You are on page 1of 35

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.MORFOLOGI TUMBUHAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
BIOLOGI - FMIPA

Skor Nilai :

MORFOLOGI DAUN TUMBUHAN


(Gembong Tjitrosoepomo, 2020)

OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA : NIM :

Erni syahputri Br.Panjaitan 4211141025


Evi Bunga Kirani Br. Sinuraya 4213141042
Fitria Ulfa Nasution 4211141020
Fitri Nindi Aina Br. Girsang 4213341044
Lawren sitanggang 4212441009

KELAS : PSPB 21 E

DOSEN PENGAMPU : Dra. Cicik Suriani, M. Si

MATA KULIAH : MORFOLOGI TUMBUHAN

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehinggan kami masih dapat diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan CBR ini dengan judul “Morfologi Daun Tumbuhan”. CBR ini kami buat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah “Morfologi Daun Tumbuhan”, semoga CBR
ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan CBR ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan,kepada Ibu Dra. Cicik Suriani, M. Si
selaku dosen pengampu,dan kepada teman-teman mahasiswa yang saling mendukung

Kami menyadari bahwa CBR ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam CBR ini
dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 06 Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Rasionalisasi pentingnya CBR................................................................................ 1
B. Tujuan penulisan CBR ........................................................................................... 1
C. Manfaat CBR .......................................................................................................... 1
IDENTITAS BUKU .......................................................................................................... 2
A. Buku Utama ............................................................................................................ 2
B. Buku Pembanding................................................................................................... 2
LEMBAR KERJA MAHASISWA.................................................................................. 3
A. Judul........................................................................................................................ 3
B. Tujuan ..................................................................................................................... 3
C. Bahan/Alat .............................................................................................................. 3
D. Prosedur Kerja ........................................................................................................ 3
E. Hasil Review Buku ................................................................................................. 4
F. Kesimpulan ............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Critical Book Review (CBR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu buku maka mahasiswa/i
ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua buku dengan tema yang sama, dapat melihat
mana buku yang perlu diperbaiki dan mana buku yang sudah baik untuk digunakan
berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis buku tersebut, setelah dapat
mengkritik buku maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu buku karena sudah
mengetahui bagaimana kriteria buku yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah
mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam
penulisan buku tersebut.

B. TUJUAN PENULISAN CBR

 Mengulas isi buku.


 Mencari dan Mengetahui informasi yang terdapat dalam buku.
 Membandingkan isi buku pertama dengan isi buku kedua.
 Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari kedua buku tersebut.
 Memenuhi tugas wajib mata kuliah Morfologi Tumbuhan.
 Menanggapi atau mengkritisi isi buku Morfologi Tumbuhan.

C. MANFAAT CBR

 Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu buku.


 Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CBR yang benar.
 Dapat menulis bagaimana buku yang baik dan benar.
 Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari buku buku penelitian.
 Menambah wawasan pembaca tentang Morfologi Tumbuhan.
 Menambah pengetahuan penyusun dan pembaca tentang critical book review.

1
D. IDENTITAS BUKU YANG DI REVIEW

Buku Utama

Judul : Morfologi Tumbuhan

Pengarang : Gembong Tjitrosoepomo

Penerbit : Gadjah Mada University


Press

Kota Terbit : Yogyakarta

Jumlah Halaman : 268 halaman

Tahun Terbit 2020

ISBN : 978-602-386-819-3

Buku Pembanding

Judul : Morfologi Tumbuhan

Pengarang : Ashar Hasairin

Penerbit : Unimed

Kota Terbit : Medan

Jumlah Halaman : 163 halaman

Tahun Terbit 2011

ISBN : 978-602-8848-55-8

2
LEMBAR KERJA MAHASISWA

A. JUDUL : CIRI MORFOLOGI DAUN (1)

B. TUJUAN
Menguasai konsep/ciri morfologi bangun daun; bentuk ujung, pangkal dan tepi
daun, pertulangan daun, permukaan daun tumbuhan melalui kegiatan Critical
Book Review (CBR)

C. ALAT DAN BAHAN


Buku teks ( 2 judul buku )

1. Tjitrosopomo G. 1990. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada


UniversityPress.
2. Hasairin, Ashar . 2011. Morfologi Tumbuhan. Medan. Unimed Press.

D. PROSEDUR KERJA

1. Setiap kelompok mahasiswa, menelaah materi “morfologi daun” yang terdapat


di dalamkedua buku teks di atas.
2. Sub materi morfologi daun yang direview adalah:
a) Bangun daun
b) Bentuk ujung daun
c) Bentuk pangkal daun
d) Bentuk tepi daun
e) Pertulangan daun
f) Permukaan daun
3. Menuliskan hasil review dari kedua buku teks pada materi anatomi akar di atas
ke dalamtabel 1 dan 2 berikut ini (Hasil Reviu Buku) .
4. Secara bergantian setiap kelompok mahasiswa mongkomunikasikan hasil
CBR, dankelompok lainnya memberikan respon/pertanyaan/masukan.
5. Kelompok penyaji membuat notulensi pertanyaan, masukan dan/atau tanggapan
pesertadiskusi.
6. Notulensi dikumpulkan include di dalam laporan CBR ke dosen. Softcopy laporan
CBR dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

3
E. HASIL REVIEW BUKU

1. Materi utama

Hasil review buku 1, Gembong Tjitrosoepomo, dengan judul “Morfologi Tumbuhan”.

