You are on page 1of 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PHEOCHROMOCYTOMA

Untuk memenuhi tugas “Sistem Endokrin”

Disusun oleh:

1. Dedeh Rosita
2. Siti khodijah
3. Yuliyanah

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

INDRAMAYU

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah
dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya saya dapat
menyelesaikan tugas sistem endokrin ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tu-
juan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
Dosen pada mata kuliah Sistem Endokrin.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu tu-
gas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami
semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

                                                                                       

Indramayu, 20 Juli 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi........................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinik ......................................................................... 5
D. Patofisiologi................................................................................... 5
E. Pathway.......................................................................................... 7
F. Komplokasi ................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan ............................................................................ 8
H. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 8
I. Prognosis........................................................................................ 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ...................................................................................... 9
B. Analisa Data.................................................................................... 10
C. Diagnosa Keperawatan................................................................... 13
D. Rencana Keperawatan.................................................................... 13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelenjar adrenal dilaporkan keberadaannya pertama kali pada tahun 1563 oleh Eu-
stachius. Sementara itu, Addison secara klinis melaporkan saat otopsi pada tahun 1855. Kelenjar
adrenal adalah kelenjar endokrin dengan dua bagian utama, yaitu korteks dan medula. Hormon
utama yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah kortisol dan hormon utama yang dihasilkan
oleh medula adrenal adalah epinefrin. Ketika tumor berkembang di kelenjar adrenal, mereka
mengeluarkan jumlah kelebihan hormon ini. Tumor yang timbul di korteks adrenal disebut ade-
noma adrenocortical yang bersifat jinak dan karsinoma adrenocortical yang bersifat ganas, dan
dapat menghasilkan tekanan darah tinggi, berat badan, rambut tubuh berlebih, melemahnya tu-
lang dan diabetes. Sedangkan tumor di medula adrenal disebut neuroblastoma dan pheochromo-
cytoma, dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, sakit kepala, jantung berdebar, dan
keringat berlebihan. Tumor kelenjar adrenal jarang dijumpai. Kebanyakan tumor adrenal dike-
tahui secara kebetulan dan terdeteksi sebagai tumor jinak serta merupakan penyebab kematian
0,02-0,2% karena kanker. Tetapi 40-70% telah terjadi penyebaran waktu diagnosis. Bhargav dkk
melaporkan telah mendapatkan 59 kasus selama 14 tahun di India, jumlah itu terdiri dari kanker
korteks adrenal 7,5% , pheochromocytoma 43% , kista adrenal 13,2% , myelolipoma 11,3% , dan
lesi radang 9,4%. Di Amerika Serikat, tumor korteks adrenal pada anak di bawah usia 20 tahun
sekitar 25 kasus per tahun. Sedangkan di Brazil selatan terjadi 10 kali lipat lebih banyak. Terjadi
lebih banyak pada wanita daripada pria. Radiologi diagostik mempunyai peran dalam mendeteksi
kelainan adrenal. Tujuan utama pencitraan adalah menentukan apakah suatu massa jinak atau
ganas. Pemeriksaan tertentu dapat digunakan oleh radiolog untuk menegakkan diagnosis definitif
pada sebagian besar massa adrenal (termasuk kanker, infeksi, dan perdarahan) berdasar penci-
traan saja (Zeiger, et al, 2009). Terdapat berbagai macam modalitas pencitraan termasuk CT,
MRI, USG, dan pencitraan nuklir dapat digunakan dalam mengevaluasi kelainan kelenjar
adrenal. Di antara keempatnya CT scan merupakan modalitas primer untuk mendeteksi dan me-
nilai massa adrenal (Zeiger, et al, 2009, Mayo-Smith, 2001). Kepentingan membedakan suatu
lesi adalah jinak atau ganas adalah karena hal tersebut sangat berpengaruh pada pilihan terapi
dan prognosis. Untuk membedakan adenoma dengan proses metastasis, modalitas dengan spesi-

1
fisitas tinggi diperlukan. Modalitas yang dapat digunakan untuk membedakan lesi jinak dan
ganas meliputi CT scan, MRI, PET, dan biopsy adrenal. Jika suatu lesi pada pasien onkologi
tidak dapat secara ditentukan sebagai adenoma secara definitif setelah dilakukan CT scan, maka
pasien perlu diperiksa leih lanjut dengan modalitas lain seperti MRI atau biopsy adrenal untuk
mengkonfirmasi lesi tersebut jinak atau ganas. Dengan demikian, radiologi diagnostic mempun-
yai peran yang sangat penting dan akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pasien dengan
tumor adrenal. Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai tumor
adrenal dalam referat ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari Tumor Adrenal ?


