You are on page 1of 45

TUGAS BESAR

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

OLEH :
NAMA : DENISAPUTRA TANDI
NIM 61 60505 16 0110
DOSEN : MONALISA BUMBUNGAN, ST,. MT
ASISTEN : MONALISA BUMBUNGAN, ST,. MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2020
PENDAHULUAN
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan
kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan
kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih
tempat pemusatan kegiatan.
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada pernecanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai
akses ke rumah- rumah. Dalam ruang lingkup Perencanaan Geometrik tidak termasuk
perencanaan tebal perkerasan jalan, begitu pula drainase jalan. Meskipun perkerasan
termasuk bagian dari perencanan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan
seutuhnya. Dengan tujuan untuk menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi
pelyanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya
pelaksaanan. Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan
rasa aman dan nyamankepada pemakaijalan. Yang menjadi dasar perencanaan
geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam
mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut
haruslah menjadi pertimbangan perencanaan untuk menghasilkan bentuk dan
ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi
tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Dengan demikian haruslah memperhatikan elemen penting dalam
perencanaan geometrik jalan, diantaranya :

- Alinyemen Horizontal (trase jalan)

- Alinyemen Vertikal (penampang memanjang jalan)

- Penampang melintang jalan

Tujuan dan fungsi: menghasilkan infra struktur yang aman, nyaman & effisien
untuk pelayanan lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.
STANDAR PERENCANAAN JALAN RAYA

1. Ketentuan Dasar

Ketentuan dasar “Perencanaan Geometrik Jalan Raya” telah tercantum dalam daftar I
buku No. 13/1970 merupakan syarat batasan yang dijadikan sebagai pedoman
untuk Perencanaan Geometrik Jalan Raya.

2. Lalu Lintas

Setiap jenis kendaraan dapat mempengaruhi terhadap keseluruhan arus lalu lintas,
yang diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap pengaruh dari suatu
mobil penumpang. Yaitu dengan “Satuan Mobil Penumpang (SMP)”.

3. Keadaan Topografi

Keadaan Topografi/medan yang akan duganakan untuk perencanaan pembangunan


jalan terbagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya
lereng melintang dalam arah yang kurang lebih tegak lurus sumbu jalan raya.

Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang adalah sebagai berikut :

N Golongan Medan Lereng Melintang


o
.
1 Datar (D) 0 sampai 9,9 %
.
2 Perbukitan (B) 10,0 sampai 24,5 %
.
3 Pegunungan (G) ≥ 25,0 %
.
4. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Kelas

Jalan
Jalan
KLASIFIKAI Jalan Raya Sekunder Penghubun
Utama g
JALAN

I IIA IIB IIC III


KLASIFIKASI
MEDIAN D B G D B G D B G D B G D B G
LaluLintas
Harian Rata- 6000- 1500 –
>20.000 <2000 -
Rata (LHR) 20.000 8.000
Dalam SMP
Kecepata n 1 1 1
8 8 6 8 6 4 6 4 3 6 4 3
Rencana 2 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(Km/Jam) 0 0 0
Lebar Daerah
Penguasaan
6 6 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2
Minimun 60 40 40
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(M)
Minimu 2x3,50
Lebar m Atau 2x3.50 2x3,0 3,50 – 6,00
Perkerasan (M) 2(2x3,75 2x(2x3,50
) )
Lebar Median
Minimum (M) *10 150** - - -
3 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1
Lebar Bahu 2,
, , , , , . , , , , ,
(M) 5 1,50-2,50**
5 0 0 0 5 0 5 5 5 5 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lereng
Melintang 2% 2% 2% 3% 4%
Perkerasan
Lereng
Melintang 4% 4% 6% 6% 6%
Bahu

Jenis Lapisan Aspal Penetrasi Paling tinggi


Aspal Paling tinggi
Permukaan beton berganda peleburan
beton penetrasi
Jalan (hot atau dengan aspal
tunggal
mix) setaraf
Miring
T ikungan 10% 10% 10% 10% 10%
Maksimu m
Jari-Jari 5 3 2 3 2 1 2 1 1 1
Lengkung 5 5 3 5 3
6 5 1 5 1 1 1 1 1 1
Minimum (m) 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 5 0 5 5 5
Landai 1 1
3 5 6 4 6 7 5 7 8 6 8 6 8
Maksimum 0 2
% % % % % % % % % % % % %
% %
5. Klasifikasi Lalu Lintas JalanRaya
Menurut fungsinya jalan raya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu jalan Primer,
jalan Sekunder dan jalan raya penghubung.

a. Jalan Primer adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-
kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor.
Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk melayani lalu lintas
yang sangat cepat danberat.
b. Jalan Skunder adalah jalan raya yang melayani arus lalu lintas yang cukup
tinggi antara kota-kota besar dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani
daerah di sekitarnya.
c. Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga
dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang
sama atauberlainan.

