Professional Documents
Culture Documents
4B C 6 E HIDROLISIS PATI Dikompresi
4B C 6 E HIDROLISIS PATI Dikompresi
ABSTRAK
Analisis DS (Direct Sugar)/ TS (Total Sugar) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kadar
glukosa bebas yang terdapat dalam kandungan gula total dalam suatu karbohidrat. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui kandungan glukosa pada bahan baku pembuatan MNG (Mono Natrium Glutamat) seperti tetes tebu,
tepung tapioka, tepung jagung, maupun raw sugar yang telah melalui proses hidrolisis yang divariasikan pada
prosesnya. Hidrolisis merupakan proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan
kimia dari substansinya. Hidrolisis sukrosa (raw sugar) merupakan proses pemecahan molekul disakarida
(sukrosa) menjadi monosakarida (fruktosa dan glukosa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
optimum proses hidrolisis raw sugar dengan menggunakan analisis DS/ TS. Hasil dari penelitian ini didapatkan
kondisi optimum proses hidrolisis raw sugar sebagai bahan baku cadangan pembuatan MNG (Mono Natrium
Glutamat) terjadi pada pH 2,8, suhu 60oC, dan konsentrasi raw sugar 40%.
ABSTRACT
DS (Direct Sugar) / TS (Total Sugar) analysis is an analysis used to determine the level of free glucose contained in
the total sugar content in a carbohydrate. This analysis is used to determine the glucose content after the raw
materials for making MNG (Mono Natrium Glutamate) such as molasses, tapioca flour, corn flour, and raw sugar
which have gone through a hydrolysis process which is varied in the process. Hydrolysis is a chemical
decomposition process using water to separate chemical bonds from the substance. Hydrolysis of sucrose (raw
sugar) is the process of breaking down disaccharide (sucrose) molecules into monosaccharides (fructose and
glucose). This study aims to determine the optimum conditions for the hydrolysis of raw sugar using DS / TS
analysis. The results of this study showed that the optimum conditions for the hydrolysis of raw sugar as a raw
material for making MNG (Mono Natrium Glutamate) occurred at pH 2.8, temperature 60oC, and a concentration
of 40% raw sugar.
1. PENDAHULUAN
MSG (Mono Sodium Glutamat) adalah salah satu bahan tambahan pangan yang
digunakan untuk menghasilkan rasa yang lebih enak ke dalam masakan [1]. Glutamat adalah
salah satu jenis asam amino penyusun protein dan merupakan komponen alami dalam setiap
makhluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas. Semua makanan yang mengandung
protein seperti daging, ikan, susu, dan tanaman banyak mengandung glutamat [2]. Bahan baku
utama produksi MNG (Mono Natrium Glutamat) atau yang biasa disebut MSG (Mono Sodium
Glutamat) adalah karbohidrat diantaranya tepung tapioka, tepung jagung, dan tepung
gandum. Selain bahan utama terdapat bahan baku cadangan yaitu tetes tebu dan raw sugar.
Unit kerja Quality Control merupakan salah satu unit kerja yang ada di PT Sasa Inti yang
memiliki tugas pokok yaitu menganalisis bahan baku MNG (Mono Natrium Glutamat), produk
MNG (Mono Natrium Glutamat), dan limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan MNG
(Mono Natrium Glutamat). Pada bahan baku MNG terdapat analisa DS (Direct Sugar) dan TS
(Total Sugar). Analisis DS (Direct Sugar) bertujuan untuk mengetahui kadar gula (glukosa)
bebas dalam bahan baku, sedangkan analisis TS (Total Sugar) bertujuan untuk mengetahui
kadar gula (glukosa) total dalam bahan baku.
Penelitian yang dilakukan yaitu analisis DS (Direct Sugar) dan TS (Total Sugar) terhadap
raw sugar sebagai salah satu bahan baku cadangan pembuatan MNG (Mono Natrium
Glutamat). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi optimum proses hidrolisis
raw sugar dengan menggunakan analisis DS/ TS.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Analisis Direct Sugar (DS)
Lima mL larutan raw sugar yang telah dihidrolisis dengan variasi pH, suhu, dan
konsentrasi masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas, lalu dihomogenkan. Larutan raw sugar tersebut diambil 5 mL
dan dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL yang telah terisi Fehling A dan Fehling B
masing-masing 10 mL. Setelah tercampur lalu dipanaskan dengan cara memasukkan beaker
glass ke dalam microwave dengan setting power ”M HIGH” selama 5 menit lalu apabila alarm
sudah menandakan waktu selesai maka beaker glass diangkat dan didinginkan dengan
menaruh di dalam nampan yang berisi air es sampai pada suhu ruang. Larutan yang berada
pada beaker glass dipindahkan ke dalam tabung centrifuge dan dilanjutkan proses sentrifugasi
dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit dengan 2 kali pengulangan agar pencucian
sempurna. Setelah itu memisahkan endapan dari larutan dan endapan yang terbentuk
ditambahkan dengan Fe2(SO4)2 sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
aquadest +- 50 mL. Titrasi larutan yang berada pada erlenmeyer dengan menggunakan KMnO4
0,08 N hingga berubah warna dari hijau muda menjadi merah lembayung sambil mencatat
volume titrannya.
