You are on page 1of 17

B.

Interpretasi / Menafsirkan

Pernahkah Anda mendengar seorang berkata secara meluap-luap bahwa


“Alkitab tidak perlu ditafsirkan. Baca saja dan laksanakan apa yang
dikatakan!” Ada banyak faktor ia berkata seperti itu, bisa saja sebagai
peringatan agar tidak terjebak dalam tafsiran yang akhirnya mendiskriditkan
Alkitab dan melemahkan iman, tetapi bisa juga sebagai penolakan dari kaum
awam terhadap penafsir kitab yang sebelumnya sudah memiliki praduga
negatif atasnya.
Penafsiran bukan untuk dianggap baik, ngejelimet dan sarat teori
akademis yang akhirnya memperkeruh air yang ada. Gordon D.Fee & Douglas
Stuart dalam bukunya berjudul Hermeneutik (Gandum Mas: 1989, hal..2)
menyatakan bahwa: Tujuan penafsiran yang baik adalah sederhana:
“Menemukan pengertian yang jelas dari teks itu.” Dan faktor paling penting
yang dapat kita sediakan untuk tugas itu ialah pikiran yang sehat yang sudah
diterangi Tuhan. Patokan untuk penafsiran yang baik ialah bahwa penafsiran
itu membuat teks yang ditafsirkan dapat dimengerti dengan baik. Oleh karena
itu, panafsiran yang tepat akan melegakan pikiran dan sekaligus menemplak
atau mendorong hati.
Akan tetapi, jikalau penafsiran hanya bertujuan memberikan pegertian
yang jelas, lalu mengapa harus menafsir? Mengapa tidak hanya membaca?
Bukankah pengertian yang jelas itu datang dengan membaca saja? Dalam satu
arti, memang benar. Tetapi dalam arti yang lebih tepat, alasan sedemikian
bersifat naif dan tidak realistis karena dua faktor: sifat si pembaca dan sifat
firman Tuhan. Saya berharap bahasan di bawah ini dapat memberi
pemahaman lebih komprehensif.

1. Pembaca Alkitab Adalah Penafsir.

Pada dasarnya setiap pembaca pada saat membaca Alkitab secara


otomatis menjadi penafsir. Karena berharap dapat memahami apa yang
dibacanya maka ia akan berusaha menafsir. Hanya harus hati-hati saat
menafsirkannya. Bila saat menghayati suatu teks lalu disesuaikan dengan
keadaan si pembaca, dengan semua pengalaman, kebudayaan, pengertian
dengan kata-kata serta gagasan yang telah dimiliki sebelumnya, maka hasil
tafsirannya akan menyesatkan, dalam artian tidak menemukan apa yang Allah
maksud tetapi apa yang kita maksud. Penafsiran yang baik adalah
menemukan apa yang dimaksudkan penulis Alakitab bukan si
penafsir Alkitab.
Dalam kenyataannya banyak bermunculan ajaran-ajaran bidaah yang
merasa “didukung” oleh ayat-ayat Alkitab (seperti Animisme, saksi Yehova,
kelompok the way hingga pembaptisan untuk orang-orang mati di antara
penganut Mormon, dan lainnya) yang mana sebenarnya ayat-ayat tersebut
tidak ada hubungannya sama sekali. Belum lagi keanekaragaman penafsiran,
baik di dalam gereja maupun di luar gereja maka kita memerlukan pencegahan
agar tidak terjadi banyak pemahaman yang keliru. Mencegah terjadinya hasil
penafsiran yang buruk, bukan harus meniadakan proses penafsiran. Yang
harus dipikirkan menurut saya adalah bagaimana seharusnya mendapatkan
pedoman penafsiran yang baik dengan dilandasi pikiran yang sehat.