Bangun (Bentuk) Daun (Circumscriptio)

1. bagian yang terlebar terdapat kira-kira di tengah-tengah helaian daun

a. bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang:lebar =1:1. Bangun daun yang demikian ini
antara lain dapat kita jumpai pada Victoria regia, teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce),
dan lain-lain.

b. bangun perisai (peltatus). Daun yang biasanya bangun bulat, mempunyai tangkai daun
yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada bagian tengah helaian daun,
misalnya pada teratai besar tersebut di atas, pada daun jarak, dan lain-lain. Dalam hal yang
sedemikian itu daun dikatakan mempunyai bangun perisai.

c. jorong (ovalis atau ellipticus), yaitu jika perbandingan panjang : lebar=1-2: 1, seperti
dapat dilihat pada daun nangka (Artocarpus Integra Merr.) dan nyamplung (Calophyllum
inophyllum L.);

d. memanjang (oblongus), yaitu jika panjang:lebar = 2½-3 : 1, misalnya daun srikaya

4
(Annona squamosa L.) dan sirsat (Anonna muricata L.):

e. bangun lanset (lanceolatus), jika panjang lebar = 3-5 : 1, misalnya daun kamboja
(Plumiera acuminate Ait), oleander (Nerium oleander L.).

Jika misalnya bangunnya di antara jorong dan bulat memanjang, maka daun tadi dikatakan
mempunyai bangun jorong-memanjang (elliptico oblongus), jika di antara memanjang dan
bangun lanset disebut: memanjang sampai bangun lanset (oblongo-lanceolatus).

2. bagian yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun.

 Pangkal daunnya tidak bertoreh

a. bangun bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis
L.), daun lombok rawit (Capsicum frutescens L.),
b. bangun segi tiga (triangularis), yaitu bangun seperti segi tiga sama kaki, misalnya
daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.),
c. bangun (deltoideus), yaitu bangun segi tiga yang sama ketiga sisinya, misalnya daun
air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook, et Arn.),
d. bangun belah ketupat (rhomboideus), yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak
sama panjang, misalnya anak daun yang di ujung pada daun bangkuwang
(Pachyrrhizus erosus Urb.).

 Pangkal daun bertoreh atau berlekuk

5
a. bangun jantung (cordatits), yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal daun
memperlihatkan suatu lekukan misalnya
daun waru (Hibiscus Uliaceus L.).
b. bangun ginjal atau kerinjal (reniformis), yaitu daun yang pendek lebar dengan ujung
yang tumpul atau membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal, misalnya daun
pagagan atau daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.).
c. bangun anak panah (sagittatus). Daun tak seberapa lebar, ujung tajam, pangkal
dengan lekukan yang lancip pula. Demikian juga bagian pangkal daun di kanan kiri
lekukannya. Dapat kita lihat pada daun enceng (Sagittaria sagittifolia L.)
d. bangun tombak (hastatus), seperti bangun anak panah, tetapi bagian pangkal daun di
kanan kiri tangkai mendatar, misalnya daun wewehan (Monochoria hastata Solms).
e. bertelinga (auriculatus), seperti bangun tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri
tangkai membulat, misalnya daun tempuyung (Sonchus asper Vill.).

3. bagian yang terlebar terdapat diatas tengah-tengah helaian daun.

6
a. bangun bulat telur sungsang (Obovatus), yaitu seperti bulat telur tetapi bagian yang
lebar dekat ujung daun, misalnya daun sawo kecik (Mandkara kauki Dub.),
b. bangun jantung sungsang (Obcordatus), misalnya daun sidaguri (Sida retusa L.),
daun calincing atau semanggi gunung (Oxalis corniculata L.).
c. bangun segi tiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus), misalnya anak daun
semanggi (Marsilea crenda Presi.),
d. bangun sudip atau bangun spatel atau solet (spathulatus), sepert bangun bulat telur
terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang misalnya daun tapak liman
(Elepharitopus scaber L.), daun lobak (Raphanus sativus L.).

4. tidak ada bagian yang terlebar, artinya helaian daun dari pangkal ke ujung dapat
dikatakan sama lebarnya.
 Bangun garis (linearis). Pada penampang melintangnya pipih dan daun amat
panjang. misalnya daun bermacam-macam rumput (Gramineae),
 Bangun pita (ligalatus). Serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi. Juga
didapati pada jenis-jenis rumput, misalnya daun jagung (Zea mays L.)
 Bangun pedang (ensiformis). Seperti bangun garis, tetapi daun tebal di bagian tengah
dan tipis kedua tepinya
 Bangun paku dan dabus (subulatus). Bentuk daun hampir seperti silinder, ujung
runcing, seluruh bagian kaku
 Bangun jarum (acerosus). Serupa bangun paku, lebih kecil dan meruncing panjang.

