Professional Documents
Culture Documents
Analisis Sintesis Pengukuran JVP - Widha Listyaninggar
Analisis Sintesis Pengukuran JVP - Widha Listyaninggar
TINDAKAN
A. Keluhan Utama
B. Diagnosa Medis
C. Diagnosa Keperawatan
1. Data Subjektif :
2. Data Objektif :
i. Konjungtiva anemis
j. RR : 30x/ menit
k. TD : 214/116 mmHg
G. Analisis Tindakan
H. Bahaya Tindakan
Alat-alat yang digunakan harus steril apabila non steril akan memicu
masuknya bakteri sehingga bisa memperparah keadaan, komplikasi yang dapat terjadi
pada saat pemasangan JVP seperti emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan
cairan,hematom, infeksi, rupture arteri pulmonalis, dan infark pulmonal, perdarahan
sepsis, distrimia,bakteriemia, tamponade perikard.
2. Terapeutik
3. Edukasi
1. S :
2. O:
f. Tekanan Darah dalam rentang normal (sistolik 80-120 dan atau diastolic 60-
80 mmHg)
3. A:
4. P:
a. Lanjutkan intervensi :
K. Evaluasi Diri
Terdapat beberapa komponen yang harus dikuasai oleh tenaga kesehatan
dalam melaksanakan pemeriksaan JVP. serta mengikuti kaidah prosedur pelaksanaan
dalam pemeriksaan tekanan vena jugularis. Tindakan harus dilakukan dengan cermat
dan teliti agar tidak terdapat kesalahan selama proses tindakan pengukuran JVP.
Penguasaan terhadap konsep pemeriksaan JVP sangat diperlukan oleh seluruh
tenaga kesehatan Penerapan pemeriksaan JVP berdasarkan konsepnya, akan
memberikan hasil pemeriksaan yang akurat, sehingga dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam penegakan diagnosa dan penatalaksanaan pada pasien.
L. Daftar Pustaka
Anggraini dan Arcellia. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik dapt Mencegah Overload Cairan. Jurnal Keperawatan Indonesia.
Diakeses secara online pada tanggal 10 April 2021 pukul 16.00 WIB.
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/475/569
*Email: fany.angraini@ui.ac.id
Abstrak
Pola diet tidak sehat pada masyarakat perkotaan merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular DM dan
Hipertensi. Kedua penyakit tersebut menjadi dua penyebab utama kerusakan pada ginjal yang dapat berlanjut kepada
tahap gagal ginjal (GGK). Pasien GGK seringkali mengalami masalah overload cairan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan lainnya bahkan dapat berujung dengan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan program pembatasan
cairan yang efektif dan efisien untuk mencegah komplikasi tersebut, diantaranya melalui upaya pemantauan intake
output cairan. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan metode
pemantauan intake output cairan pasien GGK dengan menggunakan fluid intake output chart. Pemantauan tersebut
terbukti efektif untuk menangani overload cairan pada klien, dibuktikan dengan berkurangnya manifestasi overload
cairan pada klien.