faktor gula x pengenceran
𝐷𝑆 (%) = x0,1 (1)
berat cuplikan
2
Wardani, dkk./ Distilat Jurnal Teknologi Separasi, Vol. 7, No. 1, Februari 2021
beaker glass ke dalam microwave dengan setting power ”M HIGH” selama 5 menit lalu apabila
alarm sudah menandakan waktu selesai maka beaker glass diangkat dan didinginkan dengan
menaruh di dalam nampan yang berisi air es sampai pada suhu ruang. Larutan yang berada
pada beaker glass dipindahkan ke dalam tabung centrifuge dan dilanjutkan proses sentrifugasi
dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit dengan 2 kali pengulangan agar pencucian
sempurna. Setelah itu memisahkan endapan dari larutan dan endapan yang terbentuk
ditambahkan dengan Fe2(SO4)2 sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
aquadest +- 50 mL. Titrasi larutan yang berada pada erlenmeyer dengan menggunakan KMnO4
0,08 N hingga berubah warna dari hijau muda menjadi merah lembayung sambil mencatat
volume titrannya.
faktor gula x pengenceran
𝑇𝑆 (%) = x0,1 (2)
berat cuplikan
0.8
DS/TS
0.6
0.4
pH 2,5
0.2 pH 2,8
pH 3,5
0
0 20 40 60 80
Waktu (Jam)
Gambar 1. Pengaruh waktu terhadap DS/TS pada berbagai pH
Gambar 1 menunjukkan grafik hubungan antara waktu terhadap DS/TS pada variasi pH
dengan menggunakan konsentrasi raw sugar sebanyak 50% dan suhu 60oC. Dari grafik
tersebut hidrolisis pada pH 2,8 menunjukkan kondisi optimum dibandingkan dengan proses
hidrolisis pada pH 2,5 dan 3,5. Hal tersebut dikarenakan pH yang terlalu rendah dapat
mempercepat waktu hidrolisis , namun menurut literatur penggunakan asam pekat menjadi
3
Wardani, dkk./ Distilat Jurnal Teknologi Separasi, Vol. 7, No. 1, Februari 2021
meningkat dan dari segi ekonomis membutuhkan biaya yang lebih banyak [6] sehingga hal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai kondisi optimum meskipun membutuhkan waktu pada
proses hidrolisis yang lebih cepat. Sedangkan proses hidrolisis menggunakan pH 3,5 yang
menggunakan asam lebih sedikit menunjukkan bahwa proses pemecahan disakarida menjadi
monosakarida belum tercapai secara maksimal sehingga membutuhkan waktu lebih lama
dalam proses hidrolisis. Hal ini terjadi karena dengan penambahan asam bisa menjadi
katalisator yang dapat membantu proses pemecahan disakarida menjadi monosakarida [6],
jadi makin banyak asam yang dipakai makin cepat reaksi hidrolisis [7].
1.2
0.8
DS/TS
0.6
0.4
40oC
0.2 50oC
60oC
0
0 20 40 60 80
Waktu (Jam)
Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan antara waktu terhadap DS/TS pada variasi suhu
dengan menggunakan pH 2,8 dan konsentrasi raw sugar sebanyak 50%. Dari grafik tersebut
hidrolisis pada suhu 60˚C pada waktu ke-60 jam dapat menghasilkan nilai DS/TS yaitu 93,9%.
Hal tersebut menunjukkan kondisi optimum dibandingkan dengan proses hidrolisis pada suhu
40˚C dan 50˚C karena dalam waktu 60 jam proses pemecahan disakarida menjadi
monosakarida sudah tercapai secara maksimal. Sedangkan pada suhu 40˚C dan 50˚C proses
hidrolisis dalam kurun waktu 70 jam proses pemecahan disakarida menjadi monosakarida
belum tercapai secara maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana semakin
besar suhu maka semakin besar pula konstanta kecepatan reaksi sehingga reaksi dapat
semakin cepat dan kadar glukosa yang terbentuk semakin banyak [8].
