You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022

A. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya yang
disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorbsinya. Sebagian
besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya pembentukan cairan pleura dan penurunan
kecepatan absorpsi cairan pleura tersebut.Pada pasien dengan daya absorpsi normal,
pembentukan cairan pleura harus meningkat 30 kali lipatsecara terus menerus agar mampu
menimbulkan suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja
tidak akan menghasilkan penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga pleura
mengingat tingkat normal pembentukan cairan pleura sangat lambat. (Lee YCG, 2013)
Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh
banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

B. Etiologi

Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh). Penyakit yang menyertai transudat :
 Gagal jantung kiri.
 Sindrom nefrotik.
 Obstruksi vena kava superior
 Asites pada serosis hati
 Sindrom meigs (asites dengan tumor ovarium).
2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan
). Cairan ini dapat terjadi karena adanya :

 Infeksi
 Neoplasma/tumor
 Infark paru
C. Tanda dan Gejala
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat,
batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul
ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan
semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa
penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Batuk
- Pernafasan yang cepat
- Demam
- Cegukan
D. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga


pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini
diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%)
mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter per
hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah
sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
A. PATHWAY

Infeksi Non infeksi

TBC 80% Kardiovaskuler,neoplasma,cedera

Proses peradangan Adanya bendungan cairan pada rongga pleura

Pembentukan cairan yang Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga


berlebihan

Efusi pleura

Proses peradangan pada


Akumulasi cairan yang rongga pleura
berlebihan di rongga
pleura
Hipersekresi mukus
Febris

Penurunan ekspansi
paru Secret bertahan
Demam di saluran nafas

Sesak nafas Ronkhi+


Hipertermia

Pola nafas Penurunan Bersihan jalan


tidak efektif suplai O2 nafas tidak
(D.0005) efektif (D.0001)

Kelemahan

Gangguan Intoleransi
pertukaran aktivitas
Gas (D.0003) (D.0059)
E. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati menghilangnya


sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
 Ultrasonografi
 Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi, berat
jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8
terdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah (hemotoraks), pus
(piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat
(hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-
sel malignan, dan pH.
 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

F. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berasarkan anamnesa teliti dan pemeriksaan fisik yang baik,
foto thorak PA dan lateral dapat membantu diagnosa, sedangkan diagnosis pasti
ditegakkan melalui punksi, biopsi, dan analisis cairan pleura.
1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan:
Inspeksi:
Ø Dinding dada simetris / asimetris
Ø Sela iga melebar
Ø Cembung
Ø Gerakan menurun kesisi yang sehat
Palpasi
Ø Gerakan fremitus suara menurun.
Perkusi:
Ø Redup, garis Ellis Domoiseau (+)
Auskultasi:
Ø Pada bagian yang sakit, suara napas menurun
Pada foto thoraks:
Rontgen dada. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi
pleura akan tampak sbb:
o Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru
yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung.
o Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.
o Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosintesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi dan analisis cairan pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura
tetap tidak dapat ditentukan.
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
G. Penatalaksanaan

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.

H. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis
Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
I. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

 Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan
dan pekerjaan pasien.

 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura
didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat
iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
 Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
 Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa
terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan kostofrenikus.
Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis
tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan
foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil
yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
 Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
a) Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat

Kadar protein dalam <3 >3


effusi 9/dl
Kadar protein dalam < 0,5 > 0,5
Effuse
Kadar protein dalam - > 200
Serum
Kadar LDH dalam effusi < 200 > 200
(1-U)
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effuse < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan
pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,
arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b) Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c) Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit 25.000 (mm3) : empiema
Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB
paru Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan
tampak kemorogis, sering dijumpai pada
pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000
(mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan
keganasan.
Misotel banyak :Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa
disingkirkan.
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat
ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi
karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme
obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood,
1995 : 147,148)
d) Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis,
E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan
terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).
1. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif (D,0001)
b) Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
c) Risiko Infeksi

