You are on page 1of 117

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada

Tambang Bawah Tanah di CV. Bara Mitra Kencana Tanah


Kuning, Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi,
Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat

Oleh:

ELI GUSTINA
1310024427031

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Tambang Bawah Tanah di CV. Bara Mitra Kencana Tanah
Kuning, Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi,
Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

gelar sarjana teknik pertambangan

Oleh:

ELI GUSTINA
1310024427031

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

EVALUASI PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA PADA TAMBANG BAWAH TANAH DI CV. BARA MITRA
KENCANA TANAH KUNING, DESA BATU TANJUNG,

KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO

PROVINSI SUMATERA BARAT

Nama : Eli Gustina

NPM : 1310024427031

Program Studi : Teknik Pertambangan

Padang, Februari 2018

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dian Hadiansyah, MT. Riam Marlina A.,ST.,MT.


NIDK. 881940017 NUP. 9910676467

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Dr. Murad, MS.,MT. Riko Ervil, MT.


NIDN. 007116308 NIDN. 1014057501
EVALUASI PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA PADA TAMBANG BAWAH TANAH DI CV. BARA MITRA
KENCANA TANAH KUNING DESA BATU TANJUNG,
KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO
PROVINSI SUMATERA BARAT

Nama : Eli Gustina


NPM : 1310024427031
Pembimbing I : Dian Hadiansyah, MT
Pembimbing II : Riam Marlina, MT

RINGKASAN

Berdasarkan pengamatan dan data dari tahun 2015-2017 di CV. Bara Mitra
Kencana telah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cedera berat, kecelakaan
ringan dan meninggal sebanyak 16 kasus. Di CV. Bara Mitra Kencana masih
terdapat tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman untuk itu perlu dilakukan
penilaian dan evaluasi tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk
menciptakan kondisi aman, menghindari tindakan tidak aman dan pengawasan
pada setiap kegiatan. Dalam melaksanakan kegiatan penambangan, sering terjadi
kecelakaan. Untuk itu dilakukan analisis frequency rate dan severity rate pada
CV. Bara Mitra Kencana tahun 2015-2017 dan analisis penyebab kecelakaan kerja
di CV. Bara Mitra Kencana tahun 2015-2017. Pengumpulan data dengan
melakukan wawancara terhadap karyawan maupun staf perusahaan dan diolah
menggunakan metode statistik kecelakaan dan grafik. Statistik kecelakaan
tambang berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/M.PE/1995 nilai frequency rate (FR) pada tahun 2015-2017 adalah
7,73; 5,51 dan 4,41 dan sedangkan nilai severity rate (SR) pada tahun 2015-2017
adalah 18,77; 9,93 dan 13.251,5. Persentase faktor penyebab kecelakaan yang ada
di CV. Bara Mitra Kencana pada tahun 2015-2017 adalah tindakan tidak aman
(unsafe action) sebesar 65% dan kondisi tidak aman (unsafe condition) sebesar
35%.

Kata kunci : Kecelakaan tambang, frequency rate, severity rate, unsafe action
dan unsafe condition.
EVALUATION OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY IN
UNDERGROUND MINE IN CV. BARA MITRA KENCANA
TANAH KUNING BATU TANJUNG VILLAGE,
TALAWI DISTRICT, SAWAHLUNTO CITY
WEST SUMATERA PROVINCE

Name : Eli Gustina


NPM : 1310024427031
Advisor I : Dian Hardiansyah, MT
Advisor II : Riam Marlina, MT

ABSTRACT

Based on observations and data from the years 2015-2017 CV. Bara Mitra
Kencana had been an accident that resulted in severe injuries, minor accident and
died as many as 16 cases. In CV. Bara Mitra Kencana, there are still unsafe action
and unsafe conditions necessary for the assessment and evaluation of the
implementation of occupational safety and health to create secure conditions, to
avoid unsafe actions and supervision of the operations. In carrying out mining
activities, frequent accidents happened. Because of that was doing analysis of
frequency rate and severity rate in the CV. Bara Mitra Kencana years 2015-2017
and the analysis of causes of accidents in the CV. Bara Mitra Kencana 2015-2017.
The collection of data through interviews with employees and staff of the
company and processed using the method of accident happened statistics and
graphs. Mine accident statistics based on the Ministry of Mines and Energy No.
555.K/26/M.PE/1995 value of frequency rate (FR) in 2015-2017 was 7.73, 5.51
and 4.41 and while the value of severity rate (SR) in 2015-2017 was 18.77, 9.93
and 13.251,5. The percentage of the causes of accidents in the CV. Bara Mitra
Kencana in 2015-2017 was unsafe actions (unsafeaction) by 65% and unsafe
conditions (unsafecondition) by 35%.

Keywords: mine accident, frequency rate, severity rate,, unsafe action and unsafe
condition.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas

akhir yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada Tambang Bawah Tanah di CV. Bara Mitra Kencana Tanah Kuning

Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera

Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dalam

menyelesaikan jenjang perkuliahan Strata I Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi

Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Rasa cinta dan bangga penulis persembahkan kepada Ayahanda, Ibunda,

serta adik-adik tercinta atas do’a dan semangat yang diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan

kepada :

1. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat

penulis katakan, baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi (STTIND)

Padang.

3. Bapak Dian Hadiansyah, MT. selaku Dosen Pembimbing 1 dalam penulisan

skripsi ini.

4. Ibu Riam Marlina, MT. selaku Dosen Pembimbing 2 dalam penulisan skripsi

ini.
5. Staff dan karyawan CV. Bara Mitra Kencana yang telah membantu dalam

melakukan penelitian ini.

6. Teman-teman mahasiswa Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dengan

pahala yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan di

masa depan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu

pengetahuan dan masyarakat luas pada umumnya.

Padang, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................... .................. i

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ ..... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah............................................................................ 3

1.4 Rumusan Masalah......................................................................... 3

1.5 Tujuan Penelitian........................................................................... 3

1.6 Manfaat Penelitian......................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5

2.1 Tinjauan Umum Tempat Penelitian.............................................. 5

2.1.1 Perizinan............................................................................ 6

2.1.2 Struktur Organisasi............................................................. 8

2.1.3 Data Karyawan.................................................................. 8

2.1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah......................................... 8

2.1.5 Curah Hujan........................................................................ 9

2.1.6 Geologi Daerah Penellitian.............................................. 10

2.1.7 Aktifitas Dasar Penambangan........................................... 15


2.2 Landasan Teori.............................................................................. 15

2.2.1 Kecelakaan Kerja................................................................. 15

2.2.2 Faktor Utama Penyebab Terjadinya Kecelakaan................. 17

2.2.3 Statistik Kecelakaan Tambang Berdasarkan Keputusan

Menteri Pertambangan dan Energi...................................... 21

2.2.4 Metoda Penngambilan Sampel............................................. 24

2.2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................................... 27

2.3 Kerangka Konseptual.................................................................... 40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 42

3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 42

3.2.1 Tempat Penelitian.............................................................. 42

3.2.2 WaktuPenelitian................................................................ 42

3.2 Populasi dan Sampel................................................................... 43

3.3.1 Populasi.......................................................................... 43

3.3.2 Sampel............................................................................ 43

3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 43

3.4.1 Jenis Data.......................................................................... 43

3.4.2 Sumber Data...................................................................... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 44

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data................................ 45

3.6.1 Teknik Pengolahan Data................................................. 45

3.6.2 Analisis Data................................................................... 45


3.7 Kerangka Metodologi................................................................... 46

BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.......................... 48

4.1 Pengumpulan Data...................................................................... 48

4.1.1 Data Primer....................................................................... 48

4.1.2 Data Sekunder................................................................... 48

4.2 Pengolahan Data.......................................................................... 50

4.2.1 Frequency Rate dan Severity Rate................................... 50

4.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan................................ 54

BAB V. ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA.................................... 64

5.1 Analisis Data Wawancara........................................................... 64

5.2 Penyebab Kecelakaan.................................................................. 64

5.3 Analisis Nilai Frequency Rate (FR) dan Severity Rate (SR)......... 65

5.3.1 Nilai Frequency Rate (FR) ................................................. 65

5.3.2 Nilai Severity Rate (SR)..................................................... 65

5.4 Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan.......................................... 65

BAB VI. PENUTUP.......................................................................................... 72

6.1 Kesimpulan......................................................................................... 72

6.2 Saran................................................................................................... 72

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LEMBAR KONSULTASI
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah kecelakaan dari tahun 2015-2017 ........................................... 1

Tabel 2.1 Jumlah Karyawan di CV. Bara Mitra Kencana .................................. 8

Tabel 2.2 Data Curah Hujan Tahun 2016 CV. Bara Mitra Kencana .................. 10

Tabel 2.3 Pengelompokan Geologi Talawi Berdasarkan Kompleksitas Geologi

(CV.Bara Mitra Kencana) .................................................................. 12

Tabel 4.1 Jumlah Hari Hilang ............................................................................. 49

Tabel 4.2 Perbandingan Frequency Rate dan Severity Rate Tahun 2015 – 2017 52

Tabel 4.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................................................ 54

Tabel 4.4 Berdasarkan Usia ................................................................................ 55

Tabel 4.5 Berdasarkan Jabatan.............................................................................56

Tabel 4.6 Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................. 56

Tabel 4.7 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 1 .............................................. 57

Tabel 4.8 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 2 .............................................. 57

Tabel 4.9 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 3 .............................................. 58

Tabel 4.10 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 4 ............................................ 59


Tabel 4.11 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 5 ............................................ 59

Tabel 4.12 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 6 ............................................ 60

Tabel 4.13 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 7 ............................................ 61

Tabel 4.14 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 8 ............................................ 61

Tabel 4.15 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 9 ............................................ 62

Tabel 4.16 Tingkat Kecelakaan Kerja responden 10 .......................................... ..63


vi

Tabel 4.17 Tingkat Kecelakaan Kerja responden keseluruhan ........................... ..63

Tabel 5.1 Perbandingan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun 2015 - 2017 ......... ..58
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Permohonan Perpanjangan CV.Bara Mitra Kencana.. ...... 6

Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah ........................................................... 8

Gambar 2.3 Formasi Batuan Pada Cekungan Ombilin ................................. 13

Gambar 2.4 Helm Pengaman (safety helmet) ................................................ 31

Gambar 2.5 Rompi Reflektor (Safety vest).................................................... 32

Gambar 2.6 Sepatu Pengaman (Safety shoes) ............................................... 32

Gambar 2.7 Kacamata Pengaman (Safety goggles / glasses) ........................ 33

Gambar 2.8 Masker Respirator (Safety masker)............................................ 34

Gambar 2.9 Sarung Tangan Pengaman (Safety gloves)................................. 34

Gambar 2.10 Pengaman Telinga (Ear plugs) .................................................. 35

Gambar 2.11 Lampu Kepala............................................................................ 36

Gambar 2.12 Self Rescue ................................................................................. 36

Gambar 2.13 Sepatu Boot (Safety boot) .......................................................... 37

Gambar 2.14 Tali Pengaman (Safety harness) ................................................ 37

Gambar 2.15 Sabuk Pengaman (Safety bel) .................................................... 38

Gambar 2.16 Jas Hujan (Raincoat) ................................................................. 38

Gambar 2.17 Pelindung Wajah (Face shield) ................................................. 39

Gambar 2.18 Pelampung (Lifevest) ................................................................. 39

Gambar 2.19 Kerangka konseptual ................................................................. 40

Gambar 3.1 Kerangka metodologi ................................................................ 48

viii
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Frequency Rate dan Severity Rate Tahun

2015 – 2017 ............................................................................... 52

Gambar 4.2 Diagram Persentase Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 54

Gambar 4.3 Diagram Persentase Sampel Berdasarkan Usia.......................... 55

Gambar 4.4 Diagram Persentase Sampel Berdasarkan Jabatan/ Profesi ....... 56

Gambar 4.5 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 1........... 57

Gambar 4.6 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 2............ 57

Gambar 4.7 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 3............ 58

Gambar 4.8 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 4............ 58

Gambar 4.9 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 5............ 59

Gambar 4.10 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 6............ 59

Gambar 4.11 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 7............ 60

Gambar 4.12 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 8............ 60

Gambar 4.13 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 9............ 61

Gambar 4.14 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 10.......... 61

Gambar 4.15 Grafik Presentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden

Keseluruhan................................................................................... 62

Gambar 5.1 Diagram Perbandingan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun 2015-

2017............................................................................................. 65

Gambar 5.2 Grafik Persentase Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) yang

Terjadi Tahun 2015-2017............................................................ 65

Gambar 5.3 Grafik Persentase Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) yang

Terjadi Tahun 2015-2017.............................................................. 66


Gambar 5.3 Grafik Persentase Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) dan

Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) Tahun 2015-

2017................................................................................................ 66
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peraturan Menteri ........................................................................... 91

Lampiran 2. Gambar dan Peta ............................................................................. 107

Lampiran 3. Struktur Organnisasi ....................................................................... 114

Lampiran 4. Foto Penelitian ................................................................................ 115

Lampiran 5. Lembar Wawancara ........................................................................ 118

Lampiran 6.Data Kecelakaan Tahun 2015-2017 ................................................ 124


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

CV. Bara Mitra Kencana merupakan salah satu perusahaan yang melakukan

kegiatan penambangan batubara bawah tanah. Metode tambang bawah tanah

sangat rentan terhadap resiko kecelakaan. Kurang memadainya alat pelindung diri

yang disediakan oleh perusahaan menjadi salah satu penyebab terjadinya

kecelakaan kerja. Selain itu kurangnya kesadaran para pekerja untuk

menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja juga mengakibatkan

kecelakaan.

