You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pasti membutuhkan yang namanya pelayanan publik,

sehingga pelayanan publik tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan setiap

manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik. Penyediaan pelayanan publik menjadi tanggungjawab pemerintah dan

diselenggarakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan

dalam lingkup Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka pemenuhan

kebutuhan masyarakat sebagai warga negara. Sejalan dengan pendapat Wasistiono

dalam Hardiyansyah (2011:11) bahwa pelayanan publik merupakan pemberian

jasa baik oleh pemerintah, swasta yang mengatasnamakan pemerintah ataupun

pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran untuk memenuhi

kebutuhan dan/atau kepentingan masyarakat. menurut Rasyid (2000:59),

pemerintah memiliki 3 (tiga) peranan utama yaitu: pelayanan (service),

pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Pelayanan yang

baik akan menciptakan suatu keadilan dalam masyarakat, pemberdayan dapat

menciptakan kemandirian, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dan

kesejahteraan dalam masyarakat. Dengan adanya penjelasan tentang peran atau

fungsi utama pemerintah, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

1
2

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas dan fungsi penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan, karena menyangkut aspek kehidupan manusia

yang sangat luas dan mendasar, seperti : pendidikan, transportasi, kebersihan,

kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan kesejahteraan sosial. Salah satu unsur

utama pelayanan publik adalah pendidikan karena memiliki peranan strategis

dalam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas untuk kepentingan masa

depan bagi orang tua, masyarakat, dan bangsa. Sebagaimana tertulis dalam UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bahwa

pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, pemenuhan akan pendidikan

yang memiliki kualitas baik menjadi sesuatu kebutuhan pokok. Pendidikan

dijadikan unsur utama dalam upaya pembentukan sumber daya manusia (SDM)

yang diharapkan suatu bangsa.

Pelayanan publik dibidang pendidikan didefinisikan sebagai keputusan

yang diambil bersama antara pemerintah dan aktor diluar pemerintah untuk

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksana atau tidak

terlaksana program kerja bidang pendidikan bagi seluruh masyarakat. pelayanan

publik bidang pendidikan meliputi anggaran pendidikan, kurikulum, perekrutan

tenaga pendidik (guru), pengembangan staf profesional, tanah dan bangunan

tempat pendidikan (sekolah), pengelolaan sumber daya serta pelayanan lain yang

berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan jalannya program

pendidikan. Untuk mengkaji program perbaikan pelayanan pemerintah

menuangkannya pada rencana strategis.


3

Fokus pertama rencana strategis atau renstra Kemendiknas tahun 2010-

2014 adalah memberikan pelayanan publik yang berhubungan birokrasi

pendidikan nasional. Dalam Renstra Kemendiknas tersebut dikatan bahwa

persoalan pendidikan berkaitan dengan reformasi birokrasi yang merupakan inti

dari berbagai program pendidikan prioritas dengan tujuan meningkatkan kualitas

pelayanan publik dalam bidang pendidikan. Kemendiknas menjadi salah satu

kementrian yang harus menyelesaikan reformasi birokrasi bidang pendidikan

dengan tanggungjawab yang semakin besar karena harus mengelola anggaran

pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD. Visi yang tertuang dalam Renstra

Kemendiknas tahun 2010-2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan

nasional untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas dan komprehensif.

Layanan prima dalam bidang pendidikan tersebut meliputi aspek-aspek

diantaranya, tersedia secara merata di Indonesia, terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat, berkualitas atau bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan

bermasyarakat, setara bagi warga negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan

berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial budaya,

ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya, serta menjamin kepastian bagi warga

negara Indonesia untuk mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan

tuntutan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri.

Mengacu pada kebijakan-kebijakan pembangunan nasional secara umum

dimana terlaksananya otonomi daerah dibidang pendidikan dan kebudayaan

dengan prioritas melanjutkan peningkatan, perluasan, pemerataan, kesempatan

mendapatkan pendidikan, peningkatan mutu, efisiensi, dan efektifitas pengelolaan

pendidikan dan kebudayaan. Namun, disisi lain pemerintah lebih mengutamakan


4

tujuan atau target dibandingkan proses. Karena adanya kecenderungan yang

beraroma politis didalamnya, di satu sisi ada upaya untuk meningkatkan

kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan kesejahteraan tenaga

pendidikan (guru) sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara optimal.

