You are on page 1of 9

1.

Yang dimaksud dengan :

a. Azas Ius Soli

Azas Ius Soli ialah azas yang digunakan dalam menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan tempat lahir di wilayah dari suatu negara.

Contoh: negara yang menganut asas Ius Soli adalah negara Inggris. Jika ada seorang
yang memiliki kewarganegaraan A melahirkan anak di negara Inggris, maka secara
langsung anak tersebut memiliki kewarganegaraan Inggris.

b. Azas Ius Sanguinis

Azas keturunan atau pertalian darah, adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh
seseorang (individu) berdasarkan kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya.

Contoh: negara yang menganut asas Ius Sanguinis adalah negara RRC. Jika ada
seorang yang memiliki kewarganegaraan A dan orang tua tersebut
berkewarganegaraan RRC, maka secara otomatis anak tersebut memiliki
kewarganegaraan RRC.

c. Azas Kesatuan Hukum

Azas kesatuan hukum ialah azas yang mempunyai maksud bahwa suami dan istri
adalah keluarga yang mempunyai hubungan persatuan yang tidak boleh terpecah.
Keluarga merupakan pokok dari masyarakat dan sebagian kecil dari negara sehingga
identitas kewarganegaraan mereka harus sama.

d. Azas Persamaan Derajat

Azas persamaan merupakan azas yang mempunyai maksud bahwa dalam sebuah
perkawinan tidak menjadi sebuah sebab salah satu dari pihak harus patuh oleh hukum
terhadap yang lain.
2. Apatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Hal ini
terjadi karena orang/anak tersebut lahir dari orang tua yangberasal dari negara penganut paham
Ius Soli, tetapi dia dilahirkan di negara yang menganut paham Ius Sanguinis
contoh :
Seorang anak dari orang tua warga Negara X yang menganut ius soli dilahirkan di
Negara Y yang menganut ius sanguinis tidak memperoleh kewarganegaraan baik
Negara X (Karena tidak lahir disana) maupun kewarganegaraan Y (karena bukan
merupakan keturunan warga Negara tersebut). Akibatnya anak tersebut tidak
memiliki kewargangeraan (Aptride).
3. Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki 2 kewarganegaraan. Hal ini bisa
terjadi karena anak tersebut lahir dari orang tua yang negaranya menganut paham Ius
Sanguinis (kewarganegaraan berdasarkan keturunan/ negara asal orang tua) tetapi dia lahir di
negara yang menganut paham Ius Soli (Kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran).
Contoh :
Seorang keturunan bangsa Y (ius sanguinis) lahir di Negara X (ius soli). Oleh karena ia
keturunan bangsa Y maka dianggap sebgai warga Negara Y. Akan tetapi, Negara X juga
menganggap warga negaranya karena berdasarkan tempat lahirnya. Sehingga anak tersebut
mempunyai kewarganegaraan ganda.
4. Unsur Suatu Negara
1. RAKYAT (MASYARAKAT/WARGA NEGERA)
Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya. Unsur rakyat ini
sangat penting dalam sebuah negara, karena secara kongkret rakyatlah yang memiliki kepentingan agar
negara itu dapat berjalan dengan baik. Selain itu, bagaimanapun manusialah yang akan mengatur dan
menentukan sebuah organisasi (negara).

Rakyat dalam konteks ini diartikan sebaga sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu
rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Mungkin tidak dapat
dibayangkan adanya suatu negara tanpa rakyat, (warga negara). Rakyat (warganegara) adalah
substratum personil dari negara.

2. WILAYAH
Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak mungkin ada
negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Sebagai contoh : pada tahun 1860, Kursi Suci (holy
see, papacy) adalah sebuah negera, karena menguasai sebuah wilayah Itali dari pantai barat sampai ke
bagian timur jazirah Itali. Ketika pada tahun 1800-1861 Itali menjadi kerajaan yang disatukan, maka kursi
suci diinkorportir ke dalam wilayah kerajaan baru itu, kecuali wilayah di sekitar kota Roma yang
dikuasainya. Akan tetapi pada tahun 1870, wilayah sekitar koa Roma itu pun dilepaskan dari kekuasan
kursi suci. Secara otomatis kemudian Kursi Suci lenyap sebagai negara. Baru dalam tahun 1929 dengan
Trakat Lateran dicapai persetujuan antara mussolini dan Paus tentang hubungan gereja dan negara.
Dengan Trakat Lateranitu diciptakan kembali negara Vatikan yang meliputi luas wilayah 109 Ha di
tengah-tengah kota Roma.

