Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kerjasama
Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kerjasama
Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata suatu perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih. Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi
perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap karena hanya
mengenai perjanjian sepihak saja, danpula terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di
dalam hukum keluarga.
Definisi perjanjian dapat dilihat dari beberapa pendapat sarjana yang berbeda-beda dan
masing-masing ingin mengemukakan juga memberi pandangan yang dianggap lebih tepat.
Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para sarjana yaitu:
Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian adalah sebagai perbuatan hukum yang
menimbulkan perikatan, yaitu hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih,
yang terletak didalam lapangan kekayaan dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan
pihak lainnya wajib memenuhi prestasi.
Dalam sebuah perjanjian kerjasama bisnis yaitu akan ada hubungan kerjasama diantara
kedua belah pihak. Kerjasama adalah suatu interaksi yang sangat penting bagi manusia karena
hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa
membutuhkan orang lain. Kerjasama dapat berlangsung manakala suatu orang atau kelompok
yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk
bekerjasama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.
Kerja sama bisnis adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Perjanjian kerjasama dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
pola yaitu:
1. Usaha bersama (joint venture)
Ad.1 Usaha bersama (joint venture) merupakan bentuk kerjasama umum, dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk bidang usaha, dimana para pihak masing-masing menyerahkan
modal untuk membentuk badan usaha yang mengelola usaha bersama. Contohnya:
para pihak sepakat mendirikan toko lukisan, untuk mendirikan usaha tersebut masing-
masing pihak menyerahkan modal sesuai dengan yang telah disepakati untuk
mendirikan toko lukisan.
Ad.2 Kerjasama operasional (joint operational) adalah bentuk kerjasama khusus yang dimana
bidang usaha yang dilaksanakan merupakan bidang usaha yang merupakan
hak/kewenangan salah satu pihak yang bidang usaha sebelumnya sudah ada dan sudah
beroperasi, dimana pihak investor memberikan dana untuk
melanjutkan/mengembangkan usaha yang semula merupakan hak/wewenang pihak
lain, dengan membentuk badan usaha baru.
Ad.3 Operasional Sepihak (single operational) merupakan bentuk kerjasama dimana bidang
usahanya berupa “bangunan komersial”. Salah satu pihak dalam kerjasama ini adalah
pemilik yang menguasai tanah, sedangkan pihak lain (investor) diijinkan untuk
membangun suatu bangunan komersial diatas tanah milik yang dikuasai pihak lain, dan
diberi hak untuk mengoperasikan bangunan tersebut untuk jangka waktu tertentu
dengan pemberian fee tertentu selama jangka waktu operasional dan setelah jangka
waktu operasional berakhir investor wajib mengembalikan tanah beserta bangunan
komersial diatasnya kepada pihak pemilik/yang menguasai tanah.
Suatu perjanjian juga mempunyai asas-asas yang melandasinya. Setiap perjanjian yang
dibuat oleh para pihak harus memperhatikan asas-asas yang melandasinya. Dalam membuat
perjanjian dikenal ada beberapa asas adalah sebagai berikut:
Asas ini berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian. Setiap perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik. Asas itikad baik dapat disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pentingnya
itikad baik tersebut sehingga dalam perundingan atau perjanjian antara para pihak,
kedua belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan khusus yang dikuasai oleh
itikad baik.
2. Asas Konsesualisme
Berdasarkan asas ini suatu perjanjian telah dianggap lahir pada detik adanya kata
sepakat diantara para pihak. Suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang
membuat perjanjian itu tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain kecuali perjanjian
yang bersifat formal.
4. Asas Kepatutan
Asas ini dituangkan dalam pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan di
dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan
oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Jadi dalam membuat suatu perjanjian
harus diperhatikan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.
5. Diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawannya.
Cara yang dilakukan oleh para pihak yaitu dengan bahasa yang sempurna
secara lisan dan secara tertulis. Tujuannya dibuat secara tertulis agar memberikan
kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, dikala timbul
sengketa diantara kedua belah pihak.
Aspek keadilan dilihat dari orang yang membuat perjanjian dan nantinyaakan terikat
oleh perjanjian itu, harus mempunyai cukup kemampuan untuk menyadari benar-benar
akan tanggung jawab yang dipikul atas perbuatannya itu.
Sebagai syaratnya ketiga untuk sahnya perjanjian ini menerangkan tentang harus
adanya objek perjanjian yang jelas. Jadi suatu perjanjian tidak bisa dilakukan tanpa
objek yang tertentu.
Mengenai suatu sebab yang halal (suatu sebab yang tidak dilarang), merupakan syarat
tentang isi perjanjian. Dalam pengertian ini yang dimaksud dengan kata halal yaitu
bahwa isi perjanjian tersebut tidak dapat bertentangan dengan undang-undang
kesusilaan dan ketertiban umum.
1.4 Jenis-Jenis Perjanjian
Perjanjian yang melibatkan para pihak dapat dibedakan menurut berbagai aspek
tinjauan, sehingga timbullah berbagai jenis perjanjian. Adapun jenis-jenis perjanjian yang
dimaksud adalah :
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi
kedua belah pihak.
Perjanjian bernama (khusus) adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Ialah
perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang,
berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian bernama terdapat
dalam Bab V sampai dengan XVIII KUHPerdata. Diluar perjanjian bernama tumbuh
perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam
KUHPerdata, tetapi terdapat di masyarakat. Jumlah dari perjanjian ini tidak terbatas.
Lahirnya perjanjian ini berdasarkan asas kebebasan mengadakan perjanjian atau partij
otonomi yang berlaku di dalam hukum perjanjian.