6. Alinyemen Horizontal

Alinyemen Horizontal haruslah memenuhi syarat-syarat dasar teknik lalu lintas


sebagaimana yang tercantum dalam daftar I. Bukan hanya bagian dari alinyemennya saja
yang memenuhi syarat, tapi dari keseluruhan bagian jalan haruslah memberikan kesan
aman dan nyaman. Termasuk juga dalam perencanaan drainase harus dipertimbangkan
sebaik- baiknya dan memperkecil pekerjaan tanah yang diperlukan. Penambahan
biaya di kemudian hari juga haruslah ditekan sekecil mugkin. Baik itu dikarenakan
adanya peningkatan kekuatan perkerasan, perbaikan alinyemen baik horizontal maupun
vertical, maupunperbaikan dan atau penambahan laindari bagian jalan itu sendiri.

1. Jari Lengkung Minimum

Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana sebagaimana


tercantum dalam daftar I ditentukan berdasarkan miring tikungan maksimum
dan koepisien gosokan melintang maksimum dengan rumus:
R= V2
127 ( e + fm)

Dimana:
R : Jari-jari Lengkung (m
minimum…………………… )
V
: Kecepatan Rencana…………………………
(km/jam)
e : Miring tikungan…………………………….. (
%
)
ƒ : Koefisin Gesekan Melintang.
m

2. Jari-Jari Lengkung Minimum Dimana Miring Tikungan TidakDiperlukan

Suatu tikungan dengan jari-jari lengkung yang cukup besar sampai

batas-
batas tertentu tidak perlu diadakan miringtikungan. Jari-jari lengkung minimum
dimana miring tikungan tidak diperlukan tercantum dalam daftar II.

3. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan


untuk mengadakan peralihan dari bagian jalan yang luruskebagian jalan yang
mempunyai jari- jari lengkungdengan miringtikungan tertentu atau sebaliknya.

Batas besarnya jari-jari lengkung dimana suatu tikungan harus sudah


menggunakan lengkung peralihan tercantum dalam daftar II.lengkung peralihan yang
digunakan adalah lengkung spiral atau clothoide. Panjang minimum lengkung
peralihan pada umumnya ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk peruban miring
tikungan yang tergantung pada besarnya landai relatif maksimum antara kedua
sisi perkerasan.Besar landai relatif maksimum antar kedua sisi perkerasan. Besar
landai maksimum tesebut adalah sebagaimana tercantum dalam daftar II.
4. Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Untuk membuat tikungan pelayanan suatu jalan selalu tetap sama, baik dibagian
lurus maupun di tikungan, perlu diadakan pelebaran pada perkerasan
tikungan.Besarnya dapat ditentukan dengan menggunakan grafik I .

5. Pandangan Bebas Pada Tikungan

Untuk memenuhi kebebasan pandangan pada tikungan sesuai dengan syarat


panjang jarak pandangan yang diperlukan, harus diadakan kebebasan samping yang
besarnya dapat ditentukan dengan menggunakan grafik II .

6. Alinyemen Vertikal

1) Umum

Alinyemen vertical sangat erat hubungannya dengan besarnya biaya


pembangunan, biaya penggunaan kendaraan serta jumlah kecelakaan lalu-lintas.
Dalam menetapkan besarnya landai jalan harus di ingat bahwa sekali suatu
landau digunakan,maka jalan sukar di-upgrade dengan landai yang lebih
kecil tanpa perubahan yang mahal. Maka penggunaan landai maksimum
sebagaimana tercantum dalam daftar I sedapat mungkindihindari.

Alinyemen harus idrencanakan sebaik-baiknya dengan sebanyak-


banyaknya mengikuti medan sehingga dapat menghasilkan jalan yang harmonis
dengan alam sekelilingnya.

2) Landai Maksimum

Landai maksimum sebagai mana tercantum dalam daftar I harus hanya


digunakan apabila pertimbangan biaya pembangunan adalah sangat memaksa,
dan hanya untuk jarak pendek.

Dalam perencanaan landai perlu diperhatikan panjang landai tersebut yang


masih tidak menghasilkan pengurangan kecepatan yang dapat menggangu
kelancaran jalannya lalu- lintas.
Panjang maksimum landai yang masih dapat diterima tanpa
mengakibatkan gangguan jalannya arus lalu –lintas yang berati atau biasa
disebut dengan istilah panjang kritis landai,dalah panjang yang
mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum sebesar 25 km/jam.

Panjang kritis landai tersebut adalah sebagai berikut :

Landai (%) 3 4 5 6 7 8 10 12
48 33 25
Panjang Kritis 200 170 150 135 120
0 0 0

Apabila pertimbangan biaya pembangunan memaksa panjang kritis


tersebut boleh dilampaui, dengan ketentuan bahwa bagian jalan diatas.