Secara mendasar wilayah dalam sebuah egara biasanya mencakup daratan (wilayah darat),
perairan (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah Udara).

a. Daratan (wilayah darat)


Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan atau laut (perairan) negara lain.
Perbatasan wilayah sebuah negara biasanya ditentukan berdasarkan perjanjian. Perjanjian
internasional yang dibuat antara dua negara disebut perjanjian lateral (bi=dua); perjanjian yang
dibuat antara banyak negara disebut perjanjian multilateral (multi=banyak). Perbatasan antara dua
negara dapat berupa :
Perbatasan alam; seperti sungai, danau pegunungan atau lembah
Perbatasan buatan : seperti pagar tembok, pagar kawat, tiang tembok
Perbatasan menurut Ilmu Pasti, yakni dengan menggunakan ukuran Garis Lintang atau Bujur
pada peta bumi.

b. Perairan (wilayah laut/perairan)


Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu negara disebut perairan
atau laut teritorial dari negara yang bersangkutan. Adapun batas dari perairan teritorial itupada
umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai ketika air surut. Laut yang berada di luar
perairan teritorial disebut Lautan Bebas (Mare Liberum). Disebut dengan Lautan Bebas, karena
wilayah perairan tersebut tidak termasuk wilayah kekuasan suatu negara sehingga siapapun bebas
memanfaatkannya.

c. Udara (Wilayah Udara)


Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut (perairan) teritorial suatu
negara merupakan bagian dari wilayah udara negara. Mengenai batas ketinggian sebuah wilayah
negara tidak memiliki batas yang pasti, asalkan negara yang bersangkutan dapat
mempertahankannya.

3. PEMERINTAH
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk
mencapai tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah negara.

Pemerintah menegakan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian dan


menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang menetapkan,
menyatakan dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang
disebut negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang menjalankan
kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara, menjalankan
fungsi-fungsi kesejahteraan bersama.

5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam
bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti
aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.

6. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",[2] yang terbentuk dari
δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan"

7. Unsur-unsur Penegak Demokrasi

a.Negara Hukum (Rehtsstaat atau The Rule Of Law)

Negara hukum (rechtsstaat atau the rule of law) memiliki pengertian bahwa negara memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara melalui perlembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak
serta penjaminan Hak Asasi Manusia (HAM)

b.Masyarakat Madani ( Civil Society)

Masyarakat Madani atau civil society adalah masyarakat dengan ciri –cirinya yang terbuka, egaliter,
bebas dari domonasi, dan tekanan negara.Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan
dalam membangun demokrasi. Posisi penting masyarakat madani dalm pembangunan demokrasi adalah
adanya partisipasi masyarakat dalam proses proses pengambilan pengutusan yang di lakukan oleh
negara atau pemerintah.

c.Aliansi Kelompok Strategis


Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah adanya aliansi kelompok
strategis yang terdiri dari partai politik.Kelompok gerakan dan kelompok penekanan atau kelompok
kepentingan termaksud di dalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab.

Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota anggotannya mempunyai tujuan
yang sama, yaitu memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik untuk mewujudkan kebijakan kebijakan
politiknya. Adapun kelompok gerakan yang di perankan oleh organisasi masyarakat merupakan
sekumpulan orang-orang yang berhimpun dalam satu wadah organisasi yang berorientasi pada
pemberdayaan warganya, seperti muhammadiyah, nahdlatul ulama (NU), persatuan islam (persisi),
himpunan mahasiswa islam (HMI), pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII), ikatan mahasiswa
muhammadiyah (IMM), pergerakan mahasiswa kristen indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa
Nasionalis Indonesia (GMNI), dan organisasi masyarakat lainnya

unsur penegak demokrasi

1. Negara Hukum (rechtsstaat dan the rule of law)

Dalam kepustakaan ilmu hukum di Indonesia istilah negara hukum sebagai terjemahan dari rechtsstaat
dan the rule of law sudah begitu populer. Konsepsi negara hukum mengandung pengertian bahwa
negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas
dan tidak memihak serta penjaminan hak asasi manusia. Istilah rechtsstaat dan the rule of law yang
diterjemahkan menjadi negara hukum menurut Moh. Mahfud MD pada hakikatnya mempunyai makna
berbeda. Istilah rechtsstaat banyak dianut di negara-negara Eropa. Kontinental yang bertumpu pada
sistem civil law, sedangkan the rule of law banyak dikembangkan di negara-negara Anglo Saxon yang
bertumpu pada common law. Civil law menitik beratkan pada administration law, sedangkan common
law menitikberatkan pada judicial (Moh. Mahfud MD, 1999).

Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya perlindungan terhadap HAM

2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin perlindungan HAM

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan

4. Adanya peradilan administrasi

Sedangkan the rule of law dicirikan oleh:

1. Adanya supremasi aturan-aturan hukum

2. Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum

3. Adanya jaminan perlindungan HAM (Moh. Mahfud MD, 1999)


Dengan demikian konsep negara hukum sebagai gabungan dari kedua konsep di atas dicirikan sebagai
berikut:

1. Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM

2. Adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan

3. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara

4. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri

Selanjutnya dalam konferensi International Comission of Jurists di Bangkok seperti yang diikuti oleh
Moh. Mahfud MD disebutkan bahwa ciri-ciri negara hukum adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus pula
menentukan cara prosedural untuk memperoleh atas hak-hak yang dijamin.

2. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

3. Adanya pemilu yang bebas

4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat

5. Adanya kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi

6. Adanya pendidikan kewarganegaraan (Moh. Mahfud MD, 1999)

Dengan demikian dari penjelasan di atas, bahwa negara hukum baik dalam arti formal yaitu penegakan
hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislatif dalam penyelenggaraan negara, maupun negara hukum
dalam arti material yaitu selain menegakkan hukum, aspek keadilan juga harus diperhatikan menjadi
prasyarat terwujudnya demokrasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa termasuk pula dalam
bermasyarakat. Tanpa hukum negara tersebut suasana demokratis sulit dibangun.

Sementara itu istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 bahwa
“Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan
belaka (machtsstaat)”. Penjelasan tersebut merupakan gambaran sistem pemerintahan negara
Indonesia menganut salah satu sistem demokrasi. Karena itu secara yuridis formal sistem demokrasi
menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara Indonesia. Dalam kaitan dengan istilah negara hukum
Indonesia, Padmo Wahyono menyatakan bahwa konsep negara hukum Indonesia yang menyebut
rechtsstaat dalam tanda kurung memberi arti bahwa negara hukum Indonesia mengambil pola secara
tidak menyimpang dari pengertian negara hukum pada umumnya (genusbegrip) yang kemudian
disesuaikan dengan keadaan Indonesia. Jauh sebelum itu Moh. Yamin membuat penjelasan tentang
konsepsi negara hukum Indonesia bahwa kekuasaan yang dilakukan pemerintah Indonesia harus
berdasar dan berasal dari ketentuan undang-undang (Moh. Mahfud MD, 1999). Karena itu harus
terhindar dari kesewenang-wenangan penggunaan kekuasaan oleh penguasa negara. Negara hukum
Indonesia juga memberikan pengertian bahwa bukan polisi dan tentara (alat negara) sebagai pemegang
kekuasaan atau kesewenang-wenangan negara terhadap rakyat, melainkan adanya kontrol dari rakyat
terhadap institusi negara dalam menjalankan kekuasaan dan kewenangan yang ada pada negara. Seperti
yang dikatakan oleh Philipus M. Hadjon eleme-elemen penting dalam negara hukum Indonesia sebagai
berikut:

1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan atas-asas kerukunan.

