You are on page 1of 15

1

MAKALAH

KUFUR DAN NIFAQ

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah

Pendidikan Agama Islam

Oleh :

KELOMPOK 11

1. Delia Agma Amanda (2101100035)


2. Amanda Syahidah Al Izzatul Islam (2101100037)
3. Husain Abdullah (2101100039)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PURWOKERTO

2021
2

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kufur dan Nifaq”
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Di dalam makalah ini, kami menguraikaan
mengenai pengertian kufur dan nifaq.

Ucapan terima kasih kami tujukan kepada dosen Pendidikan Agama Islam kami yakni
bapak Muntohar M. Pd. I. yang telah mengarahkan kami dalam meyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari bapak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi semua
pihak pada umumnya, semoga Ridho Allah menyertai kita semua. Aamin Yaa Robbal
Aalamin.

Purwokerto, 06 Maret 2022

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

LATAR BELAKANG.............................................................................................................. 4

RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 4

TUJUAN................................................................................................................................... 4

MANFAAT............................................................................................................................... 5

KUFUR..................................................................................................................................... 6

NIFAQ..................................................................................................................................... 11
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat modern saat ini karena pengaruh arus globalisasi yang
cepat tidak dapat dipungkiri menyebabkan masyarakat yang cenderung pada
matrealisme-hedonistik. Masyarakat semakin mendewa-dewakan harta, kekayaan,
kedudukan, serta kemewahan tidak menghiraukan norma-norma agama yang ada,
serta pula dipengaruhi dari berbagai faktor baik itu faktor internal maupun eksternal
yang menyebabkan manusia sering kehilangan pedoman dalam hidup.
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamiin mempunyai dua dimensi yaitu
dimensi aqidah atau keyakinan dan amaliyah atau sesuatu yang diamalkan. Amal
perbuatan tersebut merupakan implementasi dan perpanjangan dari sebuah aqidah
yang tertanam dalam hati. Islam sebagai agama yang bersumber dari Al Qur’an yamg
di dalamnya terdapat wahyu-wahyu Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW yang berintisarikan keimanan dan amal perbuatan.
Keimanan dalam agama Islam merupakan pondasi atau dasar yang di atasnya
berdiri syariat-syariat agama Islam. Keimanan muslim seorang manusia biasa tidaklah
seperti keimanan para nabi dan rasul atau bahkan malaikat yang terus dijaga oleh
Allah maka dari itu kita harus terus menerus memupuk keimanan dalam hati kita agar
semakin kokoh dan kuat serta kita tidak terseret kepada kufur. Kekufuran apabila
tertanam dalam jiwa manusia akan menyebabkan perbuatan yang menyimpang yaitu
syirik dan nifaq. Kufur, syirik dan nifaq termasuk 3 hal yang dapat membatalkan
keimanan seseorang atau setidaknya mengurangi kesempurnaan keimanan seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kufur dan nifaq?
2. Bagaimana pembagian kufur dan nifaq?
3. Apa saja bahaya kufur dan nifaq?

C. Tujuan
1. Tujuan khusus
5

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuh tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
2. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui pengertian kufur dan nifaq
b. Untuk mengetahui bahaya kufur dan nifaq
D. Manfaat
1. Mahasiswa/mahasiswi mengetahui apa yang dimaksud dengan kufur dan nifaq
2. Mahasisw/mahasiswi mengetahui bahaya kufur dan nifaq
3. Mahasiswa/mahasiswi dapat menghindarkan diri dari sifat kufur dan nifaq
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. KUFUR
1. Pengertian
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara‟ kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya.
Dalam terminologi kultural kafir digunakan dalam agama Islam untuk
merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat Allah (sebagai lawan dari
kata syakir, yang berarti orang yang bersyukur). Namun yang paling dominan,
kata kafir digunakan dalam al-Quran adalah kata kafir yang mempunyai arti
pendustaan atau pengingkaran terhadap Allah SWT. dan Rasul-Rasul-Nya,
khususnya nabi Muhammad dan ajaran-ajaran yang dibawanya.
a. Kufur menurut perspektif Ibn al Taimiyah
Kufur menurut bahasa berarti malam, menyembunyikan, menutupi dan
ingkar. Orang yang melakukan kekufuran, tidak beriman kepada Allah swt
dan Rasul-Nya disebut kafir. Sedangkan menurut syara’, kufur berarti
menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Kufur menurut pengertian lain
adalah tidak beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya, baik dengan
mendustakan ataupun tidak mendustakan. Maksud mendustakan berarti
menentang atau menolak sedangkan tidak mendustakan artinya hanya
tidak beriman dan tidak percaya. Orang yang kufur disebut kafir, artinya
orang yang menutup hatinya dari hidayah Allah swt.
Adapun pengertian kufur yang diambil dari Ensikopedia Islam, yaitu : al
Kufr yang berarti tertutup atau tersembunyi, mengalami perluasan makna
menjadi ingkar, tidak percaya, ketidakpercayaan kepada Tuhan. Kata kafir
mengisyarakatkan usaha keras menolak bukti-bukti kebenaran Tuhan
yakni kehendak mengingkari Tuhan dengan tidak mensyukuri kehidupan
yang telah diberikan dan mengingkari wahyu.
b. Kufur dalam pandangan ilmu kalam
7