Penyelesaiaan :
1. TABEL BEDA TINGGI/GRADIENT DARI KOTA ASAL KE KOTA
TUJUAN (TAHAP 4)
TINGGI
NO. PATOK GRADIENT
PATOK/TITIK/TANAH
0 (kota A) 38 -
1 38 0
2 38 0
3 38 0
4 38 0
5 38 0
6 39,5 0,5
7 43,7 4,2
8 47,4 3,7
9 50,9 3,5
10 55,1 4,2
11 53,2 1,9
12 47 6,2
13 45,6 1,4
14 40,6 5
15 31,8 8,8
16 28,7 3,1
17 28,7 0
18 27,9 0,8
19 27 0,9
20 26,9 0,1
21 27,9 1
22 28 0,1
Rata-rata 2,06

2. BERDASARKAN GRADIENT, TENTUKAN KONDISI


MEDAN/TERRAIN (Tahap 5)
No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan
(o/o)
1 Datar D <10
2 Perbukitan B 10-25
3 Pegunungan G >25

3. TABEL BESAR SUDUT PADA TIKUNGAN


Nama Tikungan Besar Sudut (o)
T1 28
T2 79
T3 47
T4 53
T5 57
T6 55
Sumber : Trase Perencanaan Geometrik.

4. MENENTUKAN KLASIFIKASIH JALAN RENCANA ( JALAN RAYA,


JALAN SEDANG ATAU JALAN KECIL) (Tahap 6)
JALAN KECEPATAN RENCANA,VR
MEDAN JALAN
RENCANA (Km/J)
Jalan Raya Datar 60 - 120
Jalan Sedang Bukit 50 – 100
Jalan Kecil Gunung 40 - 80
Catatan : Nilai VR yang digunakan = 60 Km/J.

5. MENENTUKAN NILAI R PADA TIKUNGAN DARI TABEL (Tahap 8)


VR (Km/J) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari – jari Minimum, Rmin (m) 600 370 210 110 80 50 30 15
6. MENENTUKAN Rrencana DIMANA Rrencana LEBIH BESAR DARI Rmin
HASIL HITUNGAN
Digunakan Rrencana = 120 m
7. HITUNG KOMPONEN TIKUNGAN APAKAH S-C-S atau FC DENGAN
DIAWALI HITUNG LS BERDASARKAN 3 RUMUS BERIKUT, LALU
PAKAI NILAI LS TERBESAR :
(a) Berdasarkan waktu tempuh (3 detik) untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung :
𝑉𝑅
Ls = T
3,6

(b) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian,


𝑉𝑅2
L = 0,022 x
s 𝑅𝑐 .𝐶 – 2,727 x 𝑉𝑅 . 𝑒
𝐶

(c) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian,


Ls = (𝑒𝑚− 𝑒𝑛) x 𝑉
3,6 𝑟𝑒 𝑅

Dimana :
T = waktu tempuh (3 detik)
Rc = jari-jari busur lingkaran, (m)
C = Perubahan percepatan, 0,3 – 0,1 disarankan 0,4 m/det3.
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, sebagai
berikut :
 Untuk VR < 70 Km/jam, re maks. = 0,035 m/m/det
 Untuk VR > 80 Km/jam, re maks. = 0,025 m/m/det
e = superelevasi
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
 Berdasarkan Tabel, Nilai Ls ditentukan menurut Derajat Tikungan (Dd)
8. Perhitungan Alinyemen Horisontal
a. Tikungan T1
Data :
fmaks = 0,154
emaks = 10 %
181913,53 𝑥 (𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠+ 𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠) 181913,53 𝑥 (0,1+ 0,154)
Dmaks = 𝑉𝑅2
= 602 = 12,84 °
1432,4 1432,4
Dd = 𝑅𝐷 = 120 = 11,9 º
∆ = 28º
en = 2%
Menghitung syarat pemilihan tikungan :
 Rc = Panjang garis pada trase x Skala trase
= 8,2 x 25 = 205 m > 500 m (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
 Ls = 60 m (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls)
 Nilai Superelevasi
−𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷𝑑2 2 𝑥 𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷𝑑
e = 𝐷𝑚𝑎𝑘𝑠2 + 𝐷𝑚𝑎𝑘𝑠

−0,1 𝑥 11,942 2 𝑥 0,1 𝑥 11,94


= 12,842 + 12,84

= 0,0995 > 0,04 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)


= 9,95 %
2
 Xs = Ls (1- 𝐿𝑠
)
40 𝑅𝑐2
2
60
= 60 (1- )
40 2052

= 59,87 m
2
𝐿𝑠
 Ys = 6𝑅𝑐

602
= 6 𝑥 205
= 2,93 m
 90 𝐿𝑠
∅𝑠 = x 𝑅𝑐
𝜋

90 60
= 𝜋 x 205
= 8,389°
 P = Ys – Rc (1- cos ∅𝑠)
= 2,93 – 205 (1 – 0,989)
= 0,675 m > 0,1 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
3
𝐿𝑠
 k = Ls - – Rc sin ∅𝑠
40 𝑅𝑐2
3
= 60 - 60

