You are on page 1of 51

SEMINAR KASUS

“ASUHAN KEPERAWATAN HYDROCHEPHALUS PADA An. F


DI RUANGAN ANAK A1 (AKUT) RSUP DR M DJAMIL PADANG”

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 2

Novia Melta Sari (2114901029) Susi Nurah Mita (2114901046)


Selvi Radiatul Mardiah (2114901041) Ronaldo (2114901038)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Rischa Hamdanesti, M.Kep) (Ns. Syalvia Oresti, M. Kep)

Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

(Ns. Rahmadevita, M. Kep, Sp. An) (Ns. Suhelmida Munir, M. Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) ALIFAH PADANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan Seminar Kasus

Keperawatan Medikal Bedah dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang degan judul “Asuhan Keperawatan Anak

Pada An.F Dengan Hydrocephalus Di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

2021”.

Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

Seminar Kasus ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Ibu Ns. Rischa Hamdanesti, M.Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen

keperawatan Anak STIKes Alifah Padang.

2. Ibuk Ns. Syalvia Oresti, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen

keperawatan Anak STIKes Alifah Padang.

3. Ibu Ns. Rahmadevita, M. Kep, Sp. An selaku Preceptor Klinik RSUP Dr M

Jamil Padang.

4. Ibuk Ns. Suhelmida Munir, M. Kep selaku Preceptor Klinik RSUP Dr M

Jamil Padang.

5. Kakak-kakak perawat Ruangan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

6. Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama-sama dalam

menyelesaikan laporan ini

kelompok menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan.


Oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam

penyusunan ini.

Padang, 17 Desember 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ....................................................................................................1

Tujuan Penelitian.................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi.................................................................................................................8

Etiologi.................................................................................................................8

klasifikasi...............................................................................................................

Manifestasi Klinik..................................................................................................

Anatomi fisiologi...................................................................................................

Pemeriksaan diagnostic..........................................................................................

Penatalaksanaan.....................................................................................................

komplikasi..............................................................................................................

Patofisiologi.......................................................................................................12

Asuhan Keperawatan Teoritis............................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS

Pengkajian Keperawatan....................................................................................34

Diagnosa Keperawatan......................................................................................45

Intervensi Keperawatan.....................................................................................54

Implementasi Keperawatan................................................................................60

Evaluasi Keperawatan........................................................................................60
BAB IV PEMBAHASAN

Pengkajian..........................................................................................................62

Diagnosa............................................................................................................62

Intervensi...........................................................................................................64

implementasi......................................................................................................64

Evaluasi..............................................................................................................65

BAB V PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................68

Saran..................................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................70
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus


dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat
dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus.
Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan
keperawatan yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro
spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan
Yuliani, 2010).

Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi
pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga
lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya
masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang-tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak
tidak mampu lagi melebar. Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri
pembesaran pada sefal atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal (CSS) dengan atau karena tekanan intrakranial yang meningkat
sehingga terjadi pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS)
(Ngastiah). Bila masalah ini tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan
kematian dan dapat menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara
tertentu sehingga pertumbuhan populasi di suatu daerah menjadi kecil. Menurut
penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita Hidrosefalus di beberapa
negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak
5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas
Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan latar belakang
itulah penulis tertarik untuk membuat Laporan Studi Kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien An.F Dengan Hidrosefalus Di Ruang Rawat Inap Anak
RSUDP Dr. M. Djamil Padang”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Hidrosefalus


di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian pada klien An.F dengan hidrosefalus


di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien An.F dengan


hidrosefalus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

c. Penulis dapat merencanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien An.F


dengan hidrosefalus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

d. Penulis dapat melakukan asuhan rencana tindakan asuhan keperawatan pada


klien An.F dengan hidrosefalus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

e. Penulis dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien An.F


dengan hidrosefalus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
CSS (Ngastiyah,2005 dalam Doenges, Marilynn E. 2018).

Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral,


ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi, 2006).

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang


tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal
mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (Nining, 2008 dalam Doenges,
Marilynn E. 2018).

B. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya (Doenges, Marilynn E. 2018). Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada
bayi dan anak ialah :

1. Kongenital

Disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi intrauterine


meliputi :
a. Stenosis aquaductus sylvi
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat

Disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan


e. Infeksi : Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis
dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.

f. Neoplasma : Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap


tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang
berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
g. Perdarahan : Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
(Doenges, Marilynn E. 2018).

Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono :

1. Sebab-sebab Prenatal

Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya


hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab
ini mencakup malformasi (anomali perkembangan sporadis), infeksi atau
kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat
diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.

2. Sebab-sebab Postnatal

a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal


dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista
arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang
menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau
sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera
kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus
akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya
multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan
jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena
pada basis krani, trombosis jugularis.
(Doenges, Marilynn E. 2018).

C. Klasifikasi

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:

1. Kongenital

Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan,


sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil terdesak oleh
banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak
dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus didapat pertumbuhan otak
sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian
tekanan intrakranial. Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di
dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.

(Kumar, Vinay, dkk. 2013).

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu (Kumar, Vinay, dkk. 2013) :

1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat
aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini
tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk :
a. mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala-
gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF
tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa,
biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan
tanda dan gejala–gejala peningkatan ICP).

b. Hydrocephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat di dalam sistem ventrikel sehingga


menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada
hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem
ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi
congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat
dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau
bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan
garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12–18 bulan
dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan
gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak–anak yang garis
suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan/separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.

c. Hidrocephalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)

Ditandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi


jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya
normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic
gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala,
hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan
tersebut.

(Kumar, Vinay, dkk. 2013).

D. Manifestasi Klinis

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama


kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior-posterior diatas proporsi ukuran
wajah dan badan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak
kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak
adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh (Kumar,
Vinay, dkk. 2013).

Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura


yang terpisah-pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistem ventrikel. CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler
dengan penebalan jaringan dan adanya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi
terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating
dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik,
spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan
terjadi retardasi mental dan fisik.

1. Bayi :

a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun

b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi


tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak

c. Tanda tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain : muntah, gelisah,


menangis dengan suara ringgi, peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi–stupor
d. Peningkatan tonus otot ekstrimitas

e. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh–pembuluh darah


terlihat jelas

f. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah–olah di atas
Iris

g. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

h. Strabismus, nystagmus, atropi optik

i. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

(Price, Sylvia A, 2018).

2. Anak yang telah menutup suturanya

Tanda peningkatan tekanan intracranial :

a. Nyeri kepala

b. Muntah

c. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

d. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun

e. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

f. Strabismus

g. Perubahan pupil

(Price, Sylvia A, 2018).

E. Anatomi Dan Fisiologi

CSS dibentuk di dalam system ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus


koroideus. Masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus
koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian tengahnya
mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan dibentuk melalui
sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid, tetapi aspek
pembentukan cairan ini masih belum diketahui sebelumnya (Price, Sylvia A, 2018).

Sistem ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing-masing


dihubungkan oleh akuaduktus Sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak di
garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di sebelah
lateral dan sebuah foramen magendie di tengah. Lubang-lubang ini berjalan menuju
ke sebuah system yang saling berhubungan dan ruang subaraknoid yang mengalami
pembesaran fokal dan disebut sisterna (Price, Sylvia A, 2018).

Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid diatas


konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid
spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna
basalis. Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga
kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang
subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat
terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik. Sebagian besar penyerapan CSS
terjadi melalui vilus araknoidalis dan masuk kedalam saluran vena sinus sagitalis,
tetapi cairan juga diserap melintasi lapisan ependim system ventrikel dan di ruang
subaraknoid spinalis (Price, Sylvia A, 2018).

Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang
25% nya terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar
20 mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat
kali sehari (Price, Sylvia A, 2018).
(Price, Sylvia A, 2018).

F. Pemeriksaan Diagnostik

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil


pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, yaitu (Price, Sylvia A, 2018):

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya


pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.

b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.

2. Transiluminasi

Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan


ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-
2 cm.
3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar


kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya


dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan
bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat
sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki
fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG


diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya


pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi


ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal
dari daerah sumbatan.

Gambar 1 . CT Scan hidrosefalus


7. MRI Kepala

MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara


mendetail dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi.