2. Sifat Firman Tuhan.

Kebutuhan penting yang diperlukan dalam menafsir Alkitab terletak


pada sifat firman Tuhan itu sendiri. Alkitab memiliki sifat dualistis yakni: sifat
manusiawi dan sifat ilahi. Kedua sifat ini harus mendapat penekanan yang
sama dan tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Keberadaan sifat firman itu
sangat ditekankan oleh George Ladd dan menjadi pemahaman umum yang
perlu diketahui bila menafsirkan Alkitab. George Ladd menyatakan bahwa:
“Alkitab adalah firman Allah yang yang diberikan di dalam bahasa (manusia)
dalam sejarah.” (Hermeneutika, Gandum Mas, p.6).
Keberadaan Alkitab sebagai firman Allah menjadikannya selalu
relevan. Alkitab relevan dalam segala kondisi, bahasa, zaman dan budaya.
Maka dari itu sebagai umat Tuhan haruslah mendengar dan mentaatinya. Di
sisi lain karena Allah memilih untuk mengucapkan firman-Nya melalui
bahasa manusia dalam sejarah, maka setiap buku dalam Alkitab juga
memiliki keistimewaan historis.

3. Substansi Firman Tuhan.

Dalam menafsirkan Alkitab, kita perlu mencermati substansi firman


Tuhan tersebut. Keempat poin di bawah ini merupakan substansi Alkitab yang
terlebih dahulu dipahami sebelum menafsirkan sebuah kata, prase atau
kalimat yang dikatakan oleh teks.
Pertama, Alkitab ditulis dalam situasi yang berbeda dengan situasi kita
sekarang ini. Maka dari itu penafsir harus memperhatikan aspek sejarah,
geografi, kultur, politik dan penulisan. Perbedaan aspek sejarah, geografi,
kultur, politik dan penulisan bukanlah berarti membuat Alkitab tidak relevan
dengan kehidupan masa kini. Prinsip Alkitab tetap sama dalam segala zaman
dan tetap relevan. Tugas seorang penafsir meninjau masa lalu di mana Alkitab
relevan ditulis (past) lalu mencari dan menemukan prinsip masa kini (present)
sambil dikorelasikan dengan situasi di masa akhir (future).
Kedua, Alkitab adalah buku literature normal. Dikatakan sebagai buku
literature normal karena berupa prosa dan narasi.
Ketiga, Alkitab adalah buku literature khusus. Dikatakan sebagai buku
literature khusus karena didalamnya ada perumpamaaan, amsal, puisi dan
nubuatan.
Keempat, Alkitab bersifat ilahi dan diwahyukan secara bertahap tetapi
memiliki kesatuan yang lengkap. Ditulis oleh 40 orang penulis dengan latar
belakan yang berlainan dalam kurun waktu ribuan tahun tetapi tidak
mengalami kontradiktif. Bila tanpa intervensi illahi tidaklah mungkin tercipta
sebuah buku seperti itu.
4. Langkah-langkah Dalam Menafsir.
Pertama, menentukan apa yang hendak ditafsirkan. Bila sudah jelas
sebaiknya tidak perlu ditafsirkan.

Kedua, berdoa. Jangan pernah menafsirkan Alkitab tanpa berdoa.


Dengan berdoa kecenderungan untuk salah menafsirkan kemungkinan dapat
terhindari oleh karena pertolongan Allah.

Ketiga, pakailah prinsip-prinsip penafsiran.

Keempat, menyimpulkan arti tafsiran.

Kelima, membandingkan dengan tafsiran-tafsiran lain dan

Keenam, Menarik kesimpulan akhir.

5. Prinsip-prinsip penafsiran.
Dalam diktat hermeneutik Saparman mendata beberapa prinsip
penafsiran yang akan menjadi pedoman penafsiran dalam kelas ini (Diktat
Kuliah: Hermenutika II – MMAA. STII Jogjakarta).

1. Penafsiran Literal (Harafiah).

Biasanya penulis menuliskan sebuah kata/kalimat memakai kata-kata


yang berarti biasa, tetapi ada beberapa masalah:

a. Sebuah kata mempunyai lebih dari satu arti, misalnya:


 Bisa. Dapat berarti mampu (dapat), dapat berarti racun (ular).
 Mati. Mempunyai bermacam-macam arti.

b. Ada beberapa kata dalam bahasa asli tetapi hanya


diterjemahkan dengan satu kata.
 Kasih atau mengasihi.
 Baru.
 Hidup.
Dalam prinsip ini yang dicari adalah kata yang benar (arti yang benar).

c. Alat-alat yang dipakai.