Berdasarkan pengamatan dan data dari tahun 2015 sampai dengan tahun

2017 telah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cidera berat sebanyak 16

kasus, yang terdiri dari 11 kasus kecelakaan ringan, 3 kasus kecelakaan sedang

dan 2 kecelakaan berat berakibat meninggal. Berikut data jumlah kecelakaan di

CV. Bara Mitra Kencana terihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1
Data Jumlah Kecelakaan di CV. Bara Mitra Kencana tahun 2015-2017
Jenis Kecelakaan 2015 2016 2017
Ringan 6 kasus 3 kasus 2 kasus
Sedang 1 kasus 2 kasus -
Berat - - 2 kasus
Jumlah 7 kasus 5 kasus 4 kasus

Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor manusia dan

faktor lingkungan. Faktor manusia disebabkan oleh tindakan tidak aman seperti

sengaja melanggar peraturan K3 yang diwajibkan, kurang terampilnya pekerja itu


sendiri dan kelelahan. Sedangkan faktor lingkungan disebabkan oleh kondisi tidak

aman di lingkungan kerja seperti patahnya penyanggaan, ambrukan pada roof

pada tambang bawah tanah, dan konsentrasi gas metan yang tinggi pada tambang

bawah tanah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data kecelakaan di atas,

diketahui bahwa dalam pelaksanan kegiatan di CV. Bara Mitra Kencana masih

terdapat tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman untuk itu perlu dilakukan

penilaian dan evaluasi tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk

menciptakan kondisi aman, menghindari tindakan tidak aman dan pengawasan

pada setiap kegiatan dengan demikian resiko terhadap setiap unsur yang terlihat

dalam kegiatan pertambangan bawah tanah di CV. Bara Mitra Kencana dapat

diminimalkan.

Untuk itu Penulis tertarik membahas studi kasus dengan judul “Evaluasi

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tambang Bawah

Tanah di CV. Bara Mitra Kencana Tanah Kuning Desa Batu Tanjung,

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat”

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain:

1. Metoda tambang bawah tanah rentan terhadap resiko kecelakaan

2. Terdapat 16 kasus kecelakaan di CV. Bara Mitra Kencana pada tahun 2015-

2017

3. Kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe action) dan

kondisi tidak aman (unsafe condition).


1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan K3 di tambang bawah tanah CV. Bara Mitra Kencana.

2. Data penelitian diambil dalam rentang waktu 2015-2017.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Berapakah persentase frequency rate dan severity rate pada CV. Bara Mitra

Kencana tahun 2015-2017?

2. Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di CV. Bara

Mitra Kencana tahun 2015-2017?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah:

1 Melakukan analisis frequency rate dan severity rate pada CV. Bara Mitra

Kencana tahun 2015-2017.

2 Melakukan analisis penyebab kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana

tahun 2015-2017.

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah kegiatan penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai informasi mengenai bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja

yang baik dan sesuai agar tidak membahayakan para pekerja tambang

bawah tanah.
2. Bagi Penulis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dibangku perkuliahan

sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk nyata.

3. Bagi STTIND

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan apa yang penulis tulis

dapat bermanfaat dan menjadi panduan bagi mahasiswa jurusan teknik

pertambangan STTIND selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tempat Penelitian

CV. Bara Mitra Kencana berdiri pada hari Selasa tanggal 19 Januari 2007.

Status lahan yang dimanfaatkan bagi rencana kegiatan penambangan batubara di

Tanah Kuning Desa Batu Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto Provinsi

Sumatera Barat, merupakan bekas tambang PT.BA-UPO yang telah diserahkan

pengelolanya kepada pemerintahan daerah kota Sawahlunto.

Di atas lahan 49,61 Ha tersebut juga dibangun berbagai fasilitas penunjang

kelancaran operasional kegiatan, baik berupa areal tertutup seperti basecamp,

kantor, workshop (bengkel), maupun areal terbuka, jalan masuk tambang,

overburden, dan kolam pengendap. Dari eksplorasi diketahui jumlah cadangan

sumber daya batubara tereka pada lahan seluas 49,61 Ha mencapai 1.194.168

Ton.

Tenaga kerja yang dibutuhkan pelaksana kegiatan penambangan, selain

memiliki kualifikasi yang memadai direkrut dari daerah lain juga dari masyarakat

setempat. Sebagai konsekuensi dari sistem penambangan konvensional atau

manual, maka dibutuhkan tenaga kerja penambangan total dalam jumlah 337

orang pekerja dan 60 orang staff. Pemanfaatan tenaga kerja sebanyak 337 orang

berdasarkan target produksi 35.000 ton/tahun, dengan asumsi setiap 1 orang

tenaga kerja akan dapat menghasilkan 1 ton batubara.


CV. Bara Mitra Kencana memiliki 15 lubang tambang. Penyediaan tenaga

kerja tersebut sepenuhnya dikelola oleh CV. Bara Mitra Kencana, dengan

mempriotaskan masyarakat sekitar. Sementara itu juga dibutuhkan 1 orang KTT, 1

orang Wakil KTT, 5 orang operator, 17 orang driver itu direkrut dari daerah

setempat. Namun jika tidak ada yang memenuhi persyaratan akan direkrut dari

daerah lain.

Pada prinsipnya perekrutan masyarakat sebagai tenaga kerja tidak akan

melakukan pendidikan khusus, karena pelaksanaan penambangan lebih bersifat

konvensional dan tidak menggunakan teknologi modern. Untuk pelaksanaan

penambangan yang sudah berjalan menggunakan berbagai peralatan dan

kendaraan angkut diantaraya 4 unit Excavator, 6 unit Mobil Operasional,14 Dump

Truck dan 1 unit Buldozer.

Untuk tahapan awal cara penambangan dilakukan perbandingan dengan

kegiatan sejenis serta pengarahan, safety talk dari tenaga ahli ke tenaga rutin. CV.

Bara Mitra Kencana memiliki 9 tambang dalam. Pada areal terbuka bekas

penggalian akan dilakukan kegiatan reklamasi yang telah direalisasi pada tahap

eksploitasi ini meliputi penghijauan dengan menanam berbagai jenis-jenis

tumbuhan yang bernilai ekonomis seperti mahoni, jati dan akasia. Aktifitas ini

telah terlaksana seluas 4.1 Ha dari pelaksana penambangan.

2.1.1 Perizinan

Perizinan yang diperlukan oleh CV. Bara Mitra Kencana untuk melakukan

kegiatan penambangan batubara adalah sebagai berikut:


1. Surat keputusan Gubernur Sumatera Barat nomor: 544-81-2017 tentang

persetujuan perpanjangan kedua dan penciutan wilayah izin usaha

pertambangan operasi produksi batubara kepada CV. Bara Mitra

Kencana di Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat tanggal 20

Januari 2017.

2. Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto dan Pemerintah Kecamatan

Talawi.

Izin untuk pembuatan dan penggunaan jalan tambang selama aktivitas

penambangan berlangsung.

3. Kepala Desa dan Kepala Adat

Izin dari Kepala Desa dan Kepala Adat yang diketahui dan disetujui

oleh Camat setempat untuk penggunaan dan perawatan jalan desa yang

akan dijadikan jalan tambang.

Sumber:Dokumentasi CV.BMK 2017


Gambar 2.1. Peta Permohonan Perpanjangan CV.Bara Mitra Kencana
2.1.2 Struktur Organisasi

CV. Bara Mitra Kencana dalam menjalankan dan mencapai tujuannya

dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh Wakil Direktur.

Pembagian Struktur Organisasi perusahaan dibentuk berdasarkan pada fungsi-

fungsi yang diperlukan pada suatu organisasi perusahaan tambang pada

umumnya. Dimana tiap-tiap fungsi adalah satu kesatuan yang terkoordinasi dalam

usaha mencapai tujuan perusahaan. Masing-masing divisi didukung oleh setiap

departemen yang membawahi beberapa bagian dapat dilihat pada lampiran.

2.1.3 Data Karyawan

Karyawan yang bekerja di CV. Bara Mitra Kencana yang berjumlah 337

orang terdiri dari anggota stockpile, orang staff, karyawan kantor, karyawan K3,

operator, driver, KTT, karyawan bagian listrik dan karyawan bagian mekanik

terlihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1
Jumlah Karyawan CV. Bara Mitra Kencana
No Jabatan/ Profesi Jumlah
1. Staff 60 orang
2. Operator 5 orang
3. Driver 17 orang
4. KTT 1 orang
5. Karyawan bawah tanah & stockpile 229 orang
6. Karyawan kantor 20 orang
7. Karyawan K3 5 orang
Jumlah 337 orang
Sumber: CV. Bara Mitra Kencana

2.1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Wilayah IUP. OP CV. Bara Mitra Kencana seluas 49,61 hektar dan secara

geografis daerah penambangan tersebut terletak pada koordinat 100º47’18,39”–

100º46’48,10” Bujur Timur (BT) dan 00o36’58,22”–00o36’58,36” Lintang Selatan


(LS). Secara administratif tersebut terletak di Tanah Kuning Desa Batu Tanjung

KecamatanTalawi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat.

Lokasi tambang tersebut dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan

roda empat dari Padang jarak tempuh + 117 Km ke Kota Sawahlunto serta menuju

ke lokasi tambang dengan jarak tempuh +6 Km selebihnya +3 Km merupakan

jalan tambang yang akan digunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan

operasional penambangan.

Sumber:Dokumentasi CV.BMK

Gambar 2.2. Peta Kesampaian Daerah

2.1.5 Curah Hujan

Pada dasarnya, iklim bukan komponen lingkungan yang terkena dampak,

tetapi faktor yang memperbesar intensitas dampak seperti erosi lahan dan
kestabilan lahan atau kekeruhan badan air. Diantara faktor iklim yang perlu

dikemukakan adalah curah hujan. Sebagaimana wilayah kota sawahlunto pada

umumnya, curah hujan tahunan wilayah studi selama 2014 mencapai 2017,5 mm

dan dengan jumlah hari hujan 157 hari. Kompilasi dari hasil penakaran curah

hujan selama 2014 yang dimaksud, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.2
Data Curah Hujan Tahun 2016 CV. Bara Mitra Kencana
Curah Hujan Temperatur
NO Bulan Penakaran Hari hujan
(mm) rata-rata
1.Januari 48,50 12 27,23 ° c
2.Februari 89,00 10 28,88 ° c
3.Maret 129,00 13 29,71 ° c
4.April 247,00 15 29,46 ° c
5.Mei 68,50 6 30,57 ° c
6.Juni 129,50 9 30,17 ° c
7.Juli 51,00 7 28,52 ° c
8.Agustus 147,50 15 28,20 ° c
9.September 170,50 12 30,12 ° c
10.Oktober 308,50 18 30,07 ° c
11.November 266,00 16 29,42 ° c
12 Desember 363,50 24 28,04 ° c
Total 2017,5 157
Sumber:BMKG

Sesuai dengan posisi geografis pada bagian timur pantai barat propinsi

Sumatera Barat, maka wilayah kegiatan tambang batubara memiliki iklim tropis

sangat basah dengan curah hujan cukup tinggi sepanjang tahun.

2.1.6 Geologi Daerah Penelitian

Pengelompokan geologi suatu daerah ada beberapa hal yang harus

diperhatikan yaitu aspek tektonik atau gaya-gaya lateral yang berkembang, aspek

sedimentasi karena Batubara merupakan endapan sedimenter, dan variasi kualitas

Batubara menyangkut keekonomisan bahan galian tersebut.


Dari ketiga aspek ini aspek-aspek mana yang berpengaruh paling dominan

pada daerah telitian, dasar inilah yang digunakan untuk mengelompokkan kondisi

geologis suatu daerah berdasarkan kompleksitas geologisnya. Untuk daerah

Talawi disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.3
Pengelompokan Geologi Talawi Berdasarkan Kompleksitas Geologi
(CV.Bara Mitra Kencana)
No Parameter Kondisi Geologi
Sederhana Moderat Komplek
1. Sesar Hampir tidak ada Jarang Rapat
2. Lipatan Hampir tidak Terlipat sedang Terlipat kuat
terlipat
3. Intrusi Tidak berpengaruh Berpengaruh Sangat
berpengaruh
4. Kemiringan Landai Sedang Terjal
II Aspek
Sedimentasi
1. Variasi X < 10 % 10 % < x < 50 X > 50 %
Ketebalan %
2. Kesinambungan Ribuan meter Ratusan meter Puluhan meter
3. Percabangan Hampir tidak ada Beberapa Banyak
III Variasi Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi
Kualitas
Sumber : CV. Bara Mitra Kencana

Menurut tabel diatas kompleksitas geologi daerah Talawi pada lapisan

sedimen pembawa batubara termasuk dalam kriteria geologi sederhana, sehingga

perhitungan sumberdaya batubara terukur dari titik informasi (singkapan dan

lubang tambang yang sudah ada ditahun sebelumnya).

2.1.6.1 Morfologi

Daerah telitian topografinya bergelombang-bergelombang kuat dengan pola

aliran dendritik berstadia muda menuju dewasa. Bentuk morfologi ini selain

dikontrol oleh struktur geologi juga dikontrol oleh jenis batuan yang menyangkut

sifat kekerasan.
2.1.6.2 Stratigrafi

Secara Regional stratigrafi daerah Sawahlunto menurut PH Silitonga dan

Kostowo (1995) dapat dibagi menjadi bagian utama, yaitu komplek batuan Pra-

Tertier dan komplek batuan Tertier.

a. Komplek batuan Pra-Tertier terdiri dari:

1) Formasi Silungkang

Secara statigrafi formasi ini masih dapat dibedakan menjadi empat batuan

yaitu: batuan Lava Andesit, batuan Lava Basalt, batuan Tufa Andesit dan batuan

Tufa Basalt. Umur dari formasi ini diperkirakan Perm sampai Trias.

2) Formasi Tuhur

Formasi ini dicirikan oleh Lempung abu–abu kehitaman, berlapis baik,

dengan sisipan–sisipan batupasir dan batugamping. Diperkirakan formasi ini

berumur Trias.

b. Komplek batuan Tertier terdiri dari:

1) Formasi Sangkarewang

Nama formasi ini pertama kali diusulkan oleh Kostowo dan Silitonga pada

1975. Formasi ini terutama terdiri dari serpih gampingan sampai napal bewarna

coklat kehitaman,berlapis halus dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan.

Formasi ini diperkirakan berumur Eosen-Oligosen.

2) Formasi Sawahlunto

Formasi ini merupakan formasi yang paling penting karena mengandung

lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu lanau, batu lempung dan
batubara yang berselingan satu sama lain. Di perkirakan formasi ini berumur

Oligosen.

3) Fomasi Sawah Tambang

Bagian bawah dari formasi ini dicirikan dari beberapa siklus endapan yang

terdiri dari beberapa siklus endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat, batu

lanau, dan batu lempung. Bagian atas pada umumnya didominasi oleh batu pasir

konglomeratan tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau. Umur dari formasi

ini diperkirakan lebih tua dari Miosen bawah.

4) Formasi Ombilin

Formasi ini terdiri dari lempung gampingan yang bewarna abu-abu

kehitaman. Berlapis tipis dan mengandung fosil. Umur dari formasi ini

diperkirakan Miosen bawah. Lokasi CV. Bara Mitra Kencana itu berada pada

formasi ombilin.

5) Formasi Ranau

Satuan ini terdiri dari Tufa batu apung bewarna abu-abu kehitaman. Umur

dari formasi ini diperkirakan Pleitosen.

2.1.6.3 Geologi Struktur

Daerah telitian secara regional menurut P.H. Silitonga dan Kastowo

(1995) merupakan sayap lipatan berarah Barat Daya-Timur Laut dengan

kemiringan 80–130, kedudukan lapisan Batubara relatif Timur-Barat.


Sumber : CV. Bara Mitra Kencana
Gambar 2.3 Formasi Batuan pada Cekungan Ombilin
2.1.7 Aktifitas Dasar Penambangan

Sistem penambangan pada CV. Bara Mitra Kencana adalah tambang bawah

tanah dengan metode Room and Pillar. Metode penambangan room and pillar

merupakan suatu sistem penambangan bawah tanah untuk endapan batubara,

dengan bentuk blok-blok persegi.

Batubara diperoleh pada face dengan bantuan alat jack hammer/breaker.

Alat ini merupakan alat semi mekanis untuk memecahkan batubara dengan

menggunakan tenaga listrik. Setelah batubara dipecahkan kemudian batubara

dimuat kedalam lori yang ditarik dengan sistem hoist dengan kapasitas lori 1,2

Ton. Batubara yang dimuat dengan lori kemudian ditumpahkan kedalam Colt

Diesel Tipe Canter 120 dengan kapasitas 8 Ton dan dibawa menuju stockpile.

Pasokan udara segar menuju kedalam tambang dibantu dengan blower Tipe E.X

dengan kecepatan 2.800 R/menit.

Penyangga yang digunakan oleh CV.Bara Mitra Kencana menggunakan

penyangga kayu dan penyangga beton dibagian mine entry. Untuk penyangga

kayu menerapkan sistem Three Piece Sets yang dilengkapi dengan stupling

dibagian atas.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kecelakaan Tambang

Menurut KEPMEN 555.k/26/M.PE/1995 pasal 39 tentang kecelakaan

tambang dan kejadian berbahaya adalah:


a. Benar-benar terjadi.

b. Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh

kepala teknik tambang.

c. Akibat kegiatan usaha pertambangan.

d. Terjadi pada jam kerja tambang.

e. Terjadi didalam wilayah kegiatan usaha pertambangan.

Sedangkan penggolongan cedera akibat kerja tambang sebagai berikut:

Menurut KEPMEN 555.k/26/M.PE/1995 Pasal 40 penggolongan cedera

akibat kecelakaan tambang:

a. Cedera ringan

Menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas

semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu.

b. Cedera berat

1) Cedera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja

tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3

minggu.

2) Cedera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja

tambang cacat tetap (invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas

semula.

3) Cedera akibat kecelakaan tambang, tidak tergantung dari lamanya

pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula tetapi

mengalami cedera seperti keretakan tengkorak, pendarahan

didalam, pingsan akibat kekurangan oksigen.


c. Mati

Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati

dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadi kecelakaan.

2.2.2 Faktor Utama Penyebab Terjadinya Kecelakaan

1. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tindakan tidak aman adalah tindakan yang melanggar/tidak sesuai dengan

prosedur/tatacara kerja yang aman dan berpeluang mengakibatkan terjadinya

kecelakaan. Perbuatan tidak aman (unsafe actions) yaitu perbuatan berbahaya dan

manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatarbelakangi antara lain oleh faktor-

faktor sebagai berikut:

2. Keterampilan (kurangnya pengetahuan/ lack of knowledge and skill)

3. Cacat tubuh tidak kentara (bodily defect)

4. Keletihan dan kelesuan (fatigue and boredom)

5. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

Penyebab Unsafe Action adalah:

a. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan

Tindakan terburu-buru dalam melakukan pekerjaan akan menyebabkan

pekerja tidak refleksi terhadap situasi yang datangnya tiba-tiba.

b. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan

Pekerja tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan

keselamatan kerja. Perakatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi

pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru

dilaksanakan.
c. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan

Karena tidak mau repot dalam belerja, orang kadang melakukan hal-hal

yang tidak mencerminkan tindakan yang selamat. Sebagai contoh, pekerja

malas mengambil topeng las di rak keselamatan kerja, langsung mengelas

tanpa pelindung mata. Tanpa diduga, ada percikan api las yang mengenai

mata. Setelah dilakukan pengobatan, ternyara besarnya biaya pengobatan

tidak sebanding dengan beberapa detik mengambil peralatan keselamatan

kerja.

d. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya

Karakter sesorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi

salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga

dalam bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan

kecelakaan kerja. Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan

sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar keselamatan

kerja selalu bisa terwujud. Terlebih lagi untuk pekerjaan yang menuntut

adanya ketelitian, kesabaran dan kecermatan, tidak bisa dilaksanakan

dengan bekerja sambil bermain.

e. Ketidaktahuan

Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan

pengetahuan yang cukup oleh teknisi. Apabila tidak maka dapat menjadi

penyebab kecelkaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan

peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan


sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut

asal-asalan, maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.

f. Kemampuan yang kurang

Tingkat pendidikan teknisi otomatik sangat dibutuhkan untuk proses

produksi dan proses maintenance atau peralatan. Orang yang memiliki

kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta

memperhatikan faktor keselamatan kerja pada pekerjaannya. Oleh sebab itu,

utnuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik (Wulandari,

2004).

2. Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition)

Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang

dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemukan bahwa penyebab

terciptanya kondisi tidak aman ini karena kurang ergonomis.

Penyebab Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition):

a. Tempat kerja yang tidak layak

1. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, konstruksi kurang

aman, bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.

2. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin,

ventilasi atau pertukaran udara, bising atau suara-suara keras, suhu

tempat kerja, tata ruang kerja/kebersihan dan lain-lain).

3. Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan,

maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.


b. Kondisi peralatan yang berbahaya

Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan

menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau

peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau

sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya.

Oleh karena itu, mesin dan peralatan yang potensial menyebabkan kecelakaan

kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau manusia.

Pada umumnya, sesuai dengan kesepakatan arah ahli keselamatan kerja,

dikenal empat hal pokok dalam anatomi kecelakaan kerja yakni penyebab

langsung, penyebab penunjang, kecelakaan dan akibat kecelakaan (Wulandari,

2004).

Faktor lain penyebab kecelakaan tambang adalah sebagai berikut:

a. Faktor lingkungan

Faktor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja, yang meliputi:

1) Keadaan lingkungan kerja

2) Kondisi proses produksi

b. Faktor alat kerja

Di mana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan bangunan

tempat kerja yang salah dirancang atau salah pada saat pembuatan serta terjadinya

kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh seorang perancang. Selain itu,

kecelakaan juga bisa disebabkan oleh bahan baku produksi yang tidak sesuai

dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan, pengangkutan

dan penggunaan.
c. Faktor manusia

Faktor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia di dalam melakukan

pekerjaan, meliputi:

1) Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaannya

maupun dalam bidang keselamatan kerja.

2) Kurang mampu secara fisik dan mental.

3) Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.

4) Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman.

Bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri dan sebagian besar

disebabkan tidak menaati prosedur kerja.

2.2.3 Statistik Kecelakaan Tambang Berdasarkan Keputusan Menteri

Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995

Statistik kecelakaan akibat kerja meliputi kecelakaan yang dikarenakan oleh

atau diderita pada waktu menjalankan pekerjaan, yang berakibat kematian, atau

kelainan-kelainan, dan meliputi penyakit-penyakit akibat kerja. Selain itu, statistik

kecelakaan industri dapat pula mencakup kecelakaan yang dialami tenaga kerja

selama dalam perjalanan ke atau dari perusahaan.