G. Penatalaksanaan

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live


sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan
dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni
(Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2015):

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis


dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan


tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

a. Drainase ventrikule-peritoneal

b. Drainase Lombo-Peritoneal

c. Drainase ventrikulo-Pleural

d. Drainase ventrikule-Uretrostomi

e. Drainase ke dalam anterium mastoid

f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung


melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.

4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah


diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut,
dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala
dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga
tidak terlihat dari luar (Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2015).

Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau


pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi
pintas (Shunting)

1. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.

2. Internal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain Ventrikulo-


Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen).Ventrikulo- Atrial,
CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior, Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan
ke Bronhus, Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum,
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

3. “Lumbo Peritoneal Shunt”

4. CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan


operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan (Smeltzer, Suzanne C
dan Brenda G Bare. 2015).

Teknik Shunting:

1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu


frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter)
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup
akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan
jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi
6/7).
5. Ventriculo-Peritneal Shunt
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
(Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2015).

H. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio. 2004 dalam (Smeltzer,
Suzanne C dan Brenda G Bare. 2015):

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

3. kerusakan otak

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun

6. Kerusakan jaringan saraf

7. Proses aliran darah terganggu


I. Patofisiologi

Produksi likour berlebih Penumpukan cairan serebrospinal (CSS)


Peningkatan retensi aliran likuor dalam ventrikel otak secara aktif
Penekanan tekanan sinus venosa

Sakit dan nyeri kepala Desakan pada Peningkatan TIK


jaringan otak

MK : HIDROSEFALUS
MK: Nyeri Akut

Desakan pada medulla


oblungata

Gangguan mekanisme
pengaturan/persyarafan di
medulla oblungata

Nausea, vomiting

Anoreksia

Pemasangan VP Shunt

Tindakan pembedahan

MK: Resiko Infeksi


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HYDROCEPHALUS

A. Pengkajian
1. Biodata Hambatan mobilitas fisik Desakan pada otak dan
selaput meningen
Identitas klien, terdiri dari nama, tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik dan
rencana terapi, dan identitasKulit
orangmeregang
tua yaituhingga tipis,ibu yang terdiri
ayah dan dari nama,
Vasokontriksi
pasien tidak dapat bergerak atau pembuluh darah otak
usia, pendidikan pekerjaan, agama, dan alamat.
menggerakkan kepalanya
2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit dahulu Gangguan aliran


Kepala membesar darah ke otak
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat gout, riwayat
pembedahan
MK: ketidakseimbangan Penurunan fungsi Hipoksia cerebral
b. Riwayat penyakit keluarga
nutrisi kurang dari neurologis
Riwayat kalkulus
kebutuhhan tubuh dalam keluarga, penyakit hydrocephalus, gout, diabetes
3. Data fokus MK: Resiko
MK: ketidakefektifan
a. Makanan/cairan Keterlambatan perfusi jaringan
pertumbuhan dan otak
1) Gejala perkembangan
a) Mual/muntah, nyeri tekanan abdomen

b) Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup


2) Tanda

a) Distensi abdominal, penurunan/tidak ada usus

b) Muntah

b. Aktivitas dan istirahat

1) Gejala

a) Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada


lingkungan bersuhu tinggi
b) Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya

c. Eliminasi

1) Gejala

a) Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, kelebihan volume


cairan dikepala

2) Tanda

a) Pembesaran kepala, perubahan bentuk kepala

d. Sirkulasi

1) Tanda

a) Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan


kemurahan, pucat

e. Nyeri/ kenyamana

1) Gejala

a) Episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi obstruksi,


contoh : pada kepala yang membesar atau melebar keatas maupun ken
samping
2) Tanda

a) melindungi perilaku distriksi, nyeri tekan pada area kepala yang


dipalpasi

f. Keamanan

1) Gejala

a) Menggigil, demam

g. Persepsi diri

1) Gejala

a) Kurang pengetahuan, gangguan body image


4. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

1) Darah

2) Cek laboratorium

b. Radiodiagnostik

1) USG/CR kepala

2) Poto thorax
B. Analisa data keperawatan
Data Fokus Etiologi Problem
DS: Agen pencedera Nyeri akut
- Orang tua Klien fisiologis (infeksi)
mengatakan nyeri pada saat
melihat kesamping (kiri dan
kanan)
- Orang tua Klien
mengatakan nyeri dibagian
kepala
DO:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- N ; kenaikan jumlah nadi
diatas normal (takikardia)
- S : kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal (lebih
dari 37°C)
DS : embolisme Definisi: Risiko perfusi jaringan
- Orang tua klien Berisiko mengalami serebral tidak efektif
mengatakan, kepala klien penurunan sirkulasi
tiap hari semakin membesar darah ke otak
- Orang tua klien
mengatakan, kelopak mata
klien tertari keatas
DO :
- Klien tampak sush melihat
- Klien tampak susah
mengedipkan mata
DS : intake yang tidak
Gangguan nutrisi
- Ibu klien mengatakan klien adekuat mual, muntah
kurang dari
mual dan mntah
kebutuhan tubuh
- Ibu klien mengatakan nafsu
makan klien menurun
DO :
- Klien tampak tampak tidak
menghabiskan makanannya
- Klien tampak lesu dan
pucat
- Mukosa bibir klien kering
dan pecah-pecah

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (infeksi)

2. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d embolisme Definisi: Berisiko
mengalami penurunan sirkulasi darah keotak

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
mual, muntah
C. Intervensi Keperawatan

Tanggal SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut b.d agen Luaran utama : Manajemen nyeri
06-12-
pencedera fisiologis (L.08066) (I.08238)
2021
(infeksi) dibuktikan dengan Setelah dilakukan Observasi :
nyeri saat berkemih, intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
gelisah selama 2x24 jam, maka karakteristik, durasi,
(D.0077) status tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
menurun dengan kriteria intensitas nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon
menurun non verbal
2. Gelisah 4. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat dan
3. Frekuensi memperingan nyeri
nadi membaik 5. Identifikasi
4. Pola nafas pengetahuan dan
membaik keyakinan nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
pemberian analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan orang tua
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Setelah dilakukan Observasi :
06-12- Risiko perfusi jaringan
asuhan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda
2021 serebral tidak efektif b.d
diharapkan risiko perfusi vital
embolisme Definisi:
jaringan serebral tidak 2. Monitor tekanan
Berisiko mengalami
efektif teratasi dengan darah, nadi, suhu, dan
penurunan sirkulasi darah
kriteria hasil: pernapasan
keotak
a. Status sirkulasi 3. Monitor kualitas dari
kriteria hasil : nadi
1. Tekanan systole 4. Monitor frekuensi dan
dan diastole dalam irama pernapasan
rentang yang 5. Monitor pola
diharapkan pernapasan abnormal
2. Tidak ada 6. Monitor suhu, warna,
orthostatik dan kelembaban kulit
hipertensi 7. Monitor sianosis
3. Tidak ada perifer
tanda-tanda 8. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK dari perubahan tanda-
b. Perfusi jaringan otak tanda vital
Kriteria hasil: Terapeutik :
1. Berkomunikasi 1. Monitor neurologi
dengan jelas 2. Pantau ukuran
sesuai dengan pupil, bentuk,
kemampuan kesimetrisan dan
2. Menunjukkan reaktivitas
perhatian, 3. Monitor refleks kornea
konsentrasi dan 4. Monitor
orientasi tingkat kesadaran
3. Memproses 5. Monitor
informasi kekuatan pegangan
4. Menunjukkan 6. Hindari kegiatan
fungsi motorik yang bisa
dan sensorik meningkatkan TIK
kranial yang utuh 7. Monitor tanda-
(tingkat kesadaran tanda vital : suhu,
membaik, tidak ada tekanan darah, denyut
gerakan involunter) nadi dan respirasi
Edukasi :
1. Memberikan edukasi
tentang penyakit
hydrocephalus
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
Luaran utama : Manajemen nutrisi
29-11- Gangguan nutrisi kurang
Setelah dilakukan Observasi :
2021 dari kebutuhan tubuh b.d
intervensi keperawatan 1. Identifikasi status
intake yang tidak adekuat
selama 2x24 jam, maka nutrisi
mual, muntah
status nutrisi terpenuhi 2. Identifikasi alergi dan
(D.0019)
dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Intake nutrisi membaik 3. Identifikasi perlunya
2. Mual dan muntah penggunaan selang
berkurang nasogastric
3. Nafsu makan membaik 4. Monitor asupan
4. Porsi makan meningkat makanan
5. Monitor berat badan
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
2. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
3. Hentikan pemberian
makanan melalui
selang jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborai :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Biodata

1. Identitas klien

Nama : An. F
Tempat/tgl lahir/usia : Batam/18-02-2021/9 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki


Agama : Islam

Pendidikan :-
Alamat : Batam

Tgl masuk : 02-12-2021 jam : 09:14


Tgl pengkajian : 06-12-2021

Diagnose medic : Hydrocephalus


Rencana terapi : Anestesi

2. Identitas orang tua

a. Ayah
Nama : Tn. M

Usia : 40 Tahun
Pendidikan : SMA Sederajat

Pekerjaan/sumber penghasilan : Swasta/PT


Agama : Islam

Alamat : Batam

b. Ibu

Nama : Ny. W
Usia : 37 Tahun

Pendidikan : SMA Sederajat


Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT

Agama : Islam
Alamat : Batam

3. Identitas Saudara Kandung

II. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan utama

VP Shunting di kepala tampak kemerahan

b. Riwayat keluhan utama

Klien dating ke RSUP Dr M Djamil Padang pada tanggal 02-12-2021,


pukul 09.41, melalui IGD dengan keluhan dengan keluhan VP Shunt di
kepala tampah kemerahan, badan lemah dan tampak kesaktan/meringis,
TD 120/76 mmHg, T 38,1 °C, RR 22 x/i. Demam tinggi semenjak 8 hari
yang lalu, klien tidak ada menggigil maupun berkeringat. Demam klien
hilang timbul semenjak 8 hari yang lalu. Kedua kaki klien menghentak-
hentak dan mulut bergerak ke kanan. Klien juga kejang selama 20 menit
dan berhenti setelah pemberian obat kejang. Kejang berulang 6 jam
setelahnya pada anggota gerak kiri selama 5 menit. Klien sudah dikenal
menderita hydrocephalus kongenital semenjak usia 8 bulan kehamilan.
Anak telah dilakukan pemasangan VP Shunting saat berusia 5 bulan.

c. Keluhan pada saat pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06-12-2021, pukul 09:10,


didapatkan data bahwa klien sudah pernah masuk RS sebanyak 2x dengan
keluhan yang sama yaitu VP Shunting di kepala tampak kemerahan di kiri
dan di kanan, yang kiri terlihat terekpose. Ibu klien mengatakan klien
masih demam, demam naik-turun. Pada saat dilakukan pemeriksaan suhu
tubuh klien T 39,0°C. klien tidak ada menggigil maupun berkeringat. Ibu
klien mengatakan, klien telah menderita hydrocephalus kongenital
semenjak usia 8 bulan kehamilan. Anak telah dilakukan pemasangan VP
Shunting saat berusia 5 bulan dan dilakukan repair VP Shunt 3 bulan yang
lalu.

2. Riwayat kesehatan lalu

a. Prenatal care

Ibu memeriksakan setiap minggu di : di Rumah Sakit

Keluhan selama hamil yang : ibu klien mengeluh nyeri, dan


dirasakan oleh ibu,tapi dianjurkan dianjurkan istirahat yang cukup dan
untuk tidak melakukan pekerjaan yang
berat
Riwayat terkena radiasi : ibu klien mengatakan tidak tahu

Riwayat berat badan selama hamil : TI 45kg, TII 58 kg, TIII 69 kg


Riwayat imunisasi TT : TT1 2 minggu, TT2 8 minggu,
TT3 38 minggu

Golongan darah ibu -


Golongan darah ayah -

b. Natal

Tempat melahirkan : Rumah Sakit


Jenis persalinan : Caesar

Penolong persalinan : Dokter


Komplikasi yang dialami oleh ibu : ibu lemah jika harus melahirkan
pada saat melahirkan dan setelah secara normal
melahirkan

c. Post natal

Kondisi bayi
A
P

G
A

R
Anak pada saat lahir tidak mengalami : kejang, apnue
(untuk semua usia)

