You are on page 1of 22

7

BAB II

PENDEKATAN PENYELESAIAN MASALAH

Perancangan mobil listrik membutuhkan beberapa konsep perhitungan yang

mendasar dan sangat penting diperhatikan diantarannya mengenai vehicle

dynamic, low cost manufacture & easy manufacture serta driving safety. Apabila

proses perancangan tidak memperhatikan faktor-faktor tersebuat maka akan

berakibat hasil dan proses pembuatan mobil listrik yang kurang maksimal. Dasar-

dasar konstruksi mobil berpenumpang yang ada dipasaran juga menjadi sebuah

bahan untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut sehingga diperoleh inovasi

yang berkemajuan.

A. Identifikasi Proses Perancangan

Sebelum melakukan proses perancangan kendaraan mobil secara

menyeluruh perlu diketahui bagian-bagian dan dilakukan pengelompokan

sesuai posisi masing-masing. Daftar bagian-bagian pada mobil listrik yang

nantinya perlu menjadi pertimbangan dalam pembuatan rancangan dapat

dilihat pada [Lampiran 1].

1. Teknik Perancangan Sasis

Teknik pembuatan sasis ini lebih spesifik membahas tentang sasis

model frame ladder yang mana kendaraan mobil pada umumnya saat ini

menggunakan model sasis monocoque. Perbedaan mendasar pada sasis

7
model frame ladder dan sasis model monocoque adalah sasis model

frame ladder menggunakan sistem batang sebagai tumpuan beban

sedangkan sasis model monocoque menggunakan sistem body secara

langsung sebagai tumpuan beban kendaraan (Keith:2009). Pertimbangan

pembuatan sasis menggunakan metode frame ladder karena metode sasis

frame ladder lebih mudah dilakukan manufaktur dan dengan proses

pembuatan yang relatif lebih singkat (Andersson:2009).

Frame Ladder Monocoque


Gambar 1. Tipe Sasis

Bahan paling cocok untuk sasis model frame ladder ini adalah square

beam STKM 11A dan round beam STKM 11A. dengan data material

sebagai berikut:

Tabel 1. Mechanical Properties STKM 11A

No Sifat Fisis Nilai Unit

1. Modulus Elastisitas 205 GPA

2. Yield Strength 302 MPA

3. Tensile Strength 363 MPA

*Data Mechanical Properties PT. Indonesia Steel Tube Works

Dengan memperbanyak jumlah member atau rangka batang pada sasis

maka akan menambah kekuatan sasis namun akan berakibat menambah

8
beban. Selain itu metode trianggulasi node-to-node member akan

memperkuat komposisi struktur sasis (FSAE Online:2018).

Gambar 2. Metode Trianggulasi Node-to-Node

Urutan langkah pra-persiapan pembuatan sasis adalah sebagai berikut:

a. Menentukan dimensi ergonomis dari pengemudi kendaraan.

b. Menentukan jarak antara kursi pengemudi dengan pijakan pedal gas

dan pedal rem.

c. Menentukan wheel base, front wheel track serta rear wheel track

kendaraan.

2. Teknik Perancangan Sistem Kemudi Rem Dan Suspensi

Proses perancangan sistem kemudi rem dan suspensi dapat dilakukan

apabila sasis sudah direncanakan. Karena pada dasarnya sistem kemudi

rem dan suspensi terpisah dari sasis utama dan pengikatan terhadap sasis

utama melalui metode fastener.

a. Sistem kemudi

Sistem kemudi mobil listrik komersil paling cocok adalah

menggunakan rack dan pinion. Komponen yang mendukung

9
penggunaan ini adalah steering colomb, tie rod, rod and, steering

wheel, u-joint, knuckle, u-joint dan seluruh kelengkapannya.

Gambar 3. Kemudi Rack dan Pinion

b. Sistem Rem

Sistem rem paling mudah diaplikasikan dan mudah perawatan adalah

disk brake dengan keunggulan sistem disc brake memiliki tingkat

pencengkraman yang baik dibandingkan tromol (Limpert R:1992).