Kata kunci: DM, fluid intake output chart, GGK, hipertensi, masyarakat perkotaan, overload cairan, pemantauan
intake output cairan, pola diet yang tidak sehat
Abstract
Fluid Intake Output Monitoring of Chronic Renal Failure Patients can Prevent Fluid Overload. Unhealthy diet in
urban society as one of risk factor noncommunicable disease, such as Diabetes and Hypertension. Both of them is
leading causes of kidney disease and it can be End Stage Renal Disease stage (ESRS). ESRD patient often experience
fluid overload state, that can cause another health problem even it can be cause of death. That’s way, it is important to
make effective and efficient fluid restriction program to prevent the complication, one other thing is fluid intake output
monitoring. This scientific paper use case study method to describe analysis of clinical practice in fluid intake output
monitoring by using fluid intake output chart. Monitoring is proven effective to treat fluid overload, it is shown by
decreasing of patient’s fluid overload clinical manifestation
Keyword: diabetes, ESRD, fluid intake output chart, fluid intake output monitoring, Fluid Overload, hypertension,
unhealthy diet, urban society
Risiko Infeksi. Masalah keperawatan risiko Sehubungan dengan evaluasi tindakan kepera-
infeksi ditunjang dengan adanya data klien watan yang telah dilakukan didapatkan hasil
dengan riwayat penyakit kronik CKD se- sebagai berikut:
menjak 4 bulan yang lalu, hasil pemeriksaan
terlihat kulit klien kering dan meneglupas a. Masalah keperawatan gangguan perfusi
(Xerotic Skin), kadar Ureum meningkat (161 jaringan perifer teratasi penuh pada hari
mg/dl), penurunan kadar Hb (5,7 gr/dl), pe- rawat ke-3, setelah klien mendapatkan
nurunan kadar limfosit (limfosit 4). Keadaan transfusi PRC ke 4. Hal tersebut ditandai
tersebut meningkatkan risiko klien untuk ter- dengan peningkatan kadar Hb (8,3 gr/dl)
kena infeksi. dan berkurangnya anemis pada konjung-
tiva dan punggung kuku serta CRT < 3
Kerusakan Integritas Kulit. Kondisi kulit dtk. Meskipun demikian, pada hari ter-
klien dan peningkatan kadar ureum seperti akhir klien dirawat, kadar Hb klien kem-
yang sudah diuraikan sebelumnya, juga men- bali mengalami penurunan (Hb 7,3 gr/dl),
jadi data penunjang munculnya masalah ke- klien direncanakan transfusi on HD pada
rusakan integritas kulit. Data tambahan terkait jadwal HD berikutnya.
kerusakan integritas kulit lainnya adalah be-
rupa keluhan klien mengenai rasa gatal pada b. Masalah keperawatan kelebihan volume
kulit. cairan mulai teratasi pada hari rawat ke-2,
ditandai dengan penurunan derajat edema
Intoleransi Aktivitas. Intoleransi aktivitas (edema grade 2), ascites berkurang, tidak
dibuktikan dengan adanya data berupa keluhan ada penambahan BB dari hari sebelum-
lemas dari klien dan berdasarkan observasi nya, JVP tidak meningkat, balance cairan
klien tampak lemah, bed rest dan pemenuhan negatif, TD stabil (130/90 mmHg) dan
ADL dibantu keluarga. status mental CM. Masalah teratasi penuh
pada hari terakhir klien dirawat ditunjuk-
Adapun tindakan keperawatan yang telah di- kan dengan penurunan derajat edema (de-
lakukan selama pemberian asuhan keperawat- rajat 1), ascites berkurang, tidak ada
an kepada Ny. S meliputi pemantauan status penambahan BB dari hari sebelumnya,
mental/ neurologis, pemantauan tanda-tanda JVP tidak meningkat, balance cairan nega-
vital, pemantauan status hidrasi (pemantauan tif, suaran nafas vesikuler, status mental
BB, JVP, edema, ascites, intake output), pe- CM, dan TD stabil (130/90 mmHg).
mantauan toleransi klien dalam melakukan
c. Masalah risiko gangguan keseimbangan
ADL, pemberian motivasi kepada klien untuk
nutrisi mulai teratasi pada hari rawat ke-3,
meningkatkan intake makanannya, pemberi-
ditandai dengan keluhan mual yang dira-
an saran kepada klien untuk makan dengan sakan klien berkurang, porsi makanan
porsi kecil tapi sering, pemberian kesehatan yang habis bertambah (1/2 porsi), nafsu
tentang diet rendah garam dan rendah protein,
makan mulai membaik. Masalah teratasi
pendidikan kesehatan tentang hand hygiene,
penuh pada hari teakhir klien dirawat,
pemberian lotion pelembab untuk mengatasi
ditandai dengan hilangnya keluhan mual,
kulit klien yang kering, kolaborasi pembatas- nafsu makan membaik, porsi makanan
an intake cairan, kolaborasi pemberian diet, yang habis > 50% (3/4 porsi).
