You are on page 1of 15

HAKIKAT PEMBELAJARAN

Oleh :

Kelompok 2
Akbar Waliyullah 1911040017
Azriel Anandsyah Murti 1911042017
Vicarianti 1911042009
Varah Umay'ah Husain 1911042015
Nur Risma Rusdi 1911042027
Fanny Armasari 1911040005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEAMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas ke hadirat Allah SWT,yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai makhluk-Nya. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “Hakikat
Pembelajaran”

Makalah ini disajikan secara sistematis dan dengan pemikiran- pemikiran yang relevan,
sehingga mempermudah pembaca untuk memahaminya. Dalam makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan pembaca mengenai materi yang disajikan.Akhir kata, tiada gading yang tak
retak, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini dan menjadi perbaikan
untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. iv
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................. iv
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... iv
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 1
2.1 Pengertian Pembelajaran .................................................................................................. 1
2.2 Taksonomi Tujuan Pembelajaran ..................................................................................... 2
2.3 Penulisan Taksonomi Tujuan Pembelajaran dengan Kata Kerja ..................................... 5
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami
bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran
yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat
memahami proses belajar yang terjadi pada dirisiswa, guru perlu menguasai hakikat dan
konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah
memfasilitasi tumbuhdan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih setelah
diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran. Pembelajaran sebagai konsep
pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagaiupaya sistematik dan sistemik untuk
menciptakan lingkungan belajar yang potensial untuk menghasilkan proses belajar yang
bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan
pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan perilaku dalam diri individu.
Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja
dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan
parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua
prosesbelajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu dapat
puladikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal/individual,
sedangkanakuntabilitas pembelajaran bersifat publik.
Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknyamemahami dan
menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuandari belajar dan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisipembelajaran yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pembelajaran ?
2. Bagaimana taksonomi tujuan pembelajaran ?
3. Bagaimana penulisan taksonomi tujuan pembelajaran dengan kata kerja ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran.
2. Untuk mengetahui taksonomi tujuan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui penulisan taksonomi tujuan pembelajaran dengan kata kerja.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran


Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek
didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dievaluasi secara sistematis
agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien (Komalasari, 2010). Terdapat dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu belajar dan mengajar. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa,
sedang mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru (Mufarrokah, 2009).
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai
suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain
tujuan pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan
tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai
suatu proses yang meliputi kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Subroto, 1997).
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.
Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah.
Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna
materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambah dalam mencerna materi pelajaran. Kedua
perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang
sesuai dengan keadaan setiap peserta didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah
“perubahan”, maka hakikat pembelajaran adalah “pengaturan” Menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. 9 Secara Nasional, pembelajaran dipandang
sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta
didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar, maka
yang dikatakan dengan proses pembelajaran adalah suatu system yang melibatkan satu
kesatuan komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil
yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi, yaitu interaksi
yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar dari pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar
secara paedagogis pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui
tahapan-tahapan tertentu. Dalam pembelajaran, pendidik menfasilitasi peserta didik agar dapat

1
belajar dengan baik. Dengan adanya interaksi tersebut maka akan menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif sebagaimana yang telah diharapkan.
Jadi, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

2.2 Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Sebagaimana kita ketahui Taksonomi pembelajaran adalah suatu proses penyampaian
informasi yang komprehensif dan yang merupakan upaya integratif ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Briggs (1977) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
tentang apa yang harus dapat dilakukan siswa atau tentang tingkah laku bagaimana yang
diharapkan dari siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu.
Sebagai seorang pendidik, maka guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya.
Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan diurut
berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu. Taksonomi tujuan pembelajaran adalah
pengelompokan tujuan pembelajaran dalam Domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada
umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari sebagai tujuan pembelajaran, yang
dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
• Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di
dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian
(evaluation)
• Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan karakterisasi (characterization)
• Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),
menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan
kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas
pembelajarannya

2
1. Domain Kognitif
Domain Konitif adalah Domain membahas tujuan pembelajaran dengan
proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi
yakni evaluasi. Domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat pengetahuan (knowledge), diartikan kemampuan seseorang dalam
menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang
pernah diterimanya. Contoh: Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga
sembarang.
b. Pemahaman (comprehension), diartikan kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: Siswa
dapat menjelaskan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri
yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
c. Tingkat penerapan (application), diartikan kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul
di kehidupan sehari-hari. Contoh: Siswa dapat menghitung panjang sisi miring
dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui sisi lainnya (Uno, 2008).
d. Tingkat analisis (analysis), diartikan kemampuan menjabarkan atau
menguraikan suatu konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-
milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh: Mahasiswa dapat
menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata kuliah
Metodologi Penelitian.
e. Tingkat sintetis (synthetis), diartikan kemampuan menyatukan bagian-bagian
secara terintegrasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada.
Contoh: Mahasiswa dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam
bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
f. Tingkat evaluasi (evaluation), diartikan kemampuan membuat
penilaian judgment tentang nilai (value) untuk maksud tertentu. Contoh:
Mahasiswa dapat memperbaiki program-program computer yang secara fisik
tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata kuliah Algoritma dan
pemrograman (Suparman, 2001).

2. Domain Afektif
Domain afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interest, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan
afektif ini ada 5, yaitu:
a. Kemauan menerima, berarti keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau
rancangan tertentu seperti keinginan membaca buku, mendengar music, atau
bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
b. Kemauan menanggapi, berarti kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif
kegiatan tertentu seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan,
mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong
orang lain.

3
c. Berkeyakinan, berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu pada individu
seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau
penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk
melakukan suatu kehidupan sosial.
d. Penerapan karya, berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang
berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti
menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab,
bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan
menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
e. Ketekunan dan ketelitian, berarti individu yang sudah memiliki sistem nilai
selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

3. Domain Psikomotor
Domain psikomotor berkaitan dengan ketrampilan atau skill yang bersikap
manual atau motorik. Tingkatan psikomotor ini meliputi:
a. Persepsi, berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan.
Contoh: mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang.
b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan, berkenaan dengan melakukan sesuatu
kegiatan atau set termasuk di dalamnya metal set atau kesiapan
mental, physical set (kesiapan fisik) atau (emotional set) kesiapan emosi
perasaan untuk melakukan suatu tindakan.
c. Mekanisme, berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan
menjadi kebiasan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada
suatu kemahiran. Contoh: menulis halus, menari, menata laboratorium dan
menata kelas.
d. Respon terbimbing, berkenaan dengan meniru (imitasi) atau mengikuti,
mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain,
melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).
e. Kemahiran, berkenaan dengan penampilan gerakan motorik dengan
ketrampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan
hasil yang baik namun menggunakan sedikit tenaga. Contoh: tampilan
menyetir kendaran bermotor.
f. Adaptasi, berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri
individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan
sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Contoh: orang yang bermain tenis,
pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan permainan
lawan.
g. Organisasi, berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan
dengan situasi atau masalah tertentu, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh
orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi, seperti menciptakan model
pakaian, menciptakan tarian, komposisi musik (Uno, 2008).

4
2.3 Penulisan Taksonomi Tujuan Pembelajaran dengan Kata Kerja
Kata kerja operasional ini akan sangat berguna bagi yang akan melaksanakan tugas-
tugas sekolah, skripsi ataupun tesis. Kata kerja operasional ini digunakan sebagai indikator
penilaian. Kata kerja operasional membagi tujuan pendidikan menjadi tiga domain, yaitu
kognitif, afektif, serta psikomotor. Komponen penting dalam silabus maupun RPP adalah
indikator pencapaian kompetensi. Komponen ini penting karena menjadi dasar untuk
menyusun indikator penilaian.
Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan dasar pedoman penilaian bagi guru,
peserta didik, maupun pengawas di sekolah. Indikator penilaian ini menggunakan kata kerja
lebih terukur dibandingkan dengan indikator pencapaian kompetensi. Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Kata Kerja Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan
taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berikut kata kerja operasional berdasarkan taksonomi Bloom yang perlu diketahui:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari dan kemampuan intelektual (knowledge). Sebagian besar tujuan instruksional
berada dalam ranah kognitif. Kemudian Bloom membagi ranah kognitif kedalam enam
jenjang kemampuan secara hierarkis, yaitu:
a. Recall of Data (Hafalan/C1)
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau
istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya.
Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi
tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap
informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus
memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan,
menggambarkan.
b. Comprehension (Pemahaman/C2)
Merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut
untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya
dari beberapa segi. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna
yang terkandung misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan
grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-
kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan,
menjelaskan.

