Professional Documents
Culture Documents
Rini Najoan
1
2
Lidwina Sengkey
1
PPDS-1Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
claudianajoan@yahoo.co.id lidwinasimasengkey@yahoo.com
1
dalam pembentukan endoneurial tube yang 5. Iskemia, arus listrik atau efek jangka panjang
mengandung akson yang bermyelin dan dari radiasi
sekumpulan sel Schwann. 6. Peradangan selubung synovial dari tendon otot
fleksor misalnya pada RA5,9
Penyebab-penyebab diatas dapat dikelompokkan
menjadi kategori umum yaitu cedera penetrasi
secara umum mencakup sharp transection (tersayat
melintang), cedera tipe trauma, yang secara umum
mencakup komponen crush, kehilangan jaringan
yang massif dan cedera avulsi / traksi, yang
mengakibatkan saraf teregang / robek karena
jumlah tegangan yang berlebihan.11
PATOFISIOLOGI
Cedera saraf tepi pada tangan dapat disebabkan
oleh:
1. Trauma : luka sayat ( =laserasi; dapat parsial
atau komplit), crush, luka bakar.
2. Kompresi (penekanan) : akut / kronik misalnya
pada fraktur akibat penekanan oleh gips, akibat
tourniquets, akibat terbentuknya callus.
3. Traksi (peregangan / penarikan) pada saraf tepi
misalnya pada lesi plexus brachialis
4. Kecelakaan kerja / industri
2
EFEK CEDERA SARAF TEPI PADA
TANGAN
Perubahan pada otot; Setelah 3 bulan serat
otot biasanya mengalami atrofi sedang hingga berat
dan setelah 1 tahun bisa terjadi fibrosis sedang
hingga berat. Perubahan sensorik; Cedera berat
pada saraf akan mengakibatkan hilangnya
sensibilitas dalam kategori sensoris yang berbeda-
beda, seperti rasa raba, tekanan, nyeri, lokalisasi,
suhu, diskriminasi spasial (misalnya two-point
discrimination) dan functional gnosis. Perubahan
vasomotor; Setelah terjadi gangguan saraf secara
menyeluruh, tangan yang mengalami denervasi
akan teraba hangat pada 2-3 minggu pertama karena
vasodilatasi (paralisis dari vasokonstriktor),
kemudian tangan akan menjadi semakin dingin saat
diraba dan mudah dipengaruhi oleh suhu sekitar
(Sunderland, 1978). Udara yang dingin akan
Gambar 3. Diagram dengan 5 klasifikasi cedera menyulitkan mayoritas pasien dengan cedera saraf
saraf menurut Sunderland (9) tepi.
3
konsisten dalam setiap pengukuran. Ketika tahanan penuh13
mengukur LGS sendi jari, pergelangan tangan 7. Edema
harus dalam posisi netral 0º dan pronasi, untuk Edema dapat dinilai menggunakan pita
menghilangkan kemungkinan restriksi tendon ukur yang diaplikasikan pada tempat yang
glide karena efek tenodesis. Pemeriksaan yang spesifik, misalnya pada PIP joint satu jari atau
dilakukan meliputi; Luas gerak sendi aktif, luas sekeliling MCP joint.13
gerak sendi pasif, total luas gerak sendi aktif, 8. Sensibilitas
total luas gerak sendi pasif, Composite finger Sensibilitas pada kulit mencakup apresiasi
flexion to the palm, Torque range of motion dan interpretasi secara sadar terhadap stimulus
(TROM), Thumb or finger web spans taktil.
4
gangguan sekresi keringat menggunakan Prinsip dari repair saraf meliputi: Repair
Ninhydrin developer dan fixer. Wrinkle test saraf primer : dalam beberapa jam setelah
dilakukan dengan menempatkan tangan pada air cedera.Indikasi repair saraf primer adalah :
hangat (40ºC) selama 30 min (O’Rain, 1973) a. Transeksi tajam tanpa adanya elemen dari
dimana area yang mengalami denervasi tidak cedera crush
mengkerut. Tes-tes ini berguna untuk penilaian b. Tidak ada tension yang signifikan pada area
pasien anak, pasien yang tidak mampu
repair jika ujungnya digabungkan.