2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara.

3. Penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir jika
musyawarah gagal.

4. Keseimbangan penggunaan antara hak-hak dan kewajiban (Philipus M. Hadjon, 1997).

Mengacu pada ciri-ciri negara hukum seperti dijelaskan di atas bahwa negara hukum menjadi prasyarat
bagi tegaknya demokrasi. Dengan kata lain demokrasi tidak dapat tegak tanpa negara hukum.

2. Masyarakat Madani (Civil Society)

Masyarakat madani dengan cirinya sebagai masyarakat terbuka, masyarakat yang bebas dari kekuasaan
dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan masyarakat yang berpartisipasi aktif serta masyarakat
egaliter merupakan bagian yang integral dalam menegakkan demokrasi. Selain itu masyarakat madani
merupakan elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi sebagaimana yang dikatakan
oleh Soetandyo Wignyosoubroto, Adi Suryadi Culla, Muhammad AS, Hikam, Ryaas Rasyid, Samsuddin
Haris sebagai prasyarat demokrasi. Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya
partisipasi masyarakat secara aktif dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintahan. Selain itu masyarakat madani senantiasa melakukan kritik dan kontrol
terhadap perilaku negara dan pemerintah dalam menjalankan kebijakan dan keputusan yang telah
ditetapkannya. Secara konseptual keberadaan masyarakat madani sama dengan negara. Karena itu
masyarakat madani mempunyai posisi tawar (bergaining potition) yang cukup kuat ketika berhadapan
dengan negara (state). Dengan kata lain dalam kaitan dengan kehidupan bernegara, masyarakat madani
disatu pihak dipahami sebagai masyarakat yang menunjukkan kemandiriannya ketika berhadapan
dengan negara, dipihak lain posisi negara dapat mengungguli masyarakat madani.

Masyarakat madani dan demokrasi bagi Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan.
Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.
Selain itu demokrasi merupakan pandangan mangenai masyarakat dalam kaitan pengungkapan
kehendak, adanya perbedaan pandangan, adanya keragaman dan konsensus. Tatanan nilai-nilai
demokrasi tersebut ada dalam masyarakat madani. Karena itu demukrasi membutuhkan tatanan nilai-
nilai sosial yang ada pada masyarakat madani. Tanpa prakondisi institusional yang ditata secara
sistematis dan proporsional, tidak ada suatu jaminan kuat untuk mengembangkan demokrasi yang
sesungguhnya.
Dalam masyarakat madani diasumsikan bahwa proses demokratisasi sebagai proses politik dorongannya
berasal dari perjuangan masyarakat yang sadar secara etis dan bertanggung jawab atas perbaikan
nasibnya sendiri. Dengan kata lain pada masyarakat madani adanya penekanan prakarsa dan peranserta
anggota masyarakat ketimbang prakarsa dan peranserta negara dalam pembentukan subjek-subjek
politik (political subjects) dan pranata sosial dan politik (social and political institution).

Lebih lanjut menurut Gellner, masyarakat madani bukan hanya merupakan syarat penting atau
prakondisi bagi demokrasi semata, tetapi tatanan nilai dalam masyarakat madani seperti kebebasan dan
kemandirian juga merupakan sesuatu yang inheren (baik secara internal dalam hubungan horizontal
yaitu hubungan antar sesama warga negara) maupun secara eksternal (dalam hubungan vertikal yaitu
hubungan negara dan pemerintahan dengan masyarakat atau sebaliknya). Sebagai perwujudan
masyarakat madani secara konkrit dibentuknya berbagai organisasi-organisasi di luar negara yang
disebut NGO (non goverment organization) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) atas inisiatif
masyarakat madani. LSM (NGO) tersebut bergerak dalam berbagai sektor atau bidang garapan dalam
rangka pemberdayaan masyarakat dan penguatan posisi tawar masyarakat terhadap negara. Diantara
LSM adalah YLBHI (LSM bidang advokasi hukum dan HAM), WALHI (LSM bidang advokasi lingkungan
hidup), YLKI (LSM bidang advokasi perlindungan konsumen), LAP (LSM bidang advokasi pendidikan), The
Habibie Center (LSM bidang advokasi Demokrasi dan HAM) dan LSM lainnya. Institusi formal masyarakat
madani selain LSM juga terdapat oraganisasi kemasyarakatan dan keagamaan seperti ICMI, NU,
Muhammadiyah, WALUBI, PGI dan sebagainya.