Ujung Daun (Apex Folii)

7
a. runcing (acutus), jika kedua tepi ujung daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi
sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada Ipuncak daun membentuk suatu
sudut lancip (lebih kecil dari 90°). Ujung daun yang runcing lazim kita temukan
pada daun-daun bangun: bulat memanjang, lanset, segi tiga, delta, belah ketupat, dan
lain lain. Sebagai contoh ujung daun oleander (Nerium oleander L.)

b. meruncing (acuminatus), seperti ujung yang runcing tetapi titik pertemuan kedua
tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit
panjang dan runcing, misalnya ujung daun sirsat (Annona muricata L.),

c. tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat
menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar
dari 90°), sering kita jumpai pada daun bangun bulat telur terbalik atau bangun sudip
misalnya ujung sawo kecik (Manilkara kauki Dub.),

d. membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut
sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur, terdapat pada
daun yang bulat atau jorong. atau pada daun bangun ginjal, misalnya ujung daun
kaki kuda (Centella asiática Urb.), ujung daun teratai besar (Nelumbium nelumbo
Druce)

e. rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya ujung
anak daun semanggi (Marsilea crenata Presi.), daun jambu monyet (Anacardium
occidentale L.),

f. terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan. kadang-kadang


amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.), kadang-kadang
terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti,
seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus hybridus L.).

g. berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang
runcing keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nenas sebrang

8
(Agave sp.).

Pangkal Daun (Basis Folii)

Kedua tepi daun di kanan kiri pangkal dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, oleh
sebab itu pangkal daun dibedakan dalam:

1. Yang tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu
tulang/ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal daun dapat:

a. runcing (acutus), biasanya terdapat pada daun memanjang, lanset, belah ketupat, dan lain-
lain.
b. meruncing biasanya pada daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip,
c. tumpul (obtusus), pada daun-daun bangun bulat telur, jorong,
d. membulat (rotundatus), pada daun-daun bangun bulat, jorong dan bulat telur,
e. rompang atau rata (truncatus), pada daun-daun bangun segi
f. berlekuk (emarginatus), pada daun-daun bangun jantung, ginjal, anak panah.

2. Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain:
 Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai
dengan letak daun pada batang tadi,seperti pada daun-daun bangun perisai
 Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau
berhadapan dengan letak daunnya. Dalam hal ini tampaknya seperti pangkal daun
tertembus oleh batangnya.

Tepi Daun

Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam:

1. yang rata (integer). misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr.).

9
2. yang bertoreh (divisus)

Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang dangkal ada
yang dalam, besar, kecil, dan lain-lain. Biasanya toreh toreh pada tepi daun
dibedakan dalam dua golongan: a. toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau
mengubah bangun asli daun. Toreh toreh ini biasanya tak seberapa dalam, letaknya
toreh tidak bergantung pada jalannya tulang-tulang daun, oleh sebab itu pula sering
disebut toreh yang merdeka. Dalam hubungannya dengan jenis toreh-toreh ini
dipergunakan istilah "sinus" untuk torehnya sendiri dan "angidus" untuk bagian tepi
daun yang menonjol keluar.

Tepi Daun dengan Toreh yang Merdeka

Tepi daun dengan toreh yang merdeka banyak pula ragamnya. Toreh-toreh tadi
sering kali amat dangkal dan kurang jelas, sehingga sukar untuk dikenal. Yang
sering kita jumpai ialah tepi daun yang dinamakan:

a. bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancipnya, misalnya daun
lantana (Lantana camara L.).
b. bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengah-tengah
panjang tulang-tulang daun di kanan kirinya.

c. berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang-


tulang daun di kanan kirinya

Telah dikemukakan bahwa letak toreh-toreh ini bergantung pada susunan tulang-
tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang bertoreh dalam dan
besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat torehnya dengan susunan
tulang daun yang bersangkutan, hingga dengan demikian dapat dibedakan daun-

10
daun dengan tepi seperti berikut:

Daun dengan tepi bertoreh yang merdeka

a. bertepi rata
b. bergerigi
c. (kasar/halus)
d. bergerigi ganda
e. bergigi
f. beringgit
g. berombak