kolaborasi pemantauan hasil laboratorium
(Hb, Ur, & Cr), kolaborasi pemberian diure- d. Masalah risiko infeksi mulai teratasi pada
tik, antiemetik, antibiotik, antipruritus, serta hari pertama pemberian asuhan keperawa-
transfusi PRC, kolaborasi pemberian tindakan tan pada klien, ditandai dengan tidak ada
HD. tanda infeksi. Masalah teratasi penuh pada
Anggraini, et al., Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik 155
hari terkahir perawatan klien ditandai lan, makanan berpenyedap rasa yang kuat dan
dengan tidak adanya tanda infeksi pada rutin mengkonsumsi kopi setiap harinya. Pa-
klien serta kadar ureum darah klien yang sien tersebut memiliki riwayat obesitas,
sudah menurun (90 mg/dl). dengan beratnya pernah mencapai 100 kg,
e. Masalah kerusakan integritas kulit mulai riwayat DM dan hipertensi semenjak 4 tahun
teratasi pada hari rawat pertama ditandai yang lalu. Dapat disimpulkan DM dan menjadi
dengan berkurangnya keluhan gatal pada faktor pemicu GGK pada Ny. S.
kulit. Masalah teratasi penuh pada hari
terakhir klien dirawat, ditunjukkan rasa Gangguan Perfusi Jaringan Perifer. Kondisi
gatal pada kulit. Masalah teratasi penuh anemia (Hb 5,7 gr/dl) merupakan manifestasi
pada hari terakhir klien dirawat, ditunjuk- klinis lainnya yang dialami Ny. S. Kondisi
kan dengan rasa gatal pada kulit berku- tersebut berhubungan dengan kerusakan ginjal
rang, kulit sudah tidak terlalu kering dan yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
mengelupas, kadar ureum darah menurun dalam mensintesis enzim eritropoetin yang
(90 mg/dl). merupakan prekusor pembentukan sel darah
merah pada sumsum tulang belakang. Selain
f. Masalah intoleransi aktivitas mulai terata- itu, keadaan anemia pada Ny. S diperparah
si pada hari rawat ke-4 ditandai dengan dengan deplesi komponen sel darah merah
berkurangnya keluhan lemas yang dirasa- sehubungan dengan uremia (Ureum 161 mg/
kan klien. Masalah teratasi penuh pada dl). Uremia memberikan dampak buruk berupa
hari rawat terakhir, klien sudah mampu hemolisis/pemendekan usia sel darah merah
mobilisasi ke kamar mandi, karena badan- yang normalnya berusia 120 hari (LeMone &
nya sudah tidak terlalu lemas. Burke, 2008).
dan pantau intake output (Dongoes, terdapat kelebihan cairan di rongga alveolus.
Moorhouse, & Murr, 2010). Akumulasi tersebut terjadi karena perpindahan
cairan dari kompartemen intravaskuler ke
Pemantauan tekanan darah menjadi salah satu dalam rongga alveolus sehubungan dengan
intervensi utama dalam penanganan klien terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik
dengan overload karena TD merupakan salah yang dihasilkan jantung karena adanya pening-
satu indikator adanya peningkatan volume katan volume cairan di dalam pembuluh darah.
cairan intravaskuler. Peningkatan volume cai- Akumulasi cairan tersebut dapat menimbulkan
ran berlebih pada kompartemen intarvaskuler komplikasi gagal nafas.
