Professional Documents
Culture Documents
Imunisasi
Imunisasi
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kesehatan Sekolah
Dosen Pengampu
Dra. Endang Wahyu Andjariani, M.Pd
Oleh
Chelsy Pujianti Alwi - 1886206010
Khoirum Nur Fadilah - 1886206031
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah memberikan saran dan masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kesehatan Sekolah. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi penulis, makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar dapat mengembangkan lagi isi dari makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang diketahui bersama, imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif
untuk mencegah penularan penyakit dan sangat berperan dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Dengan demikian, anak tidak mudah tertular infeksi, tidak mudah menderita
promotif dan preventif merupakan hal terpenting dalam peningkatan status kesehatan.
Goals/MDGs) telah tercapai, namun masih perlu cakupan imunisasi rutin. Peningkatan
cakupan imunisasi rutin diperlukan karena masih terdapat 13 provinsi yang capaiannya
masih di bawah rencana strategis untuk imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2013 cakupan pemberian imunisasi lengkap sebesar 59,2%, imunisasi
tidak lengkap sebesar 32,1%, dan tidak pernah diimunisasi sebesar 8,7%. Salah satu
upaya meningkatkan cakupan imunisasi rutin adalah melalui pelayanan imunisasi yang
dilaksanakan oleh bidan, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Permenkes
1464 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa kewenangan bidan dalam pelayanan
kesehatan anak, yaitu bidan berwenang dalam pemberian imunisasi rutin sesuai dengan
rutin diperlukan peningkatan kompetensi bidan pada preservice atau masa pendidikan,
materi ini menjadi pegangan bagi mahasiswa untuk memperkaya wawasan serta dapat
nanti.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Menurut
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat suatu sistem pertahanan tubuh kebal
terhadap invasi mikroorganisme (bakteri atau virus) yang dapat menyebabkan infeksi
(Marmi & Kukuh, 2017) Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada tersebut ia tidak menjadi
sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun
B. Tujuan Imunisasi
(populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada
keberhasilan imunisasi cacar variola (Ranuh dkk, 2014). Program imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian
bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati dan
Andhini, 2010).
Imunisasi turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi sesuai target
3. Tercapainya target Imunisasi lanjutan pada anak umur di bawah dua tahun (Baduta)
dan pada anak usia sekolah dasar serta Wanita Usia Subur (WUS).
4. Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan
Imunisasi.
(safety injection practise and waste disposal management) (Kemenkes RI, 2017).
C. Manfaat Imunisasi
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi hanya dirasakan oleh
pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang
3. Untuk Negara, Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan
D. Jenis Imunisasi
bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi Program terdiri
atas Imunisasi rutin, Imunisasi tambahan, dan Imunisasi khusus (Kemenkes RI, 2017).
terdiri dari Imunisasi rutin, imunisasi tambahan dan imunisasi khusus. Imunisasi program
harus diberikan sesuai dengan jenis vaksin, jadwal atau waktu pemberian yang ditetapkan
mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi
rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar saja
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas
1) Imunisasi Rutin
menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi
indikasi, cara pemberian dan dosis, kontraindikasi, efek samping, serta penanganan
efek samping.
Imunisasi Dasar
Imunisasi BCG diberikan pada bayi < 2 bulan. Namun untuk mencapai cakupan
pada umur antara 0-12 bulan. Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan
0,1 ml untuk anak (> 1 tahun). Vaksin BCG diberikan secara intrakutan didaerah
lengan kanan atas pada insersio M. Deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak
ditempat lain mial bokong, paha (Ranuh dkk, 2014). Kontra indikasi imunisasi
BCG antara lain bayi yang mengalami defisiensi sistem kekebalan, terinfeksi HIV
Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah wajar, suatu
pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya timbul pada daerah bekas suntikan,
yang kemudian berubah menjadi vesikel kecil, dan kemudian menjadi sebuah
ulkus kecil dalam waktu 2-4 minggu. Reaksi ini biasanya hilang dalam 2-5 bulan,
dan umumnya pada anak-anak meninggalkan bekas berupa jaringan parut dengan
diameter 2-10 mm. Jarang sekali nodus atau ulkus tetap bertahan. Kadang-kadang
pembesaran getah bening pada daerah ketiak dapat timbul 2-4 bulan setelah
imunisasi. Sangat jarang sekali kelenjar getah bening tersebut menjadi supuratif.
diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu
tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Kontra indikasi pemberian vaksin Hepatitis B pada bayi yang menderita infeksi
mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk rejan)
inaktif, antigen permukaan Hepatitis B (HBSAg) murni yang tidak infeksius, dan
komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida
anterolateral paha atas, dengan dosis anak 0,5 ml. Kontra indikasi pemberian
vaksin atau reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-
berikutnya.
kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan syaraf serius
vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus
diberikan sebagai pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara
terpisah. Vaksin tidak akan membahayakan individu yang sedang atau sebelumnya
Efek samping, jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak
berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib yang diberikan
secara terpisah. Untuk DPT, reaksi lokal dan sistemik ringan umum terjadi.
Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi
penyuntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang
kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis
dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian (Sudarti,
Endang. 2010).
4. Imunisasi Polio
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio 1, 2 dan 3. OPV
(oral polio vaccine), hidup dilemahkan, tetes, oral. Sedangkan IPV (inactivated
polio vaccine) inaktid disuntikan. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara
bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak yang sehat maupun anak yang
maupun ulangan. Vaksin IPV dapat juga diberikan bersamaan dengan vaksin DPT-
HB-Hib, secara terpisah atau kombinasi. Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai
pedoman PPI atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapatkan
cakpan imunisasi yang tinggi. Selanjutnya dapat diberikan vaksin OPV dan IPV.
Untuk imunisasi dasar (polio-,3,4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan. Interval
antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu (Sudarti, Endang. 2010).
Nasional (PIN) yang dianjurkan Kementrian Kesehatan. Pada PIN semua balita
aluran cerna dan memutuskan transmisi virus polio luar. Dosis OPV diberikan 2
tetes per-oral, IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi
imunisasi polio-4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun) (Ranuh dkk, 2014).
Kontra indikasi umumnya pada imunisasi; vaksin harus ditunda pada mereka
Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya. Penyakit demam akibat
infeksi akut ditunggu sampai sembuh. Efek sampingnya berupa reaksi lokal pada
terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan satu atau dua
pada tempat dan cara penyuntikkan serta jumlah dosis yang sebelumnya diterima.
Reaksi sistemik yang ditimbulkan demam dengan atau tanpa disertai myalgia,
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis
per vial. Setiap dosis vaksin MR mengandung 1000 CCID50 virus campak dan
1000 CCID50 virus rubella. Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella
dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare,
diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan
dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah
dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan
cordis, pasien transfusi darah dan riwayat alergi terhadap komponen vaksin
Imunisasi Lanjutan
diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan
1. Vaksin DT
Vaksin DT merupakan Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam
terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak. Vaksin DT diberikan secara intra
muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia
di bawah 8 tahun. Gejala-gejala vaksin seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
2. Vaksin Td
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam
difteri pada individu mulai usia 7 tahun. Disuntikkan secara intra muskular atau
subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Efek samping pada uji klinis
dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan (20–30%) serta demam
(4,7%).
3. Vaksin TT
Vaksin TT merupaka Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial
Indikasi vaksin TT: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia
subur. Diberikan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
terhadap komponen vaksin, demam atau infeksi akut. Efek samping vaksin
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
2) Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Immunization/ORI).
3) Imunisasi Khusus
perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar
biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis
b) Imunisasi Pilihan
Setelah mempelajari tentang macam vaksin imunisasi dasar, sekarang kita akan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai
menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza,
E. Jadwal Imunisasi
Perlu diketahui bahwa saat ini imunisasi yang diberikan kepada bayi dan anak cukup
banyak jumlahnya. Untuk itu, perlu diatur urutan pemberian vaksin dalam jadwal
imunisasi. Berikut ini jadwal pemberian imunisasi pada bayi di bawah 1 tahun, usia
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Manfaat imunisasi yaitu menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
3. Sasaran imunisasi yaitu bayi, Batita, anak usia SD kelas 1, 2, 3, dan wanita usia subur.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa Imunisasi perlu dilakukan di
setiap sekolah guna menjaga dan melindungi kesehatan setiap warga sekolah dan juga
dapat mengajarkan siswa di sekolah pentingnya menjaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hardianti, Dian, dkk. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Kebayoran Baru Jakarta Selatan: Vol.1
Kemenkes RI. 2013. Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.