Para ulama tafsir menyebutkan kata kafir/kufur dalam Al Qu’ran memiliki


lima makna, yaitu:
- Kafir terhadap tauhid
- Kufur nikmat
- Berlepas diri/saling mengingkari
- Pengingkaran
- Menutupi

Seorang muslim dapat menjadi kufur karena beberapa hal di antaranya:

a. Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus diyakini dalam syariat.
b. Ragu terhadap sesuatu yang jelas dalam syariat.
c. Berpaling dari agama Allah.
d. Kemunafikan yakni menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keislaman.
e. Sombong terhadap perintah Allah I seperti yang dilakukan Iblis.
f. Tidak mau mengikrarkan kebenaran agama Allah bahkan terkadang dibarengi
dengan memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar.

2. Jenis-jenis kufur
Kufur dibagi menjadi 2 macam, yaitu kufur besar dan kufur kecil.
a. Kufur besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Terkadang kufur
besar terjadi dengan ucapan atau perbuatan yang sangat bertolak belakang
dengan iman seperti mencela Allah dan Rasul-Nya atau menginjak Al Qur`an
dalam keadaan tahu kalau itu adalah Al Qur`an dan tidak terpaksa. Kufur
besar ada lima macam, yaitu:
- Kufur karena mendustakan
Misalnya: Jika seseorang berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad
adalah pendusta, Al Qur’an adalah buatan Muhammad, Al Qur’an
tidak otentik berarti dia kufur karena mendustakan wahyu Allah SWT.
- Kufur karena enggan dan sombong, padahal membenarkan
Contohnya adalah kekufuran iblis. Dia percaya Allah itu Maha Esa,
tidak ada sesembahan yang wajib disembah kecuali Allah SWT,
8

bahkan Iblis pernah berdialog dengan Allah SWT. Namun iblis tidak
mau tunduk kepada Allah SWT karena dia bersikap sombong
- Kufur karena ragu
Misalnya ada orang yang ragu, apakah Al Qur’an itu wahyu Allah
SWT atau buatan manusia, atau orang itu ragu terhadap adanya hari
kiamat, maka orang tersebut telah terjerumus dalam kekufuran yang
akbar.
- Kufur karena berpaling
Maksud berpaling di sini adalah berpaling dari ajaran agama Islam, dia
tidak mau tahu mengenai agamanya, tidak peduli dengan Islam, tidak
pernah ibadah, tidak mengenal Islam dan lain sebagainya.
- Kufur karena nifaq
Bentuknya adalah dengan menampakkan keIslaman secara lahiriah,
sedangkan dalam batin menyembunyikan kekufurannya.

b. Kufur kecil
Kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia
adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-
Qur‟an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat
kufur besar. Seperti kufur nikmat.

Dari pengertian kufur besar dan kufur kecil diatas, juga dapat dijelaskan tentang perbedaan
antara kufur besar dan kufur kecil, yaitu:

a. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan


(pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar
kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.
b. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan kufur
kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan
bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada
masuk neraka sama sekali.
9

c. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur
kecil tidak demikian.
d. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara
pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh
mencintai dan setia kepadanya, meskipun ia adalah keluarga terdekat.
Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan,
tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar
keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya.

Menurut syara’ kufur terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Kufur Akidah, yaitu mengingkari apa yang wajib diimani. Seperti iman kepada Allah,
para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari kiamat serta yakin
terhadap qada dan qadar.
b. Kufur Amaliyah, yaitu tidak mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah
Subhanahu wata’ala kepadanya.

