You are on page 1of 4

Diskusi Kelompok  Kasus 3

Kompas.com  News  Nasional

Ragam Kontroversi Firli Bahuri, Berbagai


Pelanggaran Etik dan Dugaan Gratifikasi
Kompas.com - 04/06/2021, 13:44 WIB
Penulis: Wahyuni Sahara  Editor: Bayu Galih

KOMPAS.com - Ketua KPK periode 2019-2023, Firli Bahuri, dikenal sebagai sosok
yang sarat kontroversi. Bahkan, jauh sebelum memimpin lembaga anti rasuah itu
pun ia sudah penuh dengan sensasi.

Firli telah mendapat banyak penolakan dari sejumlah masyarakat karena diduga
memiliki catatan merah dan pelanggaran etik berat.

Terbaru, Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan Ketua KPK ke kepolisian


atas dugaan menerima gratifikasi sewa helikopter untuk perjalanan pribadi.

Di bawah ini Kompas.com merangkum kontroversi Firli Bahuri. Apa saja?

1
Pelanggaran etik berat Pada 2019, Firli Bahuri pernah dinyatakan melakukan
penggaran etik berat. Ini disebabkan dia bertemu dengan mantan Gubernur Nusa
Tenggara Barat M Zainul Majdi di NTB pada 12 dan 13 Mei 2018.

Secara etik, Firli seharusnya tidak boleh bertemu Zainul Majdi atau yang akrab
disapa Tuan Guru Bajang (TGB).

Sebab, saat itu KPK sedang menyelidiki dugaan korupsi kepemilikan saham PT
Newmont yang melibatkan Pemerintah Provinsi NTB.

Bukti-bukti pertemuan antara Firli dan TGB didapat KPK dari sejumlah saksi serta
beberapa foto dan video.

Saat itu Firli juga diketahui terbang ke NTB dengan uang pribadi tanpa izin surat
tugas yang diteken KPK.

Ditolak Jadi Ketua KPK

Saat menjalani uji kelayakan sebagai calon pimpinan KPK, Firli telah mendapat
penolakan, baik itu dari internal KPK atau masyarakat sipil.

Usai terpilih jadi ketua KPK, Firli sontak langsung mendapat penolakan dari pegiat
antikorupsi. Masa depan pemberantasan korupsi dinilai bakal suram di tangannya.
Hal ini dikarenakan Firli dianggap bukan sosok yang benar-benar bersih dan
berintegritas.

Selain ditolak pegiat antikorupsi, Firli juga ditolak pegawai KPK. Penolakan itu
berasal dari penyidik dan pegawai lainnya yang merasa gelisah karena Firli pernah
melanggar kode etik saat menjabat sebagai Direktur Penindakan KPK.

Gratifikasi sewa helikopter

Firli dilaporkan ICW ke Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara RI, Kamis
(3/6/2021). ICW menduga Firli menerima gratifikasi dalam bentuk diskon
penyewaan helikopter.

ICW mendapatkan perbandingan harga dari penyedia jasa penerbangan lain yang
menunjukkan bahwa diskon yang didapatkan Firli terlalu jauh dari harga umum.

Dugaan penerimaan gratifikasi yang dimaksud terjadi pada Juni 2020. Saat itu, Firli
menyewa helikopter untuk perjalanan pribadi dari Palembang, Sumatera Selatan,
menuju Baturaja, Lampung, selama empat jam.

Pada September 2020, Masyarakat Antikorupsi Indonesia juga melaporkan hal itu
pada Dewan Pengawas KPK sebagai dugaan pelanggaran etik yang dilakukan oleh
pimpinan KPK, yaitu bergaya hidup mewah.

2
Pada bulan yang sama, Dewan Pengawas KPK melalui sidang etik memutuskan Firli
melanggar kode etik dan memberikan sanksi ringan berupa teguran tertulis.

Dugaan gratifikasi menginap di hotel

Firli diduga pernah menerima gratifikasi dalam bentuk pembayaran penginapan


hotel selama dua bulan.

Saat tes calon pimpinan KPK, Firli memang mengakui bahwa ia pernah menginap di
sebuah hotel bersama anaknya dan istrinya pada 24 April hingga 26 Juni. Ia tidak
menyebut tahun berapa menginap di hotel itu.

Kendati demikian, Firli membantah uang untuk membayar penginapannya itu


berasal dari orang lain.

Ia menegaskan, istrinya telah membayar Rp 50 juta pada saat check in hotel, lalu
membayar lagi pada saat check out Rp 5,1 juta.

Bertemu Komisaris PT Pelindo I

Pertemuan antara Firli dengan Komisaris PT Pelindo I Timbo Siahaan menjadi


sorotan. Hal ini dikarenakan KPK sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi di
Pelindo.

Dilansir dari Tribunnews, Timbo menjelaskan bahwa dia diajak Firli Bahuri untuk
berbuka puasa bersama tujuh pimpinan media massa.

Timbo mengaku diundang Firli Bahuri kapasitasnya sebagai Pemimpin Redaksi


(Pemred) Jak TV.

Bertemu petinggi partai


Firli Bahuri diketahui pernah bertemu dengan seorang perempuan yang
merupakan petinggi partai politik di sebuah hotel di Jakarta pada 1 November
2018.

Pertemuan ini diketahui saat Firli masih menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK.
Lembaga antirasuah menyatakan bahwa Firli melanggar etik berat atas
pertemuannya itu.

Diakui Firli saat uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR saat tes capim KPK
bahwa pertemuan itu tidak disengaja. Firli mengaku hadir atas undangan rekannya
lalu bertemu dengan seorang ketua umum partai politik.

Pernah menjemput saksi

3
Saat menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK, Firli juga melanggar etik berat
karena menjemput langsung saksi kasus dana perimbangan yang hendak diperiksa
di lobi KPK pada 8 Agustus 2018.

Saksi tersebut adalah Wakil Ketua BPK Bahrullah dan auditor utama BPK I Nyoman
Wara. (WS)

Diskusikan:
1. Dari 10 nilai-nilai integritas (anti korupsi), nilai mana saja yang kemungkinan
dilanggar oleh Firli Bahuri tersebut. Jelaskan!
2. Bagaimana menurut Anda terkait etika publik sebagai seorang pejabat
public dan

You might also like