Reformasi pendidikan diarahkan untuk memberikan tanggungjawab lebih

besar kepada birokrasi didaerah untuk secara langsung menangani pendidikan

dengan memobilisasi dukungan penuh masyarakat (desentralisasi) serta untuk

meningkatkan dinamika internal sekolah dengan cara memberikan kesempatan

lebih besar pada level sekolah (kepala sekolah, guru, orang tua siswa, staf

administrasi) dalam melaksanakan penyelenggaraan sekolah sehari-hari (otonomi

sekolah) atau disebut juga dengan wujud Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Di

lembaga pendidikan seperti sekolah, jabatan kepala sekolah, guru, dan siswa

sangatlah penting. Ekspektasi birokratis merinci dan menetapkan perilaku yang

semestinya bagi peran atau posisi tertentu dalam lingkungan sekolah. Dimana

seorang guru mengemban kewajiban untuk merancang pengalaman belajar para

siswa dan memiliki tugas untuk melibatkan para murid dengan cara yang efektif

secara pedagogis. Peran dan ekspektasi birokratis merupakan bentuk aksi dalam

organisasi jabatan formal. Perilaku disekolah sebagian ditentukan oleh struktur

organisasi, dimana sebagian struktur tujuannya adalah untuk mempermudah dan

sebagian lagi untuk menghambat fungsi sekolah. Peran birokrasi dilembaga

sekolah menjadi puncak model impelementasi pelayanan publik dibidang sekolah,

oleh karena itu diperlukan adanya pembaharuan manajemen di satuan pendidikan.

Proses pembaharuan tersebut berkaitan dengan pengembangan development,


5

penyebaran (diffusion),diseminasi (disemination), perencanaan adpsi (adoption),

dan penerapan (implementation).

Implementasi kebijakan merupakan sebuah proses bagaimana para pelaku

kebijakan juga turut serta menjalankan keputusan kebijakan. Keseluruhan

tindakan para pemangku kepentingan diarahkan menuju pencapaian tujuan

kebijakan. Menurut Charles O. Jones (1997) konsep implementasi pelayanan

publik merupakan dasar dalam pengoperasian sebuah program, yang ditinjau dari

tiga pilar yaitu, pengorganisasian dan pembentukan sumber daya dan unit-unit

dalam bidang pendidikan agar program tersebut bisa berjalan, interpretasi

program dengan tujuan program tersebut dapat diterima dan dilaksanakan, serta

pengaplikasian program yang berhubungan dengan pelayanan, pembayaran, atau

hal lainnya yang disesuaikan dengan tercapainya program pendidikan.

Dinas Pendidikan sebagai induk penyelenggara layanan pendidikan

memiliki tugas untuk mengawasi dan mengendalikan proses pelayanan

pendidikan agar dapat menyentuh seluruh masyarakat terutama masyarakat di

desa-desa. Hanya saja pelayanan pendidikan yang diinginkan oleh masyarakat

belum dapat diterima sepenuhnya karena banyaknya keterbatasan. Oleh karena

itu, berbagai upaya untuk perbaikan layanan telah dilakukan seperti perbaikan

kualitas layanan di tingkat kota. Perbaikan kualitas layanan tersebut dimulai dari

perbaikan sarana dan prasarana, pembentukan komite sekolah di berbagai sekolah

tingkat dasar, sosialisasi kepada masyarakat serta kontrol dari pemerintah daerah

kota sendiri. Upaya perbaikan pelayanan pendidikan di tingkat kota sendiri masih

belum merata, seperti di kota batu. Salah satu sekolah di pinggiran kota yang bisa

dilihat adalah SDN Sumbergondo 2 Batu yang terletak ditengah perkebunan hutan
6

pinus. Menurut penyampaian kepala sekolah SDN sumbergondo 2 karena lokasi

sekolah yang jauh dari pusat kegiatan perkotaan dan terletak ditengah hutan pinus

menyebabkan sekolah ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga

kualitas, sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar mengajar menjadi

kurang baik. Kondisi kelas sangat jauh dari kata layak, dimana tembok kelas

berlubang, pintu kelas tidak bisa ditutup, jendela kelas tidak bisa dibuka dan kaca