2. Apa etiologi dari Tumor Adrenal ?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari Tumor Adrenal ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Tumor Adrenal ?
5. Bagaimana pathway dari Tumor Adrenal ?
6. Apa saja komplikasi dari Tumor Adrenal ?
7. Bagaimana prognosis dari Tumor Adrenal ?

C. TUJUAN
1. Mengerti apa definisi dari Tumor Adrenal
2. Mengetahui apa etiologi dari Tumor Adrenal
3. Mengetahui bagaimana manifestasi klinik dari Tumor Adrenal
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Tumor Adrenal
5. Mengetahui bagaimana pathway dari Tumor Adrenal
6. Mengetahui apa saja komplikasi dari Tumor Adrenal
7. Mengetahui bagaimana prognosis dari Tumor Adrenal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Feokromatisoma merupakan tumor yang berasal dari sel – sel kromafin kelenjar adrenal
yang menyebabkan pembentukan katekolamin yang berlebihan. Dapat terjadi pada pria maupun
wanita dan segala usia. Namun, sering terjadi pada usia 30 – 60 tahun. Feokromositoma, dise-
babkan oleh sekresi hormon epinefrin dan norepinefrin yang berlebihan. Adanya tumor ini
menyebabkan : jantung berdenyut cepat, kadar glukosa yang tinggi pada urin dan darah, pen-
ingkatan Basal Metabolic Rate (BMR), muka yang kemerah-merahan, berkurangnya rasa gugup,
berkeringat, dan penurunan motilitas gastrointestinal. Pengobatannya yaitu dengan tindakan be-
dah pemindahan tumor.

Anatomi Fisiologi
Kelenjar Adrenal ( anak ginjal )
Terdapat 2 buah kelenjar adrenal pada manusia, dan masingmasing kelenjar terletak di-
atas ginjal. Kelenjar adrenal terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian medula adrenal ( bagian ten-
gah kelenjar adrenal ) dan korteks adrenal ( bagian luar kelenjar ). Korteks adrenal memproduksi

3
3 kelompok hormon steroid, yaitu glukokortikoid dengan prototipe hidrokortison, mineralokor-
tikoid khususnya aldosteron, dan hormon-hormon seks khususnya androgen.
1. Glukokortikoid berfungsi untuk mempengeruhi metabolisme glukosa, peningkatan sekresi
hidrokortison akan menaikan kadar glukossa darah.
2. Mineralikortikoid bekerja meningkatkan absorbsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk
mengekresikan ion kalium atau hidrogen.
3. Hormon seks adrenal ( androgen ) memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks
pria.
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari saraf otonom. Selain itu juga menghasilkan
adrenalin da noradrenalin. Nor adrenalin menikan tekanan darah denga jalan merangsang serabut
otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, dan adrenalin membantu metabolism
karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Fungsi kelenjar adrenal korteks :
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam
2. Mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, dan protein
3. Mempengaruhi aktivitas jaringan limfoid
Fungsi kelenjar adrenal medula :
1. Vasokontriksi pembuuh darah perifer
2. Relaksasi bronkus
3. Kontraksi selaput lendir dan arteriole

4
A. Etiologi

Etiologi penyakit Feokromatisoma yaitu :


a. Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma endokrin multipel,
yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar endokrin.
b. Feokromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-Lindau, dimana pembu-
luh darah tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor jinak (hemangioma)
c. Pada penderita penyakit von Recklinghausen ( neurofinromatosis, pertumbuhan tumor berdag-
ing pada saraf ).

