You are on page 1of 2

Terma1 itulah namaku yang disematkan saat terang oleh pendaran cahaya rakitan, ibuku

bilang saat aku dilahirkan, ayah tengah membacakan puisi untuk ibu, karenanyalah ibuku
jatuh hati pada ayahku. Kalimat-kalimatnya elok hingga ibu tak merasakan sakit
melahirkanku, seolah kata demi kata mampu menekan perut ibuku hingga aku lahir ditanah
jawa ini.

Aku ingin ayah membacakan puisi untukku tapi buat apa, pasti tak seenak saat aku
menyeruput thai tea dengan boba itu, atau menggantungkan pikiran pada secangkir kopi atau
pasti tak seenak saat kujilati matcha ice cream, tapi dari puisi ayahku aku dilahirkan, Ibuku
jatuh cinta, mengandung aku, melahirkan aku.

Aku seperti ibu, alis yang menawan tanpa kutambahkan minyak kemiri, lesung pipi tanpa
kutambahkan sulam pipi, bibirku juga sewarna mawar tanpa kutambahi gincu. Tapi aku tak
suka ramai, aku bahagia berimajinasi disudut ruang, menghitung ukuran kamar dari jumlah
lantai, menghitung helai jaring laba-laba, atau mencuri waktu pergi ke dunia lain bercakap
cakap dengan terma yang lain, aku banyak kerabat dikepala, suka berdialog dengan kata

Meski aku tak akrab dengan ayah, tapi aku rindu dengannya, pekerjaan ayah membuatku
punya bilik tersendiri untuk melalui sekat, kadang aku bertanya pada ibu apa itu rindu ? aku
membuka baju, bahkan aku meminta ibu melihat isi kepalaku, agar aku bisa meletakkannya
sebentar, aku benci rindu.

Aku ingat saat ayah bilang pikiran itu seperti lautan, semakin aku jauh dari bibir pantai maka
gelombang itu makin besar dan maka aku tersesat pada kenangan.

Terma itulah namaku yang selalu hadir pada puisi ayahku, aku rindu pulang

Tanpa beban, tanpa merasa takut kehilangan

Terma

Catatan kaki :

Terma : kata
Nama Lengkap : Ana Dwi Astuti

Alamat Domisili : Jakarta

Email : anaastutiui@gmail.com

No Telp. Aktif No Whatsapp : 081555638453

Instagram : : anadeanthung

You might also like