1.2
0.8
DS/TS
0.6
[40%]
0.4
[50%]
0.2 [60%]
0
0 20 40 60 80
Waktu (Jam)
4
Wardani, dkk./ Distilat Jurnal Teknologi Separasi, Vol. 7, No. 1, Februari 2021
Gambar 3 menunjukkan grafik hubungan antara waktu terhadap DS/TS pada variasi
konsentrasi raw sugar dengan menggunakan pH 2,8 dan suhu 60oC. Dari grafik tersebut
hidrolisis pada konsentrasi 40% raw sugar pada waktu ke-45 jam dapat menghasilkan nilai
DS/TS yaitu 94,7%. Hal tersebut menunjukkan kondisi optimum dibandingkan dengan proses
hidrolisis pada konsentrasi lainnya karena dalam waktu 45 jam proses pemecahan disakarida
menjadi monosakarida sudah maksimal. Sedangkan pada konsentrasi 50% dan 60% proses
hidrolisis tercapai dalam waktu 60 jam sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
REFERENSI
[1] Sulastri, S., 2017, Analisis Kadar Monosodium Glutamat (MSG) pada Bumbu Mie Instan
yang Diperjualbelikan di Koperasi Wisata, Jurnal Media Laboran, Vol. 7, No. 1, 5–9.
[2] Nurhayati, N., 2014, Pengaruh Monosodium Glutamate (MSG) terhadap Jumlah dan
Morfologi Spermatozoa Tikus Jantan Dewasa (Rattus norvegicus), Jurnal Kesehatan
Poltekkes Palembang, Vol. 2, No. 14, 1–6.
[3] Rayana, M., Chairul, C., Hafidawati, H., 2014, Variasi Pengadukan dan Waktu pada
Pembuatan Bioetanol dari Pati Sorgum dengan Proses Sakarifikasi dan Fermentasi
Serentak (SSF), Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau, Vol. 1, No. 1,
1–8.
[4] Gafiera, I. N., Swetachattra, F. P., Hardjono, H., 2019, Pengaruh Penambahan Nutrisi
Urea dalam Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok dengan Proses Fermentasi,
Jurnal Distilat, Vol. 5, No. 9, 195–199.
[5] Girisuta, B., Janssen, L. P. B. M., Heeres, H. J., 2007, Kinetic Study on the Acid-Catalyzed
Hydrolysis of Cellulose to Levulinic Acid Kinetic Study on the Acid-Catalyzed Hydrolysis
of Cellulose to Levulinic Acid, Ind. Eng. Chem. Res., Vol. 46, No. 6, 1696–1708.
[6] Taherzadeh, M. J., Karimi, K., 2007, Acid-Based Hydrolysis Processes for Ethanol from
Lignocellulosic Materials: a Review, Bio Resources, Vol. 2, No. 3, 472–499.
[7] Mastuti, E., Setyawardhani, D. A., 2010, Pengaruh Variasi Temperatur dan Konsentrasi
Katalis pada Kinetika Reaksi Hidrolisis Tepung Kulit Ketela Pohon, Jurnal Ekuilibrium,
Vol. 9, No. 1, 23–27.
[8] Mayang, A. P., Sari, R. P., Fathoni, R., 2019, Pembuatan Glukosa dari Kulit Pisang Kepok
(Musa paradisiaca L.) dengan Proses Hidrolisis, Jurnal Integrasi Proses, Vol. 8, No. 1, 39–
44.
5
P-ISSN: 2303-3142 E-ISSN: 2548-8570 Vol. 9 No 2 Tahun 2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum asam klorida (HCl) dan waktu
optimum hidrolisis serat sabut kelapa untuk memperoleh kadar glukosa yang maksimal. Subjek
dalam penelitian ini adalah serat sabut kelapa yang diperoleh dari Desa Temukus, sedangkan
objek dalam penelitian ini adalah konsentrasi HCl dan waktu optimum. Penelitian dilakukan
pada bulan Oktober 2013 – Maret 2014 di Laboratorium Analis Kimia Universitas Pendidikan
Ganesha. Kadar glukosa dianalisis menggunakan metode Dubois dan diukur menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil penelitian diperoleh glukosa sebesar 1,44% dengan
konsentrasi optimum katalis HCl pada hidrolisis serat sabut kelapa adalah 4 M dan waktu
optimum hidrolisis 90 menit.
