Kel. 4 USHUL FIQH

You might also like

You are on page 1of 12

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Ushul Fiqh Junaidi Lubis, M.Ag

USHUL FIQH

KELOMPOK 4

ARIF RAHMAN ZULTI 12020115829


EGGY ANDREAN 12020116819
M. RIZKAN FAHREZA 12020116742
NURHARISA MARWATI QOMARSYAH 12020126100
NATASHA SALSABILA 12020125760
PADIL AMANAH 12020117007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM KELUARGA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan
tugas Makalah Ushul Fiqh. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada teman-teman
saya yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya terus
mengharapkan bimbingan dari dosen mata kuliah Ushul Fiqh. Harapan saya, semoga makalah
ini dapat berguna bagi para pembacanya. Akhirnya kata saya ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 17 September 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul ...................................................................................................... 1
Kata Pengantar....................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Maslahat Sebagai Tujuan Hukum Islam ........................................................ 6
B. Maslahat dan Mudharat .................................................................................. 6
C. Maslahat Mu'tabarat, Maslahat Mulghat, dan Maslahat Mursalah ............. 7
D. Maslahat Daruriyat, Maslahat Hajjiyat, Maslahat Tahsiniyat....................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menurunkan agama islam kepada umatnya disertai dengan aturan-aturan hukum.
Aturan-aturan tersebut di buat oleh Allah agar manusia selamat hidup di dunia sampai ke
akhirat kelak. Agama islam beserta aturan-aturan (hukum) yang dibuat oleh Allah tersebut
merupakan wahyu, diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya melalui perantara malaikat Jibril.

3
Syari'ah Islam yang dianut oleh umat manusia (Islam) berawal dari datangnya Muhammad
saw. Beliau adalah pembawa risalah terakhir dari ajaran Ilahi, yang merupakan lanjutan dari
risalah-risalah yang pernah ada sebelumnya. Syari'at yang diwahyukan oleh Allah itu dibawa
oleh beliau untuk segenap umat manusia agar dijadikan pedoman dalam hidup dan
kehidupannya.
Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara menyeluruh,
meliputi segala aspek kehidupannya menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan
jasmani, baik dalam kehidupan individunya maupun dalam kehidupan masyarakatnya Secara
umum, tujuan pencipta hukum (Syar’i) dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk
kemaslahatan dan kepentingan serta kebahagiaan manusia seluruhnya, baik kebahagiaan di
dunia yang fam (sementara) ini, maupun akhirat yang haqa (kekal) kelak. Tujuan hukum
Islam yang demikian itu dapat kita tangkap antara lain dari firman Allah dalam QS. al-
Anbiya' (21) ayat 107 dan QS. al-Baqarah (2) ayat 201 dan 202.

Rumusan Masalah
1. Apa itu maslahat sebagai hukum islam ?
2. Apa yang dimaksud maslahat dan mudharat ?
3. Apa itu Maslahat Mu'tabarat, Maslahat Mulghat, dan Maslahat Mursalah ?
4. Apa itu Maslahat Dharuriyyat, Maslahat Hajjiyat, dan Maslahat Tahsiniyat ?

Tujuan
1. Untuk mengetahui maslahat sebagai hukum islam
2. Untuk mengetahui maksud dari maslahat dan mudharat
3. Untuk mengetahui Maslahat Mu'tabarat, Maslahat Mulghat, dan Maslahat
Mursalah
4. Untuk mengetahui Maslahat Dharuriyyat, Maslahat Hajjiyat, dan Maslahat
Tahsiniyat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASLAHAT SEBAGAI TUJUAN HUKUM ISLAM


Pendapat Hujatul-Islam Imam al-Ghazali : “Maslahat menurut makna asalnya
berarti menarik manfaat atau menolak mudharat. Kemaslahatan makhluk
terletak pada tercapainya tujuan mereka. Yang kami maksud dengan maslahat
adalah memelihara tujuan syara’ (hukum Islam).