Berdasarkan SNI 13-6618-2001, tingkat kekerapan (Frequency Rate-FR)

dan tingkat keparahan (Severity Rate-SR) dari cedera aakibat kecelakaan tambang

diperlukan sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja pengolahan K3 di suatu

usaha pertambaangan umum. Penghitungan tingkat kekerapan dan tingkat

kepaaraahan saampai saat ini belum seragam oleh karena itu metode penghitungan
tingkat kekerapaan dan tingkat keparahan akibat kerja di pertambangan umum

perlu distandarkan.

1. Pengertian Frequency Rate (FR) dan Severity Rate (SR)

Frequency Rate (Maradona, 2011) merupakan perhitungan yang bermanfaat

pada setiap organisasi karena mengukur jumlah injury yang terjadi akibat

kecelakaan di tempat kerja dibandingkan dengan total kerja. Nilai sangat fleksibel

dan dapat digunakan untuk mengukur berbagai tipe kecelakaan pada populasi

besar. Severity Rate merupakan perhitungan untuk mengetahui tingkat keparahan

dari suatu kecelakaan yang terjadi. Severity Rate mengukur banyaknya hari yang

hilang akibat injury. Namun, perhitungan ini tidak dapat mengungkapkan tingkat

keparahan injury yang bersifat kronis, seperti hearing loss. Hal ini disebabkan

karena keduanya tidak akan menyebabkan ketidakhadiran pekerja yang signifikan

karena gejalanya baru timbul dalam waktu lama. Satuan perhitungan untuk

statistik adalah peristiwa kecelakaan, sehingga untuk seorang tenaga kerja yang

menderita dua atau lebih kecelakaan dihitung banyaknya peristiwa kecelakaan

tersebut. Statistik-statistik khusus mungkin pula dikumpulkan mengenai jenis-

jenis kecelakaan tertentu. Statistik mengenai hal-hal yang sama untuk tahun-tahun

yang berlainan sangat berguna untuk menilai apakah kecelakaan-kecelakaan

tersebut bertambah dan berkurang dan betapa efektif atau tidaknya usaha

pencegahan. Statistik kecelakaan harus disusun atas dasar definisi yang seragam

mengenai kecelakaan-kecelakaan dalam industri, dalam rangka tujuan pencegahan

pada umumnya dan sebagai ukuran resiko-resiko kecelakaan pada khususnya.


Semua kecelakaan-kecelakaan yang didefinisikan demikian harus dilaporkan dan

ditabulasikan secara seragam, yaitu:

1. Angka-angka frekuensi dan beratnya kecelakaan harus dikumpulkan atas

dasar cara-cara seragam. Harus ada pembatasan-pembatasan seragam

tentang kecelakaan, cara-cara seragam untuk mengukur waktu

menghadapi resiko, dan cara-cara untuk menyatakan besarnya resiko.

2. Klasifikasi industri dan pekerjaan untuk keperluan statistik kecelakaan

harus selalu seragam.

3. Klasifikasi kecelakaan menurut keadaan-keadaan terjadinya dan menurut

sifat dan letak luka atau kelainan harus seragam, dan dasar-dasar yang

dipakai untuk menetapkan kriteria pemikiran harus selalu sama.

2. Perhitungan Frequency Rate dan Severity Rate

Berdasarkan Pasal 47 statistik kecelakaan tambang sebagai berikut

(Maradona, 2011):

1. Statistik kecelakaan tambang ditetapkan setiap tahun berdasarkan

kekerapan dan keparahan kecelakaan yang terjadi pada pekerja tambang

yang dihitung dari:

a. FR adalah Jumlah korban kecelakaan dibagi dengan jumlah jam kerja

orang x 1.000.000

b. SR adalah Jumlah hari yang hilang dibagi dengan jumlah jam kerja

orang x 1.000.000

2. Statistik kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus

dikirimkan oleh Kepala Teknik Tambang kepada Kepala Pelaksana


Inspeksi Tambang selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah setiap akhir

tahun kalender.

Statistik kecelakaan tidak hanya semata-mata disusun untuk penelitian ke

arah pencegahan kecelakaan. Sekalipun penelitian dimaksud adalah tujuan

utamanya, tetapi statistik tersebut penting untuk memberi penjelasan kepada

semua pihak yang bersangkutan tentang keadaaan keselamatan, agar memberikan

peringatan tentang bahaya-bahaya yang dihadapi, membuat mereka agar waspada,

dan memberikan perhatian yang cukup kepada tingkat kecelakaan dan kadang-

kadang dirasa perlu untuk menyajikan data statistik tidak saja dalam bentuk

angka-angka tetapi juga berupa gambar.

2.2.4 Metoda Pengambilan Sampel

2.2.4.1 Probability Sampling

Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara random

atau acak. Dengan cara pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi

diasumsikan memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel

penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik, antara

lain:

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Metoda pengambilan sampel yang dilakukan adalah metoda simple random

sampling. Simple random sampling adalah suatu tipe sampling probabilitas, di

mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama

kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel. Dengan

teknik semacam itu maka terpilihnya individu menjadi anggota sampel benar-
benar atas dasar faktor kesempatan (chance), dalam arti memiliki kesempatan

yang sama, bukan karena adanya pertimbangan subjektif dari peneliti. Teknik ini

merupakan teknik yang paling objektif, dibandingkan dengan teknik-teknik

sampling yang lain.

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam

memilih sampel penelitian. Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel

dari 100 orang, maka jumlah kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya

responden dibagi ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap

kelompok.

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)

Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar

tingkatan tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer

tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses

pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan

sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan metode

Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada

bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)

Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu

bertingkat dua, tiga atau lebih.


2.2.4.2 Non- Probability Sampling / Non Random Sample

1. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan.

Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih

sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan

tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang

menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan

dari kelompok penelitian.

2. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

wawancara atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel

pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus

hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. Metode pengambilan

sampel Snowball atau bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-

hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi.

3. Accidental Sampling

Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti

mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok

untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan.

4. Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Teknik

sampling ini mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan
oleh peneliti. Kelebihan metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah

diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup

tinggi jika menggunakan metode ini. Teknik pengambilan sampel dengan cara ini

biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas.

5. Teknik Sampel Jenuh

Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan

semua anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang

dari 30 orang.

2.2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.2.5.1 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

RI Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di

Tempat Kerja adalah:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan kerjanya dalam

melakukan pekerjaan.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

3. Menjaga sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara Sebagaimana

yang dinyatakan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3 ditujukan

untuk menjamin kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja, serta hasil

kerja budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja, dan menjamin:


a. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja dalam keadaan

selamat dan sehat.

b. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara aman dan efisien.

c. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar. Kondisi tersebut diatas

dapat tercapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan

dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena

itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah usaha

pencegahan dan penanggulangan kecelakaan ditempat kerja. Pencegahan

dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk

mengenang dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya

untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan dan mengeliminasinya.

Secara simultan dapat dijelaskan bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan

kerja adalah untuk:

1. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan

dan kesehatannya sehingga dapat terwujud peningkatan produksi dan

produktivitas kerja.

2. Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja agar selalu dalam

keadaan selamat dan sehat.

3. Melindungi bahan dan peralatan produksi agar aman dan efesien.

Syarat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja tambang bawah

tanah adalah:

1) Nyaman pada saat digunakan.

2) Wajib digunakan.
3) Sesuai penggunaannya.

2.2.5.2 Aturan K3 Pertambangan

1. PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen

terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil

kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di

perusahaan.

Tujuan penerapan SMK3 adalah untuk meningkatkan efektifitas

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,

terstruktur, dan terintegrasi; mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh,

dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman,

nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.

Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam

menerapkan SMK3. Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan


pedoman penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2014

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara, yang

selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem manajemen

perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan

pertambangan yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,

dan keselamatan operasi pertambangan. Keselamatan Pertambangan adalah segala

kegiatan yang meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja

pertambangan dan keselamatan operasional pertambangan. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pertambangan (K3 Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui upaya

pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan Operasi Pertambangan

(KO Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif melalui upaya, antara lain

pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana,

pertambangan; pengaman instalasi; kelayakan sarana prasarana, instalasi dan

peralatan pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan hasil

kajian teknis.

3. Kepmen ESDM 555K/26/M.PE Tahun 1995

Salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan pada bisnis pertambangan

adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Faktor manusia menjadi krusial karena
hal tersebut dapat berdampak kepada biaya maupun reputasi perusahaan pada

akhirnya. Pemerintah melalui Kementerian Pertambangan dan Energi (saat ini

ESDM) menetapkan peraturan terkait keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No: 555.K/26/M.Pe/1995 tentang

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Pertambangan Umum. Ruang lingkup

peraturan tersebut adalah seluruh wilayah kuasa pertambangan. Peraturan tersebut

mewajibkan setiap pengusaha tambang untuk membentuk unit khusus

keselamatan dan kesehatan kerja di bawah pengawasan Kepala Teknik Tambang.

Tugas dari unit tersebut adalah mulai dari mengidentifikasi potensi bahaya sampai

dengan melakukan tindakan pencegahan atas potensi bahaya tersebut.

2.2.4.3 Peralatan Pelindung Diri

Berikut adalah alat keselamatan yang melekat pada seorang pekerja

tambang bawah tanah:

1) Helm pengaman (Safety helmet)

Gambar 2.4 Helm pengaman (Safety helmet)


Fungsi helm pengaman yang paling utama adalah untuk melindungi kepala

dari jatuhan batu dan benturan benda secara langsung. Helm yang digunakan di

terowongan agak berbeda dengan yang dipermukaan.

Helm pekerja tambang bawah tanah memiliki tepi yang lebih melebar

dengan adanya pengait di bagian depan untuk mengaitkan lampu kepala. Helm

pengaman sangat menolong kerja karena sifatnya yang melindungi kepala dari

bahaya terbentur benda keras dan batu yang jatuh selama para pekerja berada di

area kerja.

2) Rompi reflektor (Safety vest)

Gambar 2.5 Rompi reflektor (Safety vest)

Safety vest adalah nama lain untuk rompi keselamatan. Rompi ini diengkapi

dengan iluminator, bahan yang dapat berpendar atau memantulkan cahaya jika

terkena cahaya. Bahan berpendar ini akan memudahkan dalam mengenali posisi

pekerja ketika berada di kegelapan terowongan. Hal ini biasa disebabkan

penerangan di area tambang tidak begitu baik, sehingga sering kali pekerja yang

berada didalam area tambang tidak terlihat. Rompi reflektor ini menjadi penting

untuk menghindari tertabrak ketika mereka mesti bekerja dengan alat-alat berat.
3) Sepatu pengaman (Safety shoes)

Gambar 2.6 Sepatu pengaman (Safety shoes)

Safety shoes bentuknya seperti sepatu biasa, tetapi terbuat dari bahan kulit

yang dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Safety shoes berfungsi

untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki seperti tertimpa benda tajam

atau benda berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

4) Kacamata pengaman (Safety goggle/glasses)

Gambar 2.7 Kacamata pengaman (Safety goggles/glasses)

Kacamata pengaman ini berbeda dari kacamata pada umumnya.

Perbedaannya terletak pada lensa/kaca yang menutupi mata secara menyeluruh,

termasuk bagian samping yang tidak terlindungi oleh kacamata biasa. Dengan

menggunakan safety goggles/glasses ini, pekerja terhindar dari terpaan debu di

area pertambangan ataupun cipratan dari minyak saat proses drilling.


Kacamata ini memiliki berbagai macam jenis tergantung keperluan dan jenis

pekerjaannya. Tidak hanya pekerja tambang bawah tanah, yang bekerja di

permukaan pun sebenarnya wajib mengenakan alat pelindung ini. Untuk orang

berkacamata minus atau plus, disediakan lensa khusus sesuai dengan kebutuhan

yang bersangkutan. Lensa ini tidak boleh terbuat dari kaca, karena jika terjadi

benturan dan lensa pecah, serpihan kaca malah akan membahayakan

penggunanya.