lebih lanjut akan menyebabkan perpindahan
cairan dari dalam pembuluh darah menuju Intervensi selanjutnya yang dilakukan dalam
jaringan interstisial tubuh. Oleh sebab itu, mengatasi kelebihan cairan pada pasien GGK
intervensi pemantauan TD pada pasien GGK adalah berupa pemantauan berat badan, edema
sangat penting untuk memperkirakan kemung- atau ascites dan status hidrasi. Perubahan berat
kinan terjadinya overload pada pasien (Black badan secara signifikan yang terjadi dalam 24
& Hawk, 2009). jam menjadi salah satu indikator status cairan
dalam tubuh. Kenaikan 1 kg dalam 24 jam
Intervensi berupa pemantauan status mental menunjukkan kemungkinan adanya tambahan
pada pasien GGK merupakan hal yang penting akumulasi cairan pada jaringan tubuh seba-
karena salah satu kemungkinan penyebab nyak 1 liter. Pemantauan selanjutnya, berupa
perubahan status mental pada pasien GGK pemantauan adanya edema dan ascites menun-
adalah perpindahan cairan dari pembuluh jukkan adanya akumulasi cairan di jaringan
darah otak menuju jaringan interstisial (edema interstisial tubuh yang salah satu kemungkinan
serebral). Meskipun perubahan status mental penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan.
pada pasien GGK lebih sering disebabkan Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah
karena akumulasi ureum dalam darah, namun peningkatan volume cairan dalam pembuluh
akumulasi cairan pada jaringan otak dapat darah (Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien
diprediksi menjadi kemungkinan penyebab & Bucher, 2007).
lainnya (Ignatavicius & Workman, 2010).
Sehubungan dengan tindakan kolaborasi,
Pemantauan selanjutnya adalah berupa peman- intervensi keperawatan dalam menangani kele-
tauan adanya distensi vena jugularis dan me- bihan cairan diantaranya adalah kolaborasi
ngukur JVP. Hal tersebut dapat dilakukan pembatasan intake cairan. Pada pasien GGK
sehubungan dengan anatomi pembuluh darah pembatasan cairan harus dilakukan untuk
tersebut bermuara pada vena sentral (vena menyesuaikan asupan cairan dengan toleransi
cava superior). Peningkatan pada vena sentral ginjal dalam regulasi (ekresi cairan), hal terse-
sehubungan dengan meningkatnya volume but dikarenakan penurunan laju ekresi ginjal
sirkulasi sistemik akan berdampak kepada dalam membuang kelebihan cairan tubuh se-
peningkatan JVP yang dapat terlihat dengan hubungan dengan penurunan LFG. Pada
adanya distensi vena leher, jadi secara tidak pasien ginjal intake cairan yang
langsung terhadap distensi vena leher dan direkomendasikan bergantung pada jumlah
peningkatan JVP menunjukkan kemungkinan urin 24 jam, yaitu jumlah urin 24 jam
adanya kondisi overload cairan (Smeltzer, sebelumnya ditambahkan 500-800 cc (IWL)
Bare, Hinkle & Ceever, 2010). (Europan Society for Par- enteral and Enteral
Nutrition dalam Pasticci, Fantuzzi, Pegoraro,
Intervensi berupa pemeriksaan fisik (auskultasi Mc Cann, Bedogni, 2012).
paru) penting dilakukan, sehubungan dengan
adanya suara nafas abnormal crackle jika Pemantauan status hidrasi pada pasien GGK
meliputi pemantauan intake output cairan sela-
Anggraini, et al., Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik 157
ma 24 jam dengan menggunakan chart intake Pada tahap awal dalam memberikan intervensi
output cairan untuk kemudian dilakukan peng- mahasiswa terlebih dahulu memperkenalkan
hitungan balance cairan (balance positif me- chart meliputi nama serta tujuan pengisian
nunjukkan keadaan overload). Chart peman- chart. Setelah itu mahasiswa mulai memper-
tauan intake output cairan klien, tidak hanya kenalkan cara pengisian chart kepada klien.