Kata kunci: serat sabut kelapa, hidrolisis, konsentrasi HCl, waktu hidrolisis, glukosa
Abstract
This study aim at determining the optimum concentration of hydrochloric acid
(HCl) and the optimum hydrolysis time of coconut fiber obtained from the Temukus
village to maximize glucose level. Subject of this study was coconut fiber obtained
from Temukus Village, while the objects of this research were the HCl concentration
and the optimum hydrolysis time. Research was conducted in October 2013 – March
2014 at Analytical Chemistry Laboratory of Universitas Pendidikan Ganesha. Glucose
level was analyzed using the method of Dubois was measured using UV-Vis
spectrophotometer. Result show that 1.44% glucose is gained with optimum HCl
catalyst concentration of 4 M and optimum hydrolysis time of 90 minutes.
*Corresponding author.
Received 2 Juli 2020; Accepted 3 Agustus 2020; Available online 15 Oktober 2020
© 2020 JST. All Rights Reserved
larutan ini dapat menyerang dan merusak hanya didapatkan 240 gram. Penurunan
struktur lignin, bagian kristalin dan amorf, berat sampel ini mengindikasikan bahwa
melarutkan lignin dan hemiselulosa. perlakuan awal menggunakan NaOH
Kehilangan hemiselulosa menyebabkan dapat menghilangkan setengah dari berat
terjadinya lubang diantara fibril dan sampel awal, ini dikarenakan oleh lignin
kurangnya ikatan antar serat yang ikut terlarur NaOH akibat
(Anindyawati, 2009). berikatannya lignin dengan NaOH pada
Selama proses delignifikasi, terjadi saat proses delignifikasi yang akan
perubahan warna sabut kelapa sebelum membentuk garam dan larut dalam air
dan sesudah proses. Serat sabut kelapa pada saat proses penetralan.
sebelum terjadi proses delignifikasi
berwarna coklat muda kemudian selama Pengaruh Waktu Terhadap Proses
terjadi proses delignifikasi berubah Hidrolisis
menjadi warna coklat tua, baik warna Variasi waktu yang digunakan dalam
sabut kelapa maupun larutannya. proses hidrolisis ini adalah 40, 60, 90, dan
Perubahan warna ini menunjukkan 120 menit. Kecenderungan hasil gula
bahwa lignin telah terlepas, sedangkan yang diperoleh dari proses hidrolisis
beratnya juga mengalami penurunan, dari dengan memvariasikan waktu untuk
260 gram sabut kelapa yang digunakan setiap konsentrasi HCl yang divariasikan
untuk delignifikasi, hasil delignifikasinya terlihat pada Gambar 1.
160
Konsentrasi HCl
100 3M
80
Konsentrasi HCl
60 4M
40
Konsentrasi HCl
20 4,5 M
0
Konsentrasi HCl
40 60 90 120 5M
Waktu (Menit)
Gambar 1. Grafik Glukosa yang dihasilkan dari hidrolisis sabut kelapa dengan variasi
konsentrasi dan waktu
Konsentrasi HCl
Glukosa yang
100 3M
80 Konsentrasi HCl
60 4M
40 Konsentrasi HCl
4,5 M
20
0 Konsentrasi HCl
5M
40 60 90 120
Waktu (Menit)
Gambar 2. Grafik glukosa yang dihasilkan dari hidrolisis sabut kelapa dengan waktu 90
menit pada berbagai variasi konsentrasi katalis HCl
Perolehan glukosa pada konsentrasi dari ikatan C-O yang menghasilkan zat
1 M dan 3 M pada Gambar 2 kurang antara kation karbonium siklis (III).
optimum karena kurangnya katalis asam Akhirnya kation karbonium mulai
yang dapat memecah ikatan glikosida. mengadisi molekul air dengan cepat,
Hidrolisis dalam suasana asam, akhirnya membentuk hasil akhir (glukosa) yang
menghasilkan pemecahan ikatan glikosida stabil dan melepaskan proton. Wijayant
oleh proton (H+) dari asam yang (Ermaiza, 2009). Peningkatan konsentrasi
berlangsung dalam tiga tahap. Dalam katalis akan meningkatkan laju hidrolisis
tahap pertama, proton yang bertindak karena konstanta kecepatan reaksi
sebagai katalisator asam berinteraksi hidrolisis berbanding lurus dengan
dengan oksigen glikosida yang konsentrasi H+ pada suasana asam
menghubungkan dua unit gula (I), sehingga diperlukan konsentrasi asam
membentuk asam konjugat. Langkah ini yang lebih tinggi untuk menghasilkan H+
diikuti dengan pemecahan yang lambat yang lebih banyak (Samsuri, 2007).