5) Masker respirator (Safety masker)

Gambar 2.8 Masker respirator (Safety masker)

Safety masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja

di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). Di berbagai

area pertambangan banyak bertaburan debu, yang dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan pada pernafasan dalam jangka waktu yang panjang. Ada berbagai jenis

masker yang tersedia, mulai dari masker debu hingga masker khusus dalam

menghadapi bahan kimia yang mudah menguap.


6) Sarung tangan pengaman (Safety gloves)

Gambar 2.9 Sarung tangan pengaman (Safety gloves)

Safety gloves berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di

tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Penggunaan safety

gloves menjadi hal yang wajib digunakan di dunia pertambangan. Hal ini

dikarenakan para pekerja banyak berinteraksi (menyentuh) benda-benda yang

panas, tajam, ataupun yang beresiko terluka, tergores saat melakukan

pekerjaannya.

Penggunaan safety gloves pun beragam sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Ada safety gloves khusus pekerjaan seperti mekanik / montir, ada yang khusus

untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia, ataupun pekerjaan

seperti pengelasan.

7) Pengaman telinga (Ear plugs)

Gambar 2.10 Pengaman telinga (Ear plugs)


Ear plugs berfungsi sebagai alat pelindung yang dilekatkan di telinga pada

saat bekerja di tempat yang bising. Ear plugs merupakan alat pelindung

pendengaran dari kebisingan. Penggunaan ear plugs ini mencegah pekerja

mengalami gangguan pendengaran, seperti penurunan pendengaran akibat

terpapar kebisingan sewaktu bekerja di area kerja yang memiliki tingkat

kebisingan yang tinggi atau bekerja dengan peralatan yang mengeluarkan

kebisingan tinggi.

Umumnya alat pendengaran kita hanya mampu menahan besaran kebisingan

sampai dengan 80-85 dB. Ear plugs pun memiliki berbagai ragam bentuk dan

jenis sesuai dengan peruntukannya dalam pekerjaan.

8) Lampu kepala

Gambar 2.11 Lampu kepala

Alat keselamatan ini biasanya khusus digunakan pada penambangan bawah

tanah (underground). Malam dan siang hari di terowongan tak ada bedanya, yaitu

sama-sama gelap. Itulah sebabnya, lampu kepala wajib dikenakan oleh para

pekerja tambang bawah tanah.

Lampu ini bisa bertenaga aki (elemen basah) atau baterai (elemen kering)

yang digantung di pinggang. Dibandingkan dengan baterai, aki memiliki beberapa


kelemahan. Selain ukuran dan bobot aki yang lebih berat, cairan asam sulfat yang

bocor dapat merusak pakaian.

9) Self rescuer

Gambar 2.12 Self rescuer

Dalam kondisi darurat akibat kebakaran atau ditemukannya gas beracun,

alat inilah yang dapat menjadi penyelamat bagi para pekerja. Alat ini dirancang

dapat memasok oksigen secara mandiri kepada pekerja. Tidak lama memang, tapi

ini diharapkan memberikan cukup waktu bagi pekerja untuk mencari jalan keluar

atau mencapai tempat pengungsian yang lebih aman.

10) Sepatu boot (Safety boot)

Gambar 2.13 Sepatu boot (Safety boot)

Dengan kondisi terowongan yang umumnya licin dan berlumpur, sepatu

boot menjadi kebutuhan pokok. Sepatu pendek hanya akan menyebabkan kaki
terbenam dalam lumpur. Sepatu boot ini juga mesti dilengkapi dengan sol berlapis

logam dan lapisan logam untuk melindungi jari kaki.

11) Tali pengaman (Safety harness)

Gambar 2.14 Tali pengaman (Safety harness)

Alat ini berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Alat ini

wajib digunakan apabila bekerja pada ketinggian lebih dari 1,8 meter.

12) Sabuk pengaman (Safety belt)

Gambar 2.15 Sabuk pengaman (Safety belt)

Safety beltini berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat

transportasi ataupun peralatan lainnya yang serupa (mobil, alat berat, pesawat,

helikopter, dan sebagainya).


13) Jas hujan (Raincoat)

Gambar 2.16 Jas hujan (Raincoat)

Jas hujan berfungsi untuk melindungi pekerja dari percikan air saat bekerja

(misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat). Terpapar air secara

langsung dan terus-menerus dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti

influenza dan demam, yang pada akhirnya akan menganggu optimalisasi

pekerjaan dari pekerja tersebut.

14) Pelindung wajah (Face shield)

Gambar 2.17 Pelindung wajah (Face shield)

Alat ini berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat

bekerja (misal pekerjaan menggurinda dan las). Di dunia tambang, alat ini

biasanya banyak digunakan oleh para mekanik dan welder.


15) Pelampung (Lifevest)

Gambar 2.18 Pelampung (Lifevest)

Alat ini wajib digunakan saat kita beraktivitas di wilayah perairan / diatas

air. Alat ini harus selalu dikenakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak

diinginkan selama perjalanan (alat transportasi karam/terbalik). Lifevest harus

selalu rutin di periksa untuk memeriksa daya ambang atau daya apungnya.

2.3 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini terlihat pada gambar 2.19

di bawah ini:
INPUT PROSES OUTPUT

1. Observasi 1. Menentukan frequency rate dan 1. Persentase frequency


lapangan severity rate rate dan severity rate
2. Data primer FR=Jumlah korban kecelakaan pada CV. Bara Mitra
- Wawancara dibagi dengan jumlah jam kerja Kencana tahun
penelitian orang x 1.000.000 2015-2017.
3. Data sekunder SR=Jumlah hari yang hilang 2. Penyebab
a. Jumlah dibagi dengan jumlah jam kerja kecelakaan kerja di
kecelakaan di orang x 1.000.000 CV. Bara Mitra
CV. Bara Mitra 2. Menganalisis tingkat kecelakaan Kencana tahun
Kencana 2015- - Melakukan wawancara terhadap 2015-2017.
2017 karyawan maupun staf
b. Jumlah karyawan perusahaan
CV. Bara Mitra - Menggunakan metode grafik.
Kencana - Penyebab kecelakaan:
c. Jumlah jam kerja - Unsafe Action
d. Jumlah hari - Unsafe Condition
hilang

Gambar 2.19 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual di atas terdiri dari hal-hal sebagai berikut:


1. Input
Merupakan dasar permasalahan yang di butuhkan untuk dilakukan tindak
lanjutnya.
2. Proses
Merupakan langkah yang akan dilakukan sehingga menghasilkan output dari
penelitian ini.
3. Output
Yakni hasil dari proses yang telah dilakukan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif adalah metode penelitian

survey, menurut Sugiyono (2009:12) Penggunaan metode survey akan

memudahkan peneliti untuk memperoleh data untuk diolah dengan tujuan

memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir suatu penelitian.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Lubang BMK 23 di CV. Bara Mitra Kencana

di Tanah Kuning Desa Batu Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto

Provinsi Sumatera Barat. Lokasi penambangan batu bara terletak pada koordinat

100º47’18,39”–100º46’48,10” Bujur Timur (BT) dan 00o36’58,22”-00o36’58,36” Lintang

Selatan (LS).

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal Oktober 2017 sampai dengan

November 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang

memiliki karakteristik tertentu. Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah

seluruh lapisan karyawan yang bekerja di CV. Bara Mitra Kencana yang

berjumlah 337 orang terdiri dari anggota stockpile, orang staff, karyawan kantor,

karyawan K3, operator, driver, KTT, karyawan bagian listrik dan karyawan

bagian mekanik.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi data yang dianggap mewakili

populasi keseluruhan. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini dengan

menggunakan cara sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel

pada penelitian ini sebanyak 10 orang yang terdiri dari KTT, pekerja operator,

pekerja teknisi, dan kepala K3.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dari kuisoner yang diajukan

kepada karyawan tambang CV. Bara Mitra Kencana selaku sampel penelitian.

2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari perusahaan mengenai

gambaran umum perusahaan, seperti:

1) Jumlah kecelakaan di CV. Bara Mitra Kencana 2015-2017

2) Jumlah karyawan CV. Bara Mitra Kencana

3) Jumlah jam kerja

4) Jumlah hari hilang

3.4.2 Sumber data

Sumber data yang diperoleh dari karyawan CV. Bara Mitra Kencana yang

dipilih sebagai sampel penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur yaitu pengumpulan data yang dibutuhkan dengan

membaca buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan

dibahas dan data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan

sebagai landasan dalam pemecahan masalah.

2. Observasi Lapangan

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan

pengamatan langsung dilakukan adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut.

Data dengan observasi lapangan pada penelitian ini adalah:

1) Kuesioner yang meliputi:


a. Pertanyaan tentang fakta adanya safety talk

b. Pertanyaan tentang pendapat (opini)

2) Statistik kecelakaan kerja tambang

Alat untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan yang disebut

dengan kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam daftar pertanyaan

atau kuesioner tersebut cukup terperinci dan lengkap. Daftar pertanyaan pada

penelitian ini berisikan hal-hal yang dapat menjawab tujuan penelitian.

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

1. Menentukan frequency rate dan severity rate

a. FR adalah Jumlah korban kecelakaan dibagi dengan jumlah jam kerja orang

x 1.000.000

b. SR adalah Jumlah hari yang hilang dibagi dengan jumlah jam kerja orang x

1.000.000

2. Menentukan faktor penyebab kecelakaan

Menentukan faktor penyebab kecelakaan dengan pengolahan data

menggunakan grafik excel sederhana.

3.6.2 Analisis Data

1. Menganalisis hasil pengolahan data nilai frequency rate (FR) dan nilai

severity rate (SR) yang diperoleh dari tahun 2015 sampai tahun 2017

sehingga bisa ditarik kesimpulan tentang kekerapan dan keparahan

kecelakaan yang terjadi di CV. Bara Mitra Kencana.


2. Menganalisis hasil jawaban wawancara dari setiap responden dari sampel

penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan

terjadinya kecelakaan dan membandingkan setiap komponen yang ada

pada sistem manajemen K3 tambang batubara bawah tanah yang ada di

CV. Bara Mitra Kencana

3.7 Kerangka Metodologi

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan penulis dapat dilihat

pada kerangka metodologi berikut:

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Metodologi


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dari kuesioner yang diajukan

kepada karyawan tambang CV. Bara Mitra Kencana selaku sampel penelitian.

Seperti terlihat pada lampiran 5.

4.2.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari perusahaan mengenai

gambaran umum perusahaan, seperti:

5) Jumlah karyawan CV. Bara Mitra Kencana, terlihat pada tabel 2.1.

6) Jumlah kecelakaan kerja CV. Bara Mitra Kencana tahun 2015-2017

seperti terlihat pada tabel 1.1.

