Professional Documents
Culture Documents
Kajian Standar Prosedur Operasional Ekg
Kajian Standar Prosedur Operasional Ekg
2 Kajian SPO
PENGERTIAN EKG adalah untuk merekem kelistrikan otot jantung yang dapat
diinterpretasikan untuk menegakan diagnosis dan evaluasi
perjalanan penyakit atau evaluasi efek pemberian terapi
UNIT 1. PJT
TERKAIT 2. IGD
B. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PEMBUANGAN
JARUM SUNTIK DAN BENDA TAJAM DI RUANG PELAYANAN
JANTUNG (PJT)
RSUD KOTA
MATARAM PEMBUANGAN JARUM SUNTIK DAN BENDA
TAJAM
PENGERTIAN Penanganan benda tajam dan jarum suntik adalah tata cara
pembuangan benda tajam dan jarum suntik habis pakai sesudah
tindakan terhadap pasien sampai pembuangan akhir.
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat
memotong/menusuk kulit, seperti jarum suntik, pecahan gelas,
pisau bedah.
Benda tajam memiliki potensi bahaya dapat menyebabkan
cidera melalui sobekan atau tusukan. Benda tajam yang terbuang
dapat terkontaminasi oleh dara, cairan tubuh, bahan beracun,
bahan sitotoksik maupun bahan radioaktif.
TUJUAN Untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi pada
petugasan rumah sakit.
KEBIJAKAN 1. Penanganan semua benda tajam dan jarum suntik habis
pakai harus dipisahkan dari sampah medis dan non medis.
2. Jarum suntik habis pakai tidak boleh ditutup kembali.
3. Jarum suntik dibuang ke safety box.
4. Petugas/penghasilan limbah dan pengangkut limbah yang
melakukan kesalahan membuang limbah tidak sesuai
peraturan, akan diberikan sanksi berupa kartu pelanggaran
oleh Instalasi Kesehatan Lingkungan.
5. Seluruh petugas/karyawan RSUD Kota Mataram dan
petugas kebersihan dilarang mengambil dan menjual
sampah medis dan kemasan farmasi (vial, botol infuse,
selang infuse, spuit, jirigen HD, dsb).
PROSEDUR A. PETUGAS
KERJA 1. Pemilahan : paramedic / penghasilan limbah medis
2. Pengangkutan : cleaning service
3. Penyimpanan : IKL
4. Pengelahan : pihak Ke 3 yang memiliki izin darii
KLH
B. PERALATAN
1. APD
2. Tempat sampah medis infeksius
3. Troli khusus pengangkutan sampah
4. Sabun
C. TATALAKSANA KEGIATAN
1. Safety box yang ditempatkan di unit terkait,bangsal
diberi tanggal, maksimal 3 hari mulai penempatan
di bangsal sampai pengangkutan ke TPS sampah
medis.
2. Paramedic menempatkan safety box pada troli
tindakan.
3. Petugas paramedic yang melakukan tindakan
menyuntik memasukkan jarum habis pakai ke
safety box.
4. Paramedic melakukan pengecekan safety box, jika
safety box sudah tiga hari di bangsal dan atau jarum
suntik sudah terisi ¾ dari kapasitas, safety box
ditutup.
5. Paramedic menghubungi cleaning service untuk
melakukan pengangkutan safety box ke tempat
penyimpanan sementara sampah medis untuk
dilakukan pengolahan dengan incinerator.
6. Cleaning service mengangkut sampah medis, pagi
pk. 07.00 wita dan siang hari pk 13.00 wita atau
bila 2/3 kantong telah terisi penuh dan sewaktu-
waktu jika diperlukan.
7. Pada saat pengangkutan cleaning service
mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
8. Troli yang digunakan khusus untuk mengangkut
limbah medis padat.
9. Petugas pengolahan limbah medis padat
menimbang limbah medis padat yang masuk,
kemudian mencatat kedalam logbook.
