Professional Documents
Culture Documents
Makalah Askep DM
Makalah Askep DM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depkes 2010-2014 adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan
masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan serta menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Depkes
2012). Namun secara nyata yang kita lihat, visi dan misi Depkes ini belum
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan masih
banyaknya persoalan kesehatan yang ada didepan kita, salah satu
diantaranya yaitu Diabetes Melitus.
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
akan meningkat jumlahnya di massa mendatang akibat perubahan gaya
hidup masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat (Sulisartyo
Andarmoyo, 2012). Penderita harus melakukan diet, olahraga yang
teratur, minum obat dan bahkan disuntik insulin.
Menurut data WHO, jumlah penderita akibat penyakit DM yang
meninggal hingga saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 14 juta
penduduk di seluruh dunia. Setiap menit rata-rata 6 orang meninggal
akibat komplikasi DM. ironisnya Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes di dunia, setelah India, China
dan Amerika Serikat. Peningkatan penderita penyakit ini disebabkan
karena kebanyakan penderita tidak menyadari kalau dirinya telah terkena
penyakit ini. Jika pun sadar diantara mereka hanya sekitar 30% yang
datang berobat teratur (Indah, 2013).
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
mengancam kesehatan dan harus dicegah lebih dini. Hal ini disebabkan
karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan
DM. Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan melalui pendidikan kesehatan mengenai pola makan yang
sehat, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan mengontrol gula
darah secara teratur serta tidak minum minuman yang beralkohol.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah teori asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
melitus?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
melitus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami teori asuhan keperawatan pada
klien dengan Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Melitus.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Klasifikasi Diabetes
a. Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I adalah defisiensi insulin karena kerusakan
sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human
Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulitas fenomena
autoimun cenderung ketosis dan terjadi karena kerusakan system
imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak pulau-pulau
langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan
produksi insulin.
b. Diabetes Melitus type II
Diabetes Melitus type II adalah diabetes resisten lebih sering pada
dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita
kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin butuh
insulin pada saat hiperglikemia.
c. Diabetes Melitus Type yang lain
Diabetes Melitus Type yang lain: DM yang berhubungan dengan
keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemia terjadi karena penyakit
lain; penyakit pankreas, hormonal obat atau bahan kimia, endokrinopati
kelainan reseptor insulin, sindroma genetik tertentu.
d. Gastrointestinal Diabetes Mellitus (GDM)
Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan
terjadi perubahan metabolisme endokrin dan kerbohidrat yang
menunjang pemanasan makanan bagi janin dan persiapan
menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga
mencapai tiga kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak
mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatife hipoinsulin
maka mengakibatkan hiperglikemia.
b. Fisiologi pankreas
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin.
Fungsinya sebagai organ endokrin oleh pulau-pulau langerhans. Pulau-
pulau langerhans terdiri dari 3 sel yaitu: sel alpa yang menghasilkan
glokagon, sel bela menghasilkan insulin, dan sel delta menghasilkan
somatostatin, namun fungsinya belum diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot, dan jaringan
lemak. Glukagon dan insulin memegang peran penting dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan
kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi
kedua hormon ini sangat bertolak belakang. Kalau secara umum insulin
merupakan kadar gula darah sebaliknya glukagon meningkatkan kadar
gula darah. Perangsang glukagon bila kadar gula darah rendah, dan
asam amino meningkat. Efek glukagon ini sama dengan efek kortisol,
GH, dan epinefrin.
Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang
glukonegesis (pembentukan glikogen dari glukagon) dan meningkatkan
transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam
metabolisme lemak, glukogen meningkat lipolisis (pemecahan lemak).
Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon
anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa membran sel di
jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah
sebagai berikut:
4. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
Diabetes Melitus tipe II adalah mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih
belum diketahui. Faktor genetik memegang peran dalam proses
terjadinya resistensi insulin (Brunner & Suddarth, 2010). Selain itu
terdapat pula faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
Diabetes Melitus tipe II. Faktor-faktor ini adalah:
a. Faktor usia
Pada umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan hipertropi pada sel-sel beta pankreas
sehingga sangat berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa sebagai kompensasi insulin terhadap luasnya
jaringan lemak untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
c. Riwayat keluarga
Diabetes Melitus cenderung diturunkan bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. DM merupakan penyakit yang berpaut kromosom
seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
d. Faktor lingkungan
Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor eksternal sebagai contoh adanya virus atau toksin tertentu
yang dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan dekstruktif
sel beta.
e. Faktor-faktor Imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal
dimana antobodi terarah pada jaringan tubuh normal, dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah
jaringan asing.
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes
mellitus yaitu :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
Diakibatkan oleh hiperglikemia sehingga sebagian glukosa
dikeluarkan oleh ginjal bersama urine karena keterbatasan
kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorbsi dari tubulus
ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan
banyak air, sehingga frekuensi miksi menjadi meningkat.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
Terjadi akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air
yang menyebabkan dehidrasi intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradient konsentrasi keplasma yang hipertonik
(sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Terjadi akibat starvasi seluler meningkatkan mekanisme
penyesuaian tubuh untuk meningkatkan pemasukan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus ada beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain :
8. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan pada diabetes mellitus dapat bersifat farmakologi
dan non farmakologi dengan tujuan untuk mencapai kadar glukosa
yang normal.
