Professional Documents
Culture Documents
Kel 9 Korban Tindak Kekerasan
Kel 9 Korban Tindak Kekerasan
diajukan untuk memenuh Tugas Mata Kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan Tuna Sosial
Dosen Pengampu
Oleh :
F. Pendekatan
1. Pelayanan berbasiskan korban yaitu menempatkan korban tindak kekerasan
sebagai sasaran utama bantuan dengan memberdayakan potensi yang ada
pada korban dan lingkungan terdekat / keluarga
2. Pelayanan berbasiskan keluarga korban tindak kekerasan sebagai sarana
media utama bantuan sosial
3. Pelayanan berbasiskan kelembagaan yaitu menempatkan korban tindak
kekerasan pada lembaga pelayanan (Rumah Perlindungan atau Pusat Krisis
Korban Tindak Kekerasan)
4. Pelayanan berbasiskan masyarakat, sebagai pusat dalam bantuan sosial
korban tindak kekerasan
5. Pengembangan kebijakan, menempatkan peraturan daerah sebagai payung
hukum dalam penanganan masalah korban tindak kekerasan
Tindakan diskriminasi yang terjadi dalam masyarakat umum disebabkan oleh dua
hal, yaitu:
1. Prasangka
Prasangka merupakan perasaan negatif terhadap seseorang atau kelompok
semata-mata berdasar pada keanggotaan dalam sebuah kelompok tertentu.
Prasangka dari suatu kelompok terhadap kelompok lain muncul karena agresi.
Sebuah kelompok akan melakukan agresi apabila usahanya untuk
memperoleh kekuasaan terhalang. Apabila agresi terhalang oleh kelompok
lain, maka agresi akan dialihkan dengan mengkambinghitamkan kelompok lain
tersebut. Tindakan ini akan berkembang menjadi prasangka yang dianut oleh
anggota kelompok yang melancarkan agresi.
2. Stereotip
Stereotip merupakan citra kaku tentang kelompok ras atau budaya lain tanpa
memerhatikan kebenaran dari citra tersebut. Contoh stereotip adalah
pandangan terhadap lapisan bawah masyarakat yang dinilai bersifat malas,
bodoh, tidak berambisi, dan lain-lain.
2. Kekerasan non fisik: yaitu jenis kekerasan yang tidak kasat mata. Artinya, tidak
bisa langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli memperhatikan, karena
tidak terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya.
Jika dibagi dalam konteks tipologi kekerasan dapat diagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Kekerasan Langsung. Kekerasan langsung disebut juga sebagai sebuah
peristiwa (event) dari terjadinya kekerasan. Kekerasan langsung terwujud
dalam perilaku, misalnya: pembunuhan, pemukulan, intimidasi, penyiksaan.
Kekerasan langsung merupakan tanggungjawab individu, dalam arti individu
yang melakukan tindak kekerasan akan mendapat hukuman menurut
ketentuan hukum pidana.
2. Kekerasan Struktural (kekerasan yang melembaga). Disebut juga sebuah
proses dari terjadinya kekerasan. Kekerasan struktural terwujud dalam konteks,
sistem, dan struktur, misalnya: diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan,
pelayanan kesehatan. Kekerasan struktural merupakan bentuk tanggungjawab
negara, dimana tanggungjawab adalah mengimplementasikan ketentuan
konvensi melalui upaya merumuskan kebijakan, melakukan tindakan
pengurusan.administrasi, melakukan pengaturan, melakukan pengelolaan dan
melakukan pengawasan. Muaranya ada pada sistem hukum pidana yang
berlaku.
Namun, tetap ada banyak kemungkinan beberapa kondisi berikut yang dialami
oleh korban tindak kekerasan.
-Masalah somatik
-Kesehatan fisik yang memburuk
-Disabilitas
Dampak Psikiatrik
Pada aspek psikiatrik dari korban kekerasan, jejaknya tidak cepat diketahui
atau disadari oleh orang lain maupun bahkan korban itu sendiri.
Berikut beberapa dampak psikiatrik yang cenderung sering dialami oleh korban
kekerasan.
-Tekanan Psikologis
-Disosiasi
-Gejala gangguan stres akibat trauma
-Kegelisahan
-Perilaku menyakiti diri sendiri
-Pikiran dorongan untuk mengakhiri hidup
Dampak Sosial
Dampak sosial menjadi konsekuensi yang paling lambat sekali disadari bagi
korban kekerasan. Hal ini dikarenakan tampilan fisik tidak semuanya yang
mengisyaratkan kondisi di dalam tubuh, baik pikiran maupun perasaan
seseorang.
Meskipun demikian, dapat ditegaskan bahwa tidak berarti semua dan setiap
korban tindak kekerasan akan mengalami semua dampak tersebut. Oleh sebab
itu, dengan intervensi yang cepat dan tepat, dampak yang terjadi baik pada fisik,
psikiatrik maupun sosial yang dialami korban bisa segera ditangani.
Mediator
Peran Pekerja sosial sebagai mediator yaitu menghubungkan klien dengan
lembaga baik pemerintah maupun swasta dalam menangani klien, P2TP2A,
psikolog, dokter, dan kepolisian. Melalui lembaga terkait, pekerja sosial
membantu menyelesaikan dengan menghubungkan klien dengan pihak-pihak
yang berwenang pada bidangnya. Pekerja sosial berperan sebagai
penghubung adalah membantu menyelesaikan konflik diantara dua sistem atau
lebih, menyelesaikan masalah antara klien dengan pelaku atau pihak yang
terkait, serta memperoleh hak-hak korban.
Educator
Pekerja sosial sebagai educator yaitu memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan agar menjadi individu yang lebih baik. Bentuk kegiatan yang
dilakukan yaitu melalui bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan.
Seluruh kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kognitif, afektif dan
psikomotorik korban.