Gambar 3. Mekanisme Hidrolisis Selulosa dengan Katalis Asam (Xiang et al., 2003)
proses perlakuan awal dan waktu serta dari serat sabut kelapa saja namun dapat
konsentrasi HCl yang digunakan berbeda. juga berasal dari limbah lignoselulosa
Perolehan glukosa hasil hidrolisis lainnya seperti jerami padi, ampas sagu,
serat sabut kelapa dengan berbagai tongkol jagung, tandan kosong kelapa
variasi waktu dan konsentrasi katalis sawit, ampas tebu/batang tebu, dan
asam ini apabila dikonversikan menjadi sampah organik.
bioetanol maka reaksinya dapat Limbah lignoselulosa ini akan
digambarkan sebagai berikut. menghasilkan glukosa melalui proses
hidrolisis dan fermentasi yang akan
C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 ……(1) menghasilkan bioetanol sehingga dapat
menggantikan bahan pembuatan
Berdasarkan persamaan 1 secara bioetanol yang selama ini menggunakan
teoritis, 1 gram glukosa apabila tanaman pangan seperti singkong, tebu,
difermentasikan secara sempurna maka nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, dan
etanol yang dihasilkan atau hasil etanol lain-lain (Hambali et al., 2007) sehingga
secara teoritis adalah 0,511 gram bietanol tidak akan menimbulkan permasalahan
(Mansi-El, 2007). baru akibat persaingan terhadap
Berdasarkan data pada Gambar 2 kebutuhan pangan masyarakat.
didapatkan bahwa bioetanol terbesar
secara teoritis yang diperoleh dari SIMPULAN
hidrolisis sabut kelapa dengan konsentrasi Konsentrasi HCl 4 M sebagai
4 M yaitu 73,88 mg sedangkan perolehan konsentrasi optimum katalis HCl pada
bioetanol terkecil secara teoritis yang hidrolisis serat sabut kelapa dan waktu
diperoleh dari hidrolisis sabut kelapa optimum hidrolisisnya adalah 90 menit
dengan konsentrasi 4,5 M yaitu 53,44 mg. dengan menghasilkan perolehan glukosa
Perolehan bioetanol secara teoritis ini sebesar 1,44%..
mengabaikan perolehan glukosa yang
lebih besar karena faktor suhu pada DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi 5 M. Anonim 2011. Handbook of Energy &
Proses hidrolisis menggunakan Economic Statistics of Indonesia
katalis asam memang menghasilkan 2011. Jakarta: Departemen Energi
kadar glukosa sedikit lebih kecil dan Sumber Daya Mineral
dibandingkan menggunakan enzim. Hal ini
Anindyawati, T. 2009. Prospek Enzim dan
disebabkan oleh asam bersifat tidak
Limbah Lignoselulosa untuk
spesifik dan memotong secara acak
Produksi Bioetanol.Cibinong: Pusat
ikatan glikosidik sehingga akan
Penelitian Bioteknologi-LIPI
menghasilkan gula yang tidak seragam.
Selain itu, pada hidrolisis secara asam Ariyani, Endang, Ersanghono Kusumo,
komponen lain seperti hemiselulosa dan Supartono. 2013. Produksi Bioetanol
lignin yang masih terdapat pada fraksi Dari Jerami Padi (oryza sativa L).
selulosa juga ikut terhidrolisis membentuk Semarang: Universitas Negeri
gula-gula non pereduksi (Subekti, 2006). Semarang.
Namun, proses hidrolisis menggunakan Badger, PC., 2002. Ethanol from Cellulose
katalis asam tidak memerlukan perlakuan : A General Review. In Trend in New
awal, waktu hidrolisis yang lebih cepat Crops and New Uses., J.Jannick
dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, and A.Whipkey (eds). Alexandria,VA
sedangkan proses hidrolisis enzimatis : ASHS Press.
memerlukan perlakuan awal bahan baku
agar struktur selulosa siap untuk Balat, M., H. Balat., C. Öz. 2008. Progress
dihidrolisis oleh enzim (Palmqvis & in Bioethanol Processing. Energy
Hahnhagerdal, 2000), waktu hidrolisis and Combustion Science 34 (2008)
yang lebih lama serta memerlukan biaya 551-573.
yang tinggi. Damayanti,Astrilia. 2011. Pengaruh Suhu
Bahan pembuatan bioetanol dari terhadap Kecepatan Reaksi pada
limbah lignoselulosa tidak hanya berasal