You are on page 1of 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : NATYAS SABRINA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 835030122

Tanggal Lahir : 28 FEBRUARI 1997

Kode/Nama Mata Kuliah : PKNI4317/HAK ASASI MANUSIA

Kode/Nama Program Studi : 118/PGSD-S1

Kode/Nama UPBJJ : 18/PALEMBANG

Hari/Tanggal UASTHE : SENIN / 21 DESEMBER 2020

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : NATYAS SABRINA


NIM : 835030122
Kode/Nama Mata Kuliah : PKNI4317/HAK ASASI MANUSIA
Fakultas : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Program Studi : PGSD-S1
UPBJJ-UT : PALEMBANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Muara Enim, 21 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

1.Manusia tidak boleh diperlakukan secara diskriminatif. Sebab perbuatan diskriminatif


itu tidak baik dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa saja berakibat hilangnya nyawa
seseorang. Oleh sebab itu, kita semua harus ingat bahwa setiap manusia itu dilahirkan di
dunia ini dengan hak yang sama dan memiliki tanggungjawab serta kewajiban untuk
menjaganya. Misalnya saja hak hidup. Terjadi kasus Marsinah, seorang buruh yang
terbunuh, atau kasus meninggalnya

seorang wartawan Harian Bernas Yogjakarta bernam Fuad Muhammad Safrudin alias
udin.

Bagaimana sebenarnya yang dimaksud dengan hak hidup dan bagaimanakan proses

penegakannya di Indonesia?

Jawab:

Suatu negara dengan ideologi yang dianutnya pada dasarnya akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat di negara tersebut, termasuk dalam hal penerapan hak-hak asasi
masyarakatnya. Negara-negara Barat, seperti Amerika, dengan paham Liberalismenya
memungkinkan masyarakatnya untuk melakukan segala sesuatu dengan sebebas-
bebasnya, sedangkan peran pemerintah sangat kecil dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat.

Indonesia dengan ideologi Pancasila yang dianutnya, diharapkan dapat


mengimplementasikan HAM dengan baik sesuai dengan sifat-sifat dasar dari ideologi
tersebut. Menurut ideologi Pancasila, hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada dasarnya
diimplementasikan secara bebas, akan tetapi kebebasan tersebut dibatasi dengan hak
asasi orang lain. Sehingga walaupun terdapat kebebasan, namun kebebasan tersebut
harus bertanggung jawab dengan memperhatikan dan tidak mengganggu hak asasi orang
lain. Namun dalam realitasnya hal tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh
rakyat Indonesia.

Dimulai dengan bergulirnya era reformasi, munculah berbagai produk hukum yang
diharapkan untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya hak
sipil dan politik. Antara lain, UUD 1945 pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU tentang HAM (UU No. 39 Tahun
1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Otonomi Daerah. Dari sisi politik, rakyat Indonesia telah
menikmati kebebasan politik yang luas. Empat kebebasan dasar, yaitu hak atas kebebasan
berekspresi dan berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan
berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan.

Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia sudah dapat
mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa rasa takut atau was-was seperti pada
zaman Orde Baru. Rakyat Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan gagasan dan
informasi yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak atas kebebasan berkumpul.
Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti, seminar, rapat-rapat akbar tidak lagi
mengharuskan meminta izin penguasa seperti di masa Orde Baru.

Rakyat Indonesia telah menikmati juga kebebasan berorganisasi. Rakyat tidak hanya
bebas mendirikan partai-partai politik sebagai wahana untuk memperjuangkan aspirasi
politiknya. Rakyat bebas pula untuk mendirikian organisasi-organisasi kemasyarakatan,
seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat adat, dan lain sebagainya.
Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi rakyat dari bawah ini akan memperkuat
masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan pemerintahan
yang demokratis.

Namun jika kita amati, upaya pengusutan pelanggaran HAM berat di Indonesia selama ini
masih mengalami hambatan-hambatan. Masyarakat tentunya bisa menilai sendiri
bagaimana upaya pengusutan Peristiwa Trisakti-Semanggi, Peristiwa Kerusuhan yang
terjadi pada bulan Mei 1998, Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa.
Ketidakmampuan penuntasan masalah HAM, telah menimbulkan pertanyaan dalam
benak masyarakat terkait dengan keseriusan pemerintah dalam mengusut masalah
tersebut.

Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia ternyata juga tak diimbangi
dengan perlindungan hukum yang semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak atas
kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau hukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hak atas pemeriksaan
yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak atas perlakuan yang sama di depan
hukum. Dari berbagai daerah, seperti, Poso, Papua, Jakarta, dan tempat-tempat lain di
Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan horisontal yang melibatkan unsur-unsur
polisi dan militer.