mengikuti tes formal / dengan kecurigaan
c. Kontaminasi luka minimal; terdapat bed yang
malingering. Hasil tes ini tidak berhubungan
secara langsung dengan sensibilitas selama cocok untuk otot, lemak atau tenosynovium
regenerasi saraf (Phelps and Walker, 1977). yang masih viable
e. Tinel’s sign d. Tidak didapatkan cedera lain yang dapat
Regenerasi saraf dapat dimonitor dengan Tinel’s menghalangi pemulihan sirkulasi, stabilitas
sign. Parastesia (misalnya sensasi pins dan skeletal, atau jaringan
needle) yang dirasakan oleh pasien ketika saraf e. Ruang dan peralatan operasi yang memadai,
diperkusi disebabkan oleh regenerasi akson termasuk magnifikasi
saraf yang sangat sensitif terhadap tekanan. f. Pasien dalam kondisi metabolik dan emosional
Menurut Tinel, tanda ini muncul sekitar 4-6 yang memadai
minggu setelah cedera, meskipun dapat Repair saraf primer delayed : 5 - 7 hari setelah
bervariasi tergantung derajat keparahan lesi. cedera.Repair saraf sekunder : > 1 minggu setelah
Meskipun tes ini memiliki keterbatasan (dapat
positif meskipun hanya ada sedikit serat yang cedera. Teknik repair saraf Ujung saraf (stump)
mengalami regenerasi), namun sangat berguna proksimal dan distal diisolasi dan dilakukan usaha
dalam mengkonfirmasi pertumbuhan aksonal. yang maksimal untuk mempertahankan vaskuler.
Untuk memeriksa Tinel’s sign, pemeriksa secara Perineurial (atau fascicular) repair merupakan
gentle melakukan perkusi sepanjang saraf teknik kedua yang sering dilakukan dalam repair
menggunakan ujung jari dengan arah dari distal saraf. Penyembuhan setelah repair saraf Selubung
ke proksimal, sampai timbul paraestesia. saraf yang telah direparasi, baik epineurium /
Sensasi ini, meskipun tidak menyenangkan, perineurium, memerlukan waktu 3 minggu untuk
tidak nyeri dan seharusnya dirasakan di perifer
memperoleh tensile strength yang cukup untuk
distribusi saraf daripada di titik yang ditekan
langsung. Tes ini diulang tiap beberapa minggu. menahan stress. Hasil repair saraf paling baik dalam
Prognosis baik jika terdapat progresi ke arah 3 bulan setelah cedera, namun persarafan kembali /
distal dari Tinel’s sign ini.8,10 re-inervasi masih diharapkan terjadi dalam 1 tahun
setelah cedera.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
dilakukan antara lain ultrasonografi (USG), REGENERASI SARAF
Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Faktor-faktor yang mempengaruhi
Imaging (MRI) disesuaikan dengan kondisi regenerasi saraf setelah cedera / repair mencakup :
pasien. usia pasien, level cedera, cedera lain yang
Pemeriksaan elektrodiagnosa (NCV-EMG) sangat berhubungan, derajat jaringan parut, akurasi dari
berguna dalam evaluasi kerusakan saraf tepi. fascicular alignment.13
Dengan cara ini kita dapat menentukan lokalisasi REHABILITASI CEDERA SARAF TEPI
lesi saraf, derajat kerusakan saraf dan mengetahui PADA TANGAN
terjadinya proses persarafan kembali.11 Program rehabilitasi pada pasien dengan cedera
saraf tepi pada tangan mempunyai tujuan:
REHABILITASI CEDERA SARAF TEPI 1. Memperbaiki sirkulasi serta mengurangi
PADA TANGAN PASCA REPAIR edema dapat dilakukan dengan cara :
Tatalaksana cedera saraf tepi pada tangan a. Elevasi tangan di atas kepala, meletakkan
meliputi terapi konservatif dan bedah. Pada pasien siku di sandaran kursi, tangan diganjal
dengan bantal / gulungan handuk
yang mengalami cedera fase neurotmesis, maka
sewaktu tidur
dianjurkan untuk dilakukan repair saraf. Faktor
b. Massage dengan arah sentripetal
yang paling menentukan apakah cedera saraf perlu c. Observasi pemasangan gips, verband,
dioperasi atau tidak adalah: mekanisme cedera, ortesa. Apabila terlalu ketat harus
derajat gangguan neurologis, derajat nyeri hebat diperbaiki
2. Memelihara / memperbaiki LGS : mencegah
Repair saraf
kekakuan sendi dan memberikan rangsangan
terhadap akhiran saraf sensorik.