diisi oleh mahasiswa saja, namun juga diisi Pada dasarnya klien ataupun keluarga tidak
oleh klien. Hal tersebut bertujuan untuk mela- memahami cara pengisian chart, karena cara
tih klien dalam memantau asupan dan haluaran pengisian yang cukup mudah seperti membuat
cairan, sehingga pada saat pulang ke rumah catatan harian.
klien sudah memiliki keterampilan berupa mo-
difikasi perilaku khususnya dalam manajemen Berdasarkan catatan perkembangan penggu-
cairan. Keterampilan tersebut diharapkan da- naan chart dalam rangka memantau intake
pat mencegah terjadinya overload cairan pada output cairan, terlihat bahwa upaya yang dila-
klien, mengingat jumlah asupan cairan klien kukan mahasiswa dalam manajemen kelebihan
bergantung kepada jumlah urin 24 jam. cairan cukup efektif, dibuktikan dengan jum-
lah intake cairan klien terkontrol sesuai dengan intake output chart yang juga diberikan pada
haluaran urin, berkurangnya kelebihan cairan klien.
yang dialami klien dibuktikan dengan tidak
ada peningkatan BB yang meningkat signi- Risiko Gangguan Nutrisi. Keluhan klien
fikan setiap harinya, edema/ascites berkurang, berupa mual, penurunan nafsu makan terjadi
tekanan darah stabil, suara nafas vesikuler, sehubungan dengan uremia (161 mg/dl). Pe-
status mental CM, tidak ada distensi vena leher ningkatan ureum yang merupakan sampah sisa
(JVP tidak meningkat), serta balance cairan metabolisme protein dan semestinya dibuang
yang negatif. Pelaksanaan asuhan keperawatan dari dalam tubuh terjadi karena penurunan
yang dilakukan mahasiswa selama praktek fungsi klirens ginjal sehubungan dengan
tidak lepas dari kendala, diantaranya terkait penurunan LFG. Pada Ny. S, berdasarkan
sarana. formula kreatinin klirens didapatkan LFG
klien hanya 8,7 ml/mnt.
Adapun sarana yang dimaksud adalah belum
tersedianya gelas ukur urin dan formulir Risiko Infeksi. Peningkatan kadar ureum juga
khusus pemantauan intake output cairan menyebabkan gangguan pada fungsi leukosit
khususnya untuk pasien GGK di ruang rawat, sebagai agen yang berperan dalam sisitem
padahal kedua komponen tersebut merupakan imun. Pada klien terjadi penurunan kadar
bagian dari standar operasional prosedur Limfosit, hal tersebut menempatkan klien pada
pemantauan intake output cairan dengan risiko infeksi.
menggunakan intake output cairan (Sephard,
2010). Untuk menangani masalah tersebut, Kerusakan Integritas Kulit. Keluhan klien
mahasiswa mencoba mencari alternatif, berupa berupa rasa gatal pada kulit dan kondisi kulit
penggantian gelas ukur urin dengan menggu- yang kering/bersisik dan mengelupas merupa-
nakan tampung berupa botol air mineral bekas kan manifestasi klinis dari keadaan uremia
dan menggunakan formulir pemantauan intake yang dialami klien.
output yang diterjemahkan dan diadaptasi dari
luar negeri (Bennet, 2010 dalam Shepherd, Intoleransi Aktivitas. Penurunan kadar Hb
2011). yang menyebabkan kondisi anemia pada klien
menimbulkan manifestasi klinis berupa badan
Kendala yang ditemui selama penelitian tidak yang terasa lemas, kepala pusing, sehinggan
hanya berhubungan dengan sarana saja, tetapi membuat klien tidak mampu melakukan akti-
juga berhubungan dengan kerja sama klien vitas untuk pemenuhan ADL.
atau keluarga dalam memberikan informasi
intake output cairan yang benar. Klien atau
keluarga terkadang lupa untuk mengukur Kesimpulan
intake cairan maupun haluaran urin, sehingga Penyakit tidak menular yang sering ditemukan
dapat memengaruhi keakuratan data intake di perkotaan adalah DM dan hipertensi yang
output cairan klien karena pencatatan jumlah disebabkan oleh pola diet yang tidak sehat
cairan melalui perkiraan saja dan bukan me- misalnya konsumsi makaan siap saji yang
lalui pengukuran. Kendala tersebut tidak ber- mengandung kadar kolesterol, gula dan garam
langsung lama dan terjadi di awal pemberian yang tinggi. DM dan hipertensi lebih lanjut
asuhan keperawatan, setelah diberikan edukasi menyebabkan komplikasi gangguan kesehatan
dan diingatkan secara berulang-ulang, akhir- berupa GGK yang menyebabkan gangguan
nya kepatuhan klien/keluarga mengalami pe- regulasi cairan dan elektrolit dan memicu
ningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan ke- terjadinya kondisi overload cairan pada pen-
rutinan mencatat setiap intake dan output pada derita.
Anggraini, et al., Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik 159
Overload cairan lebih lanjut dapat menim- Dongoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C.
bulkan komplikasi berupa gagal jantung, (2010). Nursing care plans:guideline for
edema paru yang dapat berujung kematian. individualizing client care across the life
Oleh sebab itu, dibutuhkan manajemen cairan span (8th Ed.). Philadelphia: F. A Davis
berupa pembatasan cairan efektif dan efisien Company
untuk mencegah kompilkasi tersebut. Upaya
untuk menciptakan program pembatasan cai- Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2010).
ran yang efektif dan efisien, salah satunya Medical-surgical nursing: Patient-centered
dapat dilakukan melalui pemantauan intake collaboraive care. (6th ed). St. Louis:
output cairan pasien selama 24 jam dengan Sauders Elsevier.
menggunakan fluid intake output chart.
Jha, V., Garcia-Garcia, G., Iseki, K., Li, Z.,
Sehubungan dengan pentingnya upaya pe- Naicker, S., Plattner, B., Saran, R., Wang,
mantauan intake output cairan pada pasien A.Y., & Yang, C.W. (2013). Chronic kidney
GGK, maka rumah sakit perlu menyediakan disease: global dimnesion and perspectives.
alat ukur urin serta formulir pemantauan intake Lancet, 382 (9888), 260-272. doi: 10.
output cairan yang sudah terstandarisasi tidak 1016/S0140-6736(13)60687-X
hanya di ruang perawatan kritis saja. Hal
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Stategi
tersebut diperlukan untuk memfasilitasi pe-
nasional penerapan pola konsumsi dan
rawat dalam memberikan intervensi kepe-
aktifitas fisik untuk mencegah penyakit tidak
rawatan berupa pemantauan intake output
menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan
yang akurat, sehingga komplikasi overload Republik Indonesia.
cairan pada pasien GGK dapat diminimalisasi
(US, TN). Meiliana, R. (2013). Hubungan kepatuhan
terhadap terjadinya overload pada pasien
Referensi gagal ginjal kronik post hemodialisa di
Rumah Sakit Fatmawati (Skripsi, tidak
Angelantonio, E. D., Chowdhury, R., Sarwar, dipublikasikan). Program Studi Sarjana
N., Aspelund, T., Danesh, J., & Gudnason, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
V. (2010). Chronic kidney disease and risk Indonesia, Depok – Jawa Barat, Indonesia.
of major cardiovascular disease and non-
vascular mortality: prospective population Pasticci, F., Fantuzzi, A. L., Pegoraro M., Mc
based cohort study. British medical journal Cann, M., & Bedogni, G. (2012). Nutritional
341, 768. management stage 5 of chronic kidney
disease. Journal of renal care, 38 (1), 50-58.
Black, J. M. & Hawks, J. H. (2009). Medical- doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x
surgical nursing: Clinical management for
positive outcomes (8th Ed.). St. Louis: Shepherd, A. (2011) Measuring and managing
Saunders Elsevier. fluid balance. Nursing times 107(28), 12-16.
Diperoleh dari https://www.ncbi.nlm.
Caturvedy, M. (2014). Management of nih.gov/p ubmed/21941718
hypertension in CKD. Clinical queries:
nephrology 3, 1-4. Tsai, Y. C., Tsai, J. C., Chen, S. C., Chiu, Y. W.,
Hwang, S. Y., Hung, C. C., Chen, T. H.,
Dx Medical Stationery. 2013. Fluid balance Kuo, M. C., & Chen, H. C. (2014).
record data form. Diperoleh dari Association of fluid overload with kidney
http://dxmedicalstati onery.com.au. disease progression in advanced CKD: a
rospective cohort study. American of Journal
160 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 3, November 2016, hal 152-160
Oleh;
Ulin Ni’am , Mochamad Ali Sobirin2), Chandra Bagus Ropyanto3)
1)
1)
Departemen Keperawatan, Universitas Diponegoro, Email; ners.ulinniam@gmail.com
2)
Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Klinis, Universitas Diponegoro,
Email; dr_alibirin@fk.undip.ac.id
3)
Departemen Keperawatan, Universitas Diponegoro, Email; chandra.ropyanto@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Kondisi hipervolemia pada pasien gagal jantung merupakan situasi dimana
seorang pasien harus mendapat penanganan darurat. Tekanan vena jugularis (Jugular Venous
Pressure “JVP” adalah pengukuran tidak langsung dari tekanan vena kava. Vena kava
menentukan gambaran dari kondisi atrium kanan pada jantung. Meningkatnya JVP
diakibatkan adanya kegagalan jantung dalam memompa darah ke dalam sirkulasi. Sehingga,
pemantauan JVP sebagai prediktor kondisi jantung pada pasien merupakan komponen
penting dalam pengelolaan dan perawatan pada pasien gagal jantung.
Metode: Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah konsep analisis. Konsep ini
bertujuan untuk melakukan analisa terhadap konsep pemeriksaan JVP berdasarkan strategi
analisis konsep Walker dan Avant, meliputi indentifikasi antesenden, mendefinisikan atribut,
konsekuensi, referensi empiris, dan kasus yang terkait dengan konsep tersebut.
Hasil: Model konseptual pemeriksaan JVP memberikan petunjuk dalam penerapan asuhan
keperawatan sehingga memberikan mutu asuhan keperawatan yang berkualitas. Dampaknya,
kualitas hidup pasien dengan masalah pada sistem kardiovaskuler semakin meningkat dan
terhindar dari perburukan kondisi.
Kesimpulan: Penguasaan terhadap konsep pemeriksaan JVP sangat diperlukan oleh seluruh
tenaga kesehatan. Konsep menjadi dasar dalam menerapkan suatu teori. Penerapan
pemeriksaan JVP berdasarkan konsepnya, akan memberikan hasil pemeriksaan yang akurat,
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penegakan diagnosa dan penatalaksanaan
pada pasien.
Keyword : Gagal Jantung, Konsep Analisis, Pemeriksaan Fisik, Tekanan Vena Jugularis
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers 45
Journal of TSCNers Vol.5 No.1 Tahun 2020 ESSN: 2503-2453
By;
Ulin Ni’am1), Mochamad Ali Sobirin2), Chandra Bagus Ropyanto3)
1)
Nursing Department, Universitas Diponegoro, Email; ners.ulinniam@gmail.com
2)
Department of Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Klinis, Universitas
Diponegoro, Email; dr_alibirin@fk.undip.ac.id
3)
Nursing Department, Universitas Diponegoro, Email; chandra.ropyanto@gmail.com
ABSTRACT
Keyword: Jugular Vein Pressure, Physical Examination, Heart Failure, Concept Analysis
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers 46
Journal of TSCNers Vol.5 No.1 Tahun 2020 ESSN: 2503-2453
dilaksanakan pemeriksaan JVP ini, salah berjalan sesuai dengan mekanisme hukum
satunya adalah tidak adanya instrumen starling.
khusus untuk pemeriksaan JVP, serta Hukum Starling menyatakan bahwa
kurangnya pemahaman akan konsep dari dalam kondisi jantung yang sehat akan
pemeriksaan JVP. Sehingga pemeriksaan terjadi kontraktilitas yang proporsional.
