You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN KELUARGA USIA PERTENGAHAN
DI ENTROP JAYAPURA SELATAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DESI LABETUBUN

NIM : 144011.01.18.107

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA PROGRAM STUDI


KEPERAWATAN DIPLOMA III AKADEMI KEPERAWATAN RS.
MARTHEN INDEY
JAYAPURA
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. DENGAN TAH


PERKEMBANGAN KELUARGA USIA PERTENGAHAN DI
KELURAHAN ENTROP JAYAPURA SELATAN
TANGGAL 28 Maret s.d 02 April 2022

Telah Diterima Dan Disetujui Sebagai Hasil Praktik Mandiri Keperawatan K


Diploma III Keperawatan Rumah Sakit Marthen Indey Angkatan XI Tahun

NAMA : DESI LABETUBUN


NIM : 144011.01.18.107

Disetujui

CI Pendidikan CI Puskesma

Danang Riyanto S.Kep,Ns,M.Kes ………………


NIDN. 1415098701

Koodinator PKK Keluarga Wadir I

Yulia N.K. Wasaraka, S.Gz, NPH Neng Ratih, S.


NIDN. 1414078901 NIDN. 14250

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “ASKEP Keluarga usia
pertengahan” ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Keluarga. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jayapura, 26 Maret 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga
merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki
kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Keluarga memiliki keterkaitan yang erat dengan
kesehatan setiap anggotanya (Jhonson dan Leny, 2010).
Kesehatan merupakan kunci utama dalam melakukan berbagai kegiatan.
Kesehatan yang terganggu, akan menghambat setiap orang dalam beraktivitas.
Pemerintah berlomba-lomba mencanangkan berbagai program guna
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Program tersebut dapat berhasil berkat
kerjasama lintas sektor. Salah satunya adalah sektor kesehatan. Dalam ranah
kesehatan, peran dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain tentu menjadi kunci
utama. Perawat dituntut terampil dalam memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga sehingga program dapat berjalan dengan baik (Setiadi, 2008).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan serangkaian proses yang diawali
dari pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, penentuan diagnosa prioritas,
perencanaan keperawatan serta implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan
keluarga bersifat komprehensif, mencakup seluruh anggota keluarga. Membantu
dalam menyelesaikan permasalah keluarga dimulai dari permasalahan fisik
hingga masalah dalam tahap perkembangan keluarga (Padila, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain :
a. Bagaimana konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap
tahap?
b. Bagaimana konsep tahap perkembangan usia dewasa pertengahan?
c. Bagaimana konsep hipertensi?

4
d. Bagimana konsep teori asuhan keperawatan keluarga?
e. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi pada
keluarga dengan usia dewasa petengahan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:
a. Konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap tahap
b. Konsep teori asuhan keperawatan keluaga
c. Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi pada keluarga
dengan usia dewasa petengahan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP UMUM KEPERAWATAN KELUARGA


1. Defenisi keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta social individu-indidu yang didalamnya dilihat dari
interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan
hubungan untuk mencapai tujuan umum. ( Duval, 1972 ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI,
1998).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta empertahankan kebudayaan. ( SalvicionG.
Bailon dan Aracelis Maglaya,1989 ).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat
oleh perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam
kasus keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess
dan Locke (1992).
2. Fungsi keluarga
Fungsi Keluarga Menurut Friedman, 1987 adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
ganbaran dirinya yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan
penuh rasa kasih sayang.

6
b. Fungsi Social
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu
melakukan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin norma
keluarga, prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu
maupun keluarga berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumberdaya manusia.
d. Fungsi Ekonomi.
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
dan individu. ( Zaidin Ali,1999 ).
3. Tipe keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) adalah sebagai berikut :
a. Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan
dan tinggal alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
c. Single Parent Family.
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.
d. Nuclear Dyatd.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama.
e. Recontituened atau Blended Family

7
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing
membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.
f. Tree Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu,
anak dalam satu rumah.
g. Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Midle Age Atau Ederly Coople
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, 1981 adalah
sebagai berikut :
a. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas Kesehatan yang ada.