5
3. Mencegah / mengkoreksi deformitas : ortesa tetapi ibu jari tetap bebas, selama 3-4 minggu
diberikan dengan tetap memperhatikan pula dimana kekuatan jaringan ikat dianggap cukup
fungsi jaringan lain yang ikut cedera, untuk menahan gerakan pergelangan tangan.
misalnya tulang, pembuluh darah, tulang dan Tahap berikutnya (minggu 5 – 6); gerakan
persendian. Untuk mencegah deformitas aktif pergelangan tangan secara gentle dimulai
biasanya diberikan ortesa statik atau setelah 4 minggu. Ekstensi pergelangan tangan
dinamik. Sedangkan untuk mengkoreksi secara aktif mulai dilakukan dengan fleksi jari-jari
deformitas dan membantu fungsi otot yang karena sering terjadi hambatan struktur, misalnya
lemah biasa digunakan ortesa dinamik. kulit, saraf dan tendon, yang menyebabkan soft
4. Memelihara / memperbaiki fungsi : latihan tissue tightness.
fungsi Activity of Daily Living Minggu 7 dan seterusnya; Tahanan/
5. Mencegah / menunda atrofi otot : dapat resistensi ringan ditambahkan dalam latihan fleksi-
diberikan perangsangan listrik secara ekstensi. Pasien berusaha untuk meng-ekstensikan
Galvanik. Bila dikerjakan secara benar, jari-jari dan pergelangan tangan secara aktif dan
penundaan atrofi otot dapat berlangsung simultan setelah flexor tightness teratasi. Jika masih
sampai 400 hari. ada soft tissue tightness, serial casting dilanjutkan
6. Memelihara / meningkatkan kekuatan otot hingga LGS penuh tercapai. Proses ini dapat terjadi
yang sehat 5,12 hingga beberapa bulan.
6
pulih kembali. Hal ini berhubungan langsung dengan 2nd ed: American Academy of Orthopaedic
cortical remapping. Trend terbaru rehabilitasi tangan Surgeon; 2000. p. 751;660-74.
memfokuskan pada modulasi proses saraf pusat 3. Jones LA, Lederman SJ. Hand Function Across
dibandingkan faktor perifer; dengan prinsip yang The Lifespan. Human Hand Function. New
telah berevolusi untuk mempertahankan representasi York: Oxford University Press; 2006. p. 151.
tangan secara kortikal menggunakan kapasitas otak 4. Neumann DA. Kinesiology of the
untuk interaksi visuo-tactile dan audio-tactile pada Musculoskeletal System. Missouri: Mosby;
fase awal setelah cedera saraf dan repair saraf (fase 2002.
1). Setelah re-inervasi tangan dimulai (fase 2), 5. Rochman F. Rehabilitasi Cedera Saraf Tepi. In:
pemberian selective de-afferentation yaitu cutaneous Hafid A, Darmadipura MS, editors. First
anaesthesia dari lengan bawah tangan yang cedera (2 National Congress of The Indonesian
minggu), memberi kesempatan representasi tangan Neurosurgical Association. Surabaya1991. p.
kortikal lebih berkembang, dan dengan demikian 211- 26.
meningkatkan efek dari sensory relearning. 21 6. Lars B. Dahlin, Mikael W, Nerve injuries of the
EDUKASI PASIEN upper extremity and hand. Effort Open Reviews,
Dalam setiap pelaksanaan program Vol 2, 2017.
rehabilitasi, keikutsertaan pasien dan / keluarganya 7. G Lunborg, B Rosen, Review Hand Function
secara aktif sangat diperlukan. Sehingga perlu After Nerve Repair. Journal Compilation,
diberikan suatu penyuluhan sedini mungkin agar Scandinavian Physiological Society. 2007
pasien memiliki motivasi yang tinggi. Penyuluhan 8. Lee SK, Wolfe SW. Peripheral Nerve Injury and
yang kita berikan meliputi antara lain: Repair. Journal of the American Academy of
1) Perlunya penderita agar tetap selalu Orthopaedic Surgeons. 2000:243-52.
menggerakkan / menggunakan tangannya, 9. Boscheinen-Morrin J. Peripheral Nerve Injuries.
sebatas kemampuan yang masih ada The Hand-Fundamentals of Therapy 3rd ed.