 Kamus (Bahasa Indonesia, Alkitab, Teologi).


 Terjemahan lain.
d. Langkah-langkahnya.

 Carilah kamus, dan daftarkanlah kemungkinan-kemungkinan arti


kata.
 Catatlah terjemahan-terjemahan lain yang berbeda-beda.
Perhatikanlah : Terjemahan yang sama di catat.
 Buatlah kesimpulan. Ini kesimpulan sementara. Jadi bisa
mempunyai beberapa kemungkinan.

e. Contoh: Apakah arti “miskin” di hadapan Allah dalam Matius


5:3.

 Arti kamus: Dalam bahsa Yunani ada dua kata yang diterjemahkan
miskin yang artinya: miskin dan miskin sekali. Mat.5:3 memakai
kata yang kedua. Jadi artinya miskin sekali.

 Terjemahan-terjemahan lain:
 Bahasa Inggris : Poor in spirit.
 Bahasa Jawa : Mlarat ing budi
 Terjemahan lama : Rendah hati.
 Bahasa Tapanuli : …………………

f. Kesimpulan:

g. Peringatan!

 Penafsiran literal; barulah satu prinsip. Prinsip ini pada umumnya


berlaku, tetapi harus diselidiki dengan prinsip-prinsip yang lain.

 Lawan dari prinsip ini adalah penafsiran dirohanikan/alegoris.


Prinsip yang ini digunakan pada prinsip yang khusus (yaitu untuk
jenis kesusasteraan tertentu). Tidak semua teks harus diartikan
dengan prinsip ini.

 Contoh: Ester adalah kita sejarah. Menafsirkan sebagai gereja,


Haman sebagai setan, dan Mordekhai sebagai roh kudus adalah
tidak tepat.

 Penafsiran alegoris jika tidak digunakan tepat akan:

 Membuang teks yang sebenarnya.


 Terlalu subyektif dan bersifat pribadi karena tidak ada ukuran
untuk mengukur.
 Mempertanyakan kesejarahan teks.
Perhatian!!

Apa yang difirmankan Tuhan, yaitulah


artinya, jangan melampaui yang tertulis.

2. Penafsiran Kontekstual.

Sebuah kata atau kumpulan kata-kata, atau kalimat bahkan paragraf


tidak bisa berdiri sendiri. Artinya bergantung pada kata-kata, atau kalimat-
kalimat yang disekitarnya.
Kata……… kalimat……….. ayat………..
Paragrap………. Perikop………. Pasal………
Buku………….. Seluruh Alkitab.

a. Arti Konteks.

Konteks adalah bagian-bagaian sebelum dan sesudah nats yang


dipelajari.

b. Macam Konteks.

 Konteks dekat: dua sampai dengan tiga paragrap sebelum dan


sesudah.
 Konteks jauh: dalam satu buku.

c. Langkah-langkah.

 Perhatikanlah kalimat-kalimat sebelum dan sesudahnya (konteks


dekat) dan temukanlah artinya. Langkah ini sama dengan langkah
pengamatan bagian.

 Perhatikanlah kata-kata atau paragraf dalam buku yang diulang.


 Ambil Kesimpulan.

 Contoh:

 Apakah arti binasa dalam I Kor.8:11.

 Apakah arti menghujat Roh Kudus dalam Matius 12:31-32.

 Apakah arti kesudahan dalam Markus 13:13.

 Apakah arti keselamatan dalam Ibrani 2:3.

 Apakah arti keselamatan dalam Filipi 1:19.


 Mengapa orang-orang Kristen hasil pelayanan Paulus
dinasehati tidak makan darah? Kis. 15:20.

 Apakah perbedaan kedatangan dalam Markus 10:45 dan I


Tes.1:10.

 kapan bahasa roh berhenti? I Kor.13-15.

3. Penafsiran Gramatikal (Tata Bahasa).

Penulis buku pada waktu menulis menggunakan kata-kata yang satu


dengan lainnya saling mempengaruhi arti. Satu dengan yang lain saling
berhubungan.

a. Alat-alat.

 Pengetahuan tata bahasa.


 Kamus bahasa Yunani untuk mereka yang tidak tahu bahasa
Yunani (Vine).
 Terjemahan Wuest.
 Terjemahan lain.

b. Langkah-langkah.

 Tentukan jenis kata.


 Tentukan fungsi kata tersebut.
 Perhatikanlah hubungannya dengan kata-kata terkait (prinsip ini
ada pada persamaannya dengan diagram).
 Catatlah kemungkinan-kemungkinan arti secara tata bahasa.
 Bila sukar diketahui artinya, carilah terjemahan-terjemahan lain.

c. Contoh.

 Kata berbahagia dalam Matius 5:3 adalah kata sifat (bhs. Yunani).

 Kata yang sempurna dalam I Kor.13:10 adalah kata benda netral


(bhs. Yunani).

 Dalam Matius 9:35 hanya ada satu kata kerja.

 Dalam Matius 28:19,20 kata kerjanya hanyalah muridkanlah.

 Dalam Efesus 2:8 kata mati adalah kata sifat.

 Dalam Yohanes 1:1-3.

 Dalam Yohanes 15:16; Efesus 1:4, kata memilih.


4. Penafsiran Historis (Sejarah).

Alkitab ditulis oleh orang-orang tertentu, pada masa tertentu dan


ditujukan kepada orang-orang tertentu di tempat tertentu. Untuk mengerti
arti yang dimaksud dalam Alkitab, tentulah harus mengerti latar belakangnya.

a. Hal-hal yang dicari dalam penafsiran historis adalah:

 Situasi pribadi penulis.

Situasi pengarang memberi arti yang segar pada tulisan-tulisannya.


Misalnya:

 Mazmur 51:4 “ Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku…”


Pernyataan ini mempunyai makna segar kalau mengingat bahwa
pada saat itu Daud ditegur Natan, karena berzinah dengan
Batsyeba.

 Filipi 4:4-7”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan…janganlah


hendaknya kamu kuatir…”
Kalau dibaca sekilas mungkin pembaca akan mengatakan: “Wah,
mudah saja Paulus mengatakan hal itu, ia tidak tahu keadaan
saya.” Tetapi kalau kita tahu bahwa Paulus menuliskannya dari
penjara, akan berbeda pengertian kita. Ini adalah nasehat dari
orang yang menderita, tetapi bisa mengatasi penderitaannya.

 Situasi Penerima Surat.

Situasi pembaca pertama dari buku itu akan sangat menolong kita
untuk mengetahui maksud pengarang. Misalnya:

 Orang percaya di Galatia dipengaruhi oleh kepercayaan Yahudi,


sehingga mereka selain percaya Yesus juga melakukan upacara-
upacara agama Yahudi yang tidak sesuai dengan iman kepada Yesus.

 Jemaaat Filipi sedang mencemaskan keberadaan Paulus di dalam


penjara.
 Kitab Tawarikh ditulis untuk bangsa Yahudi yang sedang mencari
identitasnya setelah pulang dari penawanan Babel (shock culture).

 Referensi Sejarah.

 Sejarah di dalam Alkitab itu sendiri.

Seiring referensi sejarah diketemukan dalam ayat-ayat firman Tuhan


itu sendiri (hampir sama dengan konteks). Misalnya:
 Yohanes 3:14,15. Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa Anak
Manusia harus ditinggikan seperti Musa meninggikan ular
tembaga. Ayat ini tidak dapat dimengerti dengan jelas tanpa
mengerti sejarah hukuman Israel karena ketidaktaatannya, serta
anugerah keselamatan dari kematian bagi mereka yang
memandang ular itu.

 Matius 16:14. Beberapa orang mengira bahwa Yesus adalah Elia,


atau Yeremia yang hidup kembali. Tanpa mengetahui PL, sulit
sekali untuk mengerti sifat-sifat Yesus dalam hal ini.

 Sejarah di luar Alkitab.

Secara sejarah, peristiwa-peristiwa dalam Alkitab merupakan bagian


dari keseluruhan sejarah dunia. Pengetahuan sejarah yang
didalamnya ada peristiwa yang juga terjadi di dalam Alkitab sangat
menolong untuk mengetahui ketepatan arti teks. Misalnya:

 Lukas 2:1-4, menjelaskan adanya sensus di Israel. Dalam arsip


kekaisaran Roma ternyata tahun dekrit Kaisar Roma tidak cocok
dengan tahun Kelahiran Yesus, sehingga ada sebagian orang
mempercayai kisah kelahiran Yesus hanyalah dongeng belaka.
Hal ini disangkal oleh sebab, memang ada perbedaan antara
tahun dekrit dan tahun pelaksanaan.

 Hancurnya Yerusalem dan penghancuran Bait Allah tahun 70


sangat menolong untuk mengerti Markus 13:1-13. Bahkan
beberapa orang mendapat pertolongan untuk menafsirkan I
Korintus 13:8 dari peristiwa tersebut.

 Referensi Geografis

Mengetahui lokasi suatu peristiwa dalam Alkitab akan sangat


menolong. Misalnya:

 Mengetahui jarak antara Betlehem dan Mesir akan mengerti


kesetiaan Yusuf dalam Matius pasal 1.
 Mengethui jarak Getsemani – rumah Imam-imam Besar –
Pilatus – Herodes Pilatus – Golgota, akan sangat menolong untuk
memahami penderitaan Kristus di Salib.

 Referensi kehidupan sehari-hari.

 Binatang-binatang dalam Alkitab


- Domba
- Keledai
 Tumbuh-tumbuhan
- Pohon ara (Markus 11; 12-14; 20,21)
- Pohon palm (Mazmur 92:12)
 Makanan
- Roti (Lukas 11)
 Adat-istiadat
- Pembasuhan tangan (Matius 15:2)

- Pernikahan.

5. Penafsiran Sesuai Dengan Tujuan Penulis

Tujuan adalah gol atau sasaran sipengarang untuk tulisannya. Struktur


adalah penyusunan bahan untuk mencapai gol itu. Kadang-kadang tujuan
suatu kitab jelas dinyatakan oleh Penulis (band. I Yohanes 5:13). Kadang-
kadang struktur kitab jelas untuk dilihat, misalnya kitab Efesus. Tetapi
kadang-kadang struktur dan tujuan sulit untuk dimengerti, walaupun
mengalami kesulitan penelaah Alkitab harus berusaha untuk mengerti.
Saran-saran untuk mendapatkan tujuan penulis adalah sebagai berikut:
Pertama: Perhatikanlah kalau tujuan dinyatakan atau tidak. Kalau
tidak, mungkin ada tanda-tanda.
Kedua: Pokok-pokok utama atau hal-hal yang diulangi atau yang
ditekankan mungkin akan dapat menolong untuk mengetahui tujuan penulis.
Ketiga: Carilah pengertian tentang struktur buku atau struktur dari
seksi yang sedang dipelajari.
Keempat: Kalau tujuan atau strukturnya jelas, maka anda harus
menafsirkan dengan hal-hal itu sebagai ukuran dan jagalah agar supaya
penafsiran selaras dengan hal-hal itu.

6. Penafsiran Teologis

Menafsirkan sesuai dengan ajaran seluruh Alkitab. Dasar pemikirannya


ialah Alkitab merupakan kesatuan. Tidak ada pertentangan dalam Alkitab.

Alat-alat yang dipakai


 Alkitab.
 Konkordansi.

 Langkah-langkah
 Lihatlah kata yang akan ditafsirkan dalam konkordansi.
 Catatlah artinya (arti-arti) yang terdapat dalam buku yang sama.
 Catatlah juga yang terdapat dalam buku yang lain tetapi yang
pengarangnya sama.
 Catatlah arti-arti yang terdapat dalam perjanjian yang sama.
 Catalah arti-arti dalam perjajian yang lain.
 Kumpulkan hasilnya dan bandingkan dalam dua perjanjian tersebut,
kemudian simpulkan.
 Contoh (kerjakan bersama).
6. Format Prinsip-Prinsip Penafsiran
APAKAH PERTANYAAN/ MASALAH YANG AKAN DITAFSIRKAN

________________________________________________
________________________________________________
________________________

JAWABAN:
Kemungkinan A _______________________________________

Kemungkinan B _______________________________________

CATATAN HASIL PENAFSIRAN SEBAGAI BERIKUT:

1A. PRINSIP KONTEKSTUAL.

1B. Catatlah informasi-informasi dari konteks dekat (2-3 pargaraf).


-
-
-
-
2B. Carilah informasi-informasi yang ada kaitannya dari konteks jauh
(seluruh buku).
-
-
-
-
3B. Prinsip Kontekstual mendukung kemungkinan ------

2A. PRINSIP LITERAL

1B. Carilah kata yang disoroti dalam kamus dan catatlah arti-artinya.
-
-
2B. Catatlah arti-arti kata tersebut dalam konteks dekat (2-3 paragraf).
-
-
3B. Catatlah pemakain kata itu dalam konteks jauh (seluruh Alkitab).
-
-
4B. Bandingkanlah terjemaham-terjemahan lain
-
-
5B. Prinsip Literatur mendukung kemungkinan-----
3A. PRINSIP GRAMATIKAL.

1B. Catatlah fungsi kata secara tata bahasa.


-
-
2B. Amatilah hubungan antara kata itu dengan kata-kata lain.
-
-
-
3B. Prinsip Gramatikal mendukung kemungkinan -----

4A PRINSIP HISTORIS.

1B. Kumpulkanlah informasi-informasi mengenai latar belakang untuk


dapat memahami arti nats untuk pembaca-pemabaca asli.
-
-
-
2B. Tentukanlah arti untuk pembaca-pembaca asli.
-
-
3B. Prinsip histories mendukung kemungkinan -----

5A. PRINSIP TUJUAN PENULIS

1B. Catatlah pokok-pokok utama atau hal-hal yang diulangi di dalam


nats.
-
-
-
2B. Carilah kolerasi antara tujuan penulis dan hukum dan struktur
utama.
-
-
3B. Prinsip tujuan penulis mendukung kemungkinan ----

6B. PRINSIP THEOLOGIA

1B. Bandingkanlah dengan nats-nats lain dalam kitab yang sama.


-
-
2B. Bandingkanlah dengan kitab-kitab yang sama ditulis oleh penulis
yang sama.
-
-
3B. Bandingkanlah dengan nats-nats lain dalam Perjanjian yang sama.
-
-
4B. Bandingkanlah dengan nats-mats lain dari seluruh Alkitab.
-
-
5B. Prinsip Theologia mendukung kemungkinan ----

JAWABAN TERHADAP PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG DI AJUKAN


DI ATAS:

Alasannya:
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
7. Contoh Proses Menafsir.

I. INTERPRETASI KONTEKSTUAL EFESUS 2:1,5.

Kata yang dipelajari : “Mati”

1. Kontek dekat.
1A. Ef.2:1 – mati akibat pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa.
2A. Ef.2:5 – mati akibat kesalahan-kesalahan kita.

2. Kontek jauh.
1A. Ef.2:18 – kematian menyebabkan manusia jauh dari persekutuan
dengan Allah.
2A. Ef.2:13 – kematian menyebabkan manusia jauh dari Allah.

Kesimpulan :

“Mati” disini menunjukkan kepada “kematian rohani” yaitu akibat


tidak menurut Allah & hilangnya persekutuan dengan Allah akibat
pelanggaran-pelanggaran, dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.

Kata yang dipelajari : “Hidup”

1. Kontek dekat.

a. Ef.1:19-20 – Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan


mendudukannya, disebelah kanan-Nya.
b. Ef.2:6 – Allah memberikan tempat bersama-sama dengan Dia.

