You are on page 1of 42

Serangan asma

• Episode perburukan gejala batuk, sesak napas, mengi,


rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-
gejala tersebut
• Mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka
panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus
Tujuan tata laksana serangan asma

Mengatasi penyempitan
1.

saluran respiratori secepat Mengurangi hipoksemia


mungkin

Mengevaluasi dan
Mengembalikan fungsi paru
memperbarui
ke keadaan normal
tata laksana jangka panjang
secepatnya untuk mencegah kekambuhan
Penilaian derajat serangan asma
Asma serangan Serangan asma dengan ancaman
Asma serangan berat
ringan-sedang henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk daripada • Duduk bertopang lengan • Letargi
berbaring • Gelisah • Suara napas tak terdengar
• Tidak gelisah • Frekuensi napas meningkat
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Retraksi jelas
• Retraksi minimal • SpO2 (udara kamar) < 90%
• SpO2 (udara kamar): 90 – 95% • PEF < 50% prediksi atau terbaik
• PEF > 50% prediksi atau terbaik
Pasien risiko tinggi

Pasien dengan riwayat


1. Serangan asma yang mengancam nyawa
2. Intubasi karena serangan asma
3. Pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum
4. Serangan asma berlangsung dalam waktu yang lama
5. Penggunaan steroid sistemik (saat ini atau baru berhenti)
6. Kunjungan ke UGD atau perawatan RS karena asma dalam setahun terakhir
7. Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi
8. Berkurangnya persepsi tentang sesak napas
9. Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial.
10. Alergi makanan
Obat pereda (reliever)

• Obat untuk meredakan serangan atau gejala asma


bila sedang timbul
• Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat
dihentikan
• β2-agonis kerja pendek, ipratropium bromida, steroid
sistemik/ inhalasi
Tahapan tata laksana serangan asma
Di rumah Di rumah sakit
REKOMENDASI TERAPI INHALASI PADA SERANGAN ASMA
(UKK RESPIROLOGI 2019)
Tatalaksana Asma Akut (Saat serangan)
Asma serangan ringan-sedang
Rekomendasi 1
Pasien yang mengalami serangan asma ringan-sedang diberikan inhalasi
β2 agonist kerja pendek (short-acting β2 agonist = SABA)
Untuk anak di atas 5 tahun, selain β2 agonist juga diberikan kartikosteroid
sistemik atau kortikosteroid inhalasi dosis tinggi sebagai pereda
Untuk anak balita, jika menunjukkan perbaikan klinis setelah terapi dengan
inhalasi SABA, kortikosteroid tidak perlu diberikan
REKOMENDASI TERAPI INHALASI PADA SERANGAN ASMA
(UKK RESPIROLOGI 2019)

Rekomendasi 2
1. Pemberian obat pereda inhalasi menggunakan pMDI+spacer sama
efektifnya dengan pemberian melalui nebuliser
2. Kortikosteroid ampul harus diberikan dengan nebuliser jet, tidak boleh
dengan nebuliser ultrasonik
3. Cara inhalasi dengan DPI tidak sebaik nebuliser atau pMDI+spacer
Efektivitas pemberian β2 agonis kerja pendek via
MDI + spacer
Pemberian β2-agonis kerja pendek via MDI dan spacer mempunyai
efektivitas yang sama dengan pemberian via nebulizer, dengan
catatan:
• Pasien tidak dalam serangan asma berat atau ancaman henti

napas
• Pasien bisa menggunakan MDI dengan spacer

• Sebaiknya menggunakan spacer yang baru atau sebelumnya dicuci

dengan air deterjen dan dikeringkan di udara kamar


• Bila tidak tersedia spacer, bisa digunakan botol plastik 500 ml

sebagai pengganti spacer


REKOMENDASI TERAPI INHALASI PADA SERANGAN ASMA
(UKK RESPIROLOGI 2019)

Asma Serangan Berat


Rekomendasi 3
1. Pasien anak asma yang mengalami serangan asma berat, diberi
inhalasi kombinasi SABA dan antikolinergik ditambah dengan
kortikosteroid sistemik intravena sebagai pereda
2. Jika setelah terapi tidak ada perbaikan, maka selanjutnya ditambah
dengan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi
REKOMENDASI TERAPI INHALASI PADA SERANGAN ASMA
(UKK RESPIROLOGI 2019)

Asma dengan ancaman henti napas


Rekomendasi 4
Pasien anak asma yang mengalami serangan asma berat dengan
ancaman henti napas, lakukan inhalasi kombinasi SABA dan
antikolinergik ditambah dengan kortikosteroid sistemik intravena dan
kortikosteroid inhalasi dosis tinggi yang keduanya diberikan sebagai
obat pereda
REKOMENDASI TERAPI INHALASI PADA SERANGAN ASMA
(UKK RESPIROLOGI 2019)

Rekomendasi 5
• Terapi inhalasi pada asma serangan berat dan ancaman henti
napas diberikan dengan menggunakan nebuliser