2.2 Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Pertengahan


2.2.1 Pengertian
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari
adalah setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga
juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu
suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada
keluarga.
Keluarga usia pertengahan merupakan salah satu tahap usia
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan

8
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun
dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun
kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahan
merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan
orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga
asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan
keturunannya.
Dari definisi tentang keluarga usia  pertengahan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa keluarga usia pertengahan adalah keluarga yang
usianya 40-60 tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan
didalam keluarga.
2.2.2 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan
Tahap VII : Orang tua usia pertengahan.
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
bagi orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir
pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian.
Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan
sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka
yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan
juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya. Pasangan
postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah)
biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia
pertengahan hidup hingga menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam
fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat
generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian
perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami
dan isteri (lebih merata), dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan
meningkat) (Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak keluarga yang

9
kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan Feldman,
1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik.
Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah survey besar,
bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga utuh kelas menengah
yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan
dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama fase
postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya secara
ekonomi lebih baik daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain
(McCollough dan Rutenbergm 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang
meningkat oleh wanita dan berpendapatan yang lebih tinggi dari pada
periode sebelumnya oleh pria bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi
yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia pertengahan. Kegiatan-
kegiatan waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu sama lain
disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual
juga memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik
dan kepuasan perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami
dengan usia pertengahan mungkin mengalami penurunan kemampuan
seksual. Komunikasi suami istri yang intim sangat penting untuk
mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam tahun-
tahun ini.
Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit
dan berat, karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya
suatu perasaan dalam diri mereka bahwa mereka gagal menjadi
membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang
terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus
kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan
memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah
perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan
(Leslie dan Korman).

10
2.2.3 Tugas Perkembangan Keluarga
Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang
menyalurkan kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk
mengisi rumah yang telah ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita,
krisis usia pertengahan (telah dibicarakan dalam tahap sebelumnya)
dialami selama masa awal siklus kehidupan ini. Wanita berupaya
mendorong anak mereka yang sedang sedang tumbuh agar mandiri dengan
menegaskan kembali hubungan mereka dengan anak-anak tersebut (tidak
mengusik kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam
upaya untuk mempertahankan perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih
banyak wanita memulai gaya hidup yang lebih sehat yaitu pengontrolan
peran badan, diet seimbang, program olahraga yang teratur, dan istirahat
yang cukup, dan juga memperoleh dan menikmati karier, pekerjaan,
kecakapan yang kreatif.
Dalam hal kerja, pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan
yang sama yang terdapat dapat tahap sebelumnya. Di satu pihak, pria
mungkin berada pada puncak kariernya dan tidak perlu bekerja sekeras
sebelumnya, atau dilain pihak mereka mungkin merasa pekerjaan mereka
bersifat monoton setelah 20 – 30 tahun menekuni pekerjaan yang sama.
Banyak sekali pekerja kelas menengah menderita karena “fenomena
lateau” – dimana tidak ada lagi kenaikan gaji dan promosi – menyebabkan
mereka merasa bosan. Dalam kondisi ini, ketidakpuasan terhadap karier
catatan mencapai proporsi lampu kuning, membuat banyak orang pada
kerja pertengahan ini tidak kerja karena ketidakpuasan, bosan, dan
stagnasi. Karena secara tradisional bekerja merupakan peran sentral bagi
pria dalam hidup, pengalaman ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini amat
mempengaruhi tingkat stress dan status kesehatan umum.
Pengupayaan aktifitas dan hobbi di waktu luang sangat berarti selama
berlangsungnya tahap ini, karena lebih banyak waktu yang tersedia dan
persiapan kecil harus berlangsung secara lebih terencana.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan
lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk
melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan,

11
meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45 – 65 tahun.
Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka “lebih baik sekarang dari
pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk
mengembalikan perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi serti
aertritis akibat in aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya
olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat
merokok.