Permukaan Daun

Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda, biasanya sisi atas
tampak lebih hijau, licin atau mengkilat, jika dibanding dengan sisi bawah daun. Perbedaan
warna tadi disebabkan karena warna hijau lebih banyak terdapat pada lapisan atas daripada
di lapisan bawah. Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang
berupa sisik-sisik, rambut-rambut, duri, dan lain-lain. Melihat keadaan permukaan daun itu,
orang lalu membedakan permukaan daun yang:

a. licin (laevis), dalam hal ini permukaan daun kelihatan:


 mengkilat (nitidus), sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl.), beringin (Ficus
benjamina L.),
 suram (opacus), misalnya daun ketela rambat (Ipomoea batatas Poir.),
 berselaput lilin (pruinosus), misalnya sisi bawah daun pisang (Musa paradisiaca
L.), daun tasbih (Canna hybrida Hort),

b. gundul (glaber), misalnya daun jambu air (Eugenia aquea Burm.),


c. kasap (scaber), misalnya daun jati (Tectona granáis L.),
d. berkerut (rugosus), misalnya daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.),
jambu biji (Psidium guajava L.),
e. berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut, tetapi kerutannya lebih besar,
misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.).
f. berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-jarang, misalnya tembakau (Nicotiana

11
tabacum G. Don.),
g. berbulu halus dan rapat (vdlosus), berbulu sedemikian rupa, sehingga jika diraba
terasa seperti laken atau beludru,
h. berbulu kasar (hispidus), jika rambut kaku dan jika diraba terasa kasar, seperti daun
gadung (Discorea hispida Dennst.),
i. bersisik (lepidus), seperti misalnya sisi bawah daun durian (Durio zibethinus
Murr.).

Pertulangan Daun

Susunan Tulang-tulang Daun (Nervatio Atau Venatio)

Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk:

a. memberi kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang tulang hewan dan
manusia, oleh sebab itu seluruh tulang pada daun. dinamakan pula rangka daun
(sceletori).

b. di samping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah berkas-


berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat, yaitu:

- jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah, ialah air beserta
garam-garam yang terlarut di dalamnya,

- jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat pembuatannya, yaitu dari daun
ke bagian-bagian lain yang memerlukan zat-zat itu.

Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam, yaitu:

a. ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan tangkai
daun, dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah daun.

b. tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih kecil


daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tad atau cabang-cabang tulang-
tulang ini.

Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulang dinamakan tulang cabang
tingkat 1, cabang tulang cabang tingkat satu dinamakan miang cabang tingkat 2,
demikian seterusnya.

c. urat-urat daun (vena), sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula, tetapi yang
kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulang. tulang yang lebih besar
membentuk susunan seperti jala, kisi, atau lainnya.

12
Dalam daun, tulang-tulang cabang tingkat yang tumbuh ke samping, jadi ke arah tepi daun,
dapat memperlihatkan sifat-sifat berikut:

1. tulang cabang tadi dapat mencapai tepi daun,

2. tulang cabang tadi berhenti sebelum mencapai tepi daun,

tulang-tulang cabang tadi dekat tepi daun lalu membengkok ke atas, dan bertemu dengan
tulang cabang yang ada di atasnya, demikian berturut-turut, sehingga sepanjang tepi daun
terdapat tulang yang letaknya kurang lebih sejajar dengan tepi daun atau kadang-kadang
tampak berombak, yang dinamakan tulang pinggir. Dengan adanya tulang ini tepi daun
menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-koyak, seperti dapat kita lihat pada daun
kedondong (Spondias dulcis Forst), pisang (Musa paradisiaca L.), dan lain-lain.

Melihat arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun, kita membedakan
beberapa macam susunan tulang, dan berdasarkan susunan tulangnya kita membedakan daun
menjadi 4 golongan, yaitu:

1. daun-daun yang bertulang menyirip (penninervis). Daun in mempunyai satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini
ke samping ke luar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya

2.daun-daun yang bertulang menjari (palminervis), yaitu kalau dari ujung tangkai daun
keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada
tangan. Jumlah miang ini lazimnya gasal, yang di tengah yang paling besar dan paling
panjang, sedang ke samping semakin pendek. Daun dengan susunan tulang demikian pun
umumnya hanya terdapat pada tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae), misalnya pada:

13
(Carica L.), jarak (Ricinus communis L.), kapas (Gossypium sp.), dan lain-lain.

3. daun-daun yang bertulang melengkung (cervinervis). Daun in pun mempunyai beberapa


tulang yang besar, satu di tengah, yan yang paling besar, sedang lainnya mengikuti jalannya
tepi daun jadi semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yai ke ujung daun,
hingga selain tulang yang di tengah semua tulang tulangnya kelihatan melengkung. Daun
dengan susunan tulang yang demikian ini biasanya hanya terdapat pada tumbuhan yang
tergolong dalam tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledoneae misalnya genjer
(Limnocharis flara Buch.), gadung (Dioscorea hispida Dennst.), dan lain-lain.