Dengan menggunakan silinder master rem mobil, kemudian pada

tekanan master tersebut disalurkan ke setiap caliper rem cakram

pada masing-masing roda.

Gambar 4. Disc Brake dan Caliper

10
c. Sistem Suspensi

Suspensi roda depan pada mobi listrik paling cocok adalah double

wisbone. Sedangkan suspensi roda belakang dapat bervariasi. Bisa

menggunakan swing arm, double wishbone ataupun pegas daun.

d. Double Wishbone

Sistem ini diperlukan perhitungan yang tepat agar menghasilkan

gerakan yang sesuai diinginkan. Pada sistem double wisbone akan

membutuhkan komponen ball join yang cukup banyak untuk

mendukung gerakan yang lebih bebas.

Gambar 5. Suspensi Double Wishbone

e. Swing Arm

Sistem ini termasuk mudah diaplikasikan dan dengan konstruksi

yang mudah, karena hanya mencontoh swing arm pada sepeda

motor. Komponen pada swing arm juga tidak terlalu banyak bereda

dengan double wishbone.

11
Gambar 6. Konstruksi Swing Arm

3. Teknik Perancangan Sistem Transmisi

Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari motor listrik

menuju kearah putaran roda penggerak sehingga kendaraan menghasilkan

sebuah laju kecepatan, kemudian untuk mengatur kecepatan putaran dan

torsi yang dihasilkan dibutuhkan sebuah sistem rasio perbadingan putaran

input dan putaran output di mana hukum kecepatan sudut suatu poros

berbanding terbalik dengan besarnya momen inersia (Tipler:1998).

Gambar 7. Sistem Transmisi Mobil Listrik

12
4. Teknik Perancangan Ergonomi

Istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi

aktivitas yang berkaitan dengannya telah bermunculan puluhan tahun

sebelumnya. Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan

“Nomos“ (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang

aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, managemen dan desain atau

perancangan (Nurmianto Eko, 1998). Ergonomi berkenaan pula dengan

optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di

tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi.

Langkah pertama dalam merancang mobil yaitu pertama-tama dilakukan

pengukuran geometri pada posisi berkendaraan ternyaman dari seorang

driver, baru setelah itu ukuran dari driver tersebut digunakan untuk

menyesuaikan bentuk sasis, ketinggian seat dan posisi kemudi. Mobil

listrik ini direncanakan dapat mengangkut dua orang penumpang dengan

postur tubuh rata-rata orang Indonesia sehingga untuk mengukur geometri

driver dapat dilakukan dengan mengukur dari postur tubuh orang

Indonesia yang paling mayoritas.

13
Gambar 8. Anatomi Posisi Driver

5. Teknik Perancangan Sistem Bodi dan Aerodinamis

Alva Edy Tantowi (1989 : 10), menyatakan bahwa gaya-gaya yang

berpengaruh pada gerakkan benda diudara adalah gaya angkat

aerodinamika (lift) dan gaya tahan aerodinamika (drag). Sedangkan

momennya adalah momen angguk (pithing moment), momen gulung

(rolling moment) dan momen toleh (voming moment). Gaya dan momen

tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk koefisien (C).

14
Mobil yang memiliki body aerodinamis memiliki banyak hal yang

mempengaruhinya, salah satunya adalah besaran hambatan atau resistensi

dari suatu obyek dalam hal ini adalah udara yang melaluinya yang diukur

dengan besaran yang dinyatakan dengan nilai Coefficent Of drag (Cd).