C. Manifestasi Klinik

a. Gejala yang paling menonjol adalah tekanan darah tinggi, yang bisa sangat berat. Pada sekitar
50% penderita, tekanan darah tinggi ini bersifat menetap
b. Jantung berdebar-debar dan berdenyut lebih cepat
c. Berkeringat berlebihan
d. Pernapasan cepat
e. Kulit dingin dan lembab
f. Sakit kepala hebat
g. Nyeri dada dan perut
h. Mual dan muntah
i. Gangguan penglihatan
j. Jari tangan kesemutan

D. Patofisiologi

Feokromositoma adalah neoplasma sel-sel kromafin medula adrenal atau diluar medula.
Tumor ini mengeluarkan epinefrin,neorepinefin, atau keduanya (jarang dopamin) dalam jumlah
besar. Sebagian besar feokromositoma mengeluarkan norepinefrin dan menyebabkan hipertensi
yang umumnya menetap ( jarang episodik). Feokromositoma yang mengeluaarkan epinefrin
lebih jarang menyebabkan hipertensi, umumnya tumor ini menyebabkan serangan-serangan hiper
glikemia, glukosuria, dan efek metabolik lain.

5
Tabel 12-2 gambaran klinis feokromositoma

Epidemiologi Dewasa ; kedua jenis kelamin; semua usia,


khususnya usia 30 – 50 tahun
Perilaku bioligis 90% jinak; 10% ganas
Sekresi Taatekolamin kadar tinggi; sebagian besar
mengeluarkan norepinefrin
Gambaran klinis Hipertensi menetap atau , yang lebih jarang,
episodik, berkeringat, palpitasi, hiperglikemia,
glikosuria kadang – kadang asimtomatik ( ditemukan
secara tidak sengaja pada CT scan atau MRI)
Gabaran makroskopik Masa, sering hemoragik; 10% bilateral; 10% diluar
Adrenal
Gambaran Sarang-sarang sel besar, stroma vascular
Mikroskopik

Sekitar 10 % tidak berkaitan dengan hipertensi, 10 % terjadi pada anak, dan 10 % bersifat ganas,
dahulu diduga bahwa sekitar 10 % terjadi sebagai bagian dari suatu sinddrom familial tetapi kini
tampaknya sekitar 20-30 % kasus sebenarnya bersifat familial (Stephen J. McPhee, 2007)

6
E. Pathway

Hiperplasiasel Mutasi gen Gen mutasi


ctiroid NFI

Sindrom avon
Adenoma para- Sindrom neurofibro- hipplelindau
Genetic
toroid matosistipel

Sindrom
multiple

FEOKROMASITO

Katekolamin kadar tinggi

Mengeluarkan
Mengeluarkan
nepinefrin
norepinefrin

Desensitisasi sistem

Kardiovaskuler

Peningkatan
Vasokontriksi
Hiperglikemia metabolisme

Hipertensi Penurunan cu- Intoleransi


rah jantung aktifitas

Nyeri
kepala

7
F. Komplikasi

1. Retinopati hipertensif
2. Nefropati hipertensif
3. Miokarditis
4. Peningkatkan agregasi trombosis
5. Gagal jantung kongestif dan vaskular
6. Aritmia
7. Syok ireversible
8. Gagal ginjal

G. Penatalaksanaan

1. Selama kejadian atau serangan hipertensi, takikardi, ansietas dan gejala feokromositoma lain-
nya, pasien dibaringkan di tempat tidur dengan bagian kepala ditinggikan untuk meningkatkan
penurunan ortostatik tekanan darah.
2. Farmakoterapi
3. Pembedahan untuk mengangkat tumor biasanya adrenalektomi
4. Terapi penggantian kortikosteroid, diperlukan jika harus dilakukan
adrenalektomi bilateral.
5. Perawatan pascaoperatif, dengan memantau kondisi pasien selama beberapa hari dalam ruang
perawatan intensif dengan memberikan perhatian khusus kepada perubahan elektrokardiografic,
tekanan arterial, keseimbangan cairan dan elektrolit dan kadar glukosa darah.

H. Pemeriksaan PenunjanG

1. Tes darah dan urine


2. CT Scan
3. Radiosotope scan

I. Prognosis

Tingkat ketahanan hidup 5 tahun untuk Feokromositoma non-ganas lebih dari 95%, tetapi untuk
phaeochromocytomas ganas kurang dari 50%. Risiko keganasan agak lebih tinggi bila pasien

8
masih anak-anak. Kebanyakan paraganglionomas timbul dari jaringan chromaffin, sepanjang
rantai simpatik para-aorta, atau dalam organ-organ Zuckerkandl pada asal mesenterika arteri in-
ferior, dinding kandung kemih dan rantai simpatis di leher atau mediastinum. Mereka biasanya
jinak dan penata laksanaanya cukup dengan reseksi bedah.