2) Bagaimana mengamati, mencegah adanya Oxford: Reed Educational and Professional
edema serta usaha untuk mengatasinya Publishing 2001. p. 57-69.
3) Daerah yang mengalami gangguan 10.Maynard CJ. Sensory Reeducation following
sensibilitas mudah mengalami cedera. peripheral nerve injury. In: James M Hunter
Oleh MD, Lawrence H.Schneider MD, Evelyn
karenanya pasien perlu berhati-hati J.Mackin LPT, Judith A.Bell OTR, editors.
sewaktu memasak, merokok, pekerjaan Rehabilitation of the Hand. Saint Louis: The
lainnya yang dapat menyebabkan cedera / C.V. Mosby Company; 1978. p. 318-22.
luka bakar. Pasien dapat mengkompensas 11.Gupta S. Hand, nerve injury repair. 2009;
secara visual Available
4) Parastesi (kesemutan / tertusuk) dan from:
hiperestesi (hipersensitif yang terasa .http://emedicine.medscape.com/article/1287077
nyeri) merupakan manifestasi yang normal -overview.
dari regenerasi saraf dan akan menghilang 12.Bodine SC, Lieber RL. Peripheral Nerve
dengan berjalannya waktu dan penggunaan Physiology, Anatomy and Pathology
tangan Orthopaedic Basic Science Biology of
5) Program-program yang akan dilaksanakan, Biomechanics and Musculosceletal System
meliputi tujuan, penghati-hati serta efek American Academy of Orthopaedic Surgeon;
jika tidak dilaksanakan dengan benar.5,10 2000. p. 631-77.
13.Sluis CKvd. Phases of Wound Healing and the
EVALUASI PEMULIHAN SARAF Rehabilitation of Complex Hand Injuries. In:
Sistem grading yang secara luas digunakan Santoso B, D.Soebadi R, Wulan SMM, Putra
untuk menilai pemulihan saraf dikembangkan oleh HL, Suroto H, Perdanakusuma D, et al., editors.
Medical Research Council untuk meng-evaluasi Course on Hand Dutch Foundation for Post
kembalinya fungsi motorik dan sensorik. Tujuan Graduate Medical Course in Indonesia.
pengukuran adalah pemulihan sensori termasuk tes Surabaya: Center for the Medical Scientific
density menggunakan moving dan static two-point Community; 2006. p. 113-9.
discrimination dan tes threshold menggunakan 14.Boscheinen-Morrin J. Assessment The Hand-
Semmes-Weinstein filaments.19 Fundamentals of Therapy. 3rd ed. Oxford: Reed
Educational and Professional Publishing; 2001.
DAFTAR PUSTAKA p. 1-10
1. Lynn Lypert, Clinical Kinesiology and Anatomy 15.Warwick D, Dunn R, Melikyan E, Vadher J.
5th Ed, F. A. Davis Company, 2011. Assessment. Hand Surgery. 1st ed. Italy:
2. Simon SR, Alaranta H, An K-N, Cosgarea A. Oxford University Press; 2009. p. 20-65.
Kinesiology Orthopaedic Basic Science Biology 16.Beasley RW. Principles of Treatment and
of Biomechanics and Musculosceletal System. Managing Injuries. In: Gumpert E, editor.
7
Beasley's Surgery of The Hand. 1st ed. New 19.Green DP, Hotchkiss RN, Pederson WC. Nerve
York: Thieme; 2003. p. 25-9. Repair and Grafting. Green's Operative Hand
17.Available from: http://indonesiamedicals. Surgery: Churcill Livingstone; 1999. p. 1387.
blogspot.com/2008/12/strategi-tindakan- 20.Green DP, Hotchkiss RN, Pederson WC, Wolfe
terhadap penderita.html. SW. Nerve Repair. Green's Operative Hand
18.Doyle JR. Nerve Injuries. Orthopaedic Surgery Surgery. 5th ed: Elsevier Inc.; 2008.
Essentials. 1st ed. Philadelphia: Lippincott 21. G L, B R. Hand function after nerve repair.
Williams & Wilkins, Inc.; 2006. p. 220-5. US National Library of Medicine National
Institutes of Health; 2007; Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17250571
8
9