3. Perjanjian campuran
Perjanjian konsensual adalah perjanjian diantara kedua belah pihak yang telah tercapai
persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUHPerdata perjanjian
ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal 1338 KUHPerdata) namun demikian
didalam KUHPerdata ada juga perjanjian-perjanjian yang hanya berlaku sesudah
terjadi penyerahan barang. Misalnya perjanjian penitipan barang ( Pasal 1694
KUHPerdata), pinjam-pakai (Pasal 1740KUHPerdata).
7. Perjanjian obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian antara pihak-pihak yang mengikatkan diri untuk
melakukan penyerahan kepada pihak lain (perjanjian yang menimbulkan perikatan).
Secara kebahasaan notaris berasal dari kata notaris untuk tunggal dan notarii untuk
jamak. Notaris merupakan istilah yang digunakan masyarakat romawi untuk menamai mereka
yang melakukan pekerjaan menulis.
Undang ini mengatur secara detail tentang praktik kenotariatan di Indonesia. Definisi
notaris yang diberikan oleh UUJN merujuk pada tugas dan wewenang notaris. Artinya notaris
memiliki tugas sebagai pejabat umum dan memiliki kewenangan untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnya yang telah diatur dalam UUJN.
Notaris adalah seorang pejabat umum yang memiliki kewenangan untuk membuat akta
autentik mengenai sebuah perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu
peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki dibuat dalam suatu akta autentik,
menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan akta dan memberikan grosse, salinan dan
kutipannya, semua sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum.8
Profesi notaris sangat penting dibutuhkan dalam masyarakat mengingat fungsi dari
notaris adalah sebagai pembuat alat bukti tulis mengenai akta-akta autentik, sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “akta autentik adalah suatu
akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya”.
Notaris sebagai pejabat umum memperoleh wewenang secara Atribusi.9 Dapat dilihat
dalam Pasal 2 UUJN yang menyebutkan bahwa notaris diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri.
Kewenangan notaris menurut UUJN diatur dalam Pasal 15 ayat (1) yang menyatakan
bahwa :
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain
Pasal 15 ayat (1) UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenangan notaris yaitu
membuat akta secara umum, hal ini disebut sebagai kewenangan umum notaris dengan
batasan:
1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang- undang.
2. Menyangkut akta harus dibuat atau berwenang membuat akta autentik mengenai
semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum
atau dikehendaki oleh yang bersangkutan.
3. Mengenai subjek hukum (orang atau badan hukum) untuk kepentingan siapa akta
itu dibuat atau dikehendaki oleh yang berkepentingan.
Dalam Pasal 15 UUJN, wewenang notaris dan kekuatan pembuktian akta notaris yaitu:
1. Tugas pejabat notaris adalah memformulasikan keinginan atau tindakan para pihak
ke dalam akta autentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku.
3. Membuat copyan dari surat-surat dibawah tangan yang asli berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan. Tindakan ini sebagai langkah tertib administrasi sehingga jika ada
yang menyangkal surat-surat dibawah tangan tersebut maka sang notaris memiliki
bukti.
a. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum;`
b. Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian
dari Protokol Notaris; Kewajiban dalam ketentuan ini untuk menjaga
keautentikan akta dengan menyimpan akta dalam bentuk aslinya, sehingga
apabila ada pemalsuan kutipannya dapat segera diketahui dengan mudah
mencocokkannya dengan akta yang asli.
c. Melekatkan surat dan dokumen sidik jari penghadap pada Minuta Akta;
g. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat
tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat
dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul
setiap buku;
h. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya
surat berharga;
i. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu
pembuatan akta setiap bulan;
j. Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil
yang berkenaan dengan wasiat ke daftar Pusat Wasiat Departemen yang
bertugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima)
hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
k. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
bulan;
n. Menerima magang calon notaris. Kewajiban notaris dalam ketentuan ini yaitu
menerima magang calon notaris agar mampu menjadi notaris yang professional
dan kegiatan calon notaris selama magang yaitu:
2) Berkewajiban menyimpan minuta akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tidak berlaku dalam hal notaris mengeluarkan akta inoriginali.
c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga;
d. Akta kausa;
4) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari 1
(satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang sama, dengan
ketentuan pada setiap akta tertulis kata-kata “berlaku sebagai satu dan satu berlaku
untuk semua”.
5) Akta in originali yang berisi kausa yang belum diisi nama penerima kuasa hanya
dapat dibuat dalam 1 (satu) rangkap.
6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
7) Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib
dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena
penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan
ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap
halaman minuta akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan notaris.
10) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak berlaku untuk pembuatan
akta wasiat.
11) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf I dapat dikenakan sanksi berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Pemberhentian sementara;
12)selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11), pelanggaran terhadap
ketentuan pasal 16 ayat (1) huruf j dapat menjadi alasan bagi pihak yang menederita
kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bungan kepada notaris.
13) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n
dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis. Dalam praktek ditemukan alasan-
alasan, sehingga notaris menolak memberikan jasanya, antara lain:
Seorang notaris dalam menjalankan tugasnya dibatasi oleh koridor-koridor aturan agar
seorang notaris tidak keblablasan dalam menjalankan praktiknya dan bertanggung jawab atas
segala yang dilakukan. Undang-undang Jabatan Notaris mengatur bahwa seorang notaris
dilarang menjalankan jabatannya diluar wilayah jabatannya.
b. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut tanpa
alasan yang sah;
f. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik Negara, badan
usaha milik daerah atau badan usaha swasta;
g. Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/ Pejabat Lelang kelas II
diluar tempat kedudukan notaris;
i. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau
kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris.