You are on page 1of 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PADA KASUS HIPERTENSI


DI DUSUN MELASE DESA BATU LAYAR KABUPATEN LOMBOK
BARAT

OLEH

KHAIRUL WARISI

050STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARABARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
2022

1
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Model Konseptual keperawatan Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang


diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,
2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas


kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit
dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga
sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu


sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah
ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta
saling ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh

2
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,
2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,


saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan


tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah


sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh


anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian,
dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

3
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

3. Struktur keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman (Friedman, M.M et al.,


2010): dalam sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik
selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan
balik, dan valid.
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial
yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal
atau informal. Posisi/ status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
c. Struktur kekuatan.
Kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper
power), hadiah (reward power_, paksa (coercive power), dan
effektif power.
d. Strukur nilai dan norma
a. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar
atau tidakdapat mempersatukan annggota keluarga.

4
b. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
c. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah

4. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan


keluarga dibagi menjadi 8:

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas


perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan
memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orangtua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan


menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB
postpartum 6 minggu.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan


kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,

5
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan


keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan


terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup


mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih


banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua,
serta persiapan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti


penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.

6
5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga


yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
di lingkungan setempat.
B. Konsep penyakit Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan


darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau
penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan


kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark
miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N
Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)

2. Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri


tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris,
obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014):

7
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak


diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik)
dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar
menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan
dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan
metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan
kelainan darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah


diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan
kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar
adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi
bukan faktor penyebab.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kategori Sistolik Diastolik


mmHg mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan)

8
mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(HipertensiSangatBeratatauMaligna) mmHg mmHg
ataulebih ataulebih
Sumber : Heniwati, 2008

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita.


Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah
dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan
mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal
ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah
menopause (Endang Triyanto, 2014).

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan


berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih
meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi
seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)

9
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap
keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini
terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu
sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi
menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan
orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi


tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan
yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam
menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga
berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty,
Amalia H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya


melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat
badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara,
F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

2) Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk


mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung
untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.

10
3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini


dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat


mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka,
2014-2015).

5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan


menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah
karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.

6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana


dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah
510 mmHg.

7) Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan


meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan

11
mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung
memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada
akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

12
Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang
meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah
sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur.
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu
kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol
sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan
meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam
menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).

13
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Buckman, 2010).
5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi


yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah

14
bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan
kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Buckman, 2010)
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus, gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah,
wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung,
sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

6. Penatalaksanaan

a. Terapi tanpa obat


1) Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.

2) Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang
cukup).

3) Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.


5) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan
atau kadar kolesterol darah tinggi.

15
6) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi
aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

7) Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.

8) Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih
besar dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh
yang selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan,
detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

b. Terapi dengan obat


1) Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf
simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah,
contohnya: Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin
0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).

2) Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga
pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh:
propanolol 10 mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg
(tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
3) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi
otot pembuluh darah.

4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin
II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

16
Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin,
tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

5) Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat,
nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

6) Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan).

7) Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang,
sehingga mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001;
Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

7. Pemeriksaan penunjang

a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah


Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
b. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
d. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
e. Hemoglobin/Hematokrit

17
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
f. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
g. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
h. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
i. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
j. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
k. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
l. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
m. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
n. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
o. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
p. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama
(Doenges, 2000; John, 2003; Sodoyo, 2006).

18
8. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa
pengkajian pasien hipertensi meliputi:
a. Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek,
frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi,
kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar, S3dan S4.
c. Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah,
otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal
e. Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, linggi lemak, dan kolesterol, mual,
muntah, perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat diuritik,
adanya edema.
f. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut, sakit
kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis.
g. Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,
sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada.
h. Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
i. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi
postural.
j. Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko
keluarga yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
ginjal.
9. Diagnosa keperawatan (Doengoes, 2004)
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload/ vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel

19
b. Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan
kelemahan menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak
seimbang
c. Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan kenaikan
terkanan pada pembuluh darah cerebral
d. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan intake
makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary
e. Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional/
maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak
melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/ harapan tidak tidak
terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak realistis/ metode
koping tidak adekuat.

20
BAB II
Asuhan keperawatan keluarga di desa saribaye dengan hipertensi
A. Pengkajian
I. Data umum
1. Kepala keluarga kk : Tn. S
2. Usia : 50 tahun
3. Alamat : Melase
4. Pekerjaan kk : wiraswasta
5. Pendidikan kk : SD
6. Komposisi keluarga :-
Status Imunisasi
N
Nama JK Hub Umur Pend BCG Polio DPT Hepatitis Campa Ket
o
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 k
1 Ny.N P Istri 45 Th SD V v v v v v v v v V v sakit

2 An.E P Anak 21 Th SM V V v v v v v v v v V v sehat


A
3 An. P Anak 10 Th SD V v v v v v v v v V v sehat
M

GENOGRAM:

X
X

21
Ket:
= laki-laki = Garis perkawinan

= perempuan = Garis keturunan

x
= laki-laki meninggal = Tinggal serumah

x = perempuan meninggal

7. Tipe keluarga :
Jenis type keluarganya adalah the nuclear family: keluarga yang
terdiri dari suami, istri dan anak (kandung ataupun anak angkat)
8. Suku bangsa :
Keluarga klien berasal dari suku sasak indonesia
9. Agama :
Semua keluarga klien menganut agama islam
10. Status sosial ekonomi keluarga
Yang memenuhi kebutuhan keluarga adalah Tn. S sebagai
wirausaha tetapi Ny. N juga ikut bekerja, pendapatan keluarga
hanya -+2.500.000,-/ bulannya sedangkan untuk pendapatan Ny.N
sebagai pedangan dirumah tidak menentu. Pendapatan dengan
pengeluarkan hampir imbang namun masih bisa menabung untuk
kebutuhan mendadak walaupun tidak banyak. Jika ada anggota
keluarga yang sakit mereka membawanya ke puskesmas karena
biayanya yang masih terjangkau.
11. Aktivitas reaksi keluaraga :
Jika ada waktu liburan hanya digunakan untuk berkumpul bersama
keluarga dan nonton tv, terkadang si anak juga ingin jalan-jalan ke
pantai. Keluarga tidak mengetahui bahwa rekreaksi sangat penting
untuk menghilangkan stres.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluaraga saat ini :

22
Keluarga Tn.S termasuk dalam tipe keluarga produktif yang
mempunyai 3 anak tetapi yang paling pertama sudah menikah
dengan menggunakan Kartu keluarga yang berbeda kareana sudah
mempunyai keluarga sendiri dan untuk anak ke dua adalah dalam
tahap V dan untuk anak ketiga tahap IV.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
c. Perencanaan keluarga untuk perhatian terhadap menopause.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Riwayat Kesehatan Kepala Keluarga: Sebelumnya Tn.S tidak
pernah menderita penyakit berat hanya batuk pilek dan demam
saja. Tn.S juga mengerti jika dirinya sakit dia tidak bisa bekerja
maka dari itu dia juga menjaga kondisi kesehatannya.
Riwayat Kesehatan Istri: Ny.N menderita riwayat penyakit
Hipertensi Ny. N kurang mengetahui tentang masalah hipertensi
mengatur pola makan, Ny. N mengatakan belum mengetahui
bagaimana cara menangani ketika tekanan darahnya naik. dan Ny.
N mengatakan suami kurang memerhatikan kesehatannya dan ny.N
juga kurang memerhatikan kesehatannya terlalu sibuk mengurus
kiosnya jadinya kalau pusing sedikit langsung minum pereda nyeri
saja. Saat melakukan pengkajian:
TD : 150/90 mmhg
S : 37. C
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
Klien mengatakan walaupun tidak pusing ketika di tensi hasilnya
pasti 150-140.
Riwayat Kesehatan Anak: tidak pernah menderita penyakit berat
hanya batuk pilek dan demam saja. An E juga mengerti jika dirinya
sakit dia masuk kuliah. Sedangakan untuk An. M juga tidak
menderita penyakit hanya batuk pilek.

23
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Ny. N istrinya mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak tahun
yang lalu dan jarang kontrol ke puskesmas bila pusing di cek oleh
anaknya dan minum pereda pusing seperti bodrex, jika diajak ke
puskesmas hanya bilang lebih baik minum bodrex nanti pusingnya
hilang.
III. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang yang baik, memiliki sistem
penerangan yang baik.

24
JALAN

SELOKAN

K
RUANG I
TAMU O
S
TETANGGA

KAMAR
TIDUR

KAMAR DAPUR 0m

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Hubangan antar tetangga saling membantu, bila ada yang
membangun rumah dikerjakan gotong royong.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sebabagi penduduk desa Melase, tidak pernah transmigrasi ataupun
imigrasi.
Perkumpulan kelurga dan intraksi dengan masyarakat
Tn. S mengatakan mulai bekerja dari jam 08:00-16:00 wita.
Ny. N mengatakan berdagang diruah dari jam 06:00-21:00 wita
Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota kelurga yaitu 4 orang.
IV. Struktur keluarga
1. Struktur peran
Peran formal keluarga Tn.S :

25
a. Tn.S sebagai kepala keluarga
b. Ny.N sebagai Ibu Rumah tangga
c. An.E anak pertama dan baru berusia 21 tahun
d. An. M adalah Anak kedua baru berusia 10 tahun
Peran informal keluarga Tn.S :
a. Menurut Ny.N, Tn.S adalah orang yang baik dia menjadi
penutan keluarganya
b. Ny.N adalah ibu yang selalu memberikan kasih sayang pada
anaknya, Ny.N juga selalu setia menemani anaknya berusaha
agar menjadi seorang anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.
2. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn.S memegang erat norma-norma yang berlaku
dimasyarakat, seperti selalu menghormati yang lebih tua, tidak
boleh berbohong dan selalu berusaha menjaga kebersihan.
3. Pola komunikasi
Komunikasi berjalan dengan baik antar sesama angota keluarga
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa sasak.
4. Struktur kekuasaaan keluarga
Yang berperan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah
adalah Tn.S dia lebih dominan tetapi dia juga bermusyawarah
dengan istrinya sebelum pengambilan keputusan tersebut.
sedangkan yang mengatur keuangan keluarga adalah Ny N.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi keluarga afektif.
Hubungan antara keluarga baik, ketika sakit penanganan pertama
obat di warung ketika sakit berlanjut lalu dibawa ke puskesmas
atau RS terdekat.
2. Fungsi keluarga sosialisai
Setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu menaati norma yang baik.
3. Fungsi pemenuhan kesehatan keluarga
a. Mengenal masalah kesehatan

26
Keluarga tidak begitu tahu tentang penyakit hipertensi,
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan keluarga
memilih untuk berobat dengan obat obatan yang terjual di
warung, setelah penyakit berlanjut lalu dibawa puskesmas atau
RS terdekat.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit keluarga
selalu memperhatikan setiap anggota keluarganya yang terkena
penyakit dan selalu mengambil tindakan dengan segera.
d. Kemampuan keluarga memeliahara atau memodifikasi
lingkungan rumah yang kuat keluarga selalu memelihara
lingkungan rumah, rutin melakukan gotong royong dalam
membersihkan rumah dan lingkungan disekitar.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan keluarga selalu
menggunakan fasilitas kesehatan ketika salah satu anggota
keluarganya mengalami sakit.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. S termasuk keluarga produktif ketika terjadi
menstruasi Ny.N tidak mengalami sakit berlebih dan Tn.S juga
tidak ada keluhan untuk masalah reproduksinya.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
untuk anak dan biaya untuk berobat.
VI. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang:
Stresor jangka pendek : Ny. N sering mengeluh pusing
Stressor jangka panjang : Ny. N khawatir keadaanya yang kurang
baik
2. Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor keluarga selalu
melakukan pengobatan pertama dengan obat-obatan yang dijual di
toko terdekat, setelah berlanjut lalu keluarga membawanya ke
puskesmas atau RS terdakat.
3. Strategi koping yang digunakan

27
Keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah
yang ada.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Ny.N bila sedang sakit pusing maka keluarga menyarankan untuk
beristirahat.

28
VII. Pemeriksaan kesehatan anggota keluarga

N Jenis Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga


o Tn.S Ny. N Ny. E An.M
1. Kesadaran Composmetis Composmentis Composmentis Composmentis
2. TTV :
a. TD 130/80 mmHg 150/90 mmHg 120/80mmHg -
b. Suhu 37˚C 37˚C 36,7 ˚C 36,7˚C
c. Nadi 70 kali/menit 80 kali/menit 75 kali/menit 80 kali/menit
d. Pernafasan 20 kali/menit 20 kali/menit 22 kali/menit 28 kali/menit
3. BB dan TB BB: 50 Kg BB : 55 kg BB : 41 kg BB : 35 kg
TB: 160 TB : 145 cm TB : 150 cm TB : -

4. Kepala Mesochepal, Mesochepal, Mesochepal, Sedikit lonjong


Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada kelainan
kelainan
5. Mata Konjungtiva an Konjungtiva an Konjungtiva an Konjungtiva an
anemis, sclera non anemis, sclera anemis, sclera non anemis, sclera non
ikterik, non ikterik, ikterik ikterik
7. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid tiroid kelenjar tiroid
8. Telinga Bersih, bentuk Bersih, bentuk Bersih, bentuk Bersih, bentuk
simetris, fungsi simetris, fungsi simetris, fungsi simetris, fungsi
pendengaran baik pendengaran baik pendengaan baik pendengaran baik
9. Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir

29
lembab lembab lembab lembab, gigi
ompong pada
bagian depan
10 Hidung fungsi penciuman fungsi penciuman fungsi penciuman fungsi penciuman
. baik baik baik baik
11 Paru-paru Inspeksi: bentuk
Inspeksi: bentuk Inspeksi: bentuk Inspeksi: bentuk
. simetris simetris simetris simetris
palpasi: taktil
palpasi: taktil palpasi: taktil palpasi: taktil
fremitus sama fremitus sama fremitus sama fremitus sama
perkusi : sonor perkusi : sonor perkusi: sonor, perkusi : sonor
auskultasi :
auskultasi : auskultasi : vesikuler auskultasi :
vesikuler vesikuler vesikuler
12 Jantung Inspeksi: kedua
Inspeksi: kedua Inspeksi: kedua Inspeksi: kedua
. belah dada
belah dada belah dada belah dada
simetris,ictus kordis
simetris,ictus simetris,ictus kordis simetris,ictus
tampak. kordis tampak. tampak. kordis tampak.
Palpasi: terdapat
Palpasi: terdapat Palpasi: terdapat Palpasi: terdapat
pulsasi, ictus kordis
pulsasi, ictus pulsasi, ictus kordis pulsasi, ictus
teraba kordis teraba teraba kordis teraba
Perkusi: redup
Perkusi: redup Perkusi: redup Perkusi: redup
(pekak) (pekak) (pekak) (pekak)
Auskultasi:tidak Auskultasi:tidak Auskultasi: tidak ada Auskultasi: tidak
ada suara tambahan ada suara suara tambahan ada suara
tambahan tambahan
13 Abdomen Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada
. bekas luka ada bekas luka bekas luka bekas luka
Auskultasi :bising Auskultasi :bising Auskultasi: bising Auskultasi: bising
usus 16x/menit usus 16x/menit usus 18x/menit usus 23x/menit

30
Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Perkusi: timpani Perkusi: timpani Perkusi: timpani Perkusi: timpani
14 Kulit dan kuku Turgor kulit < 3 Turgor kulit < 3 Turgor kulit < 3 Turgor kulit < 3
. detik, CRT < 3 detik, CRT < 3 detik, CRT< 3 detik, detik, CRT < 3
detik, kuku bersih detik, kuku bersih kuku bersih dan detik, kuku bersih
dan tidak panjang dan tidak panjang tidak panjang dan tidak panjang
15 Ekstremitas Alat ekstremtias Alat ekstremtias Alat ekstremtias Alat ekstremtias
lengkap, Tidak ada lengkap, Tidak lengkap, Tidak ada lengkap,
masalah, tidak ada ada masalah, masalah, tidak ada Bentuk kaki kecil
oedema tidak ada oedema oedema
16 Keadaan Umum mampu melakukan mampu mampu melakukan Tumbuh kembang
aktifitas mandiri melakukan aktifitas mandiri terganggu,
aktifitas mandiri bisa berdiri tetapi
Belum bisa
berjalan

31
VIII. Harapan keluarga
Keluarga Tn.S berharap, Ny. N bisa sembuh dan keluarga dapat
mengetahui juga penyebab penyakit hipertensi dan cara mengatasinya
dan juga berharap petugas kesehatan mengobati dan meningkatkan
mutu pelayanan dan membantu masalah keluarga.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
I. Analisa data
No. Data Masalah Penyebab
1 Ds : Ketidakmampuan Defisit
1. Ny.N mengatkan keluarga mengenal pengetahuan.
riwayat penyakit masalah kesehatan
Hipertensi Ny. N
kurang
mengetahui
tentang masalah
penyebab Ny. N
hipertensi
mengatur pola
makan dan Ny. N
mengatakan
suami kuarang
memerhatikan
kesehatan istrinya
2. dan Ny.N juga
kurang
memerhatikan
kesehatannya
terlalu sibuk
mengurus kiosnya
jadinya kalau
pusing sedikit
langsung minum

32
Pereda nyeri saja
DO:
TD: 150/90 mmhg
N: 80
RR: 20X/m
S: 37. C

II. Perumusan diagnosis keperawatan


no Diagnose keperawatan (PES)
1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah anggota keluarga dengan
hipertensi.
III. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan
Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
No Kriteria Score Bobot hitungan nilai
1 Sifat masalah, skala 3 1 3/3 x 1 1
kurang sehat
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 1
masalah dapat diubah
sebagai
3 Potensial masalah 2 1 2/3x1 0,6
untuk untuk dicegah
cukup
4 Menonjolnya 1 1 1/2x1 0,5
masalah-masalah
tidak perlu dilangani
jumlah 3,1

33
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Keperawatan SIKI
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standart
1. Defisit Setelah dilakukan Setelah dilakukan Keluarga Tn.S Edukasi kesehatan
tindakan 1 kali pertemuan mengetahui 1. Kaji pengetahuan klien dan
pengetahuan
keperawatan diharapkan tentang apa itu diskusi bersama tentang masalah
selama 1 kali keluarga Tn.S : penyebab kesehatan yang sedang
pengetahuan 1. Mengetahui Kognitif hipertensi dialaminya.
tentang informasi informasi 2. Identifikasi kesiapan dan
kesehatan pada tentang kemampuan menerima informasi
keluarga Tn.S penyakit 3. Berikan penkes tentang nutrisi
bertambah atau hipertensi Keluarga Tn.S dan gizi yang baik untuk keluarga
meningkat mengerti standar 4. Jelaskan faktor resiko yang dapat
2. Mengetahui Kognitif tentang penyakit mempengaruhi kesehtan
informasi pola hipertensi 5. Jelaskan kepada keluarga apa itu
makan yang hipertensi
bagu Keluarga Tn.S 6. Ajarkan keluarga tentang cara
mengetahui mengatur pola makan yang benar
3. Mengetahui kongnitif panatangan 7. Jelaskan kepada keluarga
tentang apa makanan yang makanan yang harus dihindari
penyebab harus di hindari 8. Jelaskan tentang kepada keluarga
hipertensi tekanan darah yang normal.

34
D. Implementasi
Tanggal waktu Implementasi Respons keluarga
Kamis, 31 Maret Kaji pengetahuan S:
keluarga dan diskusi
2022 Keluarga mengatakan
bersama tentang
17:00 masalah kesehatan belum mengetahui
yang sedang
bagaimana cara
dialaminya.
menangani ketika
tekanan darahnya
naik.
O: keluarga bertanya
apa itu penyakit
hipertensi

19:10 Jelaskan kepada S:


keluarga apa itu
Keluarga Tn.S
hipertensi
mengatakan senang
sekali bisa berdiskusi
masalah kesehatan
dan mengatakan
sudah mulai mengerti
tentang hipertensi

19:20 Mengajarkan keluarga S:


tentang cara mengatur
Keluarga mengerti dan
pola makan yang
benar. setelah dijelaskan dan
mengatakan keluarga
mulai saat ini
menguragi makanan
tinggi purin daging,
dan mulai saat ini
keluarga mengatakan
akan mengatur pola
makan yang baik dan

35
benar.
17:30 menjelaskan tentang S:
kepada keluarga
Keluarga mengatakan
tekanan darah yang
normal. sudah mulai mengerti
tekanan darang yang
normal dan tekana
darah yang tinggi
mapun rendah.
E. Evaluasi
Tanggal, jam dx Evaluasi
Tanggal 01, Maret 1 S:
2020 - Keluarga Tn.S mengatakan Ny. N
17:00 sudah mulai mengerti tentang penyakit
yang dideritanya, dan sudah
mengetahui jika tekanan darah yang
tinggi maupun rendah dan mulai
menghindari makanan tinggi purin dan
sebagainya.
O: TD: 140/90 mmhg
N: 75
RR: 20X/m
S: 36. C
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan
- Anjurkan untuk mengkonsumsi
buah
- Anjurkan tentang mengatur pola
makan yang baik
- Anjurkan untuk berekreasi keluar
sesekali waktu untuk
mengilangkan stress

36
DAFTAR PUSTAKA

37
Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).
Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH.
Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya


Dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta:
Healthy.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta:


FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular,


Panduan Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba


Medika.

Sarkomo. (2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari


http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan
keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang mawar, tanggal 06-09-2016
Jam 09.00 WIB.

38
Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of
reise blood pressure or contain the according to national circumstances

Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.


Doengoes, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,

39

You might also like