2. Kontek Jauh.

a. Ef.4:17 – hidup yang mengenal Allah dan dengan pikiran yang tidak
sia-sia.
b. Ef 5:2 – hidup dengan menjadi penurut-penurut Allah.
c. Ef. 5:8 – hidup sebagai anak-anak terang.

Kesimpulan:

“Hidup” disini menunjukkan arti membangkitkan kita dari dosa-


dosa dan Allah menempatkan kita bersama-sama dengan Kristus.
(ayat 5, tertulis “menghidupkan”).
II. INTERPRETASI LITERAL EFESUS 2:1-5.

Kata yang dipelajari “mati” dan “hidup”.

1. Kamus Umum Bahasa Indonesia – W.J.S. Poerwadarminta.

1A. Hidup.
a). masih terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya.
b). berkediaman.
c). mengalami kehidupan di keadaan/dengan cara yang tertentu.

2A. Mati.
a). sudah hilang nyawanya.
b). yang tak pernah hidup.
c). diam/berhenti.

2. Kamus Inggris – Indonesia, John M.Echols.

1A. Live.
a). yang hidup.
b). langsung.

2A. Die, dead.


a). mati.
b). meninggal dunia.

3. Dengan Kontek Dekat.

1A. Mati.
a). mati karena pelanggaran-pelanggaran.
b). mati oleh kesalahan-kesalahan.

2A. Hidup.
a). hidup bersama-sama dengan Kristus.
b). hidup didalam kasih karunia.

4. Dengan Konteks Jauh (Konkordansi).

1A. Hidup.
Roma 6:13 – kamu … yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.
Efesus 2:10 – Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 4:17 – jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak
mengenal Allah.
I Yoh. 3:14 – kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup.

2A. Mati.
Roma 5:8 – Kristus telah mati ketika kita masih berdosa.
Efesus 2:5 – kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita.
Kolose 2:13 – kamu … dahulu mati oleh pelanggaran-pelanggaran.
Ibrani 9:15 – Ia telah mati untuk menebus pelanggaranmu.
5. Terjemahan-terjemahan lain.

1A. Good News Bible.


Ef. 2:1 – Mengikuti jalan dunia yang jahat.
: 5 - Hidup dengan Kristus.

2A. The New Chain Reference Bible (Thompson’s).


Ef. 2:1 - Mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa.
: 5 - Hidup bersama-sama dengan Kristus.

3A. New Internatonal Version pararel Bible.


Ef. 2:1 – Mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa.
: 5 – Hidup dengan ristus.

4A. Holy Bible – The New King James Version.


Ef. 2:1 – Hidup dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa.
: 5 – Hidup bersama-sama dengan Kristus.

5A.The Living Bible.


Ef. 2:1 – Hidup di bawah kutuk Allah.
: 5 - Memberi kita hidup baru.

6A. Firman Allah yang Hidup.


Ef. 2:1 – Dikutuk Alaah dan binasa karena dosa.
: 5 - Mengembalikan hidup kita pada waktu Ia membangkitkan Yesus.

Kesimpulan:

1A. Kata “mati”, memiliki arti:

a) Mengikuti jalan dunia yang jahat


b) Mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa
c) Dikutuk Allah dan binasa karena dosa
d) Hidup di bawah kutuk Allah

2A. Kata “hidup”, memiliki arti:

a) Hidup dengan Kristus


b) Allah mengembalikan hidup kita pada waktu Ia membangkitkan
Kristus.
c) Memberi kita hidup baru.
III. INTERPRETASI GRAMATIKAL EFESUS 2:1,5.

1A. Ef. 2:1 – Kata “mati” merupakan kata benda (noun) kongkrit. Kata sudah
dalam ayat ini, menunjuk kepada keterangan waktu yang lampau/Past
Tense, yang juga dilengkapi dengan kata “dahulu”. Jadi kata ‘mati” di sini
menunjukkan perbuatan manusia yang telah dilakukan / dikerjakan pada
waktu lampau yaitu melakukan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa
yang akhirnya membuat manusia itu mati karenanya.