2.2.4 Upaya Meningkatkan Keluarga Bahagia Pada Usia Pertengahan


Sangat diperlukan pasangan suami istri agar mampu menjalani salah
satu periode perkawinan tersebut dengan sukses untuk kemudian menuju
usia lanjut, Cukup banyak pasangan yang merasakan ganjalan atau konflik,
baik pada usia dewasa maupun periode menjelang usia lanjut. Bila konflik
itu dibiarkan, kemungkinan besar pasangan itu menderita.
Konflik itu juga dapat mengakibatkan mereka stres hingga akhirnya
meninggal tanpa kebahagiaan. Dan  di usia pertengahan ini juga, sebagian
pasangan akan terus berjuang untuk mengatasi konflik mereka, tetapi
sebagian nya lagi akan tetap membiarkan terbengkalai tanpa penyelesaian
hingga meninggal. Inilah alasannya sehingga kita perlu mempelajari lebih
mendalam dan meluas mengenai perkembangan perkawinan, khususnya
ditinjau dari seksologi. Kita harapkan suami istri akan mampu menjalani
periode ini dengan sukses untuk menuju usia lanjut."
Ada banyak faktor yang diperlukan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kebahagiaan pada usia pertengahan, salah satunya adalah
faktor fisik. Karena itu, tiap pasangan disarankan untuk memeriksakan
kesehatannya kepada dokter secara teratur sehingga ada keyakinan bahwa
mereka tidak mengalami gangguan penyakit, seperti jantung koroner,
hipertensi, dan diabetes melitus.
Pola hidup yang baik sesuai dengan aturan kesehatan dan kebahagiaan
dan penting untuk dilakukan. Psikoseksual, juga salah satu faktor penting
untuk mereka perhatikan karena pada usia menjelang lanjut, mereka sering
jenuh dalam hubungan suami istri.

12
"Ketertarikan yang dulu dirasakan besar belakangan menjadi dingin.
Ini penting dicari penyebabnya, apakah fisik, psikologis, atau seksual,
hingga kehangatan antara mereka berdua dapat dipulihkan,"

2.2.5 Masalah Yang Biasa Ditemukan Oleh Keluarga Usia Pertengahan


Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan
yang dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :
a. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan
waktu luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program
olahraga yang tidak teratur, pengurangan berat badan hingga berat
badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi
penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
b. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
c. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang
tua yang berusian lanjut.
d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan
orang tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.
e. Tugas Perkembangan

Usia pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang


tua melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa
kehidupan yang “terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum
kaum muda dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang
bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak
mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut.

2.2.6 Tugas Perkembangan Usia Pertengahan


a. Pertahankan kesehatan Individu dan Pasangan Usia Pertengahan
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat
menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa
mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya
merusak diri selama 45-64 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang,
karena “lebih baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar,

13
agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan begitu banyak
perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan darah
tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan,
menurunnya kapasitas vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya
hidup mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit
yang dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami
serangan jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa
pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan
cara-cara yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai
penyakit juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit
hati, kanker dan stroke merupakan dua pertiga dari semua penyebab
kematian antara usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai penyebab
kamatian urutan ke empat.
b. Hubungan Serasi Dan Memuaskan Dengan Anak-   Anaknya Dan
Sebayanya
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas
perkembangan ini mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall,
1977 dalam friedman , 1988, hal 131). Tugas perkembangan ini
memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa seperti sebuah
keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari posisi
sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24
jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-
nenek secara khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan
Matthews, 1982, dalam Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek
memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu mereka pada saat-
saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian
dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam
Friendman, 1988, hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan
dan membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga
besar lain yang lebih tua. Delapan puluh enam persen pasangan usia

14
pertengahan minimal memiliki satu orang tua masih hidup(hagestad,
1988, dalam Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung jawab memberi
perawatan bagi orang tua lansia yang lemah dan sakit-sakitan
merupakan pengalaman yang tidak asing. Banyak wanita yang merasa
berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya mereka mengimbangi
kebutuhan-kebutuhan orang tua mereka yang berusia lanju, anak-anak,
dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya
lebih bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga
Asia dan Amerika Latin.
c. Meningkatkan Keakraban Pasangan Atau Hubungan Perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah
bertahun-bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-
hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi
kebanyak pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk
berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada
sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman, 1988,
hal 132) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi
identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang
terjadi secara bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara
pasangan perlu diuji kembali, seperti keinginan independen lebih besar
dan juga perhatian satu sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang
menurun dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan
kebahagiaan perkawinan, melainkan menimbulkan “kebohongan”.
Menurut Kerckhoff (1976, dalam Friedman, 1988, hal 132), para
konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika timbul
perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan,
seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas
traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan
kepuasan diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang
membosankan.
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan
tuntutan atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam

15
masyarakat kita sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai
diatas bagian penentu sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus
mengenai hidup berkeluarga dalam masa usia pertengahan terdapat dua
hal pokok yang mendorong terciptanya hubungan  hidup berkeluarga.
kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas perkembangan pada lain
pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi yang
membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam
satu jalinan hubungan berkeluarga.