Seperti yang dikutip dari penelitian Munawir Rosyadi Siregar dan Himsar

Ambarita (2012 : 156) semakin kecil nilai koefisien Drag maka semakin

aerodinamis sebuah body kendaraan. Nilai Cd ditentukan berbagai faktor,

salah satunya adalah desain bodi kendaraan tersebut. Angka Cd inilah

yang nantinya mempengaruhi luas bidang yang akan bersinggungan

langsung dengan aliran udara. Selain hal tersebut Cd juga berpengaruh

terhadap beberapa hal salah satunya terhadap kecepatan kendaraan, seperti

yang dikutip dari penelitian Bety Wulandari (2010 : 93) koefisien hambat

udara atau koefisien drag berpengaruh secara signifikan terhadap

kecepatan kendaraan. Dengan pernyataan diatas untuk meningkatkan

aerodinamis dari body kendaraan dapat dilakukan dengan cara

menurunkan Nilai Coefficent of drag (Cd) dari kendaraan tersebut.

Menurunkan Nilai koefisien drag dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti dikutip dari penelitian Muhammad Ridwan Nofianto (2014 : 13)

dengan merubah atau memodifikasi geometri body bagian depan.

Hambatan udara kendaraan (D) diungkapkan dengan persamaan

Dari rumus hambatan udara didapat koefisien drag :

15
Selain itu untuk menambah aerodinamis kendaraan dapat dilakukan

dengan menambah undertray, spoiler, diffuser, canard, vortex generator

dan side skirts.

Undertray Spoiler

Diffuser Canard

Fortex Generator Side Skirt

Gambar 9. Bagian Penambah Aerodinamis

16
6. Teknik Perancangan Sistem Interior dan Kabin

Sistem interior utama pada mobil listrik ini adalah bagian seat, frame

seat, dashboard dan cover seat di mana pembuatannya direncanakan

menggunakan metode fiber untuk dashboard dan cover seat dan square

beam untuk frame seat , sehingga untuk membuat dashboard dan cover

seat tersebut harus ditempuh menggunakan metode section gambar kerja

yang digabung-gabungkan menjadi kesatuan yang utuh. Bentuk dari

dashboard harus menutupi kabin bagian depan secara menyeluruh dan

beberapa perangkat elektrikal seperti speedometer, switch maju-mundur,

engine start, saklar kombinasi harus terpasang pada dashboard.

Sedangkan bentuk dari cover seat bertujuan untuk menutup bagian frame

seat agar kabin terlihat lebih rapi, selain itu juga untuk menutup

komponen-komponen elektrik yang nantinya akan dipasang dibawah seat

agar lebih aman dari kemungkinan kerusakan.

7. Teknik Perancangan Komponen-Komponen Elektrikal

Pada mobil listrik komponen terpenting adalah perangkat-perangkat

elektrikalnya seperti accumulator, fusebox, charger dan lain-lain, sehingga

penempatannya harus diperhitungkan agar tidak terjadi kesalahan

perancangan yang fatal. Untuk penempatan komponen elektrikal maka

dibutuhkan sebuah bracket agar komponen tersebut dapat terpasang dan

mudah dilepaskan kembali. Namun, sebelum melakukan pembuatan

bracket maka seluruh komponen elektrikal harus di rancang terlebih

dahulu agar mengurangi kesalahan pembuatan bracket.

17
8. Teknik Perancangan Bagian Bagasi

Bagasi bertujuan untuk menempatkan berbagai barang selain

ditempatkan pada kabin kendaraan, pada perancangan mobil listrik ini

bagasi harus mampu menampung satu set ban cadangan, maka untuk itu

harus diketahui terlebih dahulu ukuran ban yang akan dimasukan kedalam

bagasi.

B. Identifikasi Sifat Mekanis Logam

Konsep Dasar Tegangan

Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan gaya yang bekerja pada

bidang per satuan luas penampang benda. Biasanya intensitas gaya diuraikan

menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan yang dibuat. Penguraian

intensitas gaya pada luasan kecil yang tak hingga diperlihatkan dalam

gambar. Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap irisan disebut

tegangan normal (normal stress) pada sebuah titik. Komponen yang gayanya

bekerja sejajar dengan bidang dari luas elementer disebut dengan tegangan

geser (sharing stress). Secara matematis komponen dari tegangan normal dan

tegangan geser didefinisikan sebagai:

( )

( )

18
Di mana :

ζ = tegangan normal (N/mm2)

η = tegangan geser (N/mm2)

A = luas (mm2)

F = gaya yang tegak lurus terhadap potongan (N)

V = gaya yang sejajar terhadap potongan (N)

1. Tegangan Normal

Tegangan normal adalah gaya internal yang bekerja pada sebuah

potongan dengan luasan tertentu dan bervariasi baik besarnya maupun

arahnya. Pada umumnya gaya-gaya tersebut berubah-ubah dari suatu titik

ke titik yang lain, umumnya berarah miring pada bidang perpotongan.