40 𝑥 2052 – 205 sin 8,389°


= 3,75 m
 Ts = (Rc + P ) tan ½ ∆ + k
= (205 + 0,675 ) tan ½ 28+ 3,75
= 55,03 m
 Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (205 + 0,675 ) sec ½ 28 – 205
= 5,75 m
 Lc = (∆ − 2 ∅𝑆) x 𝜋 x Rc
180

(28 − 2 𝑥 8,389)
= 180 x 3,14 x 205
= 40 m > 25 m (tidak memenuhi syarat tikungan S-S)
 Ltot = Lc + 2Ls
= 40 + 2 . 60
= 160 m
Jadi, Tikunagn T1 merupakan tikungan tipe S-C-S

Komponen Nilai
RC 205 m
TS 55,03 m
ES 5,75 m
LC 40 m
𝜽s 8,389°
𝜽c 28°
PERHITUNGAN PELEBARAN PADA TIKUNGAN
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z

𝑏" = Rd - √𝑅𝑑2 + 𝑃2

= 120 – √1202 + 18,92


= 1,497 m
b’ = b + b”
= 2,6 + 1,497
= 4,097 m

Td = √𝑅𝑑2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rd

= √1202 + 1,2(2. 18,9 + 1,2) – 120


= 0,195 m

𝑍 = 0,105 × 𝑉𝑟/ √𝑅𝑑


60
= 0,105 ×
√120

= 0,575
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z
= 2× (4,097 + 0,8) + (2+1) × 0,195 + 0,575
= 10,956 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 × 3,5 = 7 m.
Ternyata Wc > 7 m
= 10,956 m > 7 m.
= 10,956 – 7 m
= 3,956 m.
Karena Wc > Wn, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada
tikungan sebesar 3,956 m
b. Tikungan T2
Data :
fmaks = 0,165
emaks = 10 %
181913,53 𝑥 (𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠+ 𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠) 181913,53 𝑥 (0,1+ 0,615)
Dmaks = 𝑉𝑅2
= 402 = 30,13 °
1432,4 1432,4
Dd = 𝑅𝐷 = 55 = 26,04 º
∆ = 79º
en = 2%
Menghitung syarat pemilihan tikungan :
 Rc = Panjang garis pada trase x Skala trase
= 2,4 x 25 = 60 m > 500 m (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
 Ls = 33,3 m (Berdasarkan 3 rumus Ls)
 Nilai Superelevasi
−𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷𝑑2 2 𝑥 𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷𝑑
e = 𝐷𝑚𝑎𝑘𝑠2 + 𝐷𝑚𝑎𝑘𝑠

−0,1 𝑥 26,042 2 𝑥 0,1 𝑥 26,04


= 30,132 + 30,13

= 0,098 > 0,04 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)


= 9,8 %
2
 Xs = Ls (1- 𝐿𝑠
)
40 𝑅𝑐2
2
33,3
= 33,3 (1- )
40 602

= 33,04 m
2
 Ys = 6𝑅𝑐
𝐿𝑠

33,32
= 6 𝑥 60
= 3,08 m
 90 𝐿𝑠
∅𝑠 = x 𝑅𝑐
𝜋

90 33,3
= 𝜋 x 60

= 15,91°
 P = Ys – Rc (1- cos ∅𝑠)
= 3,08 – 60 (1 – 0,9617)
= 0,782 m > 0,1 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
3
𝐿𝑠
 k = Ls - – Rc sin ∅𝑠
40 𝑅𝑐2
3
= 33,3 - 33,3

40 𝑥 602 – 60 sin 15,91°


= 18,45 m
 Ts = (Rc + P ) tan ½ ∆ + k
= (60 + 0,782 ) tan ½ 79 + 18,45
= 61,88 m
 Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (60 + 0,782 ) sec ½ 79 – 60
= 14,7 m
 Lc = (∆ − 2 ∅𝑆) x 𝜋 x Rc
180

(79 − 2 𝑥 15,91)
= 180 x 3,14 x 60
= 49,382 m > 25 m (tidak memenuhi syarat tikungan S-S)
 Ltot = Lc + 2Ls
= 49,382 + 2 . 33,3
= 116 m
Jadi, Tikunagn T1 merupakan tikungan tipe S-C-S

Komponen Nilai
RC 60 m
TS 61,88 m
ES 14,7 m
LC 49,382 m
𝜽s 15,91°
𝜽c 79°
PERHITUNGAN PELEBARAN PADA TIKUNGAN
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z