7) Jumlah jam kerja

Jumlah jam kerja sehari : 8 jam

Jumlah hari kerja setahun : 336 hari

Jumlah tenaga kerja : 337 orang

Jumlah jam kerja per tahun dari tahun 2015-2017 = 8 jam/hari x 336 hari

x 337 = 905.856 jam

8) Jumlah hari hilang

48
Tabel 4.1
Jumlah Hari Hilang
Tanggal Jenis Kecelakaan Jumlah Hari
Hilang
Tahun 2015
2-Jan-15 Luka terbuka pada jari 2 hari
manis sebelah kiri
25-Feb-15 Luka memar pada 2 hari
punggung tangan kanan
6-May-15 Luka terbuka pada ibu jari 2 hari
sebelah kiri
22-May-15 Kelelahan saat bekerja 2 hari
28-May-15 Luka robek 2 cm pada 3 hari
pelipis mata sebelah
Kanan
10-Jun-15 Luka memar pada tangan 2 hari
sebelah kiri
15-Jun-15 Luka gores pada tangan 4 hari
dan perut sebelah
kiri tersa sakit
Jumlah 17 hari

Tahun 2016
1-Mar-16 Luka robek pada jari 1 hari
telunjuk kiri

4-Apr-16 Luka robek pada ujung 1 hari


jari telunjuk sebelah
Kiri
9-Jun-16 Luka sayat pada jari 1 hari
tengah sebelah kanan

9-Jul-16 Luka robek pada ibu jari 3 hari


sebelah kiri
sepanjang lebih kurang 4
cm
14-Oct-16 Pat datang jam 10.30 wib 3 hari
dengan kel,,luka
robek pada jari telunjuk
sebelah kiri sepanjang
Tanggal Jenis Kecelakaan Jumlah Hari
Hilang
lebih kurang 5 cm,,
Jumlah 9 hari

Tahun 2017
29-Mar-17 Kecelakaan tambang
berakibat cidera berat 6000 hari
29-Mar-17 Kecelakaan tambang
berakibat cidera berat 6000 hari
17-Apr-17 Luka pada kaki 2 hari
dikarenakan terjatuh

4-May-17 Luka robek pada kaki 2 hari


terkena batubara
Jumlah 12.004 hari

4.3. Pengolahan Data

4.2.2 Frequency Rate dan Severity Rate

Statistik kecelakaan tambang yang terjadi pada tahun 2015-2017 adalah

sebagai berikut :

1. Frequency Rate (FR)

Nilai Frequency Rate (FR) menunjukkan kekerapan kecelakaan, yaitu pada

setiap 1.000.000 jam kerja terdapat jumlah korban kecelakaan sebesar nilai FR.

a. Angka kekerapan kecelakaan/Frequency Rate (FR) tahun 2015

Jumlah Kecelakaan Kumulatif


FR = x 1.000.000
Jumlah jam ke rja

7
= x 1.000.000
905 .856

= 7,73

b. Angka kekerapan kecelakaan/Frequency Rate (FR) tahun 2016


Jumlah Kecelakaan Kumulatif
FR = x 1.000.000
Jumlah jam ke rja

5
= x 1.000.000
905 .856

= 5,51

c. Angka kekerapan kecelakaan/Frequency Rate (FR) tahun 2017

Jumlah Kecelakaan Kumulatif


FR = x 1.000.000
Jumlah jam ke rja

4
= x 1.000.000
905 .856

= 4,41

2. Severity Rate (SR)

Nilai Severity Rate (SR) menunjukkan bahwa dalam perusahaan tersebut

dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif terdapat hari hilang sebesar nilai SR.

a. Angka keparahan kecelakaan/Severity Rate (SR) tahun 2015

Jumlah Hari Hilang


SR = x 1.000.000
Jumlah jam ke rja

17
= x 1.000.000
905 .856

= 18,77

b. Angka keparahan kecelakaan/Severity Rate (SR) tahun 2016

Jumlah Hari Hilang


SR = x 1.000.000
Jumlah jam ke rja

9
= x 1.000.000
905 .856

= 9,93
c. Angka keparahan kecelakaan/Severity Rate (SR) tahun 2017

Jumlah Hari Hilang


SR = x 1.000.000
Jumlah jam ke rja

12.004
= x 1.000.000 = 13.251,5
905 .856

3. Presentase Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan pada CV. Bara Mitra Kencana disebabkan langsung oleh

tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition)

sehingga menyebabkan terhentinya suatu kegiatan baik terhadap manusia maupun

terhadap alat.

Tabel 4.2
Perbandingan Frequency Rate dan Severity Rate Tahun 2015 - 2017
No Tahun Frequency Rate (FR) Severity Rate (SR)
1 2015 7,73 18,77
2 2016 5,51 9,93
3 2017 4,41 13.251,5

2015 2016 2017

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Frequency Rate dan Severity Rate Tahun
2015 – 2017
Dengan melihat pada data kecelakaan yang ada pada Tabel 4.2, maka

dapat dilihat penyebab tingginya angka kekerapan kecelakaan dan angka

keparahan kecelakaan tersebut.

a. Pada Tahun 2015, didapatkan Frequency Rate sebesar 7,73. Angka ini

menunjukkan dalam setiap 1.000.000 jam kerja, terdapat 7,73 korban

kecelakaan. Angka didapatkan dari 7 kecelakaan yang terjadi pada tahun 2012

karena unsafe act dan unsafe condition. Pada tahun 2015 didapatkan Severity

Rate sebesar 18,77 karena dari insiden-insiden tersebut menyebabkan

hilangnya hari kerja sebanyak 17 hari. Angka ini menunjukkan dalam setiap

1.000.000 jam kerja, terdapat 18,77 hari hilang.

b. Pada Tahun 2016, didapatkan Frequency Rate sebesar 5,51. Angka ini

menunjukkan dalam setiap 1.000.000 jam kerja, terdapat 5,51 korban

kecelakaan. Angka didapatkan dari 5 kecelakaan yang terjadi pada tahun 2016

karena unsafe action dan unsafe condition. Pada tahun 2016 didapatkan

Severity Rate sebesar 9,93 karena dari insiden-insiden tersebut menyebabkan

hilangnya hari kerja sebanyak 9 hari. Angka ini menunjukkan dalam setiap

1.000.000 jam kerja, terdapat 9,93 hari hilang.

c. Pada Tahun 2017, didapatkan Frequency Rate sebesar 4,41. Angka ini

menunjukkan dalam setiap 1.000.000 jam kerja, terdapat 4,41 korban

kecelakaan. Angka didapatkan dari 4 kecelakaan yang terjadi pada tahun 2017

karena unsafe action dan unsafe condition. Pada tahun 2017 didapatkan

Severity Rate sebesar 13.251,5 karena dari insiden-insiden tersebut


menyebabkan hilangnya hari kerja sebanyak 12.004 hari. Angka ini

menunjukkan dalam setiap 1.000.000 jam kerja, terdapat 13.251,5 hari hilang.

4.2.2 Faktor Penyebab Kecelakaan

Faktor penyebab kecelakaan yang terjadi di CV. Bara Mitra Kencana dapat

diketahui dengan menggunakan angket wawancara yang diberikan kepada

responden yang menjadi sampel penelitian.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di CV. Bara Mitra Kencana,

responden yang menjadi sampel penelitian yaitu staf dan karyawan yang mewakili

seluruh populasi. Adapun data karakteristik subyek penelitian diperoleh dari

jawaban wawancara dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan

Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan sampel pada penelitian terdiri

dari 10 orang seperti terlihat pada tabel 4.2. Dan persentase berdasarkan

tingkat pendidikan seperti terlihat pada Gambar 4.2.

Tabel 4.3
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1. SMA/SMK 5
2. Diploma 3
3. Sarjana 2
Jumlah 10
Gambar 4.2 Diagram persentase sampel berdasarkan tingkat pendidikan

b. Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia sampel pada penelitian berkisar antara 21 sampai dengan

>40 tahun seperti terlihat pada tabel 4.3. Dan persentase berdasarkan usia

dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Tabel 4.4
Berdasarkan Usia
No Usia (tahun) Jumlah
1. 21-30 6
2. 31-40 3
3. >40 1
Jumlah 10

21-30 31-40 >40


10%

30%
60%

Gambar 4.3 Diagram persentase sampel berdasarkan usia

c. Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan jabatan sampel pada penelitian terlihat pada tabel 4.4. Dan

persentase berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Gambar 4.4.


Tabel 4.5
Berdasarkan Jabatan
No Jabatan/ Profesi Jumlah
1. KTT 1
2. Pengawas Teknis 1
3. Pengawas Operasional 1
4. Kepala Lubang 2
5. Kepala K3 & KO tambang 1
6. Petugas P3K 1
7. Karyawan 3
Jumlah 10

KTT Pengawas Teknis


Pengawas Operasional Kepala Lubang
Kepala K3 & KO tambang Petugas P3K
Karyawan
10%
30% 10%
10%
10%
20%
10%

Gambar 4.4 Diagram persentase sampel berdasarkan jabatan/ profesi

d. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin sampel pada penelitian ini semuanya berjenis

kelamin laki-laki seperti terlihat pada tabel 4.5

Tabel 4.6
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jabatan Jumlah
1. Laki-laki 10
2. Perempuan 0
Jumlah 10
2. Persentase Tingkat Kecelakaan Kerja

Untuk pengolahan data kuisioner dilakukan dengan menggunakan

persentase tertinggi atau jawaban terbanyak dari kuisioner yang disebarkan. Untuk

jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.6 – 4.16.

Tabel 4.7
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 1
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 5
2 Pernah 4
3 Jarang 6
4 Sering 0

Gambar 4.5 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan kerja

Tabel 4.8
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 2
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 7
2 Pernah 0
3 Jarang 8
4 Sering 0
Gambar 4.6 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.9
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 3
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 5
2 Pernah 6
3 Jarang 4
4 Sering 0

Gambar 4.7 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.10
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 4
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 6
2 Pernah 0
3 Jarang 9
4 Sering 0

Gambar 4.8 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.11
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 5
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 9
2 Pernah 0
3 Jarang 6
4 Sering 0
Gambar 4.9 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.12
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 6
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 5
2 Pernah 5
3 Jarang 5
4 Sering 0

Gambar 4.10 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.13
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 7
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 3
2 Pernah 2
3 Jarang 8
4 Sering 2

Gambar 4.11 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.14
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 8
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 7
2 Pernah 3
3 Jarang 5
4 Sering 0
Gambar 4.12 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.15
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 9
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 6
2 Pernah 3
3 Jarang 6
4 Sering 2

Gambar 4.13 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.16
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja Responden 10
No Variabel Jawaban
1 Tidak Pernah 3
2 Pernah 7
3 Jarang 5
4 Sering 0

Gambar 4.14 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja

Tabel 4.17
Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja
No Variabel Jawaban
1. Tidak Pernah 53
2. Pernah 31
3. Jarang 62
4. Sering 4

Jadi dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa pilihan paling

banyak terdapat pada poin kurang baik, dari Standar Operasional Prosedur yang

diterapkan oleh CV. Bara Mitra Kencana belum sepenuhnya terlaksana dengan

baik dikarenakan masih adanya tingkat kecelakan kerja.


Gambar 4.15 Grafik Persentasi Tingkat Kecelakaan Kerja
BAB V
ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Analisis Data Wawancara

Pada bagian ini akan dibahas dan dikemukakan mengenai hasil analisis

dari data wawancara, berkaitan dengan unsur dan elemen K3 dari data wawancara

yang telah diajukan. Dari pertanyaan wawancara yang diajukan kepada staf dan

karyawan CV. Bara Mitra Kencana menunjukkan bahwa secara umum kecelakaan

kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor tindakan tidak aman (unsafe action) dan

faktor kondisi tidak aman (unsafe condition). Unsur atau elemen K3 masih belum

cukup memadai di CV. Bara Mitra Kencana. Serta hasil dari pengamatan eksisting

di lapangan, masih adanya hal-hal yang harus dibenahi terkait sistem K3 tambang

bawah tanah di CV. Bara Mitra Kencana.

5.2 Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan

yang salah atau kondisi yang tidak aman. Tindakan tidak aman (unsafe action)

yang kerap terjadi adalah sengaja melanggar peraturan K3 yang diwajibkan,

kurangnya keterampilan dan kelelahan dari pekerja itu sendiri. Sedangkan kondisi

tidak aman (unsafe condition) yang dihadapi oleh pekerja adalah patahnya

penyanggaan, ambrukan pada roof tambang bawah tanah dan konsentrasi gas

metan yang tinggi pada tambang bawah tanah.


5.3 Analisis Nilai Frequency Rate (FR) dan Severity Rate (SR)

5.3.1 Nilai Frequency Rate (FR)

Nilai frequency rate (FR) merupakan nilai yang menunjukan tingkat

kekerapan atau keseringan kecelakaan terjadi di CV. Bara Mitra Kencana. Dari

hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa tingkat kekerapan kecelakaan di CV.

Bara Mitra Kencana semakin kecil ini dapat dilihat dari nilai frequency rate (FR)

dari tahun 2015 sampai tahun 2017 yang semakin rendah.