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

3.1.1 Identitas
Nama : Ny. D
Usia : Feokromositoma dapat terjadi pada segala usia,
tetapi insiden puncaknya terletak pada usia anatara 25 dan 50 tahun.
Jenis kelamin : Penyakit ini menyerang laki-laki dan perempuan
dengan imsiden yang sama,
Alamat :Jalan mawar Kec. Sidang
Pendididkan : Tidak terkaji
Pekerjaan :Petani
Suku/ras :Jawa

3.1.2 Keluhan utama


Keluhan yang paling dirasakan yaitu lemah dan nyeri kepala.

3.1.3 Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang


Klien biasanya mengeluhkan selain lemah dan nyeri kepala yaitu pucat, muntah, sesak, nafas
cepat, nadi meningkat dan tekanan darah meningkat.

b. Riwayat penyakit dahulu


Apakah pasien memiliki riwayat penyakit von hippel-lindau, dimana pembuluh darah tumbuh se-
cara abnormal dan membentuk tumor jinak (hemangioma) dan pada penderita penyakit von reck-
linghausen (neurofinromatosis, pertumbuhan tumor berdaging).

10
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah pasien dan keluarga yang memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma endokrin
multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar Endokrin.

3.1.4 Pemeriksaan Fisik (Review of system)


a. Brain (B1)
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, penurunan kekuatan genggaman, insomnia,
ansietas/gelisah, merasakan ancaman kematian dan parestesia.
b. Blood (B2)
Vasokontriksi menyebabkan kontraksi jantung meningkat dan tekanan darah meningkat
(hipertensi), takikardi, palpitasi, kemerahan wajah dan diaforesis berlebihan.
c. Breath (B3)
Takipnea
d. Bladder (B4)
Penurunan haluaran urine
e. Bowel (B5)
Hiperglikemia, mual muntah, penurunan berat badan dan kadang disertai peningkatan berat
badan.
f. Bone (B6)
Kelemahan

3.1.5 Tanda-tanda vital (TTV)


TD: meningkat (hipertensi)
RR : meningkat (takipnea)
N : meningkat (takikardia)
S : menurun

3.1.6 Pemeriksaan diagnostik


a. Peningkatan katekolamin serum
b. Peningkatan metanefrin urine dan asam vanilil mandelik
c. Kegagalan katekolamin serum untuk bereberespons terhadap supresi

11
setelah pemberian klonidin
d. Hiperglikemia
e. Scan CT abdomen memperlihatkan letak tumor.

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Vasokontriksi Penurunan curah
- Klien mengatakan jantung
jantungnya berdebardebar
- Klien mengatakan sakit
pada dada kiri
Do :
- Klien tampak pucat
- Kulit dan akral dingin
- Nadi klien 85 x/ menit
- Konjungtiva pada mata
klien tampak pucat
2. Ds : Efek patologis Nyeri akut
- Klien mengatakan terasa
nyeri pada daerah dada
dengan karakteristik
P : pada saat sesak
Q: terasa ditusuk- tusuk
R: pada dada daerah kiri
S: 4- 6 (sedang)
T: intermiten
Do :
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak memegang

12
dada kiri
3. Ds : Ketidak Intoleransi
- Klien mengatakan letih seimbangan aktivitas
pada saat setelah suplay dan
beraktivitas kebutuhan
- Klien mengatakan ada oksigen
perasaan tidak nyaman
setelah beraktivitas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat

C. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi


2. Nyeri yang berhubungan dengan efek patologis
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dengan kebutuhan oksigen

