You are on page 1of 20

KECERDASAN MEJEMUK PADA ANAK USIA DINI

Di Susun sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah


METODE PERKEMBANGAN KOGNITIF
Dosen Pengampu : Lily Yuntina, M.M.

Di susun oleh:
Mela komalasari 1862050091
Marlina Supriani 1862050125
Vina Rahayu 1862050084
Rahma Siti patimah 1862050023

Program Studi : PG PAUD


Fakultas : Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS PANCA SAKTI


Alamat Jl. Raya Hankam No.54, RT005/RW002, Jatirahayu, Kec. Pd. Melati, Kota
Bekasi, Jawa Barat 17414
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul kecerdasan majemuk pada anak
usia dini ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Pengembangan Kognitif dengan dosen pengampu Lily Yuntina, M.M.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang beberapa hal
yang harus di mengerti mengenai kecerdasan majemuk pada anak usia dini , mulai dari
pengertian, jenis- jenis kecerdasan majemuk, perbedaan antara kecerdasan majemuk dan
kesulitan belajar, dan mengenai aplikasi kecerdasan majemuk pada pembelajaran, Bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Lily Yuntina, M.M. selaku dosen
mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Canjur,…………………
 

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1


A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Rumusan Masalah …....................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................2
BAB II ISI PEMBAHASAN ................................................................... 3
A. Pengertian kecerdasan majemuk …………………....................3
B. Jenis – jenis kecerdasan mejemuk ..............................................4
C. kecerdasan majemuk dan kesulitan belajar .............................12
D. aplikasi kecerdasan majemuk pada pembelajaran ..................14
BAB III PENUTUP ....................................................................................15
A. Kesimpulan ...................................................................................15
B. Saran .............................................................................................16
C. Daftar Pustaka .............................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan Peserta Didik

di masa yang akan datang, Dan dalam upaya mewujudkan cita-cita dan

tujuan Pendidikan merupakan sekolah, yakni

tempat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, agar

tujuan itu tersebut dapat tercapai, di butuhkan perhatian besar kepada pesertadidik

terutama menyangkut masalah kecerdasannya.

Setiap manusia di berikan kecerdasan yang beragam (multiple intelligence) yang

perkembangannya tergantung dari masing-masing individu, bahkan ada peserta didik

yang mahir di bidang olahraga, ada yang mampu memainkan alat musik dengan bagus,

ada pula yang mampu menciptakan seni visual yang indah. Beberapa peserta didik

bahkan mampu menghasilkan puisi dan cerita yang menarik dengan tingkat imajinasinya

yang tinggi. di antara peserta didik tersebut Setiap individu memiliki keunikan dan

mampu menawarkan kontribusi yang berharga bagi kehidupan manusia.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk ?
2. Apa saja jenis- jenis kecerdasan majemuk ?
3. Apa perbedaan antara kecerdasan majemuk dan kesulitan belajar ?
4. Bagaimana mengaplikasikan kecerdasan majemuk pada pembelajaran?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian kecerdasan majemuk
2. Menjelaskan jenis - jenis kecerdasan majemuk
3. Menjelaskan kecerdasan majemuk dan kesulitan belajar
4. Mengembangkan keterampilan aplikasi kecerdasan majemuk pada pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pandangan Howard Gardner dituangkan dalam buku Frames of Mind: The theory of
multiple intelligences (1983). Dalam buku tersebut Gardner membahas teori multiple
intelligences yang mengemukakan tujuh kecerdasan dasar pada diri manusia yang sangat
bermanfaat dalam kehidupan (Gage & Berliner, 1991; Amstrong, 1994; Brualdi, 1996). Namun
demikian pada tahun 1999, Howard Gardner mengembangkan teorinya dan menambahkan satu
kecerdasan lagi yaitu kecerdasan natural yang belum di sebutkan sebelumnya, sehingga teori
kecerdasan majemuk menjadi 8 jenis kecerdasan (Christison dan Kennedy, 1999). Ada
kemungkinan jumlah jenis kecerdasan ini terus bertambah jumlahnya karena Howard Gardner
terus mengeksplorasi kemungkinan adanya tambahan jenis kecerdasan lain (Gardner, 1999).

Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang
bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Kebanyakan orang
mengenalnya sebagai prediksi kesuksesan di sekolah—bakat bersekolah. Sementara kecerdasan
sejati mencakup berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan
majemuk/ganda. Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard
Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan,
yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik,
intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
B. Jenis – jenis kecerdasan majemuk
Jenis – jenis Kecerdasan Menurut Howard Gardner :

1) Kecerdasan verbal-linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara


efektif baik secara lisan maupun tulisan dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan
mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang tepat. Dengan
demikian ada empat komponen dalam kecerdasan ini yakni: fonologis (kepekaan bunyi),
sintaksis (struktur dan susunan kalimat), semantik (pemahaman tentang makna), dan pragmatika
(kemampuan berbahasa untuk mencapai sasaran praktis).

Karakteristik:

Senang mendengarkan cerita; senang bercerita; bermain peran; permainan kata, seperti tebak
kata (teka teki); peka terhadap suara dan arti kata-kata; mampu dan gemar baca-tulis; kaya
perbendaharaan kata; dan menyelesaikan tugas verbal lebih cepat.

Tanda-tanda kesulitan:

Sulit dalam ekspresi verbal; sulit dalam menangkap informasi verbal; sulit dalam percakapan;
tidak tanggapi pemikiran dengan lengkap (kehilangan kata-kata & ekspresi); tidak efisien
menggunakan kalimat perintah; menanggapi dengan pertanyaan yang tidak biasa diajukan; lebih
suka tugas yang tidak mengandalkan pendengaran; tidak dapat membedakan ide pokok saat
bicara; sulit membedakan bunyi kata yang mirip; tidak dapat cerita ulang atas cerita yang baru
didengar; sulit identifikasi & menghasilkan ritme pada kata-kata; mengabaikan awalan & akhiran
tertentu; tidak dapat mengulang serangkaian kata atau angka yang disebut secara verbal.

Upaya menstimulasi:

Ajak anak berbicara; bacakan cerita; main huruf dan angka; latih rangkaian cerita; diskusi;
bermain peran; perdengarkan lagu anak-anak.
2) Kecerdasan logis-matematis

Kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik. Kecerdasan
logis-matematis mencakup: perhitungan matematis; berfikir logis; pemecahan masalah;
pertimbangan deduktif dan induktif; ketajaman akan pola-pola dan hubungan.

Karakteristik:

Gemar bereksperimen; pandai mengkategorikan sesuatu; melakukan pengukuran-pengukuran;


menganalisa; kuantifikasi; menuntut bukti konkrit dan empiris; memberikan penjelasan logis
(terkait linguistik); dapat mengkonstruksikan solusi sebelum diartikulasikan;

Tanda-tanda kesulitan:

Sulit menguasai konsep yang bersifat kuantitatif dan hubungan sebab-akibat; sulit menangkap
simbol dan konsep abstrak; kurang terampil memecahkan masalah secara logis; sulit memahami
pola-pola dan hubungan; tidak mampu mengajukan dan menguji hipotesis; tidak tertarik pada
bahan informasi angka dan grafik; kurang tertarik pada operasi kompleks yang melibatkan angka
dan komputer; tidak tertarik pada bidang-bidang yang akrab dengan operasi angka dan
pengembangan wawasan baru.

Upaya menstimulasi:

Menyelesaikan puzzle sebagai cara melatih menyelesaikan masalah; mengenalkan bentuk


geometri; memperkenalkan bilangan sajak berirama dan lagu; eksplorasi; pikiran melalui diskusi
dan olah pikir; pengenalan pola; eksperimen di alam; memperkaya pengalaman berinteraksi
dengan konsep matematika; menggambar dan membaca; memperkenalkan kerja perancangan;
melatih membuat perancangan; menggunakan pendekatan proyek dalam pembelajaran;

 Lakukan permainan logis-matematis (Go, Clue, domino) dengan teman atau keluarga.
 Pelajari cara menggunakan sempoa.
 Siapkan kalkulator untuk menghitung soal matematika yang Anda hadapi dalam hidup
sehari-hari.
3) Kecerdasan visual-spasial