JVP terasa sangat sulit untuk diaplikasikan Ketika miokardium meregang, kekuatan
dalam praktik keperawatan. Oleh karena kontraksi berikutnya akan meningkat.
itu, dibutuhkan peningkatan pemahaman Sedangkan pada kondisi jantung sakit,
perawat terhadap konsep pemeriksaan JVP baik dalam kondisi seperti kardiomiopati
melalui metode konsep analisis. atau infark miokard, hukum Starling tidak
berlaku karena peningkatan bentangan
METODE miokardium berada di luar batas fisiologis
Metode yang digunakan dalam jantung. Respons kontraktil berikutnya
penulisan ini berdasarkan strategi analisis menghasilkan volume stroke yang tidak
konsep Walker dan Avant, 2004. Konsep mencukupi, dan darah mulai "kembali"
ini meliputi; indentifikasi antesenden, dalam sirkulasi paru-paru (gagal jantung
mendefinisikan atribut, konsekuensi, kiri) atau sistemik (gagal jantung kanan).
referensi empiris, dan kasus yang terkait (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013)
dengan konsep tersebut
DEFINISI ATRIBUT
IDENTIFIKASI ANTESENDEN Atribut dalam konsep analisis ini
Antesenden dan konsekuensi dari adalah pemeriksaan tekanan vena
konsep Walker menjelaskan bahwa jugularis. Metode pengukuran vena
antesenden merupakan cikal bakal terdapat dua macam, yakni secara
terjadinya konsep itu sendiri. (Walker & langsung (direct) dan secara tidak
Avant, 2004) Antesenden pada konsep langsung (indirect). Secara langsung,
analisis ini adalah JVP merupakan yakni pengukuran dilaksanakan secara
gambaran tidak langsung dari vena kava invasif dengan cara memasukkan kateter
yang akan mencerminkan kondisi atrium pada vena subclavia dextra dan berlanjut
kanan pada jantung. Kemampuan jantung sampai vena sentralis (vena cava superior)
dalam memompakan volume darah akan yang dihubungkan dengan sphygmomano-
menyebabkan pengosongan pada atrium meter.
kanan, sehingga sirkulasi darah dapat
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers 48
Journal of TSCNers Vol.5 No.1 Tahun 2020 ESSN: 2503-2453
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers 51
Journal of TSCNers Vol.5 No.1 Tahun 2020 ESSN: 2503-2453
JVP merupakan kompetensi seluruh tenaga Kollia, Z. A., Giakoumidakis, K., &
kesehatan, sehingga setiap insan kesehatan Brokalaki, H. (2016). The
Effectiveness of Nursing Education
harus memahami serta melaksanakan on Clinical Outcomes of Patients
pemeriksaan JVP dalam memberikan With Heart Failure : A Systematic
Review. Jundishapur J Chronic Dis
asuhan keperawatan. Konsep menjadi Care, 5(2), 1–11.
dasar dalam menerapkan suatu teori. https://doi.org/10.17795/jjcdc-
35881.Review
Penerapan pemeriksaan JVP berdasarkan
konsepnya, akan memberikan hasil Laar, A. V. (2003). Why is the
measurement of jugular venous
pemeriksaan yang akurat, sehingga dapat pressure discredited? The Journal of
dijadikan sebagai pedoman dalam Medicinne, 61(7), 268–272.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers 53