3. Infrastruktur Politik

Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah infrastruktur politik.
Infrastruktur politik yang terdiri dari partai politik (political party), kelompok gerakan (movement group)
dan kelompok penekanan (pressure group). Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama yaitu memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan kebijakan-kebijakannya. Pendapat
lain mengatakan bahwa partai politik merupakan organisasi dari aktivitas politik yang berusaha merebut
kekuasaan pemerintah dan merebut dukungan rakyat dalam rangka perjuangan politik.

Dalam menciptakan dan menegakkan demokrasi dalam kehidupan kenegaraan dan pemerintahan,
seperti yang dikatakan oleh Miriam Budiardjo partai politik mengemban beberapa fungsi:

a. Sebagai sarana komunikasi politik

b. Sebagai sarana sosialisasi politik

c. Sebagai sarana rekrutmen politik

d. Sebagai sarana pengatur konflik


Keempat fungsi partai politik tersebut merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai demokrasi yaitu
adanya partisipasi, kontrol rakyat melalui partai politik terhadap kehidupan kenegaraan dan
pemerintahan serta adanya pelatihan penyelesaian konflik secara damai.

Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan dan kelompok penekan merupakan
perwujudan adanya kebebasan berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat dan melakukan
oposisi terhadap negara dan pemerintah. Hal itu merupakan indikator bagi tegaknya sebuah organisasi.
Kaum cendekiawan, kalangan civitas akademika kampus (perguruan tinggi), kalangan pers merupakan
kelompok penekan yang banyak melakukan tekanan dan kontrol kepada eksekutif untuk mewujudkan
sistem demokratis dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Begitu pula aktivitas yang
dilakukan oleh kelompok gerakan merupakan wujud keterlibatan dalam melakukan kontrol terhadap
kebijakan yang diambil oleh negara. Dengan demikian partai politik, kelompok gerakan dan kelompok
penekan sebagai salah satu pilar tegaknya demokrasi.

4. Pers yang Bebas dan Bertanggung jawab

Salah satu peran strategis pers adalah sebagai penyedia informasi bagi masyarakat yang berkaitan
dengan berbagi persoalan baik dalam kaitan dengan kehidupan kenegaraan dan pemerintahan maupun
masalah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kebebasan pers dalam menyajikan informasi
baik berupa kritik maupun sebagai informasi pembangun hanya dibatasi oleh aspek yuridis dan etika
jurnalistik yang dijunjung tinggi oleh kalangan jurnalis.

Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi secara maksimal, pers hendaknya diberikan kebebasan
dalam menyajikan informasi. Karena itu diperlukan adanya jaminan konstitusional dan peraturan
perundang-undangan yang tidak mengebiri peran pers. Dalam konteks Indonesia, jaminan konstitusional
ada pada pasal 28 UUD 1945. Selai itu jaminan kebebasan pers ada pada pasal 19 pernyataan umum hak
asasi manusia (freedom of information) dan ketetapan MPR XVII/MPR/1998 tentang HAM dalam kaitan
dengan kebebasan pers. Melaui landasan konstitusional tersebut pers Indonesia dapat menjadi
kekuatan keempat dalam menegakkan kinerja demokrasi yaitu melalui peran pengawasan terhadap
kerja pemerintahan (A. Muis, 2000, 59). Begitu pula perundang-undangan pers sebagai penjabaran dari
pasal 28 UUD 1945 dan pasal 19 pernyataan HAM PBB hendaknya memberikan jaminan bagi bekerjanya
pers nasional secara jujur, bertanggung jawab dan bebas. Karena lembaga sensor dan bredel menjadi
sesuatu yang tidak signifikan dalam undang-undang pers.

You might also like