4. daun-daun yang bertulang sejajar atau bertulang lurus (rectinervis), biasanya terdapat
pada daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang mempunyai satu tulang di tengah yang
besa membujur daun, sedang tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua
mempunya arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi, oleh sebab itu disebut pula
bertulang sejajar

a. Daun-daun yang bertulang menyirip


b. Daun –daun yang bertulang menjari
c. Daun-daun yang bertulang melengkung
d. Daun-daun yang bertulang sejajar

14
a. berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi berlekuk mengiku susunan tulang daun
yang menyirip, misalnya daun terong (Solan melongena L...

b bercangap menyirip (pinnatijidus), tepi bercangap, sedang daunny mempunyai


susunan tulang yang menyirip, misalnya daun keluw (Artocarpus communis Forst).

c. berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berbagi dengan susunan tulang yang


menyirip, misalnya daun kenikir (Cosmas caudatu M.B.K) dan sukun (Artocarpus
communis Forst.).

d. berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk, susunan tulang menjari, misalnya


daun jarak pagar (Jatropha curcas L.), kapas (Gossypium sp.).
15
e. bercangap menjari (palmatifidus) jika tepinya bercangap sedang susunan
tulangnya menjari, misalnya daun jarak (Ricinu communis L.).

f. berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu jika tepi berbagi, sedang daunnya


mempunyai susunan tulang yang menjari, misalnya daun ketela pohon (Manihot
utilissima Pohl.).

2. Kualitas Penyajian

Sangat baik/baik/kurang baik


Alasan :
 Macam-macam bangun daun tumbuhan yang dilampirkan buku ini baik. Karena
buku ini menjelaskan tentang bangun-bangun daun yang disertai dengan gambar.
Sehingga pembaca dapat melihat langsung bagaimana bentuk bangun daunnya.
 Macam macam bentuk ujung daun yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku
ini melampirkan gambar ujung daunnya, sehingga pembaca dapat melihat langsung
bentuk ujung daun.
 Macam macam bentuk pangkal daun yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku
ini melampirkan penjelasan yang rinci dan contoh gambar pangkal daunnya.
 Macam-macam bentuk tepi daun yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku ini
menjelaskan apa saja bentuk tepi-tepi daun dan juga melampirkan contoh gambar
tepi daunnya
 Macam-macam permukaan daun tumbuhan yang dilampirkan baik. Karena buku
ini menjelaskan bentuk permukaan daun dan menampilkan contoh gambar
tumbuhan yang memiliki permukaan daun tersebut.
 Macam-macam pertulangan daun yang dilampirkan di buku ini baik. Karena buku
ini menjelaskan secara rinci bagaimana bentuk pertulangan daun dan juga buku ini
melampirkan contoh daun yang memiliki pertulangan daun tersebut.

3. Kekuatan/keunggulan buku

 Menjelaskan secara rinci tentang morfologi daun.


 Melampirkan contoh-contoh gambar daunnya dan menuliskan nama-nama latin
daun tersebut.
 Mampu memberikan informasi tentang morfologi tumbuhan dengan isi yang runtut
mengenai bentuk dan susunan tubuh tumbuhan bagian luar.

4. Kelemahan buku

 Menggunakan kata-kata yang agak sulit untuk dipahami para pembaca yang masih
pemula.
 Penggunaan EYD dalam buku masih ada yang salah. -Gambar yang dilampirkan

16
dalam buku kurang jelas karena tidak memiliki warna (hitam putih).
 Hampir semua gambar ilustrasi tidak dilengkapi dengan penamaan bagian organ
pada tumbuhan.
 Pada buku, terdapat contoh gambar daun tetapi posisi contoh dari gambar
daun tidak berdekatan setelah teks teori macam-macam bangun daunnya, tetapi
terletak dibalik kertas, atau mungkin disela-sela teks teori macam-macam bangun
daun yang sudah lain pembahasannya.

5. Simpulan dan saran

Kesimpulan:

Buku Morfologi Tumbuhan karya Gembong Tjitrosoepomo ini sudah baik dalam
menjelaskan morfologi daun. Namun ada beberapa kekurangan di dalam buku ini seperti
gambar yang tidak berwarna, penulisan EYD yang masih salah, dan kalimat-kalimat yang
masih sulit dipahami oleh pembaca yang masih pemula.

Saran :

 Buku ini hendaknya di evaluasi kembali sehingga buku ini memiliki kualitas yang
lebih baik lagi.
 Buku Morfologi Tumbuhan ini cukup direkomendasikan untuk mahasiswa yang
ingin mempelajari tentang ilmu tumbuhan ataupun pelajar yang mempunyai
ketertarikan pada ilmu tumbuhan.

1. Materi Pembanding

Hasil review buku 2, Ashar Hasairin, dengan judul “Morfologi Tumbuhan”.

