Professional Documents
Culture Documents
Bab II Revisi
Bab II Revisi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila
delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya.
Suatu keadaan ditemukannya keterlambatan yang bermakna lebih atau sama dengan 2
tertinggal 2 standar deviasi (SD) dibandingkan dengan rata-rata populasi pada umur
yang sesuai. Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak tidak mencapai
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada umur yang semestinya.
anak, rangsangan harus diberikan sedini mungkin dan sesering mungkin untuk
meningkatkan perkembangan anak agar lebih cepat berkembang dan lebih terarah.
Maka suatu rangsangan sangat penting untuk diberikan kepada anak yang mengalami
5
6
perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot tubuh dan gangguan
kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol kepala maka akan berakibat pada
gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak dan gangguan kontrol postur.
Selain itu, developmental delay berawal dari munculnya reflek primitif yang
seharusnya menghilang sebelum gerak dapat dilakukan. Maturasi saraf tingkat spinal,
brain steam, midbrain dan cortical menyebabkan gerak reflek tergantikan dengan
(Soetjiningsih, 2012).
yang lambat tetap menyimpang dari rentang normal menurut usianya dan
normal dan abnormal menjadi semakin besar dan semakin jelas dengan meningkatnya
usia memerlukan penilaian dan pemeriksaan lanjut untuk menentukan penyebab dan
Tanda dan gejala developmental delay antara lain: (1) Anak belum mampu
duduk mandiri atau tanpa bantuan saau usia 8 bulan, (2) Belum mampu merangkak
pada usia 12 bulan, (3) Kemampuan sosial/interaksi yang buruk, (4) Umur 6 bulan
belum mampu untuk berguling secara mandiri, (5) Memiliki masalah komunikasi.
7
4. Prognosis
tergantung pada diagnosis yang mendasari, pengobatan yang sedini mungkin, dan
banyaknya stimulasi yang diberikan pada anak serta dukungan dari orang tua.
Semakin banyak stimulasi dan dukungan dari orang tua kepada anak maka
Reflek mengatur pergerakan bayi yang baru lahir yang otomatis dan diluar
kendali bayi tersebut. Secara genetik, reflek membuat mekanisme pertahanan hidup
Jenis reflek pada bayi di bagi menjadi 4 level yaitu: spinal level, brainsteam
level, mid brain level, dan cortical level. Reflek pada bayi dan level reflek dapat
TABEL 2.1
Disamping jenis refleks tersebut, ada juga level refleks pada bayi yaitu :
TABEL 2.2
LEVEL REFLEKS PADA BAYI
B. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
dengan aktifitas fungsional dasar. Impairment yang biasa terjadi pada anak DD
adalah (1) adanya hipotonus otot, (2) adanya gangguan kontrol kepala, (3)
gangguan kontrol gerakan, dan (4) adanya refleks yang belum hilang.
2. Functional limitation
aktifitas fungsional dasar bagi dirinya sendiri. Functional limitation yang biasa
terjadi pada anak developmental delay adalah anak belum mampu berdiri dan
3. Participation restriction
rumahnya.
C. Teknologi Intervensi
dan dr. Karel Bobath pada akhir 1940an, untuk memenuhi kebutuhan orang-orang
khusunya ditujukkan untuk menangani ganggua saraf pusat pada bayi dan anak-
paling umum digunakan untuk terapi anak-anak pada kondisi cerebral palsy.
metode terapi yang popular dalam pendekatan intervensi bayi dan anak-anak
yang cermat pada kasus hemiplegia, cerebral palsy, down syndrome dan
dan menghambat gerakan abnormal dan memberikan fasilitasi dan stimulasi untuk
teknik stimulasi untuk mengurangi kelainan postural dan fasilitasi gerak dengan
Setelah mendapatkan tonus postur yang baik, pasien perlu belajar untuk
bergerak dalam berbagai kombinasi ke pola gerak normal. Hanya dengan rasa
mendekati pola yang normal dengan gerakan aktif dan sedikit usaha pasien akan
belajar untuk merasakan pola tersebut. Selama pekembangan normal anak, pada
awalnya ada pengaruh refleks tonik yang kemudian menghilang dan ditekan oleh
tonus postural dalam aktifitas yang terarah. Pasien aktif dan terapis membimbing
13
mungkin untuk dilakukan. Terapis harus membuat gerakan yang mudah bagi
anak, menyenangkan dan aman, sehingga anak suka bergerak dan termotivasi
sebaiknya dilakukan secara berkala sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berikut
Untuk ekstremitas bawah, posisi pasien tidur terlentang dengan salah satu
menekuk ke arah dada, fleksi hip, fleksi knee dan dorsal fleksi ankle. Lakukan
pengulangan.
posisi anak tidur terlentang, kemudian pegang satu tangan anak dan gerakkan
dorong untuk saling mendekatkan sendi, gerakkan secara perlahan dan lakukan
pada tangan yang satunya, dilakukan juga pada kedua tungkainya. Setiap gerakan
Fasilitasi ini bertujuan untuk koreksi postur pasien dan memfasilitasi anak
untuk duduk tegak. Fasilitasi untuk duduk tegak dengan cara pasien diposisikan
handling atau pegangan pada satu tangan di sternum, satu tangan pada vertebra
lumbal dengan pegangan lumbrical, kemudian ditekan agar anak duduk tegak
4) Fasilitasi merangkak
anak. Fasilitasi merangkak dapat dilakukan dengan cara posisikan anak bersujud,
5) Fasilitasi berdiri
kemudian pegangan terapis pada lutut pasien. Lalu gerakan fleksi trunk kepala
fiksasi pada gluteus maximum atau bisa juga dengan baju pasien.