Klien pernah mengalami penyakit : hydrocephalus


Pada umur : 8 bulan kehamilan

Diberikan obat oleh : Dokter

Riwayat kecelakaan : tidak ada


Riwayat mengonsumsi obat-obatan : tidak ada
berbahaya tanpa anjuran dokter dan
menggunakan zat/substansi kimia
yang berbahaya

Perkembangan anak dibanding : abnormal


saudara-saudaranya
3. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram

Ket :
: laki-laki

: perempuan

: laki-laki (alm)

: pasien

: menikah (kawin)

: serumah

III. Riwayat imunisasi (imunisasi lengkap)

No Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi Frekuensi


Pemberian Setelah
Pemberian

1. BCG Usia 2 hari 1x - -

2. DPT (I,II,III) - - - -

3. Polio (I,II,III, IV) - - - -

4. Campak - - - -

5. Hepatitis - - - -

IV. Riwayat tumbuh kembang


1. Pertumbuhan fisik

Berat badan : 7,9 kg

Tinggi badan : 75 cm
Waktu tumbuh gigi : belum ada tumbuh gigi

Gigi tanggal : belum ada gigi tanggal


Jumlah gigi : belum ada tumbuh gigi

2. Perkembangan tiap tahap


Usia anak saat : belum bisa berguling

Berguling : belum bisa duduk


Duduk : belum bisa Duduk

Merangkak : belum bisa Merangkak


Berdiri : belum bisa Berdiri

Berjalan : belum bisa Berjalan


Senyum kepada orang pertama kali :-

Bicara pertama kali :-


Dengan menyebutkan :-

Berpakaian tanpa bantuan :-

V. Riwayat Nutrisi

Pemberian ASI : iya

Pemberian susu formula : iya


Alasan pemberian : pemenuhan nutrisi

Jumlah pemberian : 70-190 cc/hr


Cara pemberian : NGT (saat di RS)

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1-2 bulan ASI 10-20 menit

2-3 bulan ASI 10-20 menit

3-4 bulan ASI 10-20 menit (NGT di RS)

4-5 bulan ASI 10-20 menit (NGT di RS)

VI. Riwayat Psikososial


Anak tinggal bersama : orang tua

Di : rumah kontrakan
Lingkungan berada di : keramaian

Rumah dekat dengan : jalan raya


Tempat bermain : iya

Kamar klien : dengan orang tua


Rumah ada tangga : tidak ada

Hubungan antara anggota keluarga : baik


Pengasuh anak : tidak ada

VII. Riwayat Spiritual

Support system dalam keluarga : baik


Kegiatan keagamaan :-

VIII. Reaksi Hospitalisasi

Pengalaman keluarga tentang sakit


dan rawat inap
Ibu membawa anaknya ke RS : kepala klien semakin membesar dan
karena VP Shunting kemerahan
Apakah dokter menceritakan : ada
tentang kondisi anak
Perasaan orang tua saat ini : gelisah, sedih, dan takut dengan
keadaan klien

Orang tua selalu berkunjung ke : iya


RS
Yang akan tinggal dengan anak : ibu klien
Pemahaman anak tentang sakit dan : anak belum mengerti
rawat inap

IX. Aktivitas sehari-hari

1. Nutrisi

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Selera makan ASI ASI (diet dari RS)