10. Setelah kegiatan selesai, petugas pengolahan
sampah limbah medis padat mengunci pintu TPS
sampah medis.
11. Petugas pengolahan limbah dan cleaning service
mencuci tangan tangan sabun dan air yang
mengalir.
UNIT 3. Rawat Inap
TERKAIT 4. UGD
5. ICU
6. NICU
7. Ruang Bersalin
8. Ruang OK
C. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) MEMANDIKAN
PASIEN DI TEMPAT TIDUR
STIKES YARSI
MATARAM
STANDAR Tanggal ditetapkan Ditetapkan oleh
PROSEDUR
OPERASIONAL
RSUD
KOTA MATARAM
STANDAR Tanggal ditetapkan Ditetapkan oleh
PROSEDUR
OPERASIONAL
NEBULIZER
Pengertia Suatu upaya untuk membasahi saluran nafas dengan tujuan
n
untuk mengencerkan dahak
Dari hasil observasi, dalam aplikasi sehari hari pemberian oksigen pada
pasien di Ruang PJT memang sudah tidak menggunakan jelly pada saat
merekeam EKG, menurut hasil wawancara yang telah di lakukan pada salah
satu katim di ruangan, hal ini sudah lama berjalan, namun dalam standar
prosedur operasional masih harus di perbaharui.
Dari Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemasangan Kateter urin yang ada di
Ruang Pelayanan jantung Terpadu (PJT) di dapatkan bahwa pada prosedur kerja
di poin nomer 10 mengatakan “Pasang handscoon on steril”. Jika kita merujuk
pada jurnal keperawatan yang berjudul “Hubungan Pemasangan Kateter
dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012” oleh Marlina dan Rony A
samad yang diterbitkan pada tahun 2012 juga mengatakankan bahwa proses
terjadinya infeksi saluran kemih salah satunya dapat terjadi pada pemasangan
kateter urin. Resiko bakteruria pada pemasangan kateter diperkirakan 5% sampai
10% per hari. Sebagian besar infeksi ini (sedikitnya 80%) disebabkan oleh
prosedur yang tidak aseptik. Pada jurnal lain yang berjudul “Pemasangan Kateter
dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Di Ruang Rawat Inap”
yang di publikasikan oleh Tiarnida Nababan dan diterbitkan pada tahun 2020.
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa pemasanan kateter yang kurang
menjaga kesterilan alat dan tidak melakukan prosedur secara aseptic memicu
mikroorganisme bertrasmisi dan mudah masuk melalui saluran kemih baik dari
alat atau secara kontak langsung yang pada akhirnya dapat terjadi infeksi saluran
kemih. Pemasangan kateter yang tidak steril berhubungan dengan kejadian infeksi
saluran kemih juga di dukung juga oleh jurnal yang berjudul “ Hubungan
Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSU DMIM
Pancaran Kasih Manado” oleh Janasiska Kuasuhe dan diterbitkan pada tahun
2017. Mengatakan bahwa tindakan perawat dalam pemasangan kateter tidak
sesuai dengan standar operasional prosedur dapat menyebabkan ISK (infeksi
saluran kemih). Pemasangan kateter harus sesuai dengan standar yang ditentukan.
Apabila tidak maka resiko terjadinya ISK semakin tinggi (Pranama,2002 dalam
Ernawati,2015)
Dari hasil observasi, dan pengaplikasian sehari hari pemasangan kateter urin
pada pasien di Ruang PJT masih belum sesuai standar SOP terbaru yang berlaku
dengan alasan menurut hasil wawancara yang telah di lakukan pada salah satu
katim di ruangan, hal ini karena keterbatasan waktu namun dalam standar
prosedur operasional akan terus di perbaharui.
Dari hasil observasi dalam pemberian injeksi intravena pada pasien di ruang
pjt tidak di temukan perbedaan dan belum ada teori terbaru atau standar
prosedur operasional terbaru yang terdapat di jurnal.