika tidak disertai dengan pendidikan
keimanan maka lulusan pendidikan hanya menciptakan manusia pura-
pura taat, hormat, patuh terhadap aturan, norma atau pejabat. Orang
bertipe seperti ini (fasik dan munafik) hanya patuh saat ada
tujuan/kepentingan lain yang biasanya lebih bersifat pragmatis dan
materialistis bukan berdasarkan pada kesadaran hati nurani sebagai
dampak dari ketakwaan dan keimanan yang dimilikinya20.

Pengembangan kurikulum madrasah berimplikasi pada pemenuhan


beban belajar peserta didik dan dan kemampuan guru dalam membaca peta
kurikulum yang akan diimplementasikan dalam pembelajaran. Pemenuhan

20Imam Mawardi, 2013, “Pendidikan Islam Transdispliner dan Sumber Daya Manusia Indonesia”,
Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam, Vol. XXVIII No. 2, 2013/1434, hlm. 260.

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi
1252 Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

beban belajar diantisipasi dengan membangun kurikulum madrasah yang


mampu mengakomodasi berbagai kepentingan, yaitu; pertama, penguatan
mata pelajaran agama menjadi prioritas unggulan yang menekankan pada
karakterisasi kemampuan akademis-kognitif, moral-afektif, dan skill-
psikomotor dalam balutan nilai-nilai islami. Penguatan ini dapat ditempuh
dengan berbagai alternatif pendekatan dan model pembelajaran, misalnya
melalui kegiatan ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler dalam mengantisipasi
membludaknya muatan sks kurikuler dalam mata pelajaran agama. Kedua,
mekanisme kurikulum yang digunakan tetap menggunakan kurikulum
nasional, namun dalam penerapannya harus dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik madrasah. Hal ini sebagai bagian dari keterikatan pada politik
kebangsaan dan cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya. Ketiga,
muatan mata pelajaran umum harus didesain dengan pendekatan islami, yaitu
mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam materi-materi umum atau materi-
materi ilmu umum disampaikan dengan pendekatan islami, misalnya
pembelajaran IPA tentang materi alam sekitar dengan contoh-contoh
pendekatan tentang kekuasaan Allah yang maha besar, dsb.
Adapun kemampuan guru dalam membaca peta kurikulum madrasah
adalah prototipe guru yang mumpuni dan profesional dalam metodologi
pembelajaran, penguasaan materi sesuai bidang mata pelajaran dan sekaligus
memahami ilmu agama secara holistik-integratif. Langkah yang harus
ditempuh manajemen madrasah adalah merekrut guru-guru yang mempunyai
kapabilitas kemampuan yang diharapkan melalui seleksi yang ketat; dan atau
membekali setiap guru yang sudah ada untuk meningkatkan kemampuannya
melaui kegiatan-kegiatan pembinaan secara berkelanjutan. Sehingga dapat
dikatakan setiap guru madarasah adalah guru agama, meskipun materi
pelajaran yang disampaikan bukan materi agama. Dengan demikian wawasan
dan kepribadian guru sudah terbentuk terlebih dahulu sebelum
mentransformasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada pesreta didik.
Berdasarkan kajian inilah, kebuntuhan akan problematika dan tuntutan
pengembangan madrasah setidaknya dapat dipecahkan dari sisi manajemen
kurikulum, meskipun faktor pendukung lainnya masih perlu dipikirkan lebih
lanjut. Dengan demikian apa yang ditulis di sini ini dapat dijadikan alternatif
paradigma pemikiran untuk pengembangan madrasah, yang tentunya masih
perlu disempurnakan dengan penelitian-penelitian lebih lanjut.

Simpulan
Akhirnya, sebuah paradigma alternatif peningkatan mutu manajemen
kurikulum pendidikan Islam di madrasah, yang dikemukakan dalam artikel ini
dapat disimpulkan: Pertama, konsep dasar manajemen kurikulum, yaitu sebagai
usaha sistematis yang dilakukan seseorang melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum yang dilandasi nilai-nilai
Islam agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)


Imam Mawardi 1253
Orientasi Ideal Manajemen Pengembangan Kurikulum Madrasah

efisien; Kedua, permasalahan yang terjadi madrasah, sama besar dengan tantangan
yang mucul, yaitu antara lain globalisasi, pergeseran pola hidup masyarakat, dan
penguatan karakter dan jati diri madrasah.; Ketiga, kebijakan mutu pendidikan
Islam di madrasah lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
madrasah, yang dilakukan dengan melengkapi piranti manajerial secara akuntabel,
termasuk di dalamnya adalah pengembangan kurikulum; dan Keempat, orientasi
ideal pengembangan kurikulum pendidikan Islam modern di madrasah, berkaitan
erat dengan perancangan (desain) kurikulum/pembelajaran; Implementasi
Kurikulum/pembelajaran; dan evaluasi kurikulum/pembelajaran. Oleh karena itu,
perlu penataan manajemen kurikulum yang berdaya saing dan pengembangan
kurikulum holistik-integratif pada pembelajaran di madrasah.

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007,
Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi 3 cet 4. Jakarta: Balai Pustaka
Fitri, Agus Zainul. 2013, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam dari Normatif –
Filosofis ke Praktis. Bandung: Alfabeta
Halim, Abdul Rahman. “Aktualisasi Implementasi Kebijakan Pendidikan pada
Madrasah Swasta di Sulawesi Selatan”. Lentera Pendidikan. Vol 11. No
1 Juni 2008: 83-100.
Kadir, Abdul. dkk. 2012, Dasar-Dasar Pendidikan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Machali, Imam dan Hidayat, Ara. 2016, The Hand Book of Education Management:
Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia.
Jakarta: Prenadamedia Group
Mawardi, Imam. “Pendidikan Islam Transdispliner dan Sumber Daya Manusia
Indonesia”. Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam. Vol. XXVIII
No. 2 2013/1434 Hal. 253-268 [Online] Tersedia:
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi/article/view/547/pdf_44
[5 Desember 2016]
Mulyana, Rohmat. 2009, Spektrum Pembangunan Madrasah. Semarang: Aneka
Ilmu
Mulyasa, E. 2002, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rusman. 2008, Manajemen Kurikulum: Seri Manajemen Sekolah Bermutu.
Bandung: Mulia Mandiri Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syukur NC, Fatah. 2011, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah.
Semarang: Pustaka Rizki Putra
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Proceeding The 1st Annual Conference on Islamic Education Management (ACIEM)

View publication stats

You might also like