2.3 Konsep Dasar Penyakit


2.3.1 Pengkajian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah penyakit regulasi vaskuler
yang terjadi karena malfungsi mekanisme kontrol tekanan arterial (SPP,
sistem renninangiotensi-aldosteron volume cairan ekstraseluler) (Sandra
M. Nettina, 1996).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolnnya diatas 90
mmhg.Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastol 90 mmhg (Brunner dan Suddarth,
2001).
Menurut WHO (1978), batas tekanan darah sama dengan atau diatas
160/95 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi (Slamet Suyono, 2001).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri
(Medicastore.com, 2007).

2.3.2 Klasifikasi
Adapun klasifikasi tekanan darah pada dewasa yaitu :
a. Normal
Tekanan darah sistolik 120 mmhg - 130 mmhg dan tekanan darah
diastolik 85 mmhg (untuk para lansia tekanan diastolic 140 mmhg
masih dianggap normal).
b. Normal Tinggi

16
Tekanan darah sistolik 130-139 mmhg dan tekanan darah diastolik 85-
89 mmhg.
c. Stadium I (Hipertensi ringan)
Tekanan darah sistolik 140-159 mmhg dan tekanan darah diastolik 90-
99 mmhg.
d. Stadium II (Hipertensi sedang)
Tekanan darah sistolik 160-179 mmhg dan tekanan darah diastolik 100-
109 mmhg.
e. Stadium III (Hipertensi berat)
Tekanan darah sistolik 180-209 mmhg dan tekanan darah diastolik 110-
119 mmhg.
f. Stadium IV (Hipertensi Maligna)
Tekanan darah sistolik 210 mmhg atau dan tekanan darah diastolik
mmhg atau lebih.(Wikipedia Indonesia.com, 2007).

2.3.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hepertensi dibatasi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, dijumpai lebih kurang 90% banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem rennin-angiotensi.
b. Hipertensis sekunder, penyebabnya diketahui, yaitu 10% dari seluruh
hipertensis. Pada hipertensis sekunder penyebab dan patofisiologi
diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau
pembedahan. Adapun penyebab hipertensi sekunder yaitu :
1) Kelainan ginjal yaitu glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis
tubulointerstisial, nekrosis tubulan akut, kistal ginjal,
nefrokalsinosis, tumor, radiasi, diabetes, SLE dan penyumbatan.
2) Kelainan renvaskuler seperti Aterosklerosis, Hyperplasia,
Trombosis, aneurisma, emboli kolesterol, Vaskulitis, rejeksi akut
sesudah transplantasi.
3) Kelainan adrena seperti Feoromositoma, Aldosteronisme primer,
Sinrom Cushing

17
4) Gangguan aorta seperti koarktasio aorta, arteritis takayasu
5) Neoplasma seperti tumor Wilm, tumor yang mengsekresi rennin
6) Kelainan endokrin lain seperti obesitas, resestensi insulin,
hiperkalsemia, akromegali, sindroin karsinoma.
7) Gangguan saraf seperti stres berat, psikosis, tekanan intracranial
meninggi, stroke dan ensefalitis.
8) Toksemia pada kehamilan
9) Obat-obatan seperti konstrasepi oral, kartikosteroid (Slamet Suyono,
2001).

2.3.4 Paofisiologi
Tubuh mempunyai mekanisme keseimbangan yang berpengaruh
terhadap pengaturan tekanan arteri sistemik dan mencegah kegagalan
sirkulasi secara keseluruhan.Ada empat kontrol sistem yang berperan
dalam pengaturan tekanan darah yaitu sistem arteri baroreseptor,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskuler.
Baroreceptor berperan dalam memonitor tingkat tekanan arteri. Sisten
barorespetor menormalkan peningkatan tekanan arteri melalui vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatik dan memperlambat kerja jantung.
Perubahan volume cairan berdampak pada peningkatan arteri sistemik.
Jika tubuh mempunyai kelebihangaram dan air, tekanan darah akan
meningkat melalui mekanisme fisiologis yang komplek yang merubah
aliran darah balik ke jantung, dan menghasilkan peningkatan cardiac
output. Jika fungsi ginjal adekuat, peningkatan tekanan arteri sistemik
akan meningkatkan diuresis dan tekanan akan menurun. Renin dan
angiotensin berperan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal
memproduksi renin, suatu enzym yang berperan dalam protein plasma
untuk membentuk Angiotensin I, yang kemudian diaktifkan oleh enzim
converting dalam paru-paru untuk membentuk Angiotensin I, lalu
Angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai efek vasokonstriksi
kuat dalam pembuluh darah dan mengontrol mekanisme pengeluaran
aldosteron. Dengan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik,