Para ulama dari kalangan empat madzhab membagi kufur menjadi tiga macam, diantaranya:

a. Kufur I’tiqodi yaitu kufur yang bersumber dari keyakinan atau hati , seperti
keyakinan bahwa Allah bertempat , ada pada satu arah atau semua arah ,
bersemayam , duduk di atas singgahsana, Allah di atas arrasy, atau juga
berkeyakinan bahwa Allah adalah cahaya dan semacamnya.
b. Kufur Fi’li yaitu kufur yang bersumber dari perbuatan, seperti sujud kepada
berhala, melempar mushaf atau lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat
alquran atau nama-nama yang di agungkan ketempat sampah atau kotoran yang
najis atau menginjaknya dengan sengaja dan lain-lain.
c. Kufur Qauli yaitu kufur yang bersumber dari ucapan, seperti mencaci Allah,
mencaci Nabi, melalaikan dan agama islam, meremehkan janji dan ancaman
Allah, mengharamkan perkara-perkara yang jelas-jelas halal atau sebaliknya
menghalalkan yang haram, dll. seperti juga mengatakan bahwa Allah adalah
akal yang mengatur/al aqlu al mudabbir atau bulu yang menciptakan/arrisyah al
mubd’ah, sebagaimana terdapat dalam kitab fi zhilal al quran karangan sayyid
quthb pimpinan satu kelompok yang di namakan jamaah islamiyah yang
menghalalkan darah umat islam.
10

3. Bahaya-bahaya kufur
Ucapan dan keyakinan yang menyebabkan kufur, diantaranya:
a. Setiap orang yang mencaci Allah atau mencaci seorang Rasul dari para Rasul
Allah, atau satu Malaikat dari para Malaikat Allah, maka sungguh orang itu
telah kafir.
b. Setiap orang yang mengingkari Rububiyah (hanya Allah Dzat yang
menciptakan dan memelihara alam ini) atau Uluhiyah (hanya Allah Dzat yang
berhak disembah) atau risalah dari seorang Rasul dari para Rasul Allah, atau
mempunyai keyakinan bahwa akan ada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW,
maka orang itu telah kafir.
c. Setiap orang yang mengingkari salah satu yang difardhukan (diwajibkan) dari
kewajiban-kewajiban agama yang telah disepakati (Ijma') seperti Sholat, zakat,
puasa, ibadah haji, berbuat baik pada orang tua atau Jihad misalnya, maka orang
itu telah Kufur.
d. Setiap orang yang membolehkan segala macam yang diharamkan agama yang
keharamannya telah disepakati, diketahui secara dhoruri (mudah) dalam syari'at,
seperti zina, minum khamr, mencuri, membunuh, dan menyihir, maka sungguh
orang itu telah kufur.
e. Setiap orang yang mengingkari satu surat, satu ayat, satu huruf dalam al-Quran,
maka sungguh orang itu telah kufur.
f. Setiap orang yang mengingkari satu sifat-sifat Allah, seperti sifat hidup, Maha
Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Penyayang, maka
sungguh orang itu telah kufur.
g. Setiap orang yang jelas kelihatan meremehkan agama, apa yang diwajibkan atau
disunnahkan, mempermainkan, menghinanya, melempari al-Quran dengan
kotoran, menginjak dengan kakinya, karena menghina dan merendahkannya,
maka sungguh orang itu telah kufur.
h. Setiap orang yang memiliki keyakinan bahwa tidak ada bi'tsah (kebangkitan
setelah alam kubur), tidak ada siksa, tidak ada nikmat pada hari qiyamat, atau
berkeyakinan bahwa siksa atu nikmat pada hari qiyamat nanti bersifat ma'nawi
saja, maka orang itu menjadi kufur.
11

i. Setiap orang yang berpendapat bahwa para Wali itu lebih utama dari para Nabi,
atau bahwa ibadah itu gugur (tidak wajib) dari sebagian para Wali, maka
sungguh orang itu telah kufur.

Hukuman bagi orang yang kufur adalah diperintahkan untuk bertaubat selama 3 hari, jika ia
bertaubat dari ucapan dan keyakinannya itu, maka taubatnya diterima. Tetapi jika ia tidak
bertaubat dengan ucapan dan keyakinannya maka ia harus dibunuh sebagai hukumannya. Dan
hukumannya setelah mati adalah sama dengan hukuman bagi orang yang murtad. Para ahli
ilmu ada yang membuat pengecualian bahwa orang yang mencaci maki Allah atau Rasul-Nya
maka ia harus dibunuh pada saat itu juga dan tidak diterima taubatnya. Sebagian lagi ada
yang berpendapat bahwa ia diperintahkan untuk bertobat lebih dulu dan tobatnya itu diterima,
lalu ia mengucapkan dua kalimah syahadat, membaca istighfar dan bertobat kepada Allah.