a. Farmakologi
Terapi farmakologis terdiri dari dua, yaitu :
1) Obat-obatan hiperglikemi oral (OHO)
a) Golongan sulfoniluria
Golongan obat ini bekerja merangsang sel beta pancreas untuk
mengeluarkan insulin. Jadi sel beta utuh menghalangi pengikat
insulin, mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan
menekan pengeluaran glucagon.
b) Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi
normal dan istimewanya tidak menyebabkan hipoglikemia.
c) Alfa glukosidase inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukasidase
didalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial
2) Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya tiga jenis
insulin yang penting menurut cara kerjanya yaitu :
a) Yang kerjanya cepat : RI (Regular Insulin) dengan masa kerja
2-4 jam. Contoh obatnya : Actrapid
b) Yang kerjanya sedang NPH (Neutral Protamin Hgdorn) dengan
kerjanya 6-12 jam. Biasanya diberikan sesudah makan.
c) Yang kerjanya lambat PZI (Protamin Zinc Insulin). Digunakan
terutama untuk mengendalikan kadar glukosa darah puasa,
masa kerjanya 18-24 jam, diberikan sebelum makan pagi.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya
selalu dimulai dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan
dengan reduksi urin dan glukosa darah.
b. Non farmakologis
Terapi non farmakologis bertujuan untuk mengontrol kadar gula
darah yang terdiri atas :
1) Diet
Tujuan diet pada Diabetes Melitus adalah
a) Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik
d) Meningkatkan kualitas hidup
Adapun perencanaan makan untuk penatalaksanaan diet, yaitu :
1) Karbohidrat kompleks (serat dan tepung)
Sumber serat yang baik adalah buah-buahan dan sayur-sayuran.
2) Lemak
Lemak jenuh harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang
a) Alkohol
Alkohol dapat memperburuk hyperlipidemia dan dapat
mencetuskan hipokglikemia terutama jika tidak makan. Oleh
karena itu alkohol perlu dibatasi.
b) Natrium
Individu dengan Diabetes Melitus dianjurkan tidak makan lebih
dari 3 gr natrium setiap harinya. Konsumsi berlebihan dapat
menyebabkan hipertensi.
2) Olahraga
Olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes
Karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Dengan latihan atau
olahraga otot meningkatkan pengambilan glukosa dan
memperbaiki pemakaian insulin selain itu sirkulasi darah dan
tonus oto juga diperbaiki dengan berolah raga.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan
memulai olahraga sebelum makan untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia.
9. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Melitus dapat bersifat akut dan kronik (sujono
dan sukarmin,2008)
a. Komplikasi bersifat akut
1) Koma hipokglikemia
Koma hipokglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic
yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar
difasilitasi untuk masuk ke dalam sel. Gejala-gejala yang muncul
pada hipokglikemi adalah : tremor, takikardi, palpitasi, sakit
kepala, disorientasi. Pada hipokglikemia berat dapat terjadi
penurunan kesadaran.
2) Ketoasidosis (DKA)
Minimnya glukosa didalam sel akan mengakibatkan sel menjadi
sumber alternative untuk dapat memperoleh energy sel. Apabila
tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel.
Kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu
pembongkarang benda-benda keton yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan asidosis. Komplikasi ini umunya terdapat pada
Diabetes Melitus Tipe I.
Tanda dan gejala yang muncul pada ketoasidosis diabetic
yaitu : timbul rasa haus dan rasa berkemih yang berlebihan, mual,
muntah, lelah, dan nyeri perut. Biasanya pernapasan menjadi
dalam dan cepat, bau nafas penderita seperti bau aseton. Jika
ketoasidosis ini tidak ditangani maka dapat mengakibatkan
terjadinya koma dalam waktu beberapa jam.
3) Koma hyperosmolar non ketotif (HHNK)
Koma ini terjadi karena komposisi cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak dieksresi lewat urin. Komplikasi ini umunya terjadi
pada Diabete Melitus Tipe II.
b. Komplikasi bersifat kronik
1) Komplikasi makrovaskuler
Pada diabetes mellitus terjadi aterosklerosis yang mengenai
pembuluh darah yang besar yaitu : pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelainan pada trombosit dan
faktor pembekuan, penurunan fleksibilitas sel darah merah,
penurunan pelepasan oksigen, perubahan dalam dinding arteri
yang berhubungan dengan hiperglikemia dan hiperinsulinemia.
Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,
penyakit arteri okoroner, dan penyakit vaskuler perifer.
2) Komplikasi mikrovaskuler
Penyakit mikrovaskuler mengenai pembuluh darah kecil ditandai
oleh penebalan membrane basalis pembuluh kapiler diakibatkan
oleh peningkatan kadar glukosa darah menimbulkan suatu respon
melalu serangkaian reaksi biokimia. Ada dua tempat dimana
gangguan fungsi kapiler dapat berakibat serius: kedua tempat
tersebut adalah mikrosirkulasi retina disebut Retinopati Diabetik
dan Ginjal Nefropatik Diabetik.
Retinopati diabetic terjadi karena penurunan protein dalam
retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam
penglihatan. Retinopati mempunyai II tipe, yaitu;
a) Retinopati back Graund
b) Retinopati Proliferatif
Nefropati terjadi karena peruabahan mikrovaskuler pada
struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada
pelvis ginjal.
3) Neuropati Diabetik
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolic
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun
kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4) Kaki Diabetik
Perubahan mikroangiopatik, makroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasi
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, sensasi
dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi
trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan
gangren.
DM Tipe II (NIDDM)
DM Tipe I (IDDM)
T&G: kesadaran
menurun,
GDS>200