Kemampuan berpikir secara visual, imajinatif dan kreatif, khususnya terhadap objek tiga
dimensi.
Karakteristik
Tanpa sadar sering mencorat-coret kertas ketika merasa jenuh dan senang melihat film, slide,
atau foto.Senang bermain dengan bentuk dan ruang (rancang bangun) seperti puzzle dan balok ;
Lebih mudah membaca gambar atau peta daripada teks ; Mampu memperkirakan jarak dengan
baik ; Senang membandingkan benda; Mempunyai perhatian yang tinggi terhadap detail; Suka
melamun; Suka pada kegiatan seni.
Upaya menstimulasi
 Sering mengajak anak bepergian dan minta mereka untuk memperhatikan lokasi sebuah 
tempat, letak toko, dan lain-lain.
 Minta anak menceritakan bagaimana cara mencapai suatu tempat (misalnya ke rumah nenek).
 Perbanyak kegiatan menggambar, mulai dari gambar dua dimensi, lalu tingkatkan ke tiga
dimensi. Sediakan juga fasilitas yang akan dibutuhkan anak untuk kegiatan menggambar ini.
 Perkenalkan anak dengan alat-alat bantu belajar berupa tiga dimensi, misalnya anatomi tubuh
atau kerangka binatang.
 Kenalkan juga anak pada beberapa nama bangunan/bentuk, warna, dan arah.
 Lakukan permainan-permainan yang akan mengasah kecerdasan ini, misalnya :

a. Bermain warna. Memperkenalkan anak pada warna-warna tertentu dan mencampur


berbagai warna untuk mendapatkan warna baru.
b. Permainan semacam rubik, juga dapat membantu meningkatkan kecerdasan visual-spasial,
selain itu juga dapat mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak.
c. Kegiatan mencari jejak  kelompok, selain  meningkatkan visual spasial, juga bisa
meningkatkan beberapa kecerdasan lain seperti kecerdasan naturalis, kecerdasan logika
matematika dan interpersonal.
d. Permainan merakit. Misalnya permainan balok kayu atau permainan bongkar pasang.
Ketika anak benar-benar mengalami kesulitan dalam merakitnya barulah anda membantu
dan mengarahkannya.
e. Bermain pasir. Dengan membuat istana atau bentuk-bentuk tertentu dengan pasir. Tetap
damping dan berikan pengawasan kepada anak saat melakukannya.
 Berikan buku-buku yang cocok untuknya, yaitu jenis buku bergambar menarik apa saja yang
berkaikan dengan ilmu pengetahuan, daerah wisata, bangunan-bangunan bersejarah, tempat-
tempat terkenal, tofografi, tubuh, peta dunia, dan lain-lain

4) Kecerdasan kinestetik

Kemampuan menggunakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan dan


menyelesaikan problem (Amstrong, 1994; Gardner, 1993; Lazear, 1991). Kemampuan untuk
menggerakkan objek dan mengembangkan keterampilan motorik yang halus. Kecerdasan ini
mencakup: keseimbangan; kelenturan; kegesitan; ketangkasan; kontrol; keanggunan; dan
ketahanan dalam gerak tubuh.

Karakteristik

Menurut Permendiknas No. 58 tahun 2006, pada anak usia 5-6 tahun kecerdasan kinestetik
terdeteksi melalui indikator sebagai berikut :

 Mengekspresikan berbagai gerakan kepala, tangan/kaki sesuai dengan irama musik/ritmik


dan lentur
 Senam fantasi bentuk meniru misal : mnirukan berbagai gerakan hewan, menirukan
gerakan tanaman yang terkena angin dengan lincah
 Mendemonstrasikan kemampuan motorik kasar seperti melompat dan berlari dengan
berbagai variasi
 Bergerak bebas dengan irama musik

Cara Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik pada Anak Usia Dini

Menurut Sujiono (2010:59-60) Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
kinestetik anak usia dini yaitu dengan cara menstimulasi kecerdsan kinestetik anak antara lain:

 Menari, menari dapat melatih dan meningkatkan keseimbangan, keselarasan gerak tubuh,
kekuatan dan kelenturan otot.
 Bermain peran atau drama, melalui kegiatan bermain peran kecerdasan kinestetik anak
juga dapat berkembang, karena kegiatan ini menuntut anak untuk menggunakan tubuhnya
sesuai dengan perannya, bagaimana anak berekspresi, termasuk juga gerakan tangan.
 Olaraga, berbagai kegiatan olahraga seperti berenang, sepak bola, tenis, bulu tangkis,
ataupun senam dapat meningkatkan kesehatan dan gerak olah tubuh anak, artinya
olahraga dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik anak.
 Latihan ketrampilan fisik, latihan ketrampilan fisik (seperti berlari, melompat, meloncat
dan berguling), pada anak salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan senam irama.
Misalnya, aktivitas mengayunkan lengan, membungkuk dan berlari dengan variasi.
Aktivitas ini dapat dilakukan saat anak berusia 5-6 tahun. Melalui aktivitas ini akan
melatih kekuatan otot dan keseimbangan anak.

5) Kecerdasan musik

Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh besar terhadap aspek kecerdasan lainnya, terutama
logis, linguistik dan spasial (khusus dari musik klasik).
Karakteristik:

Suka mendengerjan musik kapan saja dan di mana saja ; Dia suka mengoleksi CD atau kaset
musik ; Dia juga suka bersenandung lagu di mana saja dan kapan saja, atau ; Dia bahkan bisa
memainkan satu atau beberapa alat musik ; Dia bisa dengan mudah membedakan bunyi berbagai
alat musik dalam suatu lagu ; Dia suka menonton konser musik atau film musikal ; Dia
mengidolakan pemain musik atau penyanyi

Kecenderungan lain
Suka menyanyi dan memutar lagu-lagu; suka melakukan gerak berirama; suka melakukan
kegiatan diiringi musik; menggambar dengan musik; suka memanipulasi komposisi musik;
mencoba-coba membuat alat musik.
Upaya menstimulasi:

Menyanyikan atau memutarkan lagu-lagu; latihan mengenal ritme; belajar bersenandung;


melakukan gerak berirama; latihan lagu dan aksi (operet); mendengarkan musik bersama;
menggambar dengan musik; aplikasi teknologi musik; membuat alat musik.

6) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan
orang lain secara efektif.
Karakteristik:

Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain; pandai menjalin hubungan sosial; mampu
mengetahui dan menggunakan berbagai cara saat berinteraksi; mampu merasakan perasaan,
pikiran dan tingkah laku serta harapan orang lain; mampu bekerjasama dengan orang lain; pandai
mempengaruhi orang lain; mau menerima dan memanfaatkan balikan orang lain.

Kecenderungan lain
Biasanya lebih menonjol dan terpilih menjadi pemimpin kelompok; menikmati suasana
kebersamaan; tertarik pada perbedaan budaya dan kegiatan sosial; gemar humor saat
berkomunikasi.

Upaya menstimulasi:

Mengembangkan dukungan kelompok (group supportive); menetapkan aturan tingkah laku yang
mendukung; memberikan kesempatan bertanggung jawab; bersama-sama menyelesaikan konflik;
melakukan kegiatan sosial di lingkungan sekitar; menumbuhkan sikap ramah dan memahami
keragaman budaya dan adat istiadat; mengajak bermain talking stick.

Robert Bolton membagi komunikasi antarpribadi dalam 4 hal yakni: keterampilan


mendengarkan, menegaskan, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama untuk menyelesaikan
masalah.
7) Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat


tentang diri sendiri dan menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri.

Karakteristik:

Memiliki kepekaan perasaan dan situasi yang tengah berlangsung; memahami diri dan memiliki
citra diri yang positif; mampu berinstrospeksi; mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik;
mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam lingkungan sosial; tahu kepada
siapa harus minta bantuan saat memerlukan.

Ciri-ciri lain :

Umumnya memiliki etika yang baik; terkadang tampak pemalu dan pendiam di lingkungan
sosial; mampu menemukan cara untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya secara tepat;
mampu mengungkapkan diri dengan baik; memiliki motivasi untuk mencapai yang diinginkan;
kerap penasaran akan makna hidup, relevansi dan tujuan sesuatu; sering membuat catatan dan
gambar mengenai perasaannya; mencari dan berusaha memahami pengalaman batinnya;
memiliki tanggung jawab kemanusiaan; kadang lebih suka bekerja sendiri (bukan berarti
antisosial); merasa bebas untuk berkreasi.