jendela ada yang pecah, lantai kelas yang bergelombang. Walaupun anggaran

pendidikan yang dikeluarkan pemerintah sangat besar tetapi sebagian belum

menjamin kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Oleh karena itu perlunya

kerjasama antara stakeholder untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Salah satu paradigma yang dikembangkan dalam menghadapi persaingan

adalah sound governance. Menurut Tjahjanulin Domai (2006), konsep good

governance hanya berfokus pada tiga komponen yaitu, state, private, dan civil

society, bahwa dimana ketiga komponen tersebut mengabaikan sebuah kekuatan

besar yaitu aktor internasional kekuatan aktor internasional merupakan salah satu

komponen yang mempengaruhi kemajuan negara-negara berkembang dimana

hampir satu abad kekuatan global ini mendominasi, politik, ekonomi, serta budaya

negara-negara berkembang. Dalam dunia pendidikan, bekerjasama dengan aktor

internasional tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing baik ditingkat

nasional maupun internasional. Secara umum istilah governance digunakan dalam

praktek diskusi yang bersifat teoritis dimana indikasi governance dibutuhkan

untuk perubahan penyelanggaraan institusi yang lebih mengutamakan partisipasi

dari seluruh lapisan masyarakat. Gambhir Batta mengungkapakan bahwa konsep

governance adalah hubungan antara pemerintah dan warga negara yang


7

memungkinkan konsep pelayanan publik dan program yang akan digunakan,

dilaksanakan dan dievaluasi mengacu pada aturan lembaga dan jaringan yang

menentukan bagaimana sebuah negara atau fungsi organisasi. Sebagaimana bukti

kedinamisan teori governance yang selalu dipertentangkan kini muncul teori

sound governance. Sound governance muncul dengan konsep yang meibatkan

aktor terpenting dalam era globalisasi yakni aktor internasional. Selain

mengusung golden triangle (pemerintah, rakyat, dan swasta) dari konsep good

governance yang sudah ada.

Sound governance terdiri dari beberapa komponen utama atau dimensi

sebagai unsur yang dinamis yang berinterkasi satu sama lain dan membentuk satu

kesatuan unik yang beroperasi dengan keragaman internal, kompleksitas, dan

intensitas serta tantangan eksternal seperti kendala dan peluang. Sound

governance memiliki beberapa dimensi meliputi proses, struktur, kognisi dan

nilai-nilai konstitusi, organisasi, dan kelembagaan serta manajemen dan kinerja

sektor internasional atau kekuatan globalisasi dan etika, akuntabilitas dan

transparansi. Masing-masing dimensi tersebut bekerja dengan kepemimpinan

yang sehat dan partisipasi dinamis dari unsur-unsur interkatif atau dari komponen

yang diuraikan diatas akan memberikan sistem institusi yang terus berkembang,

tak terkecuali di dunia pendidikan.

Kualitas dari sebuah institusi pendidikan ditinjau dari mutu layanan

pendidikan yang diberikan oleh institusi pedidikan tersebut terhadap stakeholder

yang terdiri dari murid, alumni, pengguna lulusan, dan orang tua murid,

stakeholder tersebut akan menyebutkan aspek apa saja yang dinilai dalam

menentukan mutu institusi pendidikan di kancah internasional. Dukungan dan


8

pengalaman dari aktor internasional terutama dari negara maju sebagai

pembaharuan sistem pendidikan yang memiliki standar lebih baik daripada di

negara berkembang.

Pemerintah Republik Indonesia berupaya melakukan perbaikan pelayanan

pendidikan dengan bekerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat. Kerjasama