Dalam praktek keteknikan intensitas gaya diuraikan menjadi tegak lurus

dan sejajar dengan irisan, seperti terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Komponen Tegangan Normal

Tegangan normal adalah intensitas gaya yang bekerja normal (tegak

lurus) terhadap irisan yang mengalami tegangan, dan dilambangkan

dengan ζ (sigma). Bila gaya-gaya luar yang bekerja pada suatu batang

19
sejajar terhadap sumbu utamanya dan potongan penampang batang

tersebut konstan, tegangan internal yang dihasilkan adalah sejajar terhadap

sumbu tersebut. Gaya-gaya seperti itu disebut gaya aksial dan tegangan

yang timbul dikenal sebagai tegangan aksial.

Konsep dasar dari tegangan dan regangan dapat diilustrasikan dengan

meninjau sebuah batang prismatik yang dibebani gaya-gaya aksial (axial

forces) P pada ujung-ujungnya. Sebuah batang prismatik adalah sebuah

batang lurus yang memiliki penampang yang sama pada keseluruhan

pajangnya. Untuk menyelidiki tegangan internal yang ditimbulkan gaya-

gaya aksial dalam batang, dibuat suatu pemotongan garis khayal pada

irisan Gambar 11. Irisan ini diambil tegak lurus sumbu longitudinal

batang. Karena itu irisan dikenal sebagai suatu penampang (cross section).

L ε

P P

Gambar 11. Batang Prismatik yang Dibebani Gaya Aksial

Tegangan normal dapat berbentuk:

a. Tegangan Tarik (Tensile Stress)

Apabila sepasang gaya tarik aksial menarik suatu batang, dan

akibatnya batang ini cenderung menjadi meregang atau

bertambah panjang. Maka gaya tarik aksial tersebut menghasilkan

tegangan tarik pada batang di suatu bidang yang terletak tegak

20
lurus atau normal terhadap sumbunya.

P P

Gambar 12. Gaya Tarik Aksial

b. Tegangan Tekan (Compressive Stress)

Apabila sepasang gaya tekan aksial mendorong suatu batang,

akibatnya batang ini cenderung untuk memperpendek atau

menekan batang tersebut. Maka gaya tarik aksial tersebut

menghasilkan tegangan tekan pada batang di suatu bidang yang

terletak tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.

P P

Gambar 13. Gaya Tekan Aksial

Intensitas gaya (yakni, gaya per satuan luas) disebut tegangan

(stress) dan lazimnya ditunjukkan dengan huruf Yunani ζ (sigma).

Dengan menganggap bahwa tegangan terdistribusi secara merata

pada seluruh penampang batang, maka resultannya sama dengan

intensitas ζ kali luas penampang A dari batang. Selanjutnya, dari

kesetimbangan benda yang diperlihatkan pada Gambar 13, besar

resultan gayanya sama dengan beban P yang dikenakan, tetapi

arahnya berlawanan. Sehingga diperoleh rumus :

21
Di mana:

ζ = Tegangan (N/mm2)

= Tegangan aksial (N)

= Luas penampang (mm2)

2. Regangan Normal

Regangan merupakan perubahan bentuk per satuan panjang pada suatu

batang. Semua bagian bahan yang mengalami gaya-gaya luar, dan

selanjutnya tegangan internal akan mengalami perubahan bentuk

(regangan). Misalnya di sepanjang batang yang mengalami suatu beban

tarik aksial akan teregang atau diperpanjang, sementara suatu kolom yang

menopang suatu beban aksial akan tertekan atau diperpendek. Perubahan

bentuk total (total deformation) yang dihasilkan suatu batang dinyatakan

dengan huruf Yunani δ (delta). Jika panjang batang adalah L, regangan

(perubahan bentuk per satuan panjang) dinyatakan dengan huruf Yunani ε

(epsilon), maka:

Sesuai dengan hukum Hooke, tegangan adalah sebanding dengan

regangan. Dalam hukum ini hanya berlaku pada kondisi tidak melewati

batas elastik suatu bahan, ketika gaya dilepas. Kesebandingan tegangan

terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan satuan

terhadap regangan satuan, atau perubahan bentuk. Pada bahan kaku tapi

elastik, seperti baja, diperoleh bahwa tegangan satuan yang diberikan

menghasilkan perubahan bentuk satuan yang relatif kecil. Pada bahan yang

22
lebih lunak tapi masih elastik, seperti perunggu, perubahan bentuk yang

disebabkan oleh intensitas tegangan yang sama dihasilkan perubahan

bentuk sekitar dua kali dari baja dan pada aluminium tiga kali dari baja.

Regangan disebut regangan normal (normal strain) karena

berhubungan dengan tegangan normal. Rumus regangan normal

berdasarkan hukum Hooke :

Di mana:

E = modulus elastisitas tekan/tarik

= Tegangan (N/mm2)

= Regangan (N/mm2)

Gambar 14. Grafik Tegangan-Regangan

23
C. Metode Elemen Hingga (Finite Element Method)

Finite Element Method (FEM) atau biasanya disebut Finite Element

Analysis (FEA) adalah prosedur numerik yang dapat dipakai untuk

menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang rekayasa (engineering),

seperti analisa tegangan pada struktur, frekuensi, perpindahaan panas,

elektromagnetis, dan aliran fluida (Moaveni).

Metode ini digunakan pada masalah-masalah rekayasa di mana exact

solution/analytical solution dapat menyelesaikannya. Inti dari FEM adalah

membagi suatu benda yang akan dianalisa, menjadi beberapa bagian dengan

jumlah hingga (finite). Bagian-bagian ini disebut elemen yang tiap elemen

satu dengan elemen lainnya dihubungkan dengan nodal (node). Kemudian

dibangun persamaan matematika yang menjadi reprensentasi benda tersebut.

Proses pembagian benda menjadi beberapa bagian disebut meshing.

Analisa FEM dilakukan menggunakan software pembantu Solidworks

2016. Sedangkan untuk menggambarkan dasar pendekatan FEM perhatikan

gambar 15. Gambar 15 adalah gambar sebuah pelat yang akan dicari

distribusi temperaturnya. Bentuk geometri pelat di ”meshing” menjadi

bagian-bagian kecil bentuk segitiga untuk mencari solusi yang berupa

distribusi temperatur pelat. Sebenarnya kasus ini dapat diselesaikan dengan

cara langsung yaitu dengan persamaan kesetimbangan panas (heat balance

equation). Namun untuk geomtri yang rumit seperti engine block diperlukan

FEM untuk mencari distribusi temperatur.

24
Gambar 15. Meshing Pada Pelat

D. Metode Manufaktur Bagian-Bagian Kendaraan

Dalam satu buah kendaraan terdapat berbagai macam metode manufaktur

dengan berbagai macam tingkat presisi dan akurasi maupun tingkat waktu

kecepatan proses pembuatan. Dari berbagai proses manuaktur mobil listrik ini

direncanakan menggunakan beberapa proses manufaktur sebagai berikut:

1. Teknik Pengelasan

Fungsi dari pengelasan adalah menyambung dua buah atau lebih logam

dengan cara pencairan agar terjadi fusi, bagian pengelasan pada kendaraan

biasa dilakukan pada bagian sasis, kaki-kaki serta bracket yang mana

umumnya menggunakan material logam.