Bangun (Bentuk) Daun (Circumscriptio)

a. Dalam menentukan bangun daun, tidak boleh berpengaruh oleh adanya toreh-toreh atau
lekuk-lekuk. Bangun daun dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu

17
i. Bagian terlebar terdapat di tengah-tengah helaian
 Bulat atau bundar (orbicularis) dengan panjang (P) x Lebar (L) = 1 x 1. Contohnya
pada teratai besar
 Bangun perisai (peltatus), bentuk PxL = 11/2 x 1 bangunan agak bulat, tangkai daun
agak ke pinggir. Contohnya terdapat pada daun jarak, tapak liman.
 Jorong (ovalis atau ellipticus), bentuk PxL = 11/2 – 2 x 1, misalnya pada daun
mangga (Mangifera indica) dan nangka (Artocarpus integra Merr.)
 Memanjang (oblongus), bentuk PxL = 21/2 – 3 x 1, misalnya pada daun srikaya
(Annona squamosa L.)
 Bangun lanset (lanceolatus), bentuk PxL = 3-5x1, misalnya pada daun kamboja
(Plumiera acuminate Ait)

ii. Bagian yang terlebar di bawah tengah-tengah helaian daun

18
i. Pangkal daunnya tidak bertoreh

- Bangun bulat telur (ovatus), bentuk P x L = 1x 11/2, misalnya pada daun


kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
- Bangun segitiga sama kald (triangularis), misalnya daun tumbuhan bunga
pulul empat (Mirabilis jalapa).
- Bangun delta segitiga sama sisi (deltoides), misalnya daun air mata pengantin
(Antigonon leptosus).
- Bangun belah ketupat (thomboideus) bangun segi empat yang sisinya tidak
sama panjang, misalnya pada anak daun di ujung daun bengkauwang
(Pahyrrhinus erosus)

ii. Pangkal daun bertoreh atau berlekuk

19
- Bangun jantung (cordatus), misalnya daun waru (Hibiscus rikiaces) bentuk
daun pxl 1=1-1½ x 1
- Bangun ginjal atau kerinjal (reniformis), misalnya pada daun kaki kuda
(Centella asiatica) bentuk daunya pxl = 1x1
- Bangun anak panah (sagittatus), misalnya daun enceng gondok (Sagittaria
sagittifolia)
- Bangun tombak (hastatus), misalnya pada daun wewehan (Monochoria
hastata)
- Bertelinga (auriculatus) misalnya tempuyung (Soncus daper)

iii. Bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun.

20
- Bangun bulat sungsang (obavatus), bentuk bulat telur terbalik, misalna daun
sawo kecik (Manikara kauki)
- Bangun jantung sungiang (obcoratus), bentuk jantung terbalik, misal daun
sidaguri (Sida retusa)
- Bangun segitiga terbalik atau bangu pasale (cuneatus), misainya and daun
semanggi (Marailea crenata)
- Bangun sudip atau bangon spatel (spathulatus), misalnya daun leba (Raphanus
sativus).

iv. Tidak ada bagian yang terlebar atau duri pangkal sampai ujung hampir sama lebar
yaitu

- Bangun garis (linearis) bentuk garis pipih dan memanjang misalnya padaJenis-
jenis rumput (graminae), alang-alang (Imperata cylindrica); serai

21
(Andropogon nardus), rumput teld (Cyperus rotundus); padi (Orisa sativa) dan
lainnya.
- Bangun pita (liguatus) bentuk pita, pipih dan sangat panjang, misalnya daun
jagung (Zea mays); tebu (Saccarum officinarum) dan lainnya.
- Bangun pedang (renuiformis), bentuk bagian tengah tabal dan kedua bagian
tepi tipis, misalnya daun nenas seberang (Agave sisalana)
- Bangun palau atau dabus (subulatu), bentuk paku bulat pendek, misalnya daun
Araucaria cunninghami
- Bangun jarum (acerosus), bentuk jarum bulat panjang, misalnya daun Pinus
merkusii

Ujung daun (Apex folii)

- Runcing (acutus)
Jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju k atas dan
pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip Contoh daun
oleander, kamboja (Plumeria acutifolia), sidagori

- Meruncing (acuminatus)
Seperti pada ujung runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih
tinggi dari dugaan, hingga ujung daun tampak sempit panjang dan runcing Contoh
daun sirsak. kamboja (Plumeria acuminate)

22
- Tumpul (obtusus)
Tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibul tulang, cepat menuju ke satu titik
pertemuan, hingga membentuk sudut yang tumpul. Contoh puring kamboja
(Plumeria obtusa); kapas (Gossypium obtusifolium).