3-7 X/hr 3-5 x/hr

banyak sedikit

2. Cairan

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jenis minuman ASI ASI

Frekuensi minum Banyak Sedikit

Kebutuhan cairan 1000 cc/hr 1200 cc/hr

Cara pemenuhan menyusu NGT

3. Eliminasi

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Tempat pembuangan

Frekuensi (waktu) Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam

Konsistensi 500-600 cc/hr 600-700 cc/hr

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

4. Istirahat tidur

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jam tidur

Siang 1-3 jam/hr 1-4 Jam/hr


Malam 7-8 jam/hr 5-6 jam/hr

Pola tidur Teratur Tidak teratur

Kebiasaan sebelum - -
tidur

Kesulitan tidur ada ada

5. Olahraga

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Program olahraga - -

Jenis dan frekuensi - -

Kondisi setelah olahraga - -

6. Personal hygiene

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Mandi

Cara Dimandikan Dimandikan

Frekuensi 3 x/hr 1 x/hr

Alat mandi Sabun, pepsodent, sikat Sabun dan air


gigi

Cuci rambut Tidak ada rambut Tidak ada rambut

Frekuensi - -

Cara - -

Gunting kuku Tidak ada

Frekuensi 2 x/minggu -

Cara Dipotongkan -

Gosok gigi

Frekuensi 3 x/hr 1x/hr

Cara disikatkan Disikatkan


7. Aktivitas/mobilitas fisik

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

kegiatan sehari-hari - -

penganturan jadwal - -
harian

penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada


aktivitas

kesulitan pergerakan Iya Iya


tubuh Kepala sulit digerakan Kepala sulit digerakan

8. Rekreasi

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

perasaan saat sekolah - -

waktu luang - -

perasaan setelah rekreasi - -

Waktu senggang Jalan-jalan disekitar kota -


keluarga

kegiatan hari libur liburan -

X. Pemeriksan fisik
1. keadaan umum Ku sedang
2. kesadaran Gomposmentis GCS 15

3. tanda-tanda vital

TD

HR : 110 x/i

T : 39,0 c

RR : 2 x/i

BB : 7,9 kg
TB : 75 cm

Kepala

I : kepala Nampak makrochepal dengan lingkar kepala 55,5


cm, tampah VP Shunt kanan dan kiri kemerahan. Ada
benjolan pada kepala bagian kanan

P : terdapat makrocephal

Wajah

I : Wajah bagian frontal Nampak tertarik keatas, kulit wajah


putih merata

P : tidak ada edema pada wajah

Mata

I : isokor, tidak ikterik

p : tidak ada nyeri tekan

Hidung dan
Sinus

I : bersih tidak ada sekret

Telinga

I : tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan

P : tidak ada terdapat edema

Mulut

I : gigi belum tumbuh

Gusi normal, tidak ada edema

Lidah bersih, warna merah muda

Bibir pecah-pecah dan kering

Tenggorokan

I : Tidak ada terdapat pembesaran tonsil


Leher

I : tidak ada terdapat pembesaran kelenjer tyroid, simetris kiri


dan kanan

P : tidak teraba adanya pembesaran kelenjer tyroid dan tidak


ada kaku kuduk

Thorax dan
pernafasan

I : simetris kiri dan kanan, tidak ada vocal fremitus, tidak ada
terlihat retraksi dinding dada

P : fremitus teraba kiri dan kanan

P : sonor

A : vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing

Jantung

I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus cordis teraba

P : batas jantung kanan (2 jari LMCS RIC V

batas jantung kiri (1 jari LSD RIC II)

A : bunyi jantung 1 = 120 mmHg

bunyi jantung 2 = 76 mmHg


Abdomen

I : bentuk abdomen klien sedikit membuncit

P : tidak ada terdapat massa

P :