5
Tujuan hukum Islam yang ingin dicapai dari makhluk ada lima; yaitu
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta mereka. Setiap hukum yang
mengandung tujuan memelihara kelima hal ini disebut maslahat; dan setiap hal
yang meniadakannya disebut mafsadat dan menolaknya disebut maslahat.”
Maslahat yang dibenarkan oleh syariah adalah maslahat yang tidak bertentangan
dengan nash. Oleh karena itu, maslahat tidak boleh bertentangan dengan nash,
karena sesungguhnya sebagaimana disebut dalam ayat dan hadis-hadis tersebut
di atas, agama itu sendiri sudah maslahat. Yang berhak menentukan maslahat-
tidaknya sesuatu menurut syara’ adalah lembaga yang mempunyai kompetensi
di bidang syariah dan dilakukan melalui ijtihad jama’i.1
B. MASLAHAT DAN MUDHARAT
Maslahat dalam terminologi syariat adalah segala sesuatu yang berimplikasi
kepada kebaikan dan manfaat atau menolak bahaya yang dimaksudkan oleh
Syari‘ untuk umat, baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat, baik bersifat
umum maupun khusus, baik berupa materi maupun non-materi.

‫ق بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا ۚ َوِإن ِّم ْن ُأ َّم ٍة ِإاَّل خَاَل فِيهَا نَ ِذي ٌر‬ َ َ‫ِإنَّٓا َأرْ َس ْل ٰن‬
ِّ ‫ك بِ ْٱل َح‬
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu
umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.2
Mudharat merupakan suatu kata yang memiliki makna rugi atau kerugian atau
bisa juga diartikan bahaya.
ٌ ‫ار» َح ِدي‬
.‫ْث َح َس ٌن‬ ِ َ‫ض َر َر َوال‬
َ ‫ض َر‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َأ َّن َرسُوْ َل هللاِ ﷺق‬
َ َ‫ «ال‬:‫ال‬ ِّ ‫َان ال ُخ ْد ِر‬
ِ ‫ي َر‬ ِ ِ‫ع َْن َأبِي َس ِع ْي ٍد َس ْع ِد ْب ِن َمال‬
ٍ ‫ك ْب ِن ِسن‬
‫ك فِي ال ُم َوطَِّأ ُمرْ َسالً ع َْن َع ْم ِرو ب ِْن يَحْ يَى ع َْن َأبِ ْي ِه ع َِن النَّبِ ِّي‬ ْ ُ‫َر َواهُ ابْنُ َما َج ْه َوال َّدا َرق‬
ٌ ِ‫ َو َر َواهُ َمال‬،‫طنِ ُّي َو َغ ْي ُرهُ َما ُم ْسنَدًا‬
ٌ ‫” َولَهُ طُ ُر‬،‫ﷺفََأ ْسقَطَ َأبَا َس ِع ْي ٍد‬.
ُ ‫ق يُقَ ِّوي بَ ْع‬
‫ضهَا بَ ْعضًا‬

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh memberikan

1
Prof. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim, MA.-2013. Pengertian dan Syarat Beramal demgan Maslahat

2
Muhammad Ali Rusdi-2017-Maslahat Sebagai Metode Ijtihad dan Tujuan Utama Hukum Islam

6
mudarat tanpa disengaja atau pun disengaja.” (Hadits hasan, HR. Ibnu
Majah).3
C. MASLAHAT MU'TABARAH, MASLAHAT MULGHAT, dan MASLAHAT
MURSALAH
Standarisasi keserasian atau keselarasan anggapan baik dari akal dengan
tujuan syariat dalam menetapkan hukum atau ukuran munasib maslahat
dengan tujuan Syari‘ dalam menetapkan syariat, melahirkan pembagian
maslahat dalam konteks sah tidaknya sebuah maslahat, yang terdiri dari
mashlahahal mu‘tabarah, mashlahahal mulgah, dan mashlahah mursalah.
1. Mashlahah Mu‘tabarah, yaitu maslahat yang mendapatkan petunjuk dari
syari‘, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahwa ada maslahat yang
menjadi alasan dalam menetapkan sebuah hukum.
Contohnya : Seperti dalam kasus peminum khamer, hukuman atas orang yang
meminum minuman keras (arak dan semisalnya) dalam hadis Nabi dipahami
secara berlainan oleh para ulama fikh, disebabkan perbedaan alat pemukul
yang digunakan oleh Rasulullah SAW.
2. Mashlahah Mulgah, atau maslahat yang ditolak, adalah maslahat yang pada
dasarnya dianggap baik oleh akal, tetapi tidak diperhatikan oleh syariat,
bahkan ada petunjuk syariat yang menolaknya. Hal ini berarti bahwa akal
menganggapnya baik dan sejalan dengan syariat, namun ternyata syariat
menetapkan hukum yang berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh maslahat
itu.
Contohnya : Melarang atau enggan menjual anggur dengan alasan takut
anggurnya akan dikonsumsi atau diproduksi menjadi minuman memabukkan.
Atau membuka bisnis jual beli di dalam rumah yang sulit untuk diakses dengan
alasan menghindari zina. Kedua maslahat yang dimaksud dalam kedua contoh
3
https://rumaysho.com/23904-hadits-arbain-32-tidak-boleh-memberikan-mudarat-sengaja-atau-pun-
tidak.html

7
tersebut adalah maslahat mulgat atau tertolak dan tidak sesuai dengan prinsip
maslahat dan syariat.4
3. Mashlahah Mursalah, yaitu maslahat yang tidak diakui oleh dalil syariat atau
nas secara spesifik, akan tetapi didukung oleh sejumlah makna nas (al-Qur'an
dan hadis Nabi). Maslahat yang dimaksud adalah maslahat yang secara umum
ditunjuk oleh al-Qur'an dan hadis, namun tidak dapat dirujuk langsung kepada
suatu ayat atau hadis baik melalui proses bayani maupun ta‘lili, melainkan
hanya dirujuk kepada prinsip umum kemaslahatan yang dikandung oleh
sejumlah nas.

Contohnya : Dalam Al-qur’an dan Sunnah Rasul tidak ada nash yang melarang
mengumpulkan Al-Qur’an dari hafalan kedalam tulisan, meskipun demikian,
para sahabat dizaman Abu Bakar bersepakat untuk menulis dan
mengumpulkannya, karena mengingat kemaslahatan ummat, yang saat itu
sahabat penghafal Al-qur’an banyak yang meninggal dunia.5
D. MASLAHAT DHARURIYYAT, MASLAHAT HAJJIYAT, dan MASLAHAT
TAHSINIYYAT
Para ulama ushul fiqh mengemukakan beberapa pembagian maslahat
berdasarkan tinjauan yang berbeda, sehingga pembagian maslahat pada
dasarnya dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu segi kualitas dan
kepentingannya, kandungan maslahat, perubahan maslahat, dan konteks
legalitas formal.6
Pada dasarnya, pembagian maslahat berdasarkan kualitas dan kepentingan
kemaslahatan adalah pembagian yang sekaligus berimplikasi pada tingkatan

4
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/diktum/article/view/432.

5
Muhammad Ali Rusdi-2017-Maslahat Sebagai Metode Ijtihad dan Tujuan Utama Hukum Islam
6
http://lppm-unissula.com/jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/15

8
prioritas maslahat itu sendiri. Para ulama membagi maslahat berdasarkan
kualitas dan kepentingan kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Mashlahah Dharuriyyah, yaitu kemaslahatan yang berhubungan dengan
kebutuhan pokok manusia, baik terkait dengan dunia maupun terkait akhirat.
Kemaslahatan dalam hal ini adalah Muhafazhah khamsah atau Mashalih
khamsah yang mencakup memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Memelihara agama, dari segi wujud memelihara agama ditempuh misalnya
dengan syariat salat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan dari segi adam,
disyariatkan jihad dan memerangi orang-orang murtad.
Memelihara jiwa, dari segi wujud memelihara jiwa islam mensyariatkan
makan, minum, berpakaian, dan bertempat tinggal. Sedangkan dari segi adam,
di dalam Islam dikenal hukum qisas, dhiyat, dan kafarat. Semua syariat
tersebut dalam rangka mempertahankan kehidupan manusia.
Memelihara akal, dari segi wujud menjaga akal diwujudkan dengan
menambah dan memperluas ilmu dan wawasan. Sedangkan dari segi ‘adam,
Allah melarang meminum minuman keras, karena bisa mengganggu atau
merusak fungsi akal dan hidup manusia.
Memelihara keturunan, dari segi wujud islam mensyariatkan banyak hal, mulai
dari menjaga pandangan terhadap lawan jenis sampai kepada syariat nikah,
persusuan, dan nafkah. Sedangkan dari segi ‘adam, Islam melarang perzinaan,
dan hal terkait seperti menuduh zina, serta segala konsekuensi hukumnya. 7
Memelihara harta benda, dari segi wujud Islam mensyariatkan untuk
mendapatkan harta dengan cara bermuamalah sesuai syariat, misalnya
berusaha atau berbisnis untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan dari segi
'adam, Islam melarang pencurian dengan ancaman hukuman dan
konsekuensinya.

7
Ghofar Shidiq-2019-Teori Maqhasid Al-Syari'ah Dalam Hukum Islam

9
2. Mashlahah Hajjiyyah, yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam
menyempurnakan kebutuhan pokok atau mendasar sebelumnya yang
berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan
dasar manusia. Contohnya dalam kaitan ibadah, misalnya Islam memberi
keringanan meringkas salat (salat jamak dan salat qasar), dan opsi berbuka
puasa bagi orang yang sedang musafir.
3. Mashlahah Tahsiniyyah, yaitu kemaslahatan yang bersifat pelengkap berupa
keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya. Salah satu
contohnya yaitu Islam menganjurkan memakan makanan yang bergizi,
berpakaian yang bagus dengan menutup aurat, melakukan amalan-amalan
sunnah sebagai ibadah tambahan, sampai pada hal-hal detail terkait adat
masyarakat, baik itu adat yang berlaku universal seperti berbusana yang sopan,
maupun adat yang berlaku lokal seperti urusan memanjangkan jenggot.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan hukum Islam yang ingin dicapai dari makhluk ada lima; yaitu memelihara agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta mereka. Setiap hukum yang mengandung tujuan
memelihara kelima hal ini disebut maslahat; dan setiap hal yang meniadakannya disebut
mafsadat dan menolaknya disebut maslahat.”
Maslahat dalam terminologi syariat adalah segala sesuatu yang berimplikasi kepada
kebaikan dan manfaat atau menolak bahaya yang dimaksudkan oleh Syari‘ untuk umat, baik
untuk kepentingan dunia maupun akhirat, baik bersifat umum maupun khusus, baik berupa
materi maupun non-materi. Mudharat merupakan suatu kata yang memiliki makna rugi
atau kerugian atau bisa juga diartikan bahaya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ali Rusdi-2017-Maslahat Sebagai Metode Ijtihad dan Tujuan Utama Hukum
Islam
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/diktum/article/view/432)
Ghofar Shidiq-2019-Teori Maqasid Al-Syari'ah Dalam Hukum Islam
http://lppmunissula.com/jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/
view/15
https://rumaysho.com/23904-hadits-arbain-32-tidak-boleh-memberikan-mudarat-sengaja-
atau-pun-tidak.html
Prof. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim, MA.-2013. Pengertian dan Syarat Beramal demgan
Maslahat

12

You might also like