3. RENCANA KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif (D.0001)Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Definisi : (L.01001) Definisi : mengidentifikasi dan mengelolah
Ketidakmampuan membersihkan secret atau Definisi : kemampuan kepatenan jalan nafas
obstruksi jalan nafas untuk memebersihkan secret Aktivitas — aktivitas :
mempertahankan jalan nafas tetap paten atau obstruksi jalan Observasi
nafas untuk 1. Monitor pola nafas(frekuensi,
memepertahankan jalan kedalaman, usaha nafas)
nafas tetap paten 2. Monitor bunyi nafas tambahan
Setelah dilakukan tindakan (mis. Gurgling, mangi, wheezing,
keperawatan selama 2x ronki kering)
24 jam diharapkan 3. Monitor sputum
bersihan jalan nafas (jumlah,warna,aroma)
pasien efektif dengan Terapeutik
kriteria hasil : 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
1. Batuk efektif dari dengan head-tilt dan chin-lift
skala 2 (cukup 5. Posisikan semi fowler
menurun) 6. Berikan minum hangat
ditingkatkan 7. Lakukan fisioterapi dada
menjadi skala 4 8. Lakukan penghisapan lender
(Cukup Meningkat) kurang dari 15 detik
2. Produksi seputum 9. Berikan oksigen
dari skala 2(Cukup 10. Anjurkan asupan cairan
meningkat) 2000ml/hari
ditingkatkan 11. Kolaborasi pemberian
menjadi skala bronkodilator, ekspetoran jika
4(Cukup menurun) diperlukan
3. Mengi dari skala 2
(Cukup meningkat)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup menurun)
4. Wheezing dari
skala 2 (Cukup
meningkat)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup menurun)
5. Dyspnea dari skala
2 (Cukup
memburuk)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup membaik)
6. Sulit bicaradari
skala 2 (Cukup
meningkat)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup memburuk)
7. Sianosisdari skala 2
(Cukup membaik)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup memburuk)
8. Gelisah dari skala 2
(Cukup membaik)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup memburuk)
9. Frekuensi nafas
dari skala 2 (Cukup
membaik)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup membaik)
10. Pola nafas dari
skala 2 (Cukup
memburuk)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup membaik)

Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005) Pola Nafas (L.1004) Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Definisi : Setelah dilakukan tindakanAktivitas — aktivitas :
Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan keperawatan selama 2x 1. Monitor pola nafas(frekuensi,
ventilasi adekuat. 24 jam diharapkan pola kedalaman, usaha nafas)
nafas pasien efektif 2. Monitor bunyi nafas tambahan
dengan kriteria hasil : (mis. Gurgling, mangi, wheezing,
1. Ventilasi ronki kering)
semenitdari skala 2 3. Monitor sputum
(cukup menurun) 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
ditingkatkan dengan head-tilt dan chin-lift
menjadi skala 4 5. Posisikan semi fowler
(Cukup Meningkat 6. Berikan minum hangat
2. Kapasitas vitaldari 7. Lakukan fisioterapi dada
skala 2 (cukup 8. Lakukan penghisapan lender
menurun) kurang dari 15 detik
ditingkatkan 9. Berikan oksigen
menjadi skala 4 10. Anjurkan asupan cairan
(Cukup Meningkat 2000ml/hari
3. Tekanan ekspirasi 11. Kolaborasi pemberian
dari skala 2 (cukup bronkodilator, ekspetoran jika
menurun) diperlukan
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup Meningkat
4. Tekanan inspirasi
dari skala 2 (cukup
menurun)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup Meningkat
5. Dispeadari skala
2(Cukup
meningkat)
ditingkatkan
menjadi skala
4(Cukup menurun)
6. Penggunaan otot
bantu nafas dari
skala 2(Cukup
meningkat)
ditingkatkan
menjadi skala
4(Cukup menurun)
7. Pernafasan cuping
idung dari skala
2(Cukup
meningkat)
ditingkatkan
menjadi skala
4(Cukup menurun)
8. Frekuensi nafas
dari skala 2 (Cukup
memburuk)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup membaik)
9. Kedalaman nafas
dari skala 2 (Cukup
memburuk)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(Cukup membaik

Risiko infeksi Kontrol Resiko Pencegahan infeksi (I.14539)


(D.0142)
(L.14128) Tindakan :
Definisi : berisiko mengalami peningkatan
Setelah dilakukan Observasi
terserang organism patogenik
tindakan diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
pasien dapat dan sistemik
mengontrol resiko Terapeutik
infeksi dengan kriteria 1. Pertahankan teknik aseptic pada
hasil: pasien berisiko tinggi
1. Kemampuan Edukasi
mencari informasi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
tentang faktor risiko 2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
: dari skala 4 (cukup atau luka operasi
meningkat)
ditingkatkan ke
skala 5(mengkat).
2. Kemampuan
mengidentifikasi
faktor resiko : dari
skala 3(sedang)
ditingkatkan ke
skala 4(cukup
meningkat).
3. Kemampuan
melakukan strategi
kontrol resiko : dari
skala 4(cukup
meningkat)
ditingkatkan ke
skala 5(meningkat).
4. Kemampuan
mengubah perilaku :
dari skala 4(cukup
meningkat)
ditingkatkan ke
skala 5 (meningkat).
5. Komitmen terhadap
strategi : dari skala
4 (cukup
meningkat)ditingkat
kan ke skala 5
(meningkat).
6. Kemampuan
menghindari faktor
resiko : dari skala 4
(cukup meningkat)
ditingkatkan ke
skala 5 (meningkat).

You might also like