Rekomendasi 6
• Antikolinergik tidak digunakan sebagai terapi tunggal dalam
tatalaksana serangan asma
Tata laksana serangan asma di rumah
• Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan cukup
dan riwayat terapi teratur
• Bisa menggunakan nebulizer atau MDI (+spacer)
• Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera
dibawa fasyankes, bila:
• Risiko tinggi
• Sesak berat
Tata laksana serangan asma di rumah
Via nebulizer Via MDI + spacer
• Berikan β2-agonis kerja pendek, • Berikan serial β2 agonis kerja pendek via
lihat responsnya  gejala spacer dengan dosis: 2 – 4 semprot
• Berikan satu semprot diikuti 6 – 8 tarikan
menghilang  cukup diberikan
napas, lalu diberikan semprotan
satu kali
berikutnya dengan siklus yang sama
• Jika gejala belum membaik dalam • Jika membaik dengan dosis 2-4 semprot,
30 menit ulangi pemberian inhalasi dihentikan.
sekali lagi • Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4
• Jika dengan 2 kali pemberian β2- semprot, ulang lagi 4 semprot selang 30
agonis kerja pendek via nebuliser menit, bila tidak membaik segera bawa
belum membaik  segera bawa ke ke fasyankes
fasyankes
Tata laksana serangan asma di fasyankes
Tata laksana serangan asma di fasyankes
Tata laksana serangan asma di fasyankes
Tata laksana serangan asma di fasyankes
Tindak Lanjut
1. Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang
dibawakan pulang:
a. β2-agonis kerja pendek (bila tersedia sangat dianjurkan
pemberian inhalasi daripada pemberian preparat oral)
b. steroid oral, 3-5 hari tanpa tappering-off
c. Obat pengendali diteruskan jika ada
2. Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
Tata laksana di ruang rawat inap
1. Oksigenasi
2. Koreksi dehidrasi, gangguan elektrolit dan asidosis
3. Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam, dengan
dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
4. Nebulisasi β2-agonis (+ ipratropium bromide) dilanjutkan setiap 1−2
jam. Jika 4-6 kali pemberian terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian
diperlebar tiap 4-6 jam.
5. Aminofilin intravena jika perlu
6. Alternatif : Magnesium sulfat
Tata laksana di ruang rawat intensif

Ancaman henti napas


a. Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi oksigen
b. Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana awal di
UGD dan/atau perburukan asma yang cepat
c. Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman
henti napas, atau hilangnya kesadaran.
d. Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di ruang rawat
inap
Steroid inhalasi
Jenis
Rekomendasi Terapi
Serangan
• SABA + SCS atau SABA + ICS dosis tinggi
Budesonide nebulisasi sebagai terapi alternatif/ pengganti
Ringan -
kortikosteroid sistemik
Sedang
Dosis 1-2 mg budesonide setiap nebulisasi dengan frekuensi
2x/hari
Penambahan budesonid nebulisasi 1 mg dalam 2 ml sebanyak
Berat
2x sehari dapat menurunkan lama perawatan di rumah sakit
Menjadi perhatian
Tidak disarankan
• Antihistamin
• Obat sedasi
• Antibiotik (Kecuali pada infeksi respiratori yang dicurigai
karena bakteri)
Mukolitik :
• Tidak boleh pada serangan asma berat
• Hati-hati pada anak dengan refleks batuk yang tidak
optimal dan usia kurang dari 2 tahun
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS
Diketahui:
• Infeksi SARS-CoV-2: simtomatik atau asimtomatik

• Transmisi SARS-CoV-2: droplet (atau aerosol???)

• Nebulizer menghasilkan aerosol

Pertanyaan:
Apakah nebulisasi dapat mentransmisikan SARS-
CoV-2 melalui aerosol ?
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di
RS
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Pro
British National Institute for Health and Care Excellence (NICE):
Melanjutkan pemakaian nebulizer krn aerosol berasal
dari cairan dlm nebulizer chamber yang tidak membawa
partikel virus dari pasien

British Thoracic Society (BTS):


Mendukung pemakaian nebulizer krn nebulisasi tdk memunculkan droplet virus
(droplet berasal dari cairan dlm nebulizer chamber, BUKAN dari pasien)
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Pro
International Society of Aerosol and Medicine (ISAM):
• Aerosol dari nebulizer tidak membawa partikel virus dari
pasien krn aerosol berasal dari cairan dlm nebulizer
chamber, BUKAN dari pasien

• Aerosol dari nebulizer mengandung patogen hanya jika


pasien atau nakes mengkontaminasi nebulizer

Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic.


Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Pro
CDC:
Nebulisasi dilanjutkan krn tdk ada hubungan antara
nebulisasi dengan peningkatan risiko infeksi SARS-CoV-2

CDC. COVID-‐19 Healthcare infection prevention and control FAQs for COVID-‐19.
Updated April 23, 2020. Accessed April 30, 2020. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019--
‐ncov/ hcp/infection-‐control-‐faq.html
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Pro

GOLD strategy:

• Merekomendasi nebulizer bagi yang membutuhkan

• MDI (bagi yang sudah bisa menggunakan)

Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic.


Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Kontra

GINA 2020:
• Bila memungkinkan, nebulizer dihindari krn transmisi ke
pasien lain atau nakes

Australian National Asthma Council:


• Melarang nebulisasi kec. kalau tdk bisa dihindari krn menghasilkan
arosol yg dpt menyebarkan droplet infeksius bbrp meter dan tetap di
udara selama lebih dari 30 menit

Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic.


Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Kontra
GINA 2021:
Nebulisasi Selama Pandemi COVID-‐19 di RS: Kontra
GINA 2021:
Hal-Hal yang Boleh Dilakukan pada Nebulisasi di RS
Selama Pandemi COVID-‐19

Australian National Asthma Council:


• Melakukan nebulisasi di ruangan bertekanan negatif
(jika tersedia)
• Melakukan nebulisasi di ruangan dengan pintu tertutup
(jika tdk tersedia ruangan bertekanan negatif)
• Melakukan pencegahan sampai minimal 30 menit
setelah nebulisasi selesai
Hal-‐Hal yang Boleh Dilakukan pada Nebulisasi di RS
Selama Pandemi COVID-‐19

FADOI, an Italian Association of Internal Medicine


• Memilih mesh nebulizer untuk pasien yang memakai
ventilator + filter tambahan pd expiratory limb dari sirkuit
ventilator selama nebulisasi
• Merekomendasi pemakaian MDI atau MDI + spacer pada
pasien yang perlu terapi aerosol

Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic.


Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Hal-Hal yang Boleh Dilakukan pada Nebulisasi di RS
Selama Pandemi COVID-19

Lain‐Lain:

• Nebulisasi menggunakan mouthpiece atau high flow


nasal canule
• Menambahkan filter pada ujung lainnya dari mouthpiece
dan diganti dengan filter baru setelah nebulisasi selesai

Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic.


Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Hal‐Hal yang Tidak Boleh Dilakukan pada Nebulisasi di RS
Selama Pandemi COVID-19
FADOI, an Italian Association of Internal Medicine

• Nakes tidak memakai APD lengkap


• Jarak nakes dengan pasien di bawah 6 feet (1,8 m)
• Membuka sirkuit ventilator untuk menambah obat atau
mengganti nebulizer karena hal ini menimbulkan aerosol
dari kondensat yang mungkin infeksius

1 Sethi S, et al. The use of nebulized pharmacotherapies during the COVID-‐19 pandemic. Ther Adv Respir Dis 2020,;14: 1–9 .
2 Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic. Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Hal-Hal yang Tidak Boleh Dilakukan pada Nebulisasi di RS
Selama Pandemi COVID-19
Lain-Lain:

• Melakukan nebulisasi menggunakan interface facemask


• Memakai nebulizer tanpa filter atau one-‐way valve
• Berbagi nebulizer dengan pasien lainnya

[1] Sethi S, et al. The use of nebulized pharmacotherapies during the COVID-‐19 pandemic. Ther Adv Respir Dis 2020,;14: 1–9 .
[2]. Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic. Respiratory Medicine 176 (2021) 106236. *3+ Swarnakar
R, dkk. ICS guidance for nebulization during the COVID-‐19 pandemic. Indian Chest Society. 2020.
Hal-Hal yang Tidak Boleh Dilakukan pada Nebulisasi di RS
Selama Pandemi COVID-19
Lain-Lain:
• Mengkombinasi terapi aerosol dengan fisioterapi dada dan suctioning
• Menggunakan jet nebulizer atau pMDI untuk aerosol delivery pd pasien yang memakai
ventilator
• Membuang “alat bekas pakai” tdk pada tempatnya, tidak memakai mouthpiece dan
selang baru untuk setiap nebulisasi
• Tidak melakukan desinfeksi peralatan dengan alkohol 70% atau hidrogen peroksida
3%

Swarnakar R, dkk. ICS guidance for nebulization during the COVID-‐19 pandemic. Indian Chest Society. 2020.
Nasihat Praktis untuk Nebulisasi di RS Selama Pandemi
COVID-19
Sebelum nebulisasi
• Mencuci tangan
• Pastikan alatnya bersih
• Pastikan proteksi adekuat
Saat nebulisasi
• Ruangan terpisah atau ruangan tekanan negative
• Mouthpiece lebih dianjurkan dibanding facemask

Pasca-‐nebulisasi
• Bersihkan dan desinfeksi nebulizer
• Bersihkan area tempat nebulisasi dilakukan
Cazzola M, dkk. Guidance on nebulisation during the current COVID-‐19 pandemic.
Respiratory Medicine 176 (2021) 106236
Take Home Messages
• Tatalaksana asma sesuai dejata keparahan

• Di era Pandemi Covid-19 harus memperhatikan aspek terapi inhalasi

• Nebulisasi di RS dilakukan antara lain pd pasien serangan asma berat,


penurunan kesadaran, tidak mungkin menggunakan pMDI, atau respons
buruk thd MDI + spacer

• Untuk nebulisasi, pemakaian mouthpiece lebih dianjurkan dibanding


facemask
TERIMAKASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

You might also like