Professional Documents
Culture Documents
I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI
tengkorak dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
Cidera kepala ringan adalah gangguan traumatic dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa
B. ETIOLOGI
2. Terjatuh
4. Olah raga
6. Kecelakaan industri.
1
C. PATHWAY
2
D. EPIDEMIOLOGI
diperkirakan 480 ribu kasus pertahun (200 kasus, 100 ribu orang) yang meliputi
dan cedera serius lainnya. Dari total ini, 75 – 85 % adalah concussion dan
sekuele cedera kepala ringan. Cedera kepala banyak terjadi pada laki – laki
Menurut Rinner, dari 1200 pasien yang dirawat di RS dengan cedera kepala
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Mekanisme :
(terjatuh, terpukul)
3
3) Score 3 : Dengan rangsangan, reaksi hanya kata, tidak
berbentuk gerakan
tempat
diklasifikasikan menjadi :
tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada penyerta seperti
sedang), hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat
3) Cedera Kepala Berat (CKB) : bila GCS 3-8 (kelompok resiko berat),
3. Berdasarkan morfologi
a. Fraktur tengkorak
4
1) Kranium : linear / stelatum ; depresi / non depresi ; terbuka /
tertutup.
b. Lesi intracranial
F. ANATOMI KEPALA
1. Kulit kepala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila robek,
diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit kepala sampai dalam
atau avulasi.
2. Tulang kepala
disebabkan oleh trauma. Fraktur calvarea dapat berbentuk garis (liners) yang
bisa non impresi (tidak masuk / menekan kedalam) atau impresi. Fraktur
tengkorak dapat terbuka (dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak).
dinding luar (tabula eksterna) dan dinding dalam (labula interna) yang
5
a. Lapisan Pelindung otak / Meninges
membentuk sawan antar ventrikel dan sulkus atau vernia. Sawar ini
system vena.
b. Otak.
6
Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan otak yang
antara otak dengan dunia luar (fraktur cranium terbuka, fraktur basis
tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka edema ini akan
pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg. Ruang cranial yang kalau
berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml), cairan cerebrospiral (75
G. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel – sel syaraf hampir
7
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar
sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala –
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi. Akibat adanya perdarahan otak
simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak
begitu besar.
H. KOMPLIKASI
terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang
8
2. Hematoma Epidural adalah penimbunan darah di atas durameter. Hemotoma
epidural terjadi secara akut dan biasanya terjadi karena pendarahan arteri
subdura.
ini dapat timbul pada cedera kepala tertutup yang berat ataupun pada cedera
kepala terbuka.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
patologis.
tulang.
9
8. Fungsi Lumbal : CSS, dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan sub
arakhnoid.
J. PENATALAKSANAAN
Bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu,
servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera kepala orofasial
2. Menilai pernapasan
Tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak. Jika tidak berikan
oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki dan
oksigen minimum 95%. Jika pasien tidak terlindung bahkan terancam atau
memperoleh oksigen yang adekuat (PaO2 >95 mmHg dan PaCO2 > 95%)
atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi.
3. Menilai sirkulasi
intrabdomen atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG bila tersedia. Pasang jalur
10
intravena ynag besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan dara perifer
lengkap ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Berikan
4. Obati kejang
Kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati.
diulangi sampai tiga kali masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan
K. PEDOMAN PENATALAKSANAAN
1. Pada semua pasien dengan cedera kepala atau leher, lakukan foto tulang
servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-
C7 normal.
3. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, dilakukan
prosedur berikut :
a. Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau
edema serebri.
bila perlu.
11
4. Lakukan CT Scan dengan jendela tulang : foto rontgen kepala tidak
diperlukan jikaCT Scan dilakukan, karena CT Scan ini lebih sensitif untuk
mendeteksi fraktur. Pasien dengan cedera kepala ringan, sedang atau berat,
a. Hematoma epidural
d. Edema serebri
berikut :
6. Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di rumah.
12
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Penanggung jawab
dengan pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
3. Pengkajian primer
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
e. Exposure
4. Pengkajian sekunder
a. Aktifitas
b. Integritas ego
c. Eliminasi
d. Pola nutrisi
e. Hygiene
5. Pemeriksaan penunjang
13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Resiko tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya
intrakranial.
C. INTERVENSI
Tujuan : Perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan tidak ada
Intervensi :
intrakranial:
14
g. Pemberian terapi cairan intravena dan antisipasi kelebihan cairan karena
pemenuhan nutrisi.
2. Resiko tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya
intrakranial.
Tujuan : Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan
tidak ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan
Intervensi:
b. Kaji apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada hindari kepala
ekstensi dan hati-hati dalam mengatur posisi bila ada cedera vertebral
c. Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada
e. Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi dan
tinggikan 15 – 30 derajat.
Tujuan : pasien akan merasa nyaman yang ditandai dengan pasien tidak
Intervensi :
15
a. Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri,
berkeringat dingin.
c. Kurangi rangsangan.
Intervensi :
tekanan intrakranial.
Intervensi :
16
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Kelompok Gramedia.
2008, NANDA
International, Philadephia.
EGC.
17