Upaya menstimulasi

Mengembangkan program 4A atau P3K dalam pembimbingan (attention/perhatian;


acceptance/penerimaan; appreciation/penghargaan; affection/kasih sayang);

8) Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan tanaman,
batu-batuan, binatang, dan artefak atau simbol-simbol budaya. Kecerdasan naturalis berkenaan
dengan kemampuan mengamati dan merasakan bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-
elemen yang ada di alam.
Karakteristik:

Memiliki ketertarikan yang besar pada dunia luar, sangat berminat pada lingkungan, bumi, dan
spesies; gemar mengumpulkan benda-benda alam; pandai menandai kesamaan dan perbedaan
yang ada di sekitar, mengingat dan menandai kekhasan suatu benda, tumbuhan atau binatang;
selalu ingin mengetahui detail benda dan makhluk di sekitar.

Kecenderungan lain

Lebih menyukai bermain di luar rumah; suka menyendiri dan mengamati benda-benda atau
makhluk di sekitar; suka memandangi benda-benda angkasa, dan perubahan alam; tidak takut
dengan binatang yang umumnya dipandang menjijikkan; menikmati benda, cerita, dan tontonan
tentang fenomena alam; serta menikmati dan gemar berkemah, hiking dan sejenisnya.

Upaya menstimulasi

Menyediakan atau bahkan mengajak membuat diorama mini untuk serangga, bebatuan dll;
menyediakan atau mengunjungi tempat-tempat pemeliharaan binatang, tanaman, dan koleksi
benda-benda alam; berpetualang di hutan; koleksi perangko gambar tumbuhan dan binatang;
sediakan gambar, cerita, dan film tentang kehidupan alam; pengamatan terhadap tumbuhan tanpa
tanah; penambahan pengetahuan tentang alam, seperti: pengenalan jenis, penjelasan asal mula
makhluk, mengantisipasi bahaya alam; rancangan bahan belajar mengenai kehidupan alam;
pemberian kesempatan mengeksplorasi isi alam.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru berkaitan dengan kecerdasan
majemuk. Prinsip-prinsip tersebut menurut Amstrong (1994) sebagai berikut:

1. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan


Teori kecerdasan majemuk mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dari
kedelapan inteligensi. Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi sacara bersama-sama pada
setiap orang secara unik.
2. Kebanyakan individu dapat mengembangkan setiap jenis kecerdasan pada tingkat
kemampuan yang memadai.
3. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks
Dalam berfungsinya, kecerdasan berinteraksi antara satu kecerdasan dengan kecerdasan yang
lain dalam kehidupan individu.
C. Kecerdasan Majemuk dan Kesulitan Belajar

Ada beberapa jenis atau macam kesulitan belajar, yaitu: learning disorder, learning
difunction, slow learner, dan underachiever.;
● Learning disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respon yang bertentangan (Ross, 1974
● Learning disfunction mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya abnormalitas mental,
gangguan alat dria, atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
● underachiever mengacu pada siswa-siswa yang memiliki potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Sedangkan slow learner
adalah siswa-siswa yang lambat dalam proses belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan
waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya bila dibandingkan dengan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak pada berbagai jenis
manifestasi tingkah laku.Gejala ini akan tampak dalam aspek-aspek motorik, konatif, kognitif,
dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya.
Dari antara jenis kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar.
Misalnya: “kesulitan membaca”, “masalah menggambar lukisan”, “ketidakmampuan untuk
bergaul dengan rekan di tempat kerja”, “tuli nada”, “rasa takut terhadap matematika”, “canggung
bila berolahraga”, dan seterusnya.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan
belajar ialah:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa
yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
c. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, misalnya membolos datang terlambat, tidak
mengerjakan tugas/PR, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau/enggan mencatat
pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, dan tidak mau
bekerja sama.
d. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai
rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.
Burton mengemukakan bahwa siswa dapat dianggap mengalami kesulitan belajar bila
menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Selanjutnya Burton
mendefinisikan kegagalan belajar sebagai berikut:
a. Siswa dikatakan gagal, bila dalam batas waktu tertentu dia tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level), misal minimal setiap mata pelajaran
telah ditetapkan guru (criterion referenced).
b. Siswa dikatakan gagal, jika ia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang
semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, intelegensi, bakat) dia diramalkan
akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi tersebut. Siswa ini dapat digolongkan ke
dalam under-achiever.
c. Siswa dikatakan gagal, bila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya pada fase
perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia siswa. Siswa ini
dikategorikan dalam kelompok slow-learner.
d. Siswa dikatakan gagal, jika dia tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan
sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat
digolongkan kepada slow-learner atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi
pengulang (repeater).
Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat diduga
mengalami kesulitan belajar bila siswa tersebut tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar
tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam SKM (Standard
Ketuntasan Minimum) atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya dalam batas-
batas waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam silabus dan Satuan Acara Pembelajaran).
Patokan Gejala Kesulitan Belajar
Berdasarkan hal ini kriteria kesulitan belajar dapat ditetapkan berdasar empat hal, yaitu:
1. tujuan Pendidikan
2. kedudukan dalam kelompok
3. perbandingan antara potensi dengan prestasi
4. kepribadian

D. Aplikasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran


1. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan bagi berbagai strategi pembelajaran


yang dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran untuk kecerdasan intrapribadi dalah kegiatan satu menit refleksi,
koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi emosi dan belajar mandiri. Adapun beberapa
strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi, klasifikasi dan organisasi,
komparasi, pajan tumbuhan dan binatang, dan wisata alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).

2. Pengembangan penilaian berbasis kecerdasan majemuk

Beberapa teknik penilaian otentik tersebut antara lain portofolio, proyek mandiri, jurnal
siswa, penyelesaian tugas kreatif, catatan anekdot, observasi, dan wawancara (Gardner, 1993;
Amstrong, 1994).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang
bermanfaat bagi kehidupan.
Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18
tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi,
antarpribadi, dan naturalis.
Prinsip-prinsip kecerdasan majemuk sebagaimana dikemukakan oleh Amstrong (1994)
adalah sebagai berikut:
a. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan
b. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks
Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua
ketidakmampuan belajar yang dialami seseorang.

1). Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk


Untuk merancang pembelajaran yang memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti
tahap-tahap (Amstrong, 1994) sebagai berikut:
a. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik
b. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemuk
c. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan
d. Curah Pendapat
e. Pemilihan aktivitas yang layak
f. Penetapan rencana pembelajaran
g. Implementasi rencana pembelajaran
2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru mengembangkan
strategi pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara beberapa strategi
pembelajaran pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.
3. Pengembangan penilaian (asesmen) berbasis kecerdasan majemuk
Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis kecerdasannya
berdasarkan kelemahan dan kekuatannya.
Dalam keseluruhan sistem pembelajaran mutakhir (Contextual Teaching- learning),
asesmen otentik memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on learning, menghendaki pembuatan
pola kerjasama dan kolaborasi, dan penggunaan higher order thinking.

B. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang media dalam perkembangan kognitif ini, di
harapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang media dalam perkembangan
kognitif, sehingga dapat mengamalkannya dan memanfaatkannya di waktu tertentu dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, T. 1994. Multiple intelligences in the classroom. Alexandria, Virginia: ASCD.


Amstrong, T, 1999. Seven Kinds of Smart: Alih bahasa T. Hermaya (2002). Jakarta:
Gramedia.
Brualdi, A.C. 1996. Mutiple intelligences: Gardner’s theory. Washington DC: ERIC
Clearinghouse and Evaluation.
Christison, M.A. dan Kennedy, D. 1999. Multiple intelligences: Theory in adult ESL.
Washington DC: National Clearinghouse for ESL Literacy Education.
Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1991. Educational Psychology. Boston;
Hougton Mifflin.
http://dunia-blajar.blogspot.co.id/2016/02/media-yang-digunakan-dalam-
pengembangan.html
http://prezi.com/uepcgwoue5_m/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget/
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
http://prezi.com/uepcgwoue5_m/teori-perkembangan-kognitif

You might also like