D. Rencana Keperawatan

Tgl Diagnosa Tujuan dan KH Perencanaan Rasional


keperawatan
22 januari Penurunan Peningkatan cu-  pantau  mengetahui
2021 curah jantung rah frekuensi dan intervensi
berhubungan jantung setelah irama jantung dini
dengan dilakukan tin-  auskultasi  memberikan
vasokontriksi dakan bunyi jantung deteksi dini
keperawatan se-  anjurkan tirah dan
lama baring dalam terjadinya
3x 24 jam den- posisi semi komplikasi
gan
13
kh : fowler  peningkatan
 jantung klien  kolaborasi expansi paru
tidak berde- pemberian  peningkatan
bardebar obat vasodilatasi
 klien tidak hidralazin,
mengeluh sakit minoksidil,
dada loniren
 kulit dan akral
klien hangat
 nadi dalam
batas
normal 60- 80 x/
menit
 konjungtiva
tidak tampak
pucat
Nyeri yang Nyeri hilang/  observasi  memberikan
berhubungan berkurang sete- keluhan data dasar
dengan efek lah nyeri, pantau untuk
patologis dilakukan tin- skla nyeri mengevaluasi
dakan menggunakan kebutuhan
keperawatan se- angka 0 – 10 atau
lama  lakukan keefektifan
3 x 24 jam den- teknik intervensi
gan pengurangan  sebagai
KH: nyeri non analgetik
 klien farmakologi tambahan  agar
mengatakan yang tepat pasien
nyeri yaitu teknik dan keluarga
berkurang relaksasi atau dapat
dengan distraksi melakukanny

14
skala 1- 3  beri a sendiri
 klien tidak informasi tanpa bantuan
tampak tentang perawat
meringis berbagai  untuk
kesakitan strategi untuk menghilangk
menambah an atau
penurunan mengurangi
rasa nyeri nyeri
 kolaborasi
pemberian
obat- obatan
analgetik
Intoleransi Toleransi aktivi-  gunakan  mempengaru
aktivitas yang tas teknik hi pilihan
berhubungan setelah dilakukan penghematan intervensi
dengan tindakan m energi  mendorong
ketidakseimba keparawatan se-  anjurkan pasienm
ngan suplai lama pasien untuk melakukan
dan 3 x 24 jam den- menghentika hal dengan
kebutuhan gan n aktivitas membatasi
oksigen KH: bila nyeri penyimpanan
 klien tidak dada, nafas energi dan
mengeluh pendek, mencegah
letih pada kelemahan kelemahan
saat setelah atau pusing  tidak
beraktivitas terjadi Memperparah
 klien tidak  berikan kondisi
terlihat lingkungan patologis
pucat tenang, batasi  agar klien
 klien pengunjung dapat
tampak dan beristirahat

15
rileks pertahankan dan
 klien tidak tirah baring menghemat
terlihat jika energi
lemah diindikasikan

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Feokromatisoma merupakan tumor yang berasal dari sel – sel kromafin kelenjar adrenal
yang menyebabkan pembentukan katekolamin yang berlebihan. Dapat terjadi pada pria maupun
wanita dan segala usia. Namun, sering terjadi pada usia 30 – 60 tahun. Feokromositoma, dise-
babkan oleh sekresi hormon epinefrin dan norepinefrin yang berlebihan. Adanya tumor ini
menyebabkan : jantung berdenyut cepat, kadar glukosa yang tinggi pada urin dan darah, pen-
ingkatan Basal Metabolic Rate (BMR), muka yang kemerah-merahan, berkurangnya rasa gugup,
berkeringat, dan penurunan motilitas gastrointestinal. Pengobatannya yaitu dengan
tindakan bedah pemindahan tumor.
Terdapat 2 buah kelenjar adrenal pada manusia, dan masing-masing kelenjar terletak di-
atas ginjal. Kelenjar adrenal terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian medula adrenal ( bagian ten-
gah kelenjar adrenal ) dan korteks adrenal ( bagian luar kelenjar ). Tingkat ketahanan hidup 5
tahun untuk Feokromositoma non-ganas lebih dari 95%, tetapi untuk phaeochromocytomas
ganas kurang dari 50%. Risiko keganasan agak lebih tinggi bila pasien masih anak-anak. Ke-
banyakan paraganglionomas timbul dari jaringan chromaffin, sepanjang rantai simpatik para-
aorta, atau dalam organ-organ Zuckerkandl pada asal mesenterika arteri inferior, dinding kan-
dung kemih dan rantai simpatis di leher atau mediastinum. Mereka biasanya jinak dan penata
laksanaanya cukup dengan reseksi bedah.

C. Saran

a. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar.
b. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
c. Bagi Kesehatan

17
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keper-
awatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Adrenal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Stephen J. McPhee, W. F. (2007). Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC.


Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta:EGC.
Soepaman, Sarwono Waspadji Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

19

You might also like