𝑏" = Rd - √𝑅𝑑2 + 𝑃2

= 55 – √552 + 18,92
= 3,157 m
b’ = b + b”
= 2,6 + 3,157
= 5,757 m

Td = √𝑅𝑑2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rd

= √552 + 1,2(2. 18,9 + 1,2) – 55


= 0,424 m

𝑍 = 0,105 × 𝑉𝑟/ √𝑅𝑑


= 0,105 × 40
√55

= 0,566
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z
= 2× (5,757 + 0,8) + (2+1) × 0,424 + 0,566
= 14,952 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 × 3,5 = 7 m.
Ternyata Wc > 7 m
= 14,952 m > 7 m.
= 14,952 – 7 m
= 7,952 m.
Karena Wc > Wn, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada
tikungan sebesar 7,952 m
c. Tikungan T3
Data :
Vr = 50 km/jam
fmaks = 0,159
emaks = 10 %
1432,4 1432,4
Dd = 𝑅𝐷 = 90 = 16 º
∆ = 43º
en = 2%
Menghitung syarat pemilihan tikungan :
 Rc = Panjang garis pada trase x Skala trase
= 4,6 x 25 = 115 m > 500 m (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
Rd = 90 m
 Ls = 50 m (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls)
 Nilai Superelevasi
e = 0,097 (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls
2
 Xs = Ls (1- 𝐿𝑠
)
40 𝑅𝑐2
2
50
= 50 (1- )
40 1152

= 49,76 m
2
 Ys = 6𝑅𝑐
𝐿𝑠

502
= 6 𝑥 115
= 3,623 m
 90 𝐿𝑠
∅𝑠 = x 𝑅𝑐
𝜋

90 50
= 𝜋 x 115
= 12,46°
 P = Ys – Rc (1- cos ∅𝑠)
= 3,523 – 115 (1 – 0,976)
= 0,863 m > 0,1 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
3
𝐿𝑠
 k = Ls - – Rc sin ∅𝑠
40 𝑅𝑐2
3
50
= 50 -
40 𝑥 1152 – 115 sin 12,46°
= 24,95 m
 Ts = (Rc + P ) tan ½ ∆ + k
= (115 + 0,863 ) tan ½ 43+ 24,95
= 70,6 m
 Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (205 + 0,863 ) sec ½ 43 – 205
= 13,2 m
 Lc = (∆ − 2 ∅𝑆) x 𝜋 x Rc
180

(43 − 2 𝑥 12,46)
= 180 x 3,14 x 115
= 36,27 m > 25 m (tidak memenuhi syarat tikungan S-S)
 Ltot = Lc + 2Ls
= 36,27 + 2 . 50
= 136,3 m
Jadi, Tikunagn T1 merupakan tikungan tipe S-C-S

Komponen Nilai
RC 115 m
TS 70,6 m
ES 13,2 m
LC 36,27 m
𝜽s 12,46°
𝜽c 43°
PERHITUNGAN PELEBARAN PADA TIKUNGAN
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z

𝑏" = Rd - √𝑅𝑑2 + 𝑃2

= 90 – √902 + 18,92
= 1,963 m
b’ = b + b”
= 2,6 + 1,963
= 4,563 m

Td = √𝑅𝑑2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rd

= √902 + 1,2(2. 18,9 + 1,2) – 90


= 0,259 m

𝑍 = 0,105 × 𝑉𝑟 √𝑅𝑑
= 0,105 × 50
√90

= 0,553
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z
= 2× (4,563 + 0,8) + (2+1) × 0,259 + 0,553
= 12,056 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 × 3,5 = 7 m.
Ternyata Wc > 7 m
= 12,056 m > 7 m.
= 12,056 – 7 m
= 5,056 m.
Karena Wc > Wn, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada
tikungan sebesar 5,056 m
d. Tikungan T4
Data :
Vr = 50 km/jam
fmaks = 0,156
emaks = 10 %
1432,4 1432,4
Dd = 𝑅𝐷 = 90 = 16 º
∆ = 53º
en = 2%
Menghitung syarat pemilihan tikungan :
 Rc = Panjang garis pada trase x Skala trase
= 3,9 x 25 = 97,5 m > 500 m (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
Rd = 90 m
 Ls = 50 m (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls)
 Nilai Superelevasi
e = 0,097 (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls
2
 Xs = Ls (1- 𝐿𝑠
)
40 𝑅𝑐2
2
= 50 (1- 50
)
40 𝑥 97,52

= 49,67 m
2
𝐿𝑠
 Ys = 6𝑅𝑐

502
= 6 𝑥 97,5
= 4,273 m
 90 𝐿𝑠
∅𝑠 = x 𝑅𝑐
𝜋

90 50
= 𝜋 x 97,5
= 14,7°
 P = Ys – Rc (1- cos ∅𝑠)
= 4,273 – 97,5 (1 – 0,967)
= 1,05 m > 0,1 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
3
𝐿𝑠
 k = Ls - – Rc sin ∅𝑠
40 𝑅𝑐2
3
50
= 50 -
40 𝑥 97,52 – 97,5 sin 14,7°
= 24,93 m
 Ts = (Rc + P ) tan ½ ∆ + k
= (97,5 + 1,05 ) tan ½ 53+ 24,93
= 74,065 m
 Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (97,5 + 1,05 ) sec ½ 53 – 97,5
= 10,25 m
 Lc = (∆ − 2 ∅𝑆) x 𝜋 x Rc
180