5
c. Application (Penerapan/C3)
Merupakan kemampuan berpikir lebih tinggi daripada pemahaman. Jenjang penerapan
merupakan kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode
yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi kongkrit. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjukkan.
d. Analysis (Analisis/C4)
Merupakan kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu situasi, atau
pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami 13
hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, mengklasifikasikan.
e. Synthesis (Sintesis/C5)
Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi
suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-bagian (unsurunsur)
sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari
peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini
misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan
objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan.
f. Evaluation (Evaluasi/C6)
Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu
situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari
kemampuan lainnya, yaitu bila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap situasi,
nilai-nilai atau ide-ide. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk
dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan,
menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu
menilai, menafsirkan, menaksir, memutuskan.

6
Contoh Kata Kerja Operasional yang dapat dipakai untuk Ranah Kognitif

2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap (attitude), apresiasi (appreciation), dan motivasi
(motivation) siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl & Bloom 14 (Dimyati &
Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi lima aspek,
yaitu:
a. Receiving (Penerimaan)
Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif terhadap
suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya mendengarkan dengan
seksama penjelasan guru energi dan panas.
b. Responding (Jawaban)
Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi
atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu.
c. Valuing (Penilaian)
Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Reaksi-
reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.

7
Misalnya menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang
dipakai waktu praktikum dan bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran.
d. Organization (Organisasi)
Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem nilai. Sikap-sikap yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang ditunjukkan misalnya mampu
menimbang akibat positif dan negatifnya tentang kemajuan sains terhadap
kehidupan umat manusia.
e. Characterization (Karakteristik)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia mengubah
pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak mendukung pendapatnya.

Contoh Kata Kerja Operasional yang dapat dipakai untuk Ranah Afektif

3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor tampak dlam bentuk keterampilan manual fisik (skills) dan
kemampuan bertindak individu. Harrow (Syambasri Munaf, 2001) mengembangkan ranah
psikomotor dengan enam jenjang, yaitu:

8
a. Gerakan refleks, gerakan yang tidak disadari.
b. Keterampilan gerakan-gerakan dasar, yaitu gerakan yang menuntut kepada
keterampilan yang sifatnya kompleks.
c. Kemampuan perseptual, termasuk membedakan visual, auditif, motoris.
d. Kemampuan dalam bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
e. Gerakan-gerakan skill,mulai dari keterampilan sederhana sampai kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi, seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif.

Contoh Kata Kerja Operasional yang dapat dipakai untuk Ranah Psikomotor

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Taksonomi pembelajaran adalah suatu proses penyampaian informasi yang
komprehensif dan yang merupakan upaya integratif ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun
dan diurut berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu. Taksonomi tujuan pembelajaran
adalah pengelompokan tujuan pembelajaran dalam Domain kognitif, afektif dan
psikomotorik. Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar.
Kata kerja operasional ini akan sangat berguna bagi yang akan melaksanakan tugas-
tugas sekolah, skripsi ataupun tesis. Kata kerja operasional ini digunakan sebagai indikator
penilaian. Kata kerja operasional membagi tujuan pendidikan menjadi tiga domain, yaitu
kognitif, afektif, serta psikomotor. Komponen penting dalam silabus maupun RPP adalah
indikator pencapaian kompetensi. Komponen ini penting karena menjadi dasar untuk
menyusun indikator penilaian.
Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan dasar pedoman penilaian bagi
guru peserta didik, maupun pengawas di sekolah. Indikator penilaian ini menggunakan kata
kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator pencapaian kompetensi. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Kata Kerja Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan
taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Husnul. 2021. Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom yang Lengkap Beserta Contohnya.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2022 (https://hot.liputan6.com/read/4523176/kata-kerja-
operasional-taksonomi-bloom-yang-lengkap-beserta-contohnya)
Bloom, S. Benyamin, et. al. (1977). Taxonomy of Educational Objectives. The Classification of
Educational Goals, Hand Book 1, Cognitive Domain, David Mc Kay Company, Inc. New
York
Briggs, L. J. , et al. (1978). Instructional Design. NewJersey: Educational Technology Publ.
Faizah.S.N.(2017). Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.Hakikat Belajar dan
Pembelajaran. Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017.
Pane.A.(2017). Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman.Belajar dan Pembelajaran. Vol. 03 No. 2
Desember 2017
Suparman, Atwi, 2001, Desain Instruksional, Jakarta:PAU-PPAI, Universitas Terbuka, hal.78-92
Uno, Hamzah, 2008, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara.

11

You might also like