ini terwujud dalam program USAID PRIORITAS. Program ini berupaya untuk

meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah, meningkatkan tata

kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota, meningkatkan

dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/pelatihan

guru dan pemerintah di semua jenjang. Direktur Program USAID Indonesia

melalui Program USAID-PRIORITAS dan Pemerintak Kota Batu sejak tahun

2014 telah melaksanakan program kemitraan untuk meningkatkan akses

pendidikan dasar yang berkualitas. Bantuan pelatihan dan pendampingan

pembelajaran, manajemen sekolah, dan budaya baca telah difasilitasi oleh USAID

untuk lebih dari 40 SD/MI dan SMP/MTS di Kota Batu. Termasuk bantuan lebih

dari 22.000 buku bacaan berjenjang ke 37 SD/MI yang digunakan untuk

meningkatkan minat dan ketrampilan siswa kelas awal. Kepala sekolah SDN

Sumbergondo 2 Kota Batu yang dalam hal penelitian ini sekolahnya digunakan

sebagai lokasi penelitian, menjelaskan bahwa sebelum adanya pelaksanaan

program ini para guru dalam mengajar lebih banyak ceramah, menulis di papan

tulis dan tidak ada kegiatan yang menunjukkan siswa aktif. Namun, setelah

adanya program ini, guru sudah menerapkan pembelajaran aktif dan memfasilitasi

siswa untuk belajar mandiri dengan lebih banyak melakukan

percobaan,memecahkan masalah, menghasilkan karya kreatif dan berani


9

berprestasi. Dampak positif yang ada di SDN Sumbergondo 2 Kota Batu ini

antara lain berhasil mengukir prestasi seperti juara 1 cipta dan baca puisi tingkat

kota, juara 1 mendongeng tingkat kecamatan, peringkat 1 UASBN tingkat

kecamatan dari yang sebelumnya hanya peringkat 15, serta menjadi sekolah

rujukan yang direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Batu dan Provinsi

Jawa Timur. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji

pelaksanaan program USAID-PRIORITAS di Kota Batu dalam perspektif

pelayanan publik.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas terdapat celah (gap),

yaitu secara empirik, normatif dan teoritik. Sehubungan dengan ketiga celah

tersebut, dalam pelaksanaan program USAID-PRIORITAS untuk tujuan

pencapaian target SPM, SNP dan perbaikan pelayanan pendidikan, maka pihak

sekolah selaku aktor pemerintah/melibatkan aktor masyarakat yang diwakili oleh

Komite Sekolah, aktor swasta (perusahaan) serta aktor global yang diwakili oleh

PC East Java – USAID. Pelibatan komite sekolah dalam pelaksanaan program

USAID-PRIORITAS, khususnya penyusunan dan penganggaran, menurut

Pengawas Sekolah KSD ada beberapa sekolah dalam melibatkan komite sekolah

belum maksimal tersebut hanya formalitas. Hubungan antara sekolah sebagai

penyedia pelayanan dengan orang tua siswa dan / atau siswa sebagai pengguna

pelayanan terbatas, dan segala pengaduan dari orang tua siswa dan / atau siswa

sering terabaikan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti dapat merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:


10

1. Bagaimana pelaksanaan program Kemitraan USAID-PRIORITAS bidang

Kependidikan dalam perspektif pelayanan publik?

2. Bagaimana peran masing-masing aktor dalam pelaksanaan program

kemitraan tersebut?

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang ada pada

pelaksanaan program kemitraan USAID-Prioritas bidang pendidikan

dalam pelayanan publik?

4. Bagaimana bentuk rekomendasi model kemitraan USAID-Prioritas bidang

pendidikan dalam perspektif pelayanan publik?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara

komprehensif dan terinci tentang :

1. Mendeskripsikan, manganalisis dan menginterpretasikan pelaksanaan

program USAID-PRIORITAS dalam menghadapi faktor-faktor dari

pelayanan publiknya.

2. Mendeskripsikan dan manganalisis peran masing-masing aktor dalam

proses kemitraan tersebut

3. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung dan faktor

penghambat pelaksanaan program kemitraan USAID-Prioritas dalam

pelayanan publik

4. Memberikan rekomendasi model kemitraan yang ideal dalam perspektif

pelayanan publik
11

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis, secara teoritis daiharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Memberikan sumbangan tentang determinans of implementations

khususnya dalam konteks spesifik lokal dan dikaitkan dengan upaya

pelaksanaan program USAID-PRIORITAS Kota Batu.

2. Memberikan sumbangan kepada identifikasi faktor penyebab kegagalan

atau faktor penghambat (constraint) maupun faktor pendukung

(supporting) dalam mewujudkan program USAID-PRIORITAS Kota

Batu.

Dalam tataran praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pengambil kebijakan pada tingkat pemerintah kota dalam rangka

upaya melaksanakan visi dan misi pembangunan perkotaan sehingga dapat

menemukan model dan strategi kebijakan pendidikan secara lebih aplikatif dan

bermanfaat.

You might also like