B. NIFAQ
1. Pengertian
Nifaq berasal bahasa arab yang diambil dari kata (naafiqaa‟). Nifaq secara
bahasa (etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu‟ (hewan
sejenis tikus) dari sarangnya yang ada di padang pasir, di mana jika ia dicari dari
lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain. Dikatakan pula, ia
berasal dari kata (nafaq) yaitu lobang tempat bersembunyi. Dia masuk ke dalam
tanah dari satu lobang, dan keluar dari lobang yang lain. Orang Indonesia,
menyebutnya “bunglon”, yaitu makhluk yang punya 2 (dua) wajah. Ketika berada
di masjid, kelihatan jelas keislamannya. Tetapi didalam kegiatan yang lain (di luar
masjid), misalnya didalam kehidupan ekonomi, budaya, dan kehidupan politiknya,
ternyata memakai program (sistem) yang lain, bukan program Islam.
Dalam istilah agama, yang disebut nifaq atau munafiq adalah “sesorang yang
(yuth hirul islam, wa yubtinu al-kufra) memperlihatkan ke-Islam-annya (dia
shalat, sedekah, haji dan juga umrah), tetapi ternyata dia menyembunyikan
kekufuran.” Sehingga, keislamannya hanya untuk pergaulan di masyarakat, tetapi
hatinya sangat membenci Islam, dan di hatinya menyembunyikan kekafiran.
Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan
kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian
karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Dan
Allah menjadikan orang-orang munafiq lebih jelek dari orang-orang kafir. Karena
itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya:
12

“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu mereka adalah orang-orang yang fasiq.”


Q.S At-Taubah: 67.

2. Jenis-jenis nifaq
a. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) : Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya
menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini
menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak
Neraka. Nifaq jenis ini ada 4 macam, diantaranya:
- Mendustakan Rasulullah SAW atau mendustakan sebagian dari apa
yang beliau bawa.
- Membenci Rasulullah SAW atau membenci sebagian apa yang beliau
bawa.
- Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
- Tidak senang dengan kemenangan Islam.
b. Nifaq A’mali (perbuatan): Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan
perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati.
Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah
(perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq.
Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab
terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya.

Sedangkan perbedaan dari nifaq besar dan nifaq kecil, yaitu:

 Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak
mengeluarkannya dari agama.
 Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan,
sedangkan nifaq kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal
perbuatan bukan dalam hal keyakinan.
 Nifaq besar tidak terjadi dari seorang mukmin, sedangkan nifaq kecil bisa terjadi dari
seorang mukmin.
 Pada umumnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun bertaubat, maka
ada perbedaan pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim. Lain halnya
dengan nifaq kecil, pelakunya terkadang bertaubat kepada Allah, sehingga Allah
menerima taubatnya.
3. ciri-ciri orang munafik
13

Prilaku orang munafiq yang disebutkan Alqur’an banyak sekali, antara lain:
dusta, penipu, melakukan kerusakan, merasa pintar, bermuka dua, tidak menerima
ilmu & nasehat, cemas, berloyalitas kpd orang2 kafir, pengecut, mencari
kesalahan, malas shalat (ria), tamak, dengki, kikir, pencaci amal orang, dan
menyalahi janji & sumpah.
Adapun ciri-ciri yang dituturkan Nabi saw itu seperti sabdanya: “Ada empat
sifat yang jika berada di dalamnya berarti ia seorang munafiq, jika ada padanya
salah satu sifat itu berarti ada satu sifat nifaq padanya sehingga ia membuangnya
: 1). Apabila berbicara dusta, 2) dan apabila berjanji menyalahi, 3) apabila
diberikan amanat berkhianat, 4) apabila bermusuhan ia berlaku keji”. HR.
Bukhari-Muslim
1. Dusta
Dusta adalah pangkalnya sifat nifaq. Ia salah satu dosa terburuk & aib terkeji, hal ini
telah diungkap oleh Aisyah ra. “tida ada moral yang amat dibenci Rasulullah saw
daripada dusta, ketika Nabi mengetahui sebuah perbuatan dusta seseorang, maka –
spontan- orang itu tidak mendapat tempat di hatinya, sehingga Beliau mengetahui ia
bertaubat”. Sifat rendah ini merupakan ciri kerusakan berat dalam jiwa dan ciri
prilaku yang senantiasa melahirkan keburukan serta dengan mudah
menjerumuskannya kepada perbuatan dosa. Nabi saw bersabda: “….. hindarilah
dusta, karena dusta itu membawa kepada (fujur) kekajian dan kekejian membawa ke
neraka…” HR. Bukhari. Ada sifat-sifat rendah yang mengkontaminasi manusia, hal
itu serupa penyakit yang menyerang tubuh, tidaklah disadari kecuali setelah ada
pengobatan panjang, seperti penyakit takut yang menyelimuti para pengecut, atau sifat
tamak yang mengkedekut kedua tangannya. Si pemilik dua sifat ini pada momentum
pengorbanan harta dan jiwa bisa saja dimaklumi. Namun orang yang menjadikan
dusta sebagai moral dan untuk menipu orang sama sekali tidak dapat di maklumi.
Nabi saw bersabda: “seorang mukmin –boleh jadi- berkarakter semua sifat (baik &
buruk) , kecuali khianat dan dusta”. (dalam Hadis lain) ada yang bertanya: “apakah
seorang mukmin pengecut?”, Nabi saw menjawab: “ya”, bertanya lagi: “apakah
seorang mukmin kikir?”, Nabi saw menjawab: “ya”, bertanya lagi: “apakah seorang
mukmin pendusta?”, Nabi saw menjawab: “tidak”. HR. Ahmad.
Hadis ini tidak berarti meremehkan 2 sifat buruk di atas, bahkan ia (tidak berzakat &
meninggalkan jihad) adalah 2 pintu yang membawa kepada kekafiran. Melainkan
menjelaskan bahwa 2 sifat itu merupakan kelemahan & kekurangan yang menimpa
14