(53 − 2 𝑥 14,7)
= 180 x 3,14 x 97,5
= 40,14 m > 25 m (tidak memenuhi syarat tikungan S-S)
 Ltot = Lc + 2Ls
= 40,14 + 2 . 50
= 140,14 m
Jadi, Tikunagn T1 merupakan tikungan tipe S-C-S

Komponen Nilai
RC 97,5 m
TS 74,065 m
ES 10,25 m
LC 40,14 m
𝜽s 14,7°
𝜽c 53°
PERHITUNGAN PELEBARAN PADA TIKUNGAN
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z

𝑏" = Rd - √𝑅𝑑2 + 𝑃2

= 90 – √902 + 18,92
= 1,963 m
b’ = b + b”
= 2,6 + 1,963
= 4,563 m

Td = √𝑅𝑑2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rd

= √902 + 1,2(2. 18,9 + 1,2) – 90


= 0,259 m

𝑍 = 0,105 × 𝑉𝑟 √𝑅𝑑
= 0,105 × 50
√90

= 0,553
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z
= 2× (4,563 + 0,8) + (2+1) × 0,259 + 0,553
= 12,056 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 × 3,5 = 7 m.
Ternyata Wc > 7 m
= 12,056 m > 7 m.
= 12,056 – 7 m
= 5,056 m.
Karena Wc > Wn, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada
tikungan sebesar 5,056 m
e. Tikungan T5
Data :
Vr = 50 km/jam
fmaks = 0,159
emaks = 10 %
1432,4 1432,4
Dd = 𝑅𝐷 = 84 = 17 º
∆ = 57º
en = 2%
Menghitung syarat pemilihan tikungan :
 Rc = Panjang garis pada trase x Skala trase
= 3,6 x 25 = 90 m > 500 m (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
Rd = 84 m
 Ls = 60 m (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls)
 Nilai Superelevasi
e = 0,099 (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls
2
 Xs = Ls (1- 𝐿𝑠
)
40 𝑅𝑐2
2
60
= 60 (1- )
40 𝑥 902

= 59,3 m
2
 Ys = 6𝑅𝑐
𝐿𝑠

602
= 6 𝑥 90
= 6,67 m
 90 𝐿𝑠
∅𝑠 = x 𝑅𝑐
𝜋

90 60
= 𝜋 x 90
= 19,108°
 P = Ys – Rc (1- cos ∅𝑠)
= 6,67 – 90 (1 – 0,945)
= 1,72 m > 0,1 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
3
𝐿𝑠
 k = Ls - – Rc sin ∅𝑠
40 𝑅𝑐2
3
60
= 60 -
40 𝑥 902 – 90 sin 19,108°
= 29,872 m
 Ts = (Rc + P ) tan ½ ∆ + k
= (90 + 1,72 ) tan ½ 57+ 29,872
= 79,672 m
 Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (90 + 1,72 ) sec ½ 57 – 90
= 11,75 m
 Lc = (∆ − 2 ∅𝑆) x 𝜋 x Rc
180

(57 − 2 𝑥 19,108)
= 180 x 3,14 x 90
= 29,49 m > 25 m (tidak memenuhi syarat tikungan S-S)
 Ltot = Lc + 2Ls
= 29,5 + 2 . 60
= 149,5 m
Jadi, Tikunagn T1 merupakan tikungan tipe S-C-S

Komponen Nilai
RC 90 m
TS 79,672 m
ES 11,75 m
LC 29,5 m
𝜽s 19,108°
𝜽c 57°
PERHITUNGAN PELEBARAN PADA TIKUNGAN
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z

𝑏" = Rd - √𝑅𝑑2 + 𝑃2

= 84 – √842 + 18,92
= 2,1 m
b’ = b + b”
= 2,6 + 2,m1
= 4,7 m

Td = √𝑅𝑑2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rd

= √842 + 1,2(2. 18,9 + 1,2) – 84


= 0,278 m

𝑍 = 0,105 × 𝑉𝑟 √𝑅𝑑
= 0,105 × 50
√84

= 0,573
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z
= 2× (4,7 + 0,8) + (2+1) × 0,278 + 0,573
= 12,407 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 × 3,5 = 7 m.
Ternyata Wc > 7 m
= 12,407 m > 7 m.
= 12,407 – 7 m
= 5,407 m.
Karena Wc > Wn, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada
tikungan sebesar 5,407 m
f. Tikungan T6
Data :
Vr = 50 km/jam
fmaks = 0,159
emaks = 10 %
1432,4 1432,4
Dd = 𝑅𝐷 = 84 = 17 º
∆ = 55º
en = 2%
Menghitung syarat pemilihan tikungan :
 Rc = Panjang garis pada trase x Skala trase
= 3,8 x 25 = 95 m > 500 m (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
Rd = 84 m
 Ls = 60 m (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls)
 Nilai Superelevasi
e = 0,099 (Berdasarkan nilai Dd pada table Ls
2
 Xs = Ls (1- 𝐿𝑠
)
40 𝑅𝑐2
2
60
= 60 (1- )
40 𝑥 952