5.3.2 Nilai Severity Rate (SR)

Dari pengolahan data nilai Severity Rate (SR) di CV. Bara Mitra Kencana

dari tahun 2015 sampai 2016 semakin kecil ini menunjukan tingkat keparahan

kecelakaan yang akan berdampak pada jumlah hari hilang. Dengan nilai SR yang

semakin kecil maka tingkat keparahan kecelakaan juga semakin rendah yang

menandakan bahwa dari tahun 2015 sampai 2016 jumlah hari hilang semakin

sedikit. Namun pada tahun 2017 nilai SR melonjak naik dikarenakan terjadinya

kecelakaan berat yang berakibat menninggal. Semakin parah kecelakaan yang

terjadi maka semakin banyak pula hari hilang.

5.4 Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan

Faktor utama penyebab kecelakaan kerja yaitu tindakan tidak aman (Unsafe

Action) dan kondisi tidak aman (Unsafe Condition). Analisis dari kedua faktor

penyebab kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana dari tahun 2015 sampai

tahun 2017 adalah sebagai berikut:


Tabel 5.1
Perbandingan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun 2015 - 2017
No Faktor penyebab kecelakaan kerja TP P J S
1 Unsafe Action 22 14 40 4
2 Unsafe Condition 31 17 22 0

Gambar 5.1 Diagram Perbandingan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun


2015-2017

Gambar 5.2 Grafik Persentase Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) yang
Terjadi Tahun 2015-2017
Gambar 5.3 Grafik Persentase Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) yang
Terjadi Tahun 2015-2017

Keterangan: TP = Tidak Pernah


P = Pernah
J = Jarang
S = Sering

Gambar 5.4 Grafik Persentase Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) dan
Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) Tahun 2015-2017
Dari analisis data di atas dapat dilihat bahwa yang paling banyak terjadi

kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor tindakan

tidak aman (unsafe action) yang dapat dilihat pada gambar 5.1. Dari gambar 5.4

dapat dilihat bahwa persentse kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor

tindakan tidak aman (unsafe action) adalah yang paling banyak terjadi di CV.

Bara Mitra Kencana selama tahun 2015 sampai 2017 yaitu sebesar 65% sementara

faktor kondisi tidak aman (unsafe condition) sebesar 35%.

Kecelakaan kerja dan rasa tidak aman dari para pekerja pada saat bekerja

dapat terjadi karena kelalaian manajemen dalam menjalankan fungsi pengawasan

terhadap faktor-faktor penyebab kecelakaan. Untuk itu, penting bagi perusahaan

untuk membangun manajemen yang memiliki sistem yang dapat meminimalkan

terjadinya kecelakaan dan menjamin para pekerja berada pada kondisi aman pada

saat bekerja serta memperingatkan pekerja jika melakukan tindakan kerja yang

tidak aman.

Manajemen harus bergerak aktif untuk mencapai target zero accident

dengan

aktif dalam melakukan sosialisasi kepada para pekerja mengenai pentingnya K3

pada saat bekerja, melakukan pelatihan-pelatihan mengenai K3 dan memasang

poster-poster K3 di sekitar tempat kerja. Selain itu manajemen juga harus

memperketat pelaksanaan aturan-aturan yang berlaku, seperti :

1. Sebelum menuju lokasi kerja, setiap pimpinan departemen harus memberikan

pengarahan kepada bawahannya mengenai K3, memeriksa kelengkapan APD

dan kelayakan unit kendaraan yang akan dipakai.


2. Rutin dalam melakukan razia di jalan angkut batubara, menjaga kerahasiaan

waktu razia dan tegas tanpa memandang jabatan terhadap setiap pelanggaran.

3. Tegas dalam menerapkan aturan perusahaan bahwa setiap tamu perusahaan

harus melakukan induksi dan setiap pekerja yang baru selesai cuti atau izin

harus melakukan induksi untuk menguji kelayakannya dalam melakukan

pekerjaannya.

4. Rutin melakukan evaluasi harian mengenai K3 sehingga segala perkembangan

mengenai K3 yang terjadi di lokasi kerja dapat segera diketahui pimpinan dan

dapat segera ditindaklanjuti, mengingat hanya pimpinan yang memiliki

kewenangan untuk mengambil tindakan.

Untuk meningkatkan fungsi pengawasan, manajemen juga dapat melibatkan

peran aktif seluruh pekerja dengan memberlakukan Kartu K3. Dengan kartu ini,

setiap pekerja dapat melaporkan kondisi tidak aman yang ada di lokasi kerja dan

tindakan kerja tidak aman yang dilakukan pekerja lain sehingga dapat segera

diketahui dan ditindaklanjuti.

Kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin

terselenggaranya kegiatan perusahaan. Diperlukan manajemen dengan sistem

yang dapat mencakup seluruh kegiatan yang dilaksanakan, agar tiap-tiap kegiatan

yang dilaksanakan dapat menjamin kesehatan para pekerja yang terlibat di dalam

kegiatan tersebut.

Pihak perusahaan harus dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada para

pekerja. Pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada

pekerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam
penyesuaian pekerja dengan pekerjaan dan melindungi pekerja terhadap setiap

gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan maupun lingkungan kerja serta

memberikan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi tenaga kerja yang menderita

sakit. Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan kerja, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan

kesehatan khusus

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja sudah dilakukan tetapi dalam bentuk

medical check up biasa, sehingga perlu disertai dengan pemeriksaan yang lebih

detail, seperti pemeriksaan paru, pemeriksaan fungsi pendengaran, pemeriksaan

fungsi penglihatan, dan pemeriksaan gigi untuk mengantisipasi kejadian penyakit

akibat kerja, pemeriksaan khusus untuk pekerja yang bekerja dengan resiko

bahaya tinggi perlu dilakukan secara berkala.

2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

Pengawasan perlengkapan kesehatan kerja dalam bentuk pemantauan

penggunaan alat pelindung diri di lingkungan kerja sesuai dengan potensi bahaya

yang ada di areal kerja masing-masing.

3. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk P3K

Pendidikan kesehatan selama ini belum pernah dilakukan secara khusus,

para pekerja hanya dibekali alat pelindung diri untuk mencegah kejadian

kecelakaan maupun potensi bahaya yang ada di areal kerja. Sebaiknya pihak

perusahaan melakukan pelatihan kesehatan, paling tidak dalam satu lokasi kerja

ada satu orang yang cakap dalam P3K.


Untuk menjamin pekerja dalam kondisi yang prima dalam melakukan

pekerjaannya, diperlukan pola hidup sehat dan asupan makanan yang bergizi. Hal

ini kurang mendapat perhatian dari pekerja, karena itu perusahaan harus bergerak

aktif dan memfasilitasinya. Pada interval waktu tertentu perusahaan juga dapat

membagikan vitamin dan makanan yang bergizi kepada para pekerja. Dengan gizi

yang baik dan seimbang akan menimbulkan gairah dan semangat kerja yang

tinggi,

mengurangi keletihan, tidak mudah terserang penyakit sehingga hasil kerja baik

dan tentu dapat mengurangi kecelakaan kerja.

Perusahaan juga dapat bekerja sama dengan rumah sakit sebagai rujukan

kesehatan bagi pekerjanya karena minimnya fasilitas yang ada di poliklinik.

Selain itu, perusahaan juga dapat menyediakan kantin yang menyediakan

makanan bagi para pekerja agar perusahaan dapat memastikan bahwa pekerja

mengkonsumsi makanan pada saat bekerja. Keuntungan kebijakan ini adalah :

1. Dengan menyediakan makanan, perusahaan dapat mengontrol gizi makanan

yang dikonsumsi pekerja, paling tidak untuk satu kali makan dalam sehari.

2. Dengan menyediakan kerjasama dengan sebuah rumah sakit sebagai rujukan

kesehatan, perusahaan dapat mengetahui kondisi kesehatan pekerja secara

lebih akurat.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari data yang diperoleh dan diolah, didapat nilai frequency rate (FR) dan

severity rate (SR) pada tahun 2015 sebesar 7,73 dan 18,77; tahun 2016 adalah

5,51 dan 9,93; sedangkan pada tahun 2017 adalah 4,41 dan 13.251,5. Nilai FR

pada tahun 2017 merupakan angka terkecil yang berarti nilai kekerapan yang

paling rendah dari tahun sebelumnya. Sementara nilai SR pada tahun 2017

merupakan angka terbesar yang berarti nilai keparahan yang paling tinggi, ini

dipicu adanya cidera berat berakibat meninggal.

2. Dari data yang diperoleh yaitu data wawancara maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa, faktor penyebab kecelakaan yang ada di CV. Bara Mitra Kencana pada

tahun 2015-2017 adalah tindakan tidak aman (unsafe action) sebesar 65%

seperti sengaja melanggar peraturan K3 yang diwajibkan, kurangnya

keterampilan, serta kelelahan dari pekerja itu sendiri dan kondisi tidak aman

(unsafe condition) sebesar 35% seperti patahnya penyanggaan, ambrukan pada

roof tambang bawah tanah dan konsentrasi gas metan yang tinggi pada

tambang bawah tanah.

6.2 Saran

Untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan K3 dan mengurangi kecelakaan

di CV. Bara Mitra Kencana disarankan untuk melakukan upaya perbaikan sebagai

berikut:

73
1. Memberikan pelatihan dan pembinaan mengenai K3 kepada seluruh

karyawan, sehingga seluruh karyawan memahami akan pentingnya menjaga

keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Membenahi dan memperbaiki manajemen K3 tambang bawah tanah di CV.

Bara Mitra Kencana, serta mengevaluasi pelaksanaan K3 yang sudah ada

secara terjadwal dan berkelanjutan.

3. Upaya penanggulangan faktor tindakan tidak aman yang berpengaruh

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja oleh para karyawan antara lain:

a. Peningkatan program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan

mengidentifikasi sumber yang menyebabkan kecelakaan.

b. Peningkatan ketrampilan karyawan baik dalam bidang kerjanya maupun

dalam bidang keselamatan kerja


DAFTAR KEPUSTAKAAN

KESDM Badan Diklat ESDM Pusdiklat Teknologi Mineral.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No: 555.K/26/M.Pe/1995 tentang


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Pertambangan Umum

Maradona, Henry. Tinjauan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Area


Penambangan Dan Pengolahan Tambang Terbuka Pt. Atoz Nusantara
Mining Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
[Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Marhaendrasworo, 1999, Formasi Batuan Pada Cekungan Ombilin.

Nazir, Moh., 2017, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2014

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Silitonga, PH, 1995, Lembar Geologi Solok 1:250000.

Sugiono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.


LAMPIRAN 1
PERATURAN MENTERI
LAMPIRAN 2
GAMBAR DAN PETA
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI
CV. BARA MITRA KENCANA
STRUKTUR ORGANISASI TAMBANG

KEPALA TEKNIK TAMBANG

ANDI ASMUNANDAR, A.Md

PENGAWAS OPERASIONAL
DAN TEKNIS TAMBANG

CHANDRA

HSE / ADMINISTRASI PENGAWAS KELISTRIKAN DAN MESIN


PETUGAS P3K
FITRI ANITA JULIANI, A.Md TBT
RANI OKTAVIA, Amd. Keb SUDARMANTO
HENDRA WATI YASRI, Amd.Kep

PENGAWAS TAMBANG

PENGAWAS TAMBANG 1 PENGAWAS TAMBANG 2 PENGAWAS TAMBANG 3 PENGAWAS TAMBANG 4 PENGAWAS TAMBANG 5

ALQODRIANTO DELPI ST BATARA OLOAN HASIBUAN ZULKARNAEN YANDI ARVINAS DASWARDI

PENGAWAS TAMBANG
PENGAWAS TAMBANG DALAM PENGAWAS TAMBANG DALAM PENGAWAS TAMBANG DALAM PENGAWAS TAMBANG DALAM
DALAM
AFRI MARHENDRA JUMADIL AWAL FEFHENDRI ANDRO ROBBY ZULHENDRI
REZY PRATAMA RIZKI ARIF HAQ
DEMAWANTO DELVI SANTOSA

KEPALA
KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG KEPALA LUBANG
LUBANG BMK KEPALA LUBANG BMK 30 KEPALA LUBANG BMK 33
BMK 14 BMK 17 BMK 24 BMK 27 BMK 32 BMK 34 BMK 35 BMK 04 BMK 26 BMK 28 BMK 29 BMK 31 BMK 15
23
ERMAN SYAFRI DEDI MANCE DAMRIS JUNI ANDRISMAN ILHAMMY AFRI MAIJAL YULHENDRI ANTONI USMAN SYAFRIYAN GUNAWAN SASMANA ONDRIZAL DERI VENDRA JASWARMAN KIRAM HENDRI HIDAYAT NUR SABRI
LAMPIRAN 4
FOTO PENELITIAN
LAMPIRAN 5
LEMBAR WAWANCARA
LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Jabatan/profesi :

1) Pemilik Usaha (Komosaris)

2) Direktur Perusahaan

3) Kepala Teknik Tambang

4) Manager Keuangan

5) Senior Engineer/ Mine Planning

6) Jabatan/ Posisi Lainnya

5. Pendidikan Responden:

1) Diploma/ D1, D2, D3

2) Sarjana/ S1

3) Master/ S2

4) Doktor/ S3

5) Lainnya/ SMA atau lainnya


Poin
No Pertanyaan
TP P J S

Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di CV Bara

Mitra Kencana

Unsafe Action (Tindakan tidak aman)

1. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

faktor manusia/rekan kerja?

2. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

faktor sistem manajemen K3?

3. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

kurangnya pelatihan tentang K3?

4. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

faktor kurangnya keterampilan dalam bekerja?

5. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan

karena melanggar aturan dalam bekerja?

6. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

salahnya pengambilan keputusan saat menyelesaikan masalah?


7. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan

adanya kesalahan presepsi/ salah tanggap?

8. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan

karena mengoperasikan alat tanpa izin?

Unsafe Condition (Kondisi tidak aman)

1. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

faktor lingkungan?

2. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

faktor alat kerja?

3. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

kurangnya ketersediaan safety talk?

4. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

kondisi jalan yang kurang layak?

Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

5. kebisingan di lingkungan perusahaan?

6. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh

tempat kerja yang tiddak memenuhi standar?

7. Apakah kecelakaan kerja di CV. Bara Mitra Kencana disebabkan oleh


adannya gas beracun?

Jumlah

Keterangan :

1. TP : Tidak Pernah (4)

2. P : Pernah (3)

3. J : Jarang (2)

4. S : Sering (1)
LAMPIRAN 6
DATA KECELAKAAN
JENIS INSIDEN CV BARA MITRA KENCANA TAHUN 2015

NO NAMA TANGGAL UMUR BMK JENIS KECELAKAAN TINDAKAN


Luka terbuka pada jari Luka dibersihkan dan di
1
NASRIL 2-Jan-15 30 BMK 04 manis sebelah kiri heating 3 jahit.
Luka dibersihkan
2 Luka memar pada pasien dianjurkan
DEBI WISUDA 25-Feb-15 23 BMK 04 punggung tangan kanan istirahat
Luka dibersihkan dan
pasien di heacting 2
3 BMK 26
Luka terbuka pada ibu jari jahitan, dan pasien
DARPISON 6-May-15 47 sebelah kiri dianjurkan istirahat
pasien diberikan O2
sebanyak 5 liter per
4 BMK 26
menit, dan pasien
ZULFADLI 22-May-15 33 Kelelahan saat bekerja dianjurkan istirahat
Luka dibersihkan, dan
5 BMK 23 Luka robek 2 cm pada luka di tutup, pasien
SYAFRUDDIN 28-May-15 55 pelipis mata sebelah dianjurkan istirahat
kanan
Luka dibersihkan
6 BMK 23 Luka memar pada tangan pasien dianjurkan
ASNAWANI 10-Jun-15 sebelah kiri istirahat

luka dan serpihan kaca


7 DRIVER
Luka gores pada tangan di bersihkan dan pasien
INDRA MAULANA 15-Jun-15 26 dan perut sebelah dianjurkan istirahat
kiri tersa sakit
JENIS INSIDEN CV BARA MITRA KENCANA TAHUN 2016

JENIS
NO NAMA TANGGAL UMUR BMK TINDAKAN
KECELAKAAN
Luka robek pada jari Luka dibersihkan dan
1 BMK 33
FRANCE 1-Mar-16 44 telunjuk kiri di tutup.
terapy : asam
mefenamat 3x1,
mexon 3x1, farizol
3x1.
Luka robek pada
2 BMK 30 ujung jari telunjuk Luka di bersihkan dan
KURNIA ILAHI 4-Apr-16 23 sebelah di tutup

terapy:asam
mefenamat 3x1,mexon
kiri 3x1,yusimox 3x1

3 BMK 26 Luka sayat pada jari Luka di bersihkan dan


DARMAWAN 9-Jun-16 44 tengah sebelah kanan di tutup

terapy:asam
mefenamat 3x1,mexon
3x1,yusimox 3x1
luka d bersihkan dan
4 BMK 31 Luka robek pada ibu di heating 3 bh,lalu
ADRIYAL ANTONI 9-Jul-16 29 jari sebelah kiri luka di bersihkan

terapy:asam
sepanjang lebih mefenamat 3x1,mexon
kurang 4 cm 3x1,yusimox 3x1
Pat di istirahatkan lalu
luka di bersihkan dan
5 BMK 32 di heating sebanyak 5
Pat datang jam 10.30 bh,,terapy yang di
MASRIAL 14-Oct-16 38 wib dengan kel,,luka berikan
robek pada jari asam mefenamat
telunjuk sebelah kiri 3x1,mexon
sepanjang 3x1,yusimox 3x1,,
lebih kurang 5 cm,,
JENIS INSIDEN CV BARA MITRA KENCANA TAHUN 2017

JENIS
NO NAMA TANGGAL UMUR BMK TINDAKAN
KECELAKAAN
1. Adanya kegiatan penggalian batuan
1 BMK-34 disamping front kerja untuk menyiapkan posisi
YUSRIZAL 29-Mar-17 38 berdirinya tiang penyangga
Kecelakaan 2. Kegiatan ini yang menyebabkan timbulnya
Tambang Berakibat percikan api.
Cidera Berat 3. adanya batu api yang terdapat secara alami
2 BMK-34
ADIS FITRI 29-Mar-17 37 dalam batuan (batubara)
4. Adanya gesekan gesekan ujung breker (besi)
dengan batuan api.
5. Percikan api dari gesekan ini membakar gas
methan yang sedikit ±2 lel (tidak berpotensi
terjadinya ledakan) yang keluar bersamaan
pada saat kegiatan produksi batubara dan
membakar debu batubara.

3 DASRIL H. 17-Apr-17 40 BMK-17 Luka pada kaki dikarenakan


Luka dibersihkan
terjatuh dan di tutup.

4 DARPISON 4-May-17 BMK 30 Luka robek pada kaki Luka di bersihkan


terkena batubara dan di tutup
LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Eli Gustina


NPM : 1310024427031
Program Studi : Teknik Pertambangan
Pembimbing II : Dian Hadiansyah, MT
Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Tambang Bawah Tanah di CV. Bara Mitra
Kencana Tanah Kuning Desa Batu Tanjung, Kecamatan
Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat

N Hari/ Tanda
Saran/Perbaikan
o Tanggal Tangan
1. Kamis/ 16- 1. Perbaikan daftar isi
11-2017 2. Perbaikan penulisan
3. Perbaikan BAB II
4. Perbaikan tabel dan gambar
5. Perbaikan kerangka konseptual

2. Jumat/ 17- 1. Perbaikan judul pada cover dan BAB I


11-2017 2. Perbaikan daftar lampiran
3. Perbaikan identifikasi masalah
4. Perbaikan penulisan
5. Perbaikan tata letak dan penulisan pada BAB
II
6. Perbaikan penulisan BAB III
7. Perbaikan gambar pada BAB IV

3. Selasa/ 21- 1. Perbaikan penulisan pada BAB II-BAB V


11-2017 2. Perbaikan posisi tabel dan gambar

4. Jumat/ 24- 1. Perbaikan penulisan


11-2017 2. Penambahan tinjauan pustaka
3. Perbaikan daftar pustaka
4. Penambahan data yang diperlukan

5. Selasa/ 12- 1. Perbaikan penulisan pada BAB I sampai


12-2017 BAB VI
2. Perbaikan daftar isi
3. Perbaikan daftar gambar
4. Perbaikan tinjauan pustaka

6. Rabu/ 13- 1. Perbaikan penulisan pada BAB I sampai


12-2017 BAB VI
2. Perbaikan daftar isi, daftar tabel dan daftar
gambar
3. Perbaikan analisis pengolahan data pada
BAB V
4. Perbaikan penulisan rumus
5. Membuat abstrak

7. Senin/ 18- 1. Perbaikan penulisan


12-2017 2. Perbaikan abstrack
3. Acc seminar hasil

8. Senin/ 8-1- 1. Perbaikan lampiran


2018 2. Perbaikan kerangka metodologi
3. Perbaikan penulisan
4. Acc sidang kompre

9. Senin/ 12- 1. Acc Jilid


2-2018

Pembimbing I

(Dian Hadiansyah, MT)


LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Eli Gustina


NPM : 1310024427031
Program Studi : Teknik Pertambangan
Pembimbing II : Riam Marlina, MT
Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Tambang Bawah Tanah di CV. Bara Mitra
Kencana Tanah Kuning Desa Batu Tanjung, Kecamatan
Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat

N Hari/ Tanggal Saran/Perbaikan Tanda Tangan


o
1. Senin/ 25-9- 6. Perbaikan Rumusan Masalah
2017 7. Perbaikan tulisan

2. Selasa/ 3-10- 1. Perbaikan SOP


2017 2. Perbaikan Latar Belakang

3. Rabu/ 4-10- 1. Perbaikan BAB II


2017 2. Perbaikan Landasan Teori
3. Perbaikan tulisan

4. Kamis/ 5-10- 1. Perbaikan gambar di BAB II


2017 2. Perbaikan penulisan sumber
3. Perbaikan tata tulis

5 Sabtu/ 7-10- 1. Perbaikan BAB III


2017 2. Perbaikan jenis penelitian
3. Perbaikan teknik pengolahan data

6. Sabtu/ 28-10- 1. Perbaikan pengolahan data


2017 2. Perbaikan BAB V
3. Perbaikan penulisan

7. Sabtu/ 11-11- 1. Perbaikan penulisan


2017 2. Perbaikan pengolahan data

8. Selasa/ 19-12- 1. Perbaikan abstrack


2017 2. Perbaikan sumber pada gambar

9. Rabu/ 20-12- 1. Perbaikan penulisan


2017 2. Perbaikan kerangka konseptual
3. Perbaikan power point
4. Acc seminar hasil

10 Jumat/ 5-1- 1. Perbaikan data dan pengolahan data


2018 2. Perbaikan BAB I sampai BAB VI
3. Perbaikan kuesioner

11 Selasa/ 9-1- 1. Perbaikan penulisan


2018 2. Perbaikan latar belakang
3. Acc sidang kompre

12 Selasa/ 13-2- 1. Perbaikan penulisan


2018 2. Perbaikan kerangka metodologi
3. Perbaikan cover

13 Kamis/ 15-2- 1. Acc jilid


2018

Pembimbing II

(Riam Marlina, MT)


Surat Pernyataan

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eli Gustina

NIM : 1310024427031

Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

“Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tambang

Bawah Tanah di CV. Bara Mitra Kencana Tanah Kuning, Desa Batu

Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat”.

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut
predikat kelulusan dan gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Padang, Februari 2018


Pembuat Pernyataan

(Eli Gustina)
BIODATA WISUDAWATI

Nama : Eli Gustina


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Pulau Aro / 17 Agustus 1994
Nomor Pokok
: 1310024427031
Mahasiswa
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 8 Januari 2018
IPK : 3,14
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Tambang
Judul Skripsi : Bawah Tanah di CV. Bara Mitra
Kencana Tanah Kuning, Desa Batu
Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota
Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat
1. Dian Hadiansyah, MT
Dosen Pembimbing :
2. Riam Marlina, MT
Asal SMA : SMA Negeri 7 Sarolangun
Efendi
Nama Orang Tua :
Junaida
Desa Pulau Aro RT.01 Kecamatan
Alamat/Telp/Hp : Pelawan Kabupaten Sarolangun
Provinsi Jambi/ 085378951266

You might also like