- Membulat (rotundatus)
Seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudutsama sekali, hingga
ujung daun merupakan semacam suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau
jorong atau pada daun bangun ginjal. Contoh daun kaki kuda, teratai

- Rompang (truncatus)
Ujung daun tampak sebagai garis yang rata. Contoh semanngi, daun jambu monyet,
Dischidia truncates; Diospiros truncata

- Terbelah (retusus)
Ujung daun justru memperlikatkan suatu lekukan, kadang-kadang sangat jelas.
Contoh sidaguri (Sida retusa), bayam, daun kupu; beringin (Ficus retusa)

- Berduri (muscronatus)
Jika ujung dau ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras, merupakan suatu
duri. Contoh nenas, bakau (Rhizophora mucronata); buah nona (Annona
mucronata)

Pangkal Daun (Basis Folii)

23
dapat dibedakan atas:
- Tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu
tulang atau ujung tangkal daun, pangkal daun dapat:
- Runcing (acutus)
- Meruncing (acuminatus)
- Tumpul (obtusus)
- Romping atau rata (truncates)
- Berlekuk (emarginatus)
- Tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain :
- Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap
batang sesuai dengan letak daun pada batang.
- Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau
berhadapan dengan letak daunnya, tampak seperti pangkal daun tertembus
oleh batangnya (perfoliatus).

24
Tepi Daun

Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
a. Tepi Rata (Integer)
b. Tepi tidak rata atau Bertoreh(divisus)
Biasanya toreh-toreh pada tepi daun dibedakan dalam dua golongan yaitu:
 Toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau mengubah bangun asli daun.
 Tepi daun dengan toreh yang merdeka
Tepi daun dengan toreh yang merdeka banyak ragamnya. Toreh-toreh ini seringkali sangat
dangkal dan kurang jelas sehingga sukar dikenal, yaitu:
 Bergerigi, bergergaji (serratus),
 Bergerigi ganda atau rangkap/double bergerigi (biserratus)
 Bergigi (dentatus)
 Beringgit (crenatus)
 Berombak, bergelombang (repandus/sinuatus).

25
Berdasarkan dalamnya toreh-toreh tersebut dapat dibedakan atas :
-Berlekuk (lobatus)
-Bercangap, multifida (fissus/vidus)
Berbagi (partitus/diversifolia).
Kombinasi antara sifat torehnya dengan susunan tulang daun yang bersangkutan hingga
dapat dibedakan menjadi:
- Berlekuk menyirip (pinnatilobus), Contohnya terong (Solanum melongena).
- Bercangap menyirip (pinnatifidus), Contohnya Keluwih/suku (Artocarpus
communis)
- Berbagi menyirip (pinnatipartitus), Contohnya daun kenikir (Cosmos caudatus)
- Berlekuk menjari (palmatilobus), Contohnya Jarak pagar (Jatropha curcas); kapas
(Gossypium sp.)
- Bercangap menjari (palmatifidus), Contohnya daun jarak (Ricinus comunis)
- Berbagi menjari (palmatipartitus), Contohnya ketela pohon (Manihot esculenta

26
Pertulangan Daun

Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk :


-Memberi kekuatan pada daun.
-Tulang-tulang daun sesungguhnya adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai
jalan pengangkutan zat-zat,
-Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Ibu tulang (costa)
b. Tulang-tulang cabang (nervus)
c. Urat-urat daun (vena)
Dalam daun, tulang-tulang cabang tingkat satu yang tumbuh ke samping, jadi ke arah tepi
daun dan memperlihatkan sifat-sifat berikut.
-Tulang cabang dapat mencapai tepi daun
- Tulang cabang berhenti sebelum mencapai tepi daun

27
Melihat dari arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun, dapat dibedakan
beberpa macam susunan tulang daun, yaitu :
-Daun-daun yang bertulang menyirip (penninervis)
-Daun-daun yang bertulang menjari (palminervis)
-daun - daun yang bertulang sejajar atau bertulang lurus (rectivernis)
-Daun-daun yang bertulang melengkung (ernivernis)

Permukaan Daun

28
- Licin (laevis), contoh daun kopi, beringin,daun suji, sirih hutan, mangkokan dan
lainnya.
- Gundul (giaber), contoh daun jambu air, daun lidah buaya, tapak kuda dan lainnya.
- Kasap (scaber) contoh daun jati, daun waru, daun nenas.
- Berkerut (rugosus) Contoh daun jambu biji, daun jarong, daun tapak
liman(Elephantopus scaber) dan lainnya.
- Berbingkul-bingkul (bullatus), contoh daun air mata penganting (Antigonon
leptopus), daun tapak liman danlainnya.
- Berbulu (pilosus), contohnya daun tembakau,daun murbei dan lainnya.
- Berbulu halus dan rapat (villosus), contohnya daun Pacing (Costus sp),daun iler
(Coleus sp.).
- Berbulu kasar (hispidus), contohnya daun gadung, daun takokak.
- Bersisik (lepidus) contohnya daun durian (Durio sp.)

2. Kualitas Penyajian

Sangat baik /baik/kurang baik

Alasan :

 Macam-macam bangun daun tumbuhan yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku
ini menjelaskan tentang bangun-bangun daun yang disertai dengan gambar. Sehingga
pembaca dapat melihat langsung bagaimana bentuk bangun daunnya.

 Macam macam bentuk ujung daun yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku ini
melampirkan gambar ujung daunnya, sehingga pembaca dapat melihat langsung
bentuk ujung daun.