2. Teknik Moulding Gypsum

Bodi kendaraan biasa dibuat dengan menggunakan sebuah pelat yang

mana pembentukannya menggunakan dies sehingga dapat diproduksi

25
secara masal dan cepat, namun untuk membuat sebuah prototype body

mobil listrik secara tunggal akan menimbulkan biaya yang besar dan tidak

sebanding dengan biaya yang dihabiskan. Maka untuk meminimalisir hal

itu pembuatan body dibuat menggunakan moulding gypsum yang mana

sebuah sections sterofoam disatukan dengan ketebalan tertentu hingga

membentuk body yang bertingkat kemudian selanjutnya dirapikan

menggunakan alat bantu sterofoam cutter. Body yang sudah terbentuk

menggunakan sterofoam itu tadi kemudian lakukan pra-finishing

permukaannya menggunakan gypsum dengan ketebalan kurang lebih 1mm,

setelah itu di finishing kembali menggunakan bantuan polyester-putty agar

permukaan yang dihasilkan lebih halus. Pada langkah tersebut maka telah

dihasilkan sebuah mock-up bodi 1:1, kemudian dilakukan pengecoran fiber

dengan resin sehingga dihasilkan moulding negatif. Setelah diperoleh

moulding negatif yang sudah kering maka pada bagian dalam dilakukan

penghalusan kembali dan baru setelah itu dilakukan pengecoran kembali

pada bagian dalam menggunakan resin dan fiber sehingga diperoleh body

akhir yang sesuai dengan perencanaan. Pada umunya body ini memiliki

ketebalan yang ideal ±4mm dengan lapisan tiga layer fiber. Walapun

dengan proses yang panjang metode ini lebih murah dibandingkan dengan

menggunakan pembentukan menggunakan dies yang membutuhkan biaya

mahal dan waktu pembuatan yang lebih lama lagi.

26
Gambar 16. Pembuatan Body Menggunakan Moulding Gypsum

3. Teknik Permesinan

Tujuan dari proses ini adalah melakukan sebuah pengurangan material

dengan beberapa bantuan mesin seperti mesin bubut, mesin frais, mesin

cnc, mesin laser, water jet. Sehingga diperoleh benda kerja sesuai dengan

gambar kerja yang direncanakan.

4. Teknik Grafir

Teknik grafir adalah teknik mengikis sebagian permukaan material dengan

pola tertentu sehingga menginggalkan corak pada permukaan sebuah

benda, pada mobil listrik grafir dilakukan pada bagian seperti logo

kendaraan dan beberapa komponen lainnya yang diperuntukan untuk

menampilkan kesan tulisan. Mesin grafir akan bekerja dari suatu program

yang dihasilkan melalui gambar kerja yang sudah dibuat sebelumnya.

E. PERTIMBANGAN PERENCANAAN

Berdasarkan uraian kebutuhan pada pembahasan sebelumnya,

pertimbangan perencanaan mobil listrik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

27
1. Pertimbangan Teknis

Pertimbangan nilai teknis identik dengan kekuatan konstruksi sebagai

jaminan terhadap penumpang. Pertimbangan teknis adalah sebagai berikut:

a. Konstruksi yang kuat dan ringan sehigga menghasilkan konstruksi

yang efektif.

b. Proses assemblies kendaraan relatif mudah sehingga perawatan

dan pemeliharaan (maintenance) mesin dapat dilakukan dengan

mudah.

c. Kinerja kendaraan yang sesuai dengan masing-masing fungsi dari

komponen-komponen

2. Pertimbangan Lingkungan

Pertimbangan lingkungan sebagai pendukung diterimanya produk oleh

universitas dan masyarakat adalah kendaraan mobil listrik yang bebas

polusi dan tidak bising.

3. Pertimbangan Keselamatan

Pertimbangan keselamatan kerja merupakan syarat ketentuan kendaraan

untuk dapat dikatakan layak pakai. Syarat tersebut dapat berupa bentuk

komponen kendaraan yang berfungsi sebagai pengaman atau pelindung

pengendara pada bagian kendaraan yang berpotensi terhadap kecelakaan

kerja.

28

You might also like