Genetalia dan
anus

I : bersih tidak ada gangguan


Ekstremitas

Ekstremitas
atas

Motoric : +/+

Reflex : 5555/5444

sensori : Akral teraba hangat, CRT <2 detik

Ekstremitas
bawah

motoric : +/+

Reflex : 5444/5444

sensori : Akral teraba hangat

Status
neurologi

Saraf-saraf
kranial

N1 : tidak ada gangguan

NII : tidak ada gangguan

NIII : kelopak mata klien tertarik keatas, sehingga sulit


mengangkat keatas

NIV : klien sulit menggerakkan mata kebawah dan kedalam

NV : klien sulit berkedip

NVI : klien sulit mengangkat kelopak matanya

NVII : klien sulit mengangkat alis keatas, menutup kelopak mata

NVIII : sulit dilakukan pemeriksaan

NIX : sulit dilakukan pemeriksaan

NX : tidak ada gangguan, klien sulit menelan salivanya

NXI : saraf motorik mengangkat bahu normal


NXII : sulit dilakukan pemeriksaan

Tanda-tanda perangsangan selaput


otak

Kaku kuduk : Klien mengalami kaku kuduk

Kernig sign : tidak ada gangguan

Refleks brudzinski : sulit dilakukan pemeriksaan

Refleks lasegu : sulit dilakukan pemeriksaan, anak


rewel

XI. Pemeriksaan tingkat perkembangan (0-6 tahun) (DDST)

Motorik kasar : klien belum bisa merangkak ataupun


berjalan

Motorik halus : tidak ada gangguan

bahasa : klien belum bisa bicara

Personal sosial :-

XII. Hasil diagnostik

Hasil pemeriksaan hydrocephalus pada tanggal 13-12-2021 pukul 20.38.00

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal ket

hematologi

CBC + DIFF +
RET

hemoglobin 7,9 9/dl 10,4 – 15,6

Leukosit 21,74 10^3/mm^3 6,0 – 18,0

Hematokrit 23 % 38,0 - 48,0

Trombosit 1423 10^3/mm^3 150 – 450

Nilai kritis
Eritrosit 3,26 10^6/ nl 3,60 – 5,20

Retikulosit 1,14 % 0,5 – 1,5

Mcv 72 Fl 76,0 – 92,0

Mch 24 Pg 23,0 - 31,0

Mchc 34 % 32,0 – 36,0

Rdw – cv 17,4 % 11,5 – 14,5

Hitung jenis

Bosofil 0 % 0-2

Eosinofil 1 % 1-4

Neutrofil 2 % 0,0 – 5,0


batang

Neutrofil 54 % 20,0 – 40,0


segmen

Limfosit 36 % 48 - 78

Monosit 7 % 2 – 11

Sel patologis -

Kesimpulan :

1. Anemia

2. Leukositosis dengan netrofillia shift to the right

3. Trombositosis

Verifikator analitik

: dr. endang primawaty harahap


B. DIAGNOSA

C. INTERVENSI

D. IMPLEMENTASI

E. EVALUASI

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
B. Diagnosa

Pada kasus kelolaan penulis, berdasarkan hasil pengkajian penulis menemukan tiga
masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif, perfusi serebral tidak efektif dan deficit
nutrisi. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari klien dan data observasi
perawat serta hasil pemeriksaan penunjang.

C. Intervensi
Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien yang
perlu ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil.
Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan
diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuai
dengan prioritas masalah.

D. Implementasi
Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada klien penulis melakukan
beberapa aktivitas pada masing-masing diagnosa, tindakan yang dilakukan terhadap
klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan disesuaikan
dengan kondisi serta kebutuhan klien.
Asuhan keperawatan berupa tindakan telah dilakukan kepada klien dengan
diagnosa sebagai berikut :

E. Evaluasi

Evaluasi yang diperoleh dari tanggal


BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah dilakukan proses keperawatan didapatkan kesimpulan:

1. Pada pengkajian didapatkan tanda dan gejala utama yang muncul adalah perfusi
perifer tidak efektif, perfusi serebral tidak efektif dan deficit nutrisi.
2. Diagnosa keperawatan yaitu perfusi perifer tidak efektif, perfusi serebral tidak
efektif dan deficit nutrisi. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari
klien dan data observasi perawat serta hasil pemeriksaan penunjang.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Implementasi keperawatan terhadap
klien sesuaikan dengan intervensi yang telah penulis rumuskan yang didapatkan
dari teoritis. Semua intervensi di implementasikan oleh penulis dan dapat tercapai
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
4. Evaluasi setelah dilakukan teknik
B. Saran

Dengan selesainya dilakuakn asuhan keperawatan pada klien dengan


hydrocephalus diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada :
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil karya ilmiah ners ini dapat menambah wawasan mahasiswa dan
dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan anak pada
klien dengan hydrocephalus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan dan
perbandingan untuk penelitian lebih lanjut asuhan keperawatan pada pasien
dengan hydrocephalus.
3. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ners ini akan memberikan manfaat bagi
pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan
acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Hydrocephalus yang
komprehensif serta memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan
pelayanan yang memuaskan pada klien serta melihatkan perkembangan klien
yang lebih baik.
4. Bagi Pasien Dan Keluarga
Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita klien dan bagaimana
penanganan bagi klien dan keluarga baik dirumah sakit maupun dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2018. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Kumar, Vinay, dkk. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, 2018, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa : Peter Anugerah. Edisi 4, Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC

You might also like