Hal yang memprihatinkan, seringkali dalam peristiwa kekerasan horisontal, aparat


keamanan seolah-olah tidak berdaya melindungi kelompok-kelompok yang menjadi
sasaran kekerasan tersebut. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, seperti, kasus
pembunuhan, penculikan, penahanan sewenang-wenang terhadap ratusan ribu orang
yang disangka mempunyai kaitan dengan PKI, dan beberapa kasus lainnya, sampai hari ini
belum memperoleh penanganan yang adil.

2. Di Indonesia, tepatnya di Kalimantan Barat pernah terjadi kasus antaretnis yaitu


Madura dan

Dayak yang menyisakan luka batin yang amat mendalam. Bukan saja bagi etnis yang

bersangkutan, juga bagi seluruh Bangsa Indonesia. Sebab, kasus tersebut telah merenggut

korban jiwa yang tidak sedikit dari kedua belah pihak. Apakah kasus tersebut dapat

dikategorkan sebagai genosida sebab ada indikasi adanya pembersihan etnis Madura di

beberapa daerah di Kalimantan Barat?

Jawab :

Kerusuhan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yang terjadi pada tahun 1999
merupakan salah satu bentuk atau contoh konOik sosial dimana kerusuhan
tersebut merupakan klimaks dari perseteruan antara dua suku bangsa yang
selama ini mendiami Kabupaten Sambas yakni suku Madura dan suku Melayu.
Perseteruan antara dua suku ini sebenarnya sudah berlangsung lama, akan tetapi
karena suku Melayu banyak dikenal orang sebagai sul-.-u yang tidak menyenangi
keributan, maka perselisihan yang sering terjadi tidak pemah berkembang
menjadi konflik besar. Akan tetapi pada pertengahan Maret 1999, merupakan
batas waktu kesabaran suku Melayu, untuk tidak memberikan toleransi dan
menerima bcgitu saja gangguan-gangguan yang datang dari suku Madura.
Akibatnya, tcrjadilah kerusuhan besar antara ke dua suku tersebut. Kerusuhan
antarsuku yang terjadi di Sambas merupakan salah satu kasus konflik horisontal
yang berlatarbelakang SARA ( Suku, Agama, dan Ras) dinilai oleh para pengamat
sosial sebagai suatu tragedi nasio!lal yang menyedihkan. Peristiwa ini
mengundang tiga pertanyaan penting dalam kaitannya dengan penelitian yang
penulis lakukan, ialah: Mengapa

teljadi konflik etnis antar etnis Melayu dan etnis Madura di Kabupaten Sambas
Kalimantan Barat?, Langkah apa yang diambil oleh pemerintah dan tokoh
setempat?, dan dampak pasca konflik? Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan instrumen pengumpulan data berupa wawancara mendalam yang
dilakukan kepada Pemerintah Dati II Sambas, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama,
Pemuka adat, Pemuda, Korban pengw1gsian. Selain wawancara, dilakukanjuga
metode obst!rvsi dan dokumentasi yru1g dihar~pk&.i1 dapat menambah apa yang
belum terungkap lewat wawancara. Teon yang digunakan adalah; teori fungsional
Talcott Parsons, teori konflik Dahrendrof kebalikan teori kohesi Malinowski, dan
teori kebudayaan dominant Parsudi Suparlan.

3. UUD NRI 1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia mempunyai peran yang sangat
penting

dalam melindungi Hak Asasi Manusia (HAM). Namun, selain itu juga memuat
kewajibankewajiban dasar manusia yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Mengapa
antara HAM

dan kewajiban dasar manusia dalam penerapannya di Indonesia tidak bisa dipisahkan satu

sama lain?
jawab :

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup
hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri.
Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika
keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya.
Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang
sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban
seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan
kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak
untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat
banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan
materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan
tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa
hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-
undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para
pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung
bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan
menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-
rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-
haknya.

HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
negara pada umumnya berupa peranan (role).

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah (pasal 28B ayat 1).

– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan Berkembang”

– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi

meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).


– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :

segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945

menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”.

– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-
undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat
(2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang

4. Ketika Perang Dunia muncul, di satu sisi kolonialisme-kolonialisme merajalela.


Sedangkan di

sisi lain nurani manusia saat itu mulai dijadikan pertimbangan, tentang bahaya perang yang

dapat menganggu nilai-nilai kemanusiaan, bahkan menghancurkan kehidupan di muka


bumi.

Memasuki abad era komunikasi dan informasi yang semakin canggih, Hak Asasi Manusia

(HAM) muncul di tengah arus globalisasi sebagai harapan ideal untuk membawa manus ia
lebih

manusiawi. Adanya HAM terhadap masyarakat Internasional telah memberikan dampak


tentunya. Analisis dampak positif dan dampak negatif dari adanya HAM terhadap
masyarakat

Internasional!
Jawab :

You might also like