 Macam macam bentuk pangkal daun yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku ini
melampirkan penjelasan yang rinci dan contoh gambar pangkal daunnya.

 Macam-macam bentuk tepi daun yang dilampirkan buku ini baik. Karena buku ini
menjelaskan apa saja bentuk tepi-tepi daun dan juga melampirkan contoh gambar tepi
daunnya

 Macam-macam permukaan daun tumbuhan yang dilampirkan baik. Karena buku ini
menjelaskan bentuk permukaan daun dan menampilkan contoh gambar tumbuhan
yang memiliki permukaan daun tersebut.

 Macam-macam pertulangan daun yang dilampirkan di buku ini baik. Karena buku ini
menjelaskan secara rinci bagaimana bentuk pertulangan daun dan juga buku ini
melampirkan contoh daun yang memiliki pertulangan daun tersebut

3. Kekuatan/keunggulan buku

29
 Buku memiliki tampilan atau cover yang menarik dan sederhana yang membuat
pembaca menarik untuk memilih buku ini.

 isi dari buku ini tidak jauh berbeda dengan buku pertama buku ini menjelaskan secara
rinci.

 buku ini juga menampilkan gambar dari contoh berbagai jenis daun dan juga
menuliskan nama-nama latin dari berbagai jenis daun tersebut.

 disetiap penjelasan macam - macam bangun daun nya, langsung disuguhkan oleh
contoh gambar daun yang membuat pembaca mudah untuk memahami
bagaimana kriteria daun dan contoh bentuk daunnya.

4. Kelemahan buku

 Buku ini terdapat beberapa kata yang sulit untuk kita pahami,Seperti banyaknya
bahasa latin yang untuk pemula mungkin sulit dipahami.

 buku ini ditulis dengan sangat ringkas.

 buku ini kurang menarik dari sisi gambar karena gambar tidak memiliki warna yang
membuat pembaca merasa menarik.

 tidak terlalu dijelaskan bagaimana bentuk bangun daun, hanya saja disebutkan bentuk
daun, dan permisalannya juga tidak dijelaskan secara rinci.

5. Simpulan dan saran

Kesimpulan :

Buku Morfologi Tumbuhan karya Ashar Hasairin ini sudah baik dalam menjelaskan
morfologi daun. Buku ini sangat ringkas dan tepat sehingga mudah dipahami,hanya saja
terlalu banyak bahasa bahasan latin yang mungkin membuat pemula membaca buku ini
kurang memahami. Dan kurangnya warna pada gambar yang terdapat pada daun membuat
kita merasa kurang menarik.

Saran :

 sebaiknya dalam membaca buku kita harus memahami terlebih dahulu pembacaan
bahasa latin.

 jika suatu saat buku akan direvisi sebaiknya gunakan warna pada setiap gambar.
Sehingga kita dapat menarik perhatian orang dalam membacanya.

30
F. KESIMPULAN

 bangun daun dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. bagian yg terdapat di tengah-tengah helaian daun : bulat atau bundar (orbicularis),


bangun perisai (peltatus), jorong (ovalis atau ellipticus), memanjang (oblongus),
bangun lanset (lanceolatus)

2. bagian terlebar di bawah tengah-tengah daun, yaitu: pangkal daun tidak bertoreh
dan pangkal daun bertoreh atau berlekuk contohnya pada daun Enceng gondok
(sagittaria sagittifolia)

3. bagian lebar dapat di atas tengah-tengah helaian daun yaitu bulat sungsang atau
(obavatus), bangun jantung sungiang (obcoratus), segitiga terbalik (cuneatus), bangun
sudip (spathulatus)

4. tidak ada bagian yang terlebar atau duri pangkal sampai ujung hampir sama lebar
yaitu : bangun garis (linearis), bangun pita (liguatus), bangun pedang (renuiformis)

 Ujung daun (Apex folii) ada beberapa macam ujung daun, yaitu: runcing (acutus),
meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), rompang
(truncatus), terbelah (retusus), berduri (muscronatus)
 Pangkal daun (Basis folii) dibedakan atas beberapa bagian yaitu :
1. tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi berpisah oleh pangkal ibu
tulang atau ujung tangkal daun
2. tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain
 Macam2 bentuk tepi daun dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : tepi rata (integer)
dan tepi tidak rata atau bertoreh (divisus)
 Macam pertulangan daun. Menurut besar kecilnya tulang daun dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu ibu tulang (Costa) tulang-tulang cabang (nervus), urat-urat
daun (Vena)
 Macam-macam permukaan daun, ada beberapa macam permukaan daun diantaranya
sebagai berikut. Licin (laevis), gundul (giaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus),
berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat (villosus),
berbulu kasar (hispidus), bersisik (lepidus)

31
DAFTAR PUSTAKA

Hasairin, A. (2011). Morfologi Tumbuhan. MEDAN, Sumatra Utara, Indonesia: UNIMED


PRESS.

Tjiprosoepomo, G. (2020). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

32

You might also like