= 59,4 m
2
 Ys = 6𝑅𝑐
𝐿𝑠

602
= 6 𝑥 95
= 6,32 m
 90 𝐿𝑠
∅𝑠 = x 𝑅𝑐
𝜋

90 60
= 𝜋 x 95
= 18,1°
 P = Ys – Rc (1- cos ∅𝑠)
= 6,32 – 95 (1 – 0,950)
= 1,57 m > 0,1 (tidak memenuhi syarat tikungan F-C)
3
𝐿𝑠
 k = Ls - – Rc sin ∅𝑠
40 𝑅𝑐2
3
60
= 60 -
40 𝑥 952 – 95 sin 18,1°
= 29,887 m
 Ts = (Rc + P ) tan ½ ∆ + k
= (95 + 1,57 ) tan ½ 55+ 29,887
= 80,158 m
 Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (95 + 1,57 ) sec ½ 55 – 95
= 11,34 m
 Lc = (∆ − 2 ∅𝑆) x 𝜋 x Rc
180

(55 − 2 𝑥 18,1)
= 180 x 3,14 x 95
= 31,155 m > 25 m (tidak memenuhi syarat tikungan S-S)
 Ltot = Lc + 2Ls
= 31,155 + 2 . 60
= 151,155 m
Jadi, Tikunagn T1 merupakan tikungan tipe S-C-S

Komponen Nilai
RC 95 m
TS 80,158 m
ES 11,34 m
LC 31,115 m
𝜽s 18,1°
𝜽c 55°
PERHITUNGAN PELEBARAN PADA TIKUNGAN
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z

𝑏" = Rd - √𝑅𝑑2 + 𝑃2

= 84 – √842 + 18,92
= 2,1 m
b’ = b + b”
= 2,6 + 2,m1
= 4,7 m

Td = √𝑅𝑑2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rd

= √842 + 1,2(2. 18,9 + 1,2) – 84


= 0,278 m

𝑍 = 0,105 × 𝑉𝑟 √𝑅𝑑
= 0,105 × 50
√84

= 0,573
B = n (b’ + c) + (n +1) Td + Z
= 2× (4,7 + 0,8) + (2+1) × 0,278 + 0,573
= 12,407 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 × 3,5 = 7 m.
Ternyata Wc > 7 m
= 12,407 m > 7 m.
= 12,407 – 7 m
= 5,407 m.
Karena Wc > Wn, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada
tikungan sebesar 5,407 m
1. Menghitung Alinyement Vertikal
 Jalan yang akan direncanakan berupa jalan kolektor pada daerah Datar,
dengan VR = 60 km/jam.

Data dan ketentuan :


Perencanaan Lengkung Vertikal :
PV1 (cekung)
1. Menghitung kelandaian rencana

38−38 43,7−38
g1 = =0% g2 = = 2,85 %
500 200

A = g2 – g1 = 2,85% - 0% = 2,85%

2. Mencari panjang L

Berdasarkan jarak panjang henti

Untuk Jh < L, dengan Jh = 75 m, maka :


2
A . Jh
L=
120 + 3,5 𝐽ℎ

2,85 × 752
= 120 + (3,5 × = 41,9 m… tidak memenuhi
75)

Untuk Jh > L, maka

120 + 3,5 𝐽ℎ
L = 2 × Jh - A
120+(3,5 ×75)
= 2 × 75 - = 15,8 m…memenuhi
2,85

Menghitung panjang lengkung untuk kenyamanan

𝐴 × 𝑉2 2,85 × 602
L= 389 = 389 = 26,4 m

Jadi panjang Lengkung berdasarkan jarak henti adalah 15,8 m, sedangkan

panjang lengkung untuk kenyamanan adlah 26,4 m.


PV2 (cembung)
1. Menghitung kelandaian rencana
47−50,9
50,9−43,7 = 3,6 % g2 = = 1,3 %
g1 = 200 300

A = g2 – g1 = 1,3 % - 3,6 % = 4,9 %

2. Mencari panjang L
a) Berdasarkan jarak panjang henti
Untuk Jh < L, dengan Jh = 75 m, maka :
2
L = A . Jh
399
4,9 × 752 = 69,08 m…tidak memenuhi
= 399

Untuk Jh > L, maka


399
L = 2 × Jh -
A
399
= 2 × 75 - = 68,57 m…memenuhi
4,9

b) Berdasarkan jarak pandang mendahului


Untuk Jd < L, dengan Jd = 350 m, maka :
2
L = A × Jd
840
4,9 × 3502
= = 714,583 m…memenuhi
840
Untuk Jd > L, maka :
840
L = 2 × Jd -
A
840
= 2 × 350 - = 528,57 m….tidak memenuhi
4,9

Jadi panjang L :
 Berdasarkan jarak pandang henti = 68,57 m.
 Berdasarkan jarak pandang mendahului = 714,58 m.

Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 100 m.


AL
EV =
800
4,9 ×100
= = 0,6125 m
800
PV3 (cembung)
1. Menghitung kelandaian rencana
27,9−47
47−50,9 = 1,3 % g2 =
g1 = 300 = 3,2 %
600

A = g2 – g1 = 3,2 % - 1,3 % = 1,9 %


2. Mencari panjang L

a. Berdasarkan jarak panjang henti

Untuk Jh < L, dengan Jh = 75 m, maka :


2
L = A . Jh
399
1,9 × 752
= 26,78 m…tidak memenuhi
= 399
Untuk Jh > L, maka
399
L = 2 × Jh -
A
399
= 2 × 75 - = 60 m…memenuhi
1,9

b. Berdasarkan jarak pandang mendahului

Untuk Jd < L, dengan Jd = 350 m, maka :


2
L = A × Jd
840
1,9 × 3502
= = 277,08 m… tidak memenuhi
840
Untuk Jd > L, maka :
840
L = 2 × Jd -
A
840
= 2 × 350 - = 257,89 m…. memenuhi
1,9

Jadi panjang L :
 Berdasarkan jarak pandang henti = 60 m.
 Berdasarkan jarak pandang mendahului = 257,89 m.

Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 100 m.


AL
EV =
800

1,9 ×100
= 800 = 0,24 m
PV4 (cekung)
1. Menghitung kelandaian rencana

27,9−47 27−27,9
g1 = = 3,2 % g2 = = 0,9 %
600 100

A = g2 – g1 = 3,2% - 0,9% = 2,3%

2. Mencari panjang L

Berdasarkan jarak panjang henti

Untuk Jh < L, dengan Jh = 75 m, maka :


2
A . Jh
L=
120 + 3,5 𝐽ℎ

2,3 × 752
= 120 + (3,5 × = 33,82 m… tidak memenuhi
75)

Untuk Jh > L, maka

120 + 3,5 𝐽ℎ
L = 2 × Jh - A
120+(3,5 ×75)
= 2 × 75 - = 16,3 m…memenuhi
2,3

Menghitung panjang lengkung untuk kenyamanan

𝐴 × 𝑉2 2,3 × 602
L= 389 = 389 = 21,3 m

Jadi panjang Lengkung berdasarkan jarak henti adalah 16,3 m, sedangkan

panjang lengkung untuk kenyamanan adlah 21,3 m.


Tabel perhitungan volume galian dan timbunan

Luas Penampang Melintang (m2) Volume (m3)


Jarak
Patok Rata-rata
Galian Timbunan (m) Galian Timbunan
Galian Timbunan

P1 0,00 0,00
0,00 0,00 4 0,00 0,00
P2 0,00 0,00

0,00 0,00 4 0,00 0,00


P3 0,00 0,00

0,00 0,00 4 0,00 0,00


P4 0,00 0,00

0,00 0,00 4 0,00 0,00


P5 0,00 0,00

0,00 1,30 4 0,00 5,20


P6 0,00 2,60

0,00 2,60 4 0,00 10,4


P7 0,00 2,60

0,00 1,30 4 0,00 5,20


P8 0,00 0,00

0,00 0,00 4 0,00 0,00


P9 0,00 0,00

4,00 13,800 4 16,00 55,20


P10 11,00 0,00

15,8 0,00 4 63,2 0,00


P11 20,60 0,00

15,1 0,00 4 60,4 0,00


P12 9,60 0,00

6,6 0,00 4 26,4 0,00


P13 3,60 0,00
- - - - -
P13 3,60 0,00
3,6 0,00 4 14,4 0,00
P14 3,60 0,00
1,8 12,5 4 7,2 50
P15 0,00 25,00

0,00 30,3 4 0,00 121,2


P16 0,00 35,60

0,00 25,3 4 0,00 101,2


P17 0,00 15,00
0,00 9,7 4 0,00 38,8
P18 0,00 4,40

0,00 2,20 4 0,00 8,80


P19 0,00 0,00

0,00 0,00 4 0,00 0,00


P20 0,00 0,00
0,00 0,00 4 0,00 0,00
P21 0,00 0,00

0,00 0,00 4 0,00 0,00


P22 0,00 0,00

JUMLAH × SKALA 4690 9900


Total volume galian yang diperoleh ialah sebesar 4690 m3 dan total volume timbunan
diperoleh sebesar 9900 m3 dengan selisih sebesar 5210 m3.

You might also like