sebagaian orang, namun di waktu terpaksa mereka akan mampu mengalahkan


kelemahan itu. Berbeda dengan dusta, di saat terjepit ia malah semakin licik.
Dampaknyapun sangat besar, seperti dampak pengumbaran issue oleh wartawan,
pemutar-balikan fakta besar oleh para politikus, dan orang2 yang sengaja
melemparkan fitnah terhadap para pembesar karena tujuan tertentu. Mereka itu para
pelaku criminal yang dampaknya sangat buruk.
2. Menyalahi janji
Sifat ini terkadang serupa dengan bentuk dusta, jika seorang bersengaja untuk
menyalahi janji. Adapun jika bukan sengaja berarti ia seorang yang tidak dapat
memelihara janjinya kepada orang. Hal itu ketika ia berjanji dan sejak awal ia
memang tidak ingin menepatinya, namun karena masih merasa sebagai muslim, ia
menyembunyikan nifaknya dengan janji dusta, kemudian ketika pada waktu harus
dipenuhi ia lari menyalahi dan berusaha untuk menutupinya dengan berbagai alasan
dusta; demikian jika dalam kondisi terpaksa, tetapi jika kondisi aman ia akan
mengiklankan kedustaannya. Penyakit nifaq ini nampaknya bersumber dari: lemah
ingatan dan kemauan–keduanya bersumber dari jiwa yang sakit– yang kerap
menghalangi pemenuhan kewajiban. Oleh karena sebagai muslim senantiasa
memerlukan kepada pemberi peringatan untuk melawan gelombang lupa agar tidak
lemah. Dalam hal Alquran banyak peringatan agar seorang muslim senantiasa
memiliki daya dan kemauan untuk dapat memenuhi janji apapun rintangannya dan
berani berkorban. Lihat: QS Al-Araf: 3 & 26 & 57, Al-An’am:126. Dll.
3. Khianat
Khianat merupakan karakter sifat munafiq. Ketika seorang ini mendapat kepercayaan
(amanat), maka merupakan kesempatan baginya untuk memenuhi kemaslahatan diri
& kroninya, sehingga ia tidak segan-segan mengkhianati amanat tersebut Penampilan
sifat khianat ketika dalam melaksanakan berbagai kewajiban biasanya dapat diketahui
dari tidak ada ihsan dan keikhlasan. Maka boleh jadi besar & kecilnya dosa dan
kemunkaran khianat itu berbeda-beda. Yang paling sadis yaitu pengkhianatan agama,
masayarakat Islam dan hal-hal yang merusak Negara. Sehingga Nabi saw
memberitahukan nasib para pengkhianat di akherat itu sebagai berikut:
“Di saat Allah telah menghimpun manusia semua di hari kiamat, setiap pengkhianat
membawa panji pengenalnya, kemudian disebut: Inilah pengkhianat si anu”. Dalam
riwayat lain: “…di tampakkan panjinya itu sesuai tingkat pengkianatnnya, ketahuilah
15

tidak ada pengkhianat yang lebih besar daripada pemimpin umat”. HR. Bukhari-
Muslim
4. Permusuhan yang keji
Ciri munafiq yang menonjol dalam menghadapi problem kepada orang adalah sifat
ber-musuhan, di mana ketika ia bermusuhan maka ia melakukan kekejian, yaitu
menggunakan berbagai sarana buruk untuk mengalahkan lawannya, seperti sumpah
dusta dan lain-lain.

You might also like