18
Angiostensin II dan III juga berperan dalam menghambat eksresi sodium
yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin menyebabkan resistensi vaskularisasi perifer dalam
hipertensi esensial. Dalam tekanan darah tinggi, peningkatan tekanan arteri
ginjal dapat menghambat sekresi renin.
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang berperan
dalam hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah proses yang menjaga
perfusi jaringan tubuh tetap stabil. Jika aliran darah berubah, proses
autoregulasi seharusnya menurunkan resistensi vaskuler sebagai hasil dari
penurunan aliran darah, dan seharusnya resistensi vaskuler meningkat
sebagai akibat dari peningkatan aliran darah. Autoregulasi vaskuler
menjadi mekanisme penting yang menyebabkan hipertensi disertai dengan
peningkatan garam dan cairan (Ignativicius, 1991).

2.3.5 Tanda dan Gejala


Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satusatunya
gejala.Bila demikian gejala baru muncul setalah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang ditentukan adalah :
a. Sakit Kepala
b. Epitaksi
c. Pusing Dan Migran
d. Rasa Mudah Lelah Dan Cepat Marah
e. Telinga Berdengung
f. Rasa Berat ditengkuk
g. Sukar Tidur karena Gelisah
h. Mata Berkunang-Kunang
i. Sesak Nafas
j. Mual Muntah
(Slamet Suyono, 2002)

2.3.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis,

19
pusingataumigrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-
kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah. (Sylvia, 2000).

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksan diagnostik yang biasa dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan Darah
1) Hemoglobin atau Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
volumecairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor-
faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas.
2) BUNatauKreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
3) Glukosa
Hiperglikimia (diabetes meletus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibat oleh peningkatan kadar ketokelamin (meningkatkan
hipertensi).
4) Kalium Serum
Hipokalenmia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek terapi deuretik.
5) Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningklatkan hipertensi
6) Kolesterol dan Trigliserida Serum
Peningkatan dapat menginditasikan pencetik untuk/adanya
pembentukan plat ateromatosa (efek kardiovaskular).

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Usia Pertengahan


2.4.1 Pengkajian
a. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
2) Komposisi anggota keluarga
3) Tipe keluarga
4) Genogram
5) Suku bangsa

20
6) AgamaStatus sosial ekonomi keluarga
b. Pengkajian Lingkungan
1) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
2) Sistem pendukung keluarga
c. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga.
2) Struktur Kekuatan keluarga.
3) Struktur Peran.
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif.
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi ekonumi
e. Stres dan koping keluarga
1) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
2) Strategi koping yang diigunakan
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
a. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan
yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian
fungsi perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan.
2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang
tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.

21
3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
b. Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (menurut Ballon
dan Maglaya, 1978).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
         Skala:
          Aktual (Tidak/Kurang sehat) 3
          Ancaman kesehatan 2 1
          Keadaan Sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah
         Skala:
          Mudah 2
          Sebagian 1 2
          Tidak dapat 0
3. Potensial Masalah untuk Dicegah
         Skala:
          Tinggi 3
          Cukup 2 1
          Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
         Skala:
          Masalah berat harus segera ditangani 2
          Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani 1 1
          Masalah tidak dirasakan 0
Skoring:
Tentukan skor untuk setiap kriteria. Skore dibagi dengan angkat
tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:

22
1) Kriteria 1:
Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang
sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan
biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
2) Kriteria 2:
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor2 sebagai berikut:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan
tenaga.
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan
dan waktu
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.
3) Kriteria 3:
Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah .
b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
c) Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria 4:
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai
Skor yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga.

23
2.4.3 Intervensi Keperwatan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria
dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang
hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan.

2.4.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. Memberikan informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
d. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan
e. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
a) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
f. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada

24
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2.4.5 Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk
dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
a. S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga
mengatakan nyerinya berkurang.
b. O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1
bulan.
c. A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan yang terkait dengan diagnosis.
d. P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi .
e. Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

25
DAFTAR PUSTAKA

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice


Nursing. Philadelpia: Lippincott.
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept
and Practice. Lippincott: California.
Depkes RI, 1998. Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

26

You might also like