2A. Ef. 2:5 – kata “hidup” merupakan kata benda konkrit dan / atau kata sifat.
Dan kata telah dalam ayat ini, menunjuk kepada keterangan waktu
lampau atau Past Tense. Jadi kata “hidup” di sini menunjukkan
perbuatan Allah yang telah dilakukan oleh Allah pada waktu lampau
kepada manusia, yang merupakan pemberian yang cuma-cuma dalam
pribadi Yesus, sehingga kita diselamatkan oleh kasih karunia-Nya.

IV. INTERPRETASI HISTORIKAL EFESUS 2:1,5

1A. Kitab Efesus ditulis tahun 61 AD

2A. Tempat penulisan buku Efesus adalah di kota Roma, pada waktu Paulus
sedang berada dalam penjara (3:1; 4:1).

Tempat tujuan penulisan buku Efesus adalah kota Efesus.


a) . Kota Efesus sebagai ibukota Asia kecil
b). Kota Efesus sebagai pusat perniagaan
c) . Kota Efesus merupakan kota transito

3A. Penulis buku Efesus adalah, Raul Paulus (1:1).


Buku Efesus dialamatkan kepada orang-orang kudus yang ada di Efesus,
orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.
a). Injil dikabarkan oleh Rasul Paulus dalam perjalan PI yang ke- 3.I
b). Paulus sudah membangun dan melayani jemaat ini kira-kira selama
3 tahun.

4A. Kitab Efesus ditulis karena:

a). Rasul Paulus mengetahui bahwa kota Efesus telah menjadi pusat
percabulan dan kecemaran akibat adanya dewi Artemis.
b). Adanya perselisihan dan masalah dalam jemaat Efesus.

Maksud Rasul Paulus untuk menulis kitab Efesus, yaitu:


a). Untuk membimbing anggota-anggota jemaat sampai kepada inti
pengetahuan mengenai Anugerah Allah (1:17).
b). Untuk membimbing jemaat Efesus agar hidup kudus di hadapan
Allah.
c). Untuk menuliskan situasi dan cara hidup anggota-anggota jemaat
yang berasal dari bangsa-bangsa kafir pada waktu dahulu, sebelum
mereka bertobat dan yang hidup dalam kebinasaan dan dosa yang
berlanjut dengan hidup mereka dalam keselamatan.

V. INTERPRETASI BERDASARKAN TUJUAN PENULIS EFESUS


2:1,5.

1A. Maksud penulis dalam pasal 2:1-10, adalah menjelaskan kepada


orang-orang kudus yang ada di Efesus dan orang-orang percaya
dalam Kristus Yesus, bahwa sebenarnya mereka tidak layak
menerima kasih karunia Allah itu, karena mereka adalah orang-
orang yang dimurkai oleh Allah serta mereka telah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa mereka, sehingga hanya
karena kasih karunia Allah itu, sehingga manusia bisa diselamatkan
dan menerima hidup yang kekal.

2A. Maksud penulis dalam pasal 2:1-10, adalah untuk menjelaskan


tujuan dari kasih karunia Allah adalah supaya kita memperoleh
kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah dalam Kristus
Yesus.

VI. INTERPRETASI THEOLOGIA EFESUS 2:1,5.

Kata “mati” dalam pasal 2:1, adalah menunjukkan kematian rohani


karena tidak percaya dan menurut Allah, dan tidak mempunyai rohani
yang hidup serta tidak dapat melakukan sesuatu untuk menyenangkan
Allah, yang juga memiliki pengertian dan menunjukkan seseorang yang
jauh dari hidup persekutuan dengan Allah dan berada di bawah
hukuman.
Kata”hidup” dalam pasal 2:5 adalah menunjukkan suatu keadaan
seseorang yang keluar dari kubur dosa dan terlepas dari kuasanya dan
penghukumannya. Dan juga memiliki pengertian bahwa Allah
memberikan hidup dalam Kristus dan mengalami pembaharuan